Anda di halaman 1dari 6

Nama : Laskaryani Cahya Ningrum

NIM : 1701130397

Prodi : Tadris Fisika

M.K. : Teologi Islam

ALIRAN SYIAH

Secara bahasa, kata Syiah berarti pengikut. Dalam perkembangannya, istilah Syiah ini
dipakai oleh kalangan umat Islam sebagai kaum yang beritiqad bahwa Ali bin Abu Thalib
adalah orang yang berhak menjadi khalifah pengganti Nabi.1 Sedangkan menurut Asy-
Syahrastani, sekte Syiah berpendapat bahwa Ali bin Abu Thalib adalah imam dan khalifah yang
ditetapkan melalui nash (wahyu) dan wasiat dari Nabi, baik secara terang-terangan maupun
secara eksplisit. Mereka juga beranggapan bahwa imamah (kepemimpinan) tidak boleh keluar
dari jalur keturunan Ali.2

Secara historis, aliran atau sekte ini berawal dari sebuah pendapat yang muncul dari kalangan
sahabat pada saat Nabi saw wafat dan segera digantikan posisi beliau dalam kepemimpinan
Islam, bahwa Ali bin Abu Thalib lah yang lebih utama memegang kepemimpinan umat Islam
bila dibandingkan dengan Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka yang berpendapat demikian
ialah Ammar, Abu Dzar, Salman Al-Farisi, Jabir bin Abdullah, Al-Abbas dan anaknya, Ubay bin
Kaab, Huzaifah, dan lainnya.3

Namun aliran ini baru menampakkan diri setelah terjadinya proses perundingan (tahkim) antara
Ali dengan Muawiyah pasca perang Shiffin. Pada saat proses tahkim ini, ternyata tidak dapat
menyelesaikan semua masalah yang terjadi. Umat Islam terpecah menjadi tiga aliran, salah
satunya adalah Syiah (pengikut Ali). Bagi kaum Syiah, jabatan kepala negara bukanlah hak tiap
orang Islam, dan bukan hak setiap orang Quraisy, tetapi adalah hak monopoli Ali bin Abu Thalib

1
Siradjuddin Abbas, Itiqad Ahlussunnah Wal Jamaah (Jakarta: Pustaka Tarbiyah Baru, cet. 2008), hlm.93.
2
Asy-Syahrastani, Al-Milal Wa Al-Nihal: Aliran-Aliran Teologi Dalam Sejarah Umat Manusia (buku 1), terj. Asywadie
Syukur (Surabaya: Bina Ilmu, tt), hlm. 124.
3
Ahmad Amin, Fadjar Islam, terj. Zaini Dahlan (Jakarta: Bulan Bintang, 1968), hlm. 341.
dan keturunannya. Mereka tidak mengakui kepemimpinan khalifah sebelumnya (Abu Bakar,
Umar, dan Utsman), dan mereka juga tidak mengakui kepemimpinan Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyah.4

Doktrin atau pemahaman dalam aliran syiah diantaranya terdapat ushuluddin (pokok-pokok
agama) dan furuuddin (masalah penerapan agama). Syiah memiliki lima ushuluddin :

1. Tauhid, bahwa Allah SWT adalah Maha Esa.


2. Al-adl, bahwa Allah SWT adalah Maha adil
3. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan syiah meyakini keberadaan para nabi sebagai
pembawa berita dari Tuhan kepada umat manusia
4. Al-Imamah, bahwa syiah meyakini adanya imam-imam yang senatiasa memimpin umat
sebagai penerus risalah kenabian
5. Al-Maad, bahwa akan terjadi hari kebangkitan
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam al-quran yang menginformasikan bahwa
Allah Maha kuasa menciptakan Takdir.5

Adapun intisari pemahaman-pemahaman Syiah dari segi politik antara lain:

1. Pangkat khalifah pengganti Nabi setelah Nabi wafat diwarisi oleh ahli waris Nabi dengan
jalan penunjukan langsung dari Nabi. Siapa saja yang tidak menerima paham ini adalah
orang yang tidak mau menuruti wasiat Nabi dan termasuk orang yang terkutuk.
2. Khalifah atau imam (menurut istilah Syiah) adalah pangkat yang tertinggi dalam Islam.
Artinya, pangkat khalifah itu tidak mungkin diserahkan begitu saja kepada pilihan rakyat,
melainkan harus ditunjuk terlebih dulu oleh Nabi dan imam-imam yang lain yang
ditunjuk pula oleh Imam itu. Adapun orang-orang yang memilih khalifah dengan jalan
Syura (musyawarah) adalah orang-orang yang berdosa.
3. Khalifah atau imam adalah mashum keberadaannya, artinya tidak pernah berbuat dosa
dan tidak boleh diganggu gugat dan dikritik karena ia adalah pengganti Nabi yang sama
kedudukannya dengan Nabi.
4
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I (Jakarta: UI Press, cet 2011), hlm. 93-94.
4. Khalifah atau imam masih mendapat wahyu dari Tuhan walaupun tidak dengan
perantaraan jibril, dan wahyu yang dibawanya tersebut wajib ditaati.6

Perbedaan pandangan dalam konsep Imamah (kepemimpinan) yang menjadikan sekte-sekte


bermunculan. Sebagaimana diketahui dalam kasus aliran syiah, bahwa persoalan imamah
merupakan salah satu doktrin syiah yang tetap menjadi prinsip. Persoalan pemimpin mereka
punya pandangan yang diyakini turun temurun. Berikut penjelasannya dan beberapa doktrin yang
terdiri atas tauhid, taqiyah, mutah, bada, dll.
1. Imamah
Syiah berpendapat, imam adalah dasar dari ajaran islam, tidak sempurna iman seseorang kecuali
dia harus percaya kepada imam. Bagi mereka imam sama kedudukannya setingkat nabi, bahkan
ada yang mengatakan melebihi. Imam pun dipilih oleh nash Tuhan, maka seorang imam tentu
dijaga dari segala kesalahan seperti halnya Nabi. Maka jadilah syiah begitu mensucikan dan
mengagungkan imam mereka yang dipercaya mendapat wasiat nabi untuk menggantikannya.
Dan wasiat tersebut berisi pemindahan kepemimpinan kepada Ali bin Abi Thalib dan
keturunannya yang terakhir. Begitulah syiah berpendapat.
2. Tauhid
Secara umum syiah mempercayai bahwa Tuhan mereka adalah Allah SWT. Hanya saja ada
pandangan-pandangan mendasar dalam hal yang kemudian disebut dengan konsep tauhid ini.
Mereka percaya bahwa Allah adalah Tunggal dan tidak ada sekutu. Tetapi dalam syiah, mereka
kemudian menyebut-nyebut ; wahai Ali, wahai Husein dan keturunan Ali lainnya saat berdoa.
Mereka meminta-minta pada orang yang sudah meninggal yang dalam aliran Sunni sebagai
aliran terbesar Islam dunia sebagai dosa.
3. Bada
Bada secara bahasa munculnya pendapat baru. Dalam konteks terminologi, syiah meyakini
bahwa Allah mampu mengubah peraturan atau keputusan yang semula telah ditetapkan dan
menggantinya dengan yang baru. Sederhananya, ilmu Allah itu dinamis karena bisa saja
berubah-ubah sesuai kebutuhan dan fenomena terkini.

6
Siradjuddin Abbas, op.cit., hlm. 93-94.
4. Taqiyah
Taqiyah merupakan tindakan menyembunyikan kebennaran dan menutupi keyakinannya dari
orang-orang yang berbeda dengan syiah. Tujuannya untuk menjaga dari marabahaya yang bisa
saja menghampiri masalah harta, kekuasaan dan juga aqidah. Taqiyah ini kemudian posisinya
sepert sholat. Jika dilanggar maka pelakunya berdosa dan jatuh menjadi kafir. Tidak melakukan
taqiyah, berarti belum sempurna agama seseorang.
5. Rojah
Konsep rojah merupakan suatu doktrin tersendiri bagi masyarakat syiah. Rojah berarti kembali
atau pulang. Mereka meyakini imam mereka akan kembali turun ke muka bumi, untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang ada di bumi. Sebagaimana kita tahu, bahwa Imam Mahdi
yang merupakan keturunan dari imam mereka hinggahari dinanti.
6. Nikah Mutah
Ringkasnya Mutah adalah kawin kontrak. Sebuah pernikahan yang hanya berorientasi pada
kesenangan semata. Suami tak terbebani nafkah, tempat tinggal, dan melahirkan ahli waris bagi
si istri. Syiah mengatakan kalau nikah mutah adalah halal dan dianggap sebagai kebiasaan yang
baik menjalin tali silatuhrahmi.

Semua sekte dalam Syi'ah sepakat bahwa imam yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib,
kemudian Hasan bin Ali, lalu Husein bin Ali. Namun setelah itu muncul perselisihan mengenai
siapa pengganti imam Husein bin Ali. Dalam hal ini muncul dua pendapat. Pendapat
kelompok pertama yaitu imamah beralih kepada Ali bin Husein, putera Husein bin Ali,
sedangkan kelompok lainnya meyakini bahwa imamah beralih kepada Muhammad bin
Hanafiyah, putera Ali bin Abi Thalib dari isteri bukan Fatimah. Akibat perbedaan antara dua
kelompok ini maka muncul beberapa sekte dalam Syi'ah. Para penulis klasik berselisih tajam
mengenai pembagian sekte dalam Syi'ah ini. Akan tetapi, para ahli umumnya membagi sekte
Syi'ah dalam empat golongan besar, yaitu Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah dan Kaum Gulat.

Al-Kaisaniyah
Kaisaniyah ialah nama sekte Syiah yang meyakini bahwa kepemimpinan setelah Ali bin
Abi Thalib beralih ke anaknya Muhammad bin Hanafiyah. Para ahli berselisih pendapat
mengenai pendiri Syiah Kaisaniyah ini, ada yang berkata ia adalah Kaisan bekas budak
Ali bin Abi Thalib r.a. Ada juga yang berkata bahwa ia adalah Almukhtar bin Abi Ubaid
yang memiliki nama lain Kaisan.7 Diantara ajaran dari Syiah Kaisaniyah ini ialah,
mengkafirkan khalifah yang mendahului Imam Ali r.a dan mengkafirkan mereka yang
terlibat perang Sifin dan Perang Jamal (Unta), dan Kaisan mengira bahwa Jibril a.s
mendatangi Almukhtar dan mengabarkan kepadanya bahwa Allah Swt menyembunyikan
Muhammad bin Hanafiyah.

Az-Zaidiyah
Dalam Zaidiyah, seseorang dianggap sebagai imam apabila memenuhi lima kriteria,
yakni: keturunan Fatimah binti Muhammad SAW, berpengetahuan luas tentang agama,
zahid (hidup hanya dengan beribadah), berjihad dihadapan Allah SWT dengan
mengangkat senjata dan berani. Sekte Zaidiyah mengakui keabsahan khalifah atau
imamah Abu Bakar As-Sidiq dan Umar bin Khattab. Dalam hal ini, Ali bn Abi Thalib
dinilai lebih tinggi dari pada Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

Al-Imamiyah
Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa nabi Muhammad SAW telah menunjuk
Ali bin Abi Thalib sebagai imam pengganti dengan penunjukan yang jelas dan tegas.
Oleh karena itu, mereka tidak mengakui keabsahan kepemimpinan Abu Bakar, Umar,
maupun Utsman. Bagi mereka persoalan imamah adalah salah suatu persoalan pokok
dalam agama atau ushuludin.
Sekte imamah pecah menjadi beberapa golongan. Golongan yang besar adalah golongan
Isna' Asyariyah atau Syi'ah dua belas. Golongan terbesar kedua adalah golongan
Isma'iliyah.

Al-Ghaliyah
Istilah ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw yang artinya bertambah dan naik.

7
Solah Abu Suud, As Syiah An Nasyaah As Syiasiyah wal Aqidah Ad Diniyah, (Giza: Maktabah Nafidah, 2004), hal.
158.
Ghala bi ad-din yang artinya memperkuat dan menjadi ekstrim sehingga melampaui
batas. Syiah ghulat adalah kelompok pendukung Ali yang memiliki sikap berlebih-
lebihan atau ekstrim. Lebih jauh Abu Zahrah menjelaskan bahwa Syiah ekstrem (ghulat)
adalah kelompok yang menempatkan Ali pada derajat ketuhanan, dan ada yang
mengangkat pada derajat kenabian, bahkan lebih tinggi daripada Nabi Muhammad.8

Syiah adalah salah satu aliran islam yang meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib dan
keturunanya adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat setelah nabi Muhamad
SAW wafat. Para penulis sejarah islam berbeda pendapat mengenai awal mula lahirnya Syiah,
pikiran yang paling menonjol terletak pada persoalan imamah. Dimata syiah, Ali adalah tokoh
yang paling sempurna, tanpa cela dan dosa serta memiliki daya karismatik yang besar. Banyak
sekali hadits yang dibuat untuk menunjukkan kelebihan dan keutamaannya. Dia adalah orang
yang paling setia terhadap Nabi. Paling berani, paling gagah, paling pintar, paling arif dan paling
bijaksana.

8
Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik Dan Aqidah Dalam Islam, (Jakarta : Logos Publishing House, hlm. 106.

Anda mungkin juga menyukai