Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari keadaan rata-rata cuaca yang terjadi
pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang sama. Cuaca merupakan keadaan
fisik atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu dalam jangka pendek. Unsur-
unsur cuaca antara lain radiasi matahari, suhu, kelembaban nisbi udara, tekanan
udara, evaporasi, curah hujan, angin,awan dan lain-lain.

Klimatologi pertanian merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan tentang


hubungan antara keadaan cuaca dan problema-problema khusus kegiatan
pertanian, terutama membahas pengaruh perubahan cuaca dalam jangka
pendek.Pengamatan dan penelaahan ditekankan pada data unsur cuaca mikro
yakni keadaan dari lapisan atmosfer permukaan bumi kira-kira setinggi tanaman
atau obyek pertanian tertentu yang bersangkutan.Selain itu dalam hubungan yang
luas, klimatologi pertanian mencakup pula lama musim pertanian, hubungan
antara laju pertumbuhan tanaman atau hasil panen dengan faktor atau unsur-unsur
cuaca dari pengamatan jangka panjang.

BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen


(LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas :
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas
Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi.
Curah hujan merupakan salah satu parameter cuaca yang mana datanya sangat
penting diperoleh untuk kepentingan BMG dan masyarakat yang memerlukan
data curah hujan tersebut.Hujan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi
kehidupan manusia,karena dapat memperlancar atau malah menghambat kegiatan
manusia.Oleh karena itu kualitas data curah hujan yang didapat haruslah
bermutu;memiliki keakuratan yang tinggi.Maka seorang observer / pengamat
haruslah mengetahui tentang alat penakar hujan yang dipakai di stasiun pengamat
secara baik. Salah satu alat penakar hujan yang sering dipakai ialah Penakar hujan
jenis hellman.

Cuaca merupakan suatu keadaaan fisis atmosfer sesaat pada suatu tempat
dipermukaan bumi dalam waktu yang relative singkat.Salah satu unsur cuaca yang
significant dalam present weather (ww) yang diamati oleh seorang
pengamat/observer adalah unsur curah.Banyaknya curah hujan yang mencapai
tanah atau permukaan bumi dalam selang waktu tertentu dinyatakan dengan
ketebalan atau ketinggian air hujan tadi seandainya menutup proyeksi horizontal
permukaan bumi tarsebut dan tidak ada yang hilang karena penguapan, limpasan,
dan infiltrasi atau penyerapan.Oleh sebab itu biasanya banyaknya curah hujan
dinyatakan dengan satuan millimeter(mm).

Untuk menentukan iklim suatu tempat atau daerah diperlukan data cuaca yang
telah terkumpul lama (10-30 tahun)yang didapatkan dari hasil pengukuran cuaca
dengan alat ukur yang khusus atau instrumentasi klimatologi. Alat-alat yang
digunakan harus tahan lama dari pengaruh-pengaruh buruk cuaca untuk dapat
setiap waktu mengukur perubahan cuaca.Alat dibuat sedemikian rupa agar hasil
pengukuran tidak berubah ketelitiannya.Pemeliharaan alat yang baik membawa
keuntungan pemakaian lebih lama.

Pemasangan alat di tempat terbuka memerlukan persyaratan tertentu agar tidak


salah ukur, harus difikirkan tentang halangan dari bangunan-bangunan ataupun
pohon-pohon di dekat alat.Agar data yang diperoleh dapat dibandingkan,
kemudian perbedaan data yang didapat bukanlah akibat kesalahan prosedur, tetapi

2
betul-betul akibat iklimnya yang berbeda. Berdasakan hal tersebut perlunya
adanya pengetahuan mengenai alat-alat klimatologi tersebut, baik dari kegunaan
atau fungsinya dan cara menggunakannya.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum klimatologi pertanian adalah:


1. Agar mahasiswa mengetahui alat-alat yang ada di Stasiun Klimatologi
2. Agar mahasiswa mengetahui fungsi dan prinsip-prinsip kerja alat yang ada di
Stasiun Klimatologi.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Iklim

Curah hujan adalah salah satu indikator perubahan iklim (Ahrens, 1988 dalam
Slamet dan Berliana, 2006). fluktuasi curah hujan dari rata-rata baik bulanan
maupun tahunan serta intensitas hujannya dapat menggambarkan perubahan
iklim. Perubahan iklim adalah berubahnya intensitas unsur-unsur iklim (atau
unsur cuaca) dalam jangka panjang ( 100 tahun). Oleh karena itu, variabilitas
iklim musiman (musim hujan dan kemarau yang berubah mendadak), tahunan
(musim kemarau atau hujan yang berubah periodisitasnya) dan dekadal (kejadian
iklim ekstrim seperti El Nino dan La Nina) tidak termasuk dalam kategori
perubahan iklim.

Perubahan iklim terjadi akibat adanya pemanasan global yang diakibatkan


meningkatnya emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan dari berbagai
kegiatan manusia, seperti industri, transportasi, kebakaran hutan, perubahan tata
guna lahan dan sebagainya. Pada umumnya perubahan iklim tersebut ditandai
dengan terjadinya kenaikan suhu udara di permukaan bumi dan naiknya paras
permukaan laut. Pada umumnya di wilayah benua maritim Indonesia memiliki
variabilitas unsur iklim curah hujan yang lebih besar dibanding unsur iklim
lainnya seperti suhu, tekanan, dan kelembaban udara.

Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat di lihat, yang merupakan salah satu
bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang
melayang-layang di udara. Kabut melayang laying dekat permukaan tanah, kalau
awan melayang- layang di angkasa. Banyaknya uap air yang dikandung oleh hawa
tergantung pada temperatur. Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang
dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975)

Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan.
Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip kesetaraan potensiair
antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat tertentu. Jika ke dalam suatu
ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari larutan tersebut akan menguap
sampai terjadi keseimbangan antara potensi air pada udara dengan potensi air
larutan. Demikian pula halnya jika hidrat kristal garam-garam (salt cristal bydrate)
tertentu dimasukkan dalam ruang tertutup makaair dari hidrat kristal garam akan
menguap sampai terjadi keseimbangan potensi air( Lakitan, 1994 )

2.2 Stasiun Klimatologi

Berdirinya stasiun klimatologi pada suatu daerah didasari pada kebutuhan


masyarakat akan perlunya pengamatan iklim untuk diinformasikan pada masyarak
luas agar dalam melakukan kegiatan bercocok tanam mereka mengetahui masa
tanam dan masa panen yang baik.. Kebutuhan pokok stasiun klimatologi agar
mendapatkan data yang benar diperlukan yaitu:
1. Letak stasiun klimatologi harus memiliki hubungan tanah, air dan iklim
dimana data tersebut diperoleh.
2. Masing-masing instrument harus menghasilkan data-data meteorology yang
benar dan alat-alat tesebut tidak mudah rusak dan mudah dipelihara.
3. Pembacaan alat mudah dilaksanakan dan mudah dicatat
4. Pengamat cukup tersedia dan terlatih dengan baik serta bertempat tinggal tidak
jauh dari stasiun klimatologi demi kelancaran pengamatan.

Klimatologi pada dasarnya mempelajari peranan unsure-unsur cuaca/iklim baik


skala global, regional maupun local atau setempat dalam kegiatan pertanian.
Dalam mempelajari klimatologi terlebih dahulu harus memahami istilah cuaca-
iklim dan meteorologi- klimatologi. Batasan secara klasik menyatakan bahwa
iklim adalah keadaan rata-rata, ekstrim (maksimun dan minimum), frekuensi
terjadinya nilai tertentu dari unsur cuaca ataupun frekuensi dari tipe iklim. Iklim

5
mengkaji dan membahas tentang pola tingkah laku cuaca pada suatu tempat atau
wilayah berulang selama waktu periode waktu yang panjang. Sebagai suatu
sistem, wilayah iklim cakupannya sangat luas mulai dari skala planiter sampai
pada skala lokal atau setempat merupakan kisaran atmosfer secara bersambung.
Kajiannya menyangkut berbagai aspek proses pembentukan iklim (Sabaruddin,
2014).

2.3 Agroklimatologi bagi Pertanian

Pertanian diterjemahkan dari kata agriculture berasal dari bahasa latin yaitu terdiri
dari ager yang berarti lapangan/tanah/lading/tegalan dan cultura yang berarti
mengamati/memelihara/membajak.Pertanian adalah sejenis produksi khusus yang
didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Produksi pertanian
dalam arti luas tergantung dari faktor genetik yang ditanam, lingkungan termasuk
antara lain tanah, iklim dan teknologi yang dipakai. Dalam arti yang sempit terdiri
dari varietas tanaman, tanah, iklim, dan faktor-faktor non teknis seperti
keterampilan petani, biaya produksi dan alat-alat yang kegunaan (Nurmala, dkk.
2012).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibedakan pengertian antara meteorologi


pertanian dan klmatologi pertanian. Cabang ilmu meteorologi pertanian
(agrometeorologi) atau klimatologi (agroklimatologi) adalah ilmu terapan yang
membahas tanggapan (respon) organism terhadap lingkungan fisiknya. Dalam
ariti sempit klimatologi pertanian adalah cabang ilmu yang mengkaji proses fisik
dari atmosfer yang membentuk kondisi skala mikro yang berhubungan dengan
proses produksi sedangkan dalam arti luas sebagai subyek yang mengkaji tanggap
organisme terhadap lingkungan fisik. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa
bidang agrometeorologi lebih menerapkan pengetahuan atmosfer untuk
mewujudkan peningkatan produktivitas sedangkan agroklimatologi lebih tertuju
kearah pengambilan kebijakan untuk pengembangan daerah pertanian
(Sabaruddin, 2014).

6
Pengamatan unsur cuaca dan prediksi dampak perubahannnya terhadap
produktivitas padi di suatu daerah yang luas dengan data satelit inderaha adalah
sangat efektif dan efisien. Analisis perubahan cuaca melalui pengamatan liputan
awan dan intensitas radiasi surya di areal persawahan Pulau Jawa dari data satelit
inderaja dan memprediksi dampaknya terhadap produktivitas padi. Kebutuhan
pangan akan meningkat dengan bertambahnya penduduk, untuk itu Pemerintah
Indonesia dalam memenuhi kebutuhan tersebut, selain mengadakan ekstensifikasi
yang ditempuh dengan jalan mencetak lahan pertanian baru di luar Pulau Jawa,
juga meningkatkan panca usaha tani untuk peningkaran produksi pertanian. Guna
mengambil kebijaksanaan pemerintah untuk menangani kebutuhan pangan perlu
dilakukan pemantauan terhadap kondisi daerah pertanian, khususnya padi.
Produksi tanaman pertanian lebih banyak dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim.
Pertumbuhan dari produksi padi lebih banyak ditentukn oleh aktifitas fotosintesa
tanaman padi yang banyak dipengaruhi oleh liputan awan yang menaungi
tanaman (Kushardono, 2006).

2.4 Hubungan Alat Stasiun Klimatologi Terhadap Pertanian

Pengaruh iklim terhadap tanaman dapat diamati baik bila letak stasiun dapat
mewakili hubungan alamiah antara iklim dengan tanah, air dan tanaman di suatu
daerah pertanian yang. Tempat yang mempunyai iklim berbeda-beda dalam jarak
pendek karena faktor lingkungan yang bersifat khusus seperti: rawa, bukit, danau,
dan kota, sedapat mungkin tidak dipilih untuk lokasi stasiun. Beberapa faktor
lingkungan khusus yang mempengaruhi perubahan iklim antara lain: Vegetasi,
Tinggi tempat, Distribusi darat-laut, Gunung, Perlakuan dan aktivitas manusia
(Taufik, 2010).

Stasiun meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang mengadakan pengamatan


secara terusmenerus mengenai keadaan fisik dan lingkungan (atmosfer) serta
pengamatan tentang keadaan biologi dari tanaman dan objek pertanian lainnya.
Taman alat-alat meteorologi umumnya terdapat pada setiap stasiun meteorologi.
Luas taman alat tergantung pada jenis alat-alat yang dipasang didalamnya.
Tempat untuk membangun taman alat-alat disesuaikan dengan jenis stasiun, agar

7
hasil peramatan cukup representatif, misalnya taman alat-alat untuk keperluan
penerbangan dibangun dekat landasan. Taman alat-alat meteorologi pertanian
dibangun ditempat yang representatif untuk keperluan pertanian (Gunawan,
2007).

8
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengenalan Alat ini dilakukan di Stasiun Klimatologi Pesawaran, pada


hari Rabu, tanggal 04 Mei 2017 pukul 10.00 WIB sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Pada praktikum lapang alat yang digunakan adalah alat tulis menulis dan kamera,
sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum lapang adalah alat-alat
klimatologi yang ada di stasiun klimatologi.

3.3 Metode Praktikum

Metode yang dilakukan dalam Praktikum agroklimatologi kali ini adalah


mendengarkan penjelasan dari perwakilan karyawan Stasiun Klimatologi tentang
pengenalan alat-alat yang terdapat di taman Stasiun Klimatologi, mahasiswa
melihat atau mengamati langsung alat-alat yang terdapat di taman alat Stasiun
Klimatologi, dan memfoto alat-alat yang ada Stasiun Klimatologi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang didapat dari praktikum lapang ini adalah :

No Nama Alat Fungsi


1

untuk mengukur lamanya penyinaran


matahari

Campbell stokes
2

Untuk menentukan suhu tanah gundul


dan tanah berumput

Termometer tanah
3

untuk pengukur curah hujan yang


terjadi

Penakar hujan OBS


4

Untuk menghitung penguapan yang


terjadi

Evaporimeter
5

Untuk pengukur kualitas udara(air


quality meter)

High Volume Sampler


6

untuk mengukur intensitas penyinaran

Aktinograf
7

untuk mengambil sampel air hujan


yang akan diukur konsentrasi kimia
Air Hujan

Automatic Rain Sampler


8

Untuk menentukan suhu rata-rata


harian yang terjadi pada lokasi
pengamatan

11
Psychrometer Standar
9

Untuk pengukur curah hujan otomatis

Penakar hujan hellman


10

untuk mengukur curah hujan

Ombrometer
11

Menentukan kecepatan angin yang


terjadi secara sesaat

Anemometer 10 meter

12
4.2 Pembahasan

Dari praktikum lapang yang telah di lakukan di dapatkan beberapa jenis alat di
Stasiun klimatologi tersebut di mana alat-alat tersebut di gunakan dalam
menentukan cuaca yang akan datang yang nanti nya akan di beritahukan pada
petani supaya petani tahu apa jenis tanaman yang harus di tanaman nya supaya
tidak mengalami kerugian yang sangat besar.

Pengukuran dan pencatan tentang iklim atau cuaca yang penting dalam pertanian
antara lain : Radiasi Matahari, curah hujan (jumlah dan intensitas hujan),
evaporasi atau penguapan (permukaan tanah dan tanaman), suhu atau temperatur
(udara dan tanah), dan angin (arah dan kecepatan angin).

Berikut ini adalah alat-alat yang ada di Stasiun Klimatologi Pesawaran yaitu
sebagai berikut :

4.2.1 Campbell Stokes

Campbell Stokes adalah alat yang berfungsi untuk merekam lamanya penyinaran
matahari. Bola Kaca yang berada pada Campbell Stokes berdiameter 15 cm, dan
berada pada ketinggian 120 cm diatas permukaan tanah, dengan diameter yang
dirancang untuk memfokuskan sinar matahari ke kertas pias yang dipasang
dibelakang bola kaca, fungsinya adalah untuk memungkinkan merekam lamanya
penyinaran matahari dengan cara membakar kertas pias saat matahari menyinari
bola kaca tersebut, jadi dapat diketahui lamanya penyinaran matahari dalam satu
hari. Alat ini hanya mengukur lamanya intensitas matahari saja, Campbell stokes
berupa Kristal penuh, cara kerjanya ialah sinar radiasi yang datang akan
ditembakkan oleh bola Kristal kea rah pias dibawahnya. Posisi pias ini ada 3 arah,
yaitu di equator, di lintang utara dan dilintang selatan. Bila pias berada ditengah
berarti posisi matahari ada di equator bumi, bila posisi bumi bergerak keutara
matahari maka pias akan dipasang diselatan, dan sebaliknya.

13
4.2.2 Termometer Tanah

Termometer Tanah gundul dan berumput digunakan menentukan suhu tanah


gundul dan tanah berumput. Alat ini berguna pada perencanaan penanaman dan
sering digunakan oleh para ilmuwan iklim maupun ilmuwan tanah. Prinsip kerja
alat ini hampir sama dengan termometer biasa, hanya bentuk dan panjangnya
berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada suhu udara. Perubahan
lambat sesuai dengan sifat kerapatan tanah yang kebih besar daripada udara. Alat
ini berfungsi untuk mengukur suhu tanah dengan kedalaman yang berbeda, yaitu 0
cm (permukaan tanah), 2 cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm.
Termometer ini menggunakan cairan air raksa dan diletakkan di tanah yang
permukaan tanahnya berumput pendek, dan tanah gundul. Untuk termometer
dengan kedalaman 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm, dan 20 cm dipasang dengan sudut
kemiringan 60 dan dipasang pada penahan besi untuk memudahkan pembacaan.
Untuk thermometer dengan kedalaman 50 cm dan 100 cm digunakan thermometer
berselubung. Bagian bawah bola thermometer diisi dengan parafin/lilin, hal ini
dimaksudkan untuk memperlambat perubahan suhu ketika diangkat saat
pengamatan/ pembacaan. Hal ini sesuai dengan Tjasyono (1995) yang
menyatakan bahwa temperatur tanah diukur pada keadaan tanah yang berbeda
misalnya 5 cm, 10 cm, 20 cm, 30 cm, 50 cm, dan 100 cm. Untuk pengukuran pada
kedalaman kurang dari 50 cm dipakai termometer tanah yang dibengkokan dan
skalanya menghadap ke atas. Prawirowardoyo (1996) menambahkan bahwa
pembacaan temperatur tanah dilakukan dengan mengangkat termometer dari
dalam tabung besi/ baja dan pembacaan perubahan temperatur yang terjadi karena
pengaruh lingkungannya.

4.2.3 Penakar Hujan OBS

Penakar Hujan Manual (observasi), Alat ini merupakan produk lokal, ketinggian
alatnya 120 cm, kegunaannya untuk mengukur curah hujan saja dalam satuan mm,
system kerjanya sederhana, bila terjadi hujan, maka hujan akan masuk kedalam
gelas ukur yang ukuran maksimalnya 25 mm, jadi setiap selesai hujan petugas

14
langsung mengukur curah hujan pada gelas ukur tersebut, 1 mm air pada gelas
ukur, sama dengan 1 liter air pada luasan 1 m2 bidang dengan catatan tanpa
infiltrasi dan run off. Jadi bila gelas ukur penuh terisi air 25 mm maka akan
dipastikan akan banjir besar dan itu hamper tidak mungkin bila keadaan yang
biasa. Pengkalibrasian alat ini dilakukan setahun sekali yang dilakukan oleh
petugas BMKG pusat.

4.2.4 Evaporimeter

Alat ini bekerja pada pengukuran selisih tinggi permukaan air yaitu selisih tinggi
air hari pertama dan hari kedua. Kelebihan dari piche evporimeter adalah
penggunaanya lebih mudah dan murah. Kekurangannya, alat ini tidak dapat
mengukur secara langsung baik penguapan dari permukaan air dalam alam,
evapotranspirasi nyata, maupun evapotransporasi potensial. Alat yang bernama
Evaporimeter ini digunakan untuk mengukur besarnya evaporasi. Prinsip kerjanya
yaitu perbedaan ketinggian antara awal pengukuran dan akhir pengukuran akibat
penguapan air.

Cara Kerja :
Dalam penggunaan alat ini Setiap pemutar batang pengukur disetel sehingga
hook menempel pada awal air, tunggu beberapa menit dan disetel kembali
sehingga hook menempel pada air dan diukur antar selisih awal dan akhir akibat
evaporasi tersebut. mengamati dan mencatat skala yang tertera pada alat tersebut.

4.2.5 High Volume Sampler

Alat untuk mengukur kualitas udara dinamakan high volume sampler. Fungsinya
untuk mengambil sampel SPM (Suspended Particle Matter). Prinsip kerjanya
yaitu: udara yang mengandung partikel debu dihisap mengalir melalui kertas filter
dengan menggunakan motor putaran kecepatan tinggi. Debu akan menempel pada
kertas filter yang nantinya akan diukur konsentrasinya dengan cara kertas filter
tersebut ditimbang sebelum dan sesudah sampling di samping itu dicatat flowrate

15
dan waktu lamanya sampling sehingga didapat konsentrasi debu tersebut.
Pengambilan sampling nya dilakukan dalam waktu 24 jam secara digital. Jadi alat
pengukur ini bisa menyaring debu yang disebabkan oleh zat-zat kimia yang
berasal dari kendaraan bermotor seperti karbondioksida yang bisa menyebabkan
kualitas udara menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Arya (2001) yang
menyatakan bahwa kualitas udara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas udara yaitu faktor fisik dan faktor kimia.

4.2.6 Aktinograf

Alat ini berguna untuk mengukur intensitas penyinaran. Alat ini berprinsip pada
beda muai logam hitam-putih yang memiliki sifat berlawanan terhadap adanya
cahaya. Perbadaan muai inilah yang digunakan untuk menunjukkan besarnya
intenstas matahari yang ditangkap sensor. Sebagai standar, kubah kaca harus
permiable untuk panjang gelombang untuk panjang gelombang 0,28-2,8
angstrom. Untuk memberikan rekaman yang baik maka alat ini harus ditempatkan
ditempat yang lebih luas.

Kelebihan dari alat ini adalah dapat dipergunakan untuk keperluan pencatatan
rutin, relatif tidak mahal, dan dapat dijinjing. Kekurangannya, aktinograf dwi
logam hanya merekam intensitas radiasi gelombang pendek matahari total,
sehingga sensor yang disungkup dengan kubah kaca yang disyaratkan kedap
terhadap radiasi gelombang panjang serta kelambanan dalam pembacaan sekitar 5
menit dengan nilai kesalahan sekitar 10-15%.

Cara Kerja :
1. Kertas grafik dipasang dan diganti setiap sore hari pada pukul 18.00.
2. Dari grafik yang tergambar diukur luasan dibawah grafik tersebut dengan
alat planimeter. Dari luasan terukur disetarakan terhadapa satuan
kalori/cm/hari.

16
4.2.7 Automatic Rain Sampler

Alat untuk mengukur kualitas air hujan disebut automatic rain sampler. Automatic
Rain Sampler adalah peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel air hujan
wet dan dry. Fungsi alat ini adalah untuk mengambil sampel air hujan yang akan
diukur konsentrasi kimianya. Prinsip kerjanya jika terjadi hujan maka sensor akan
memberikan trigger kepada sistem kontrol untuk membuka tutup tempat
penampungan air yang digerakkan oleh motor listrik, selama hujan penutup
tersebut tetap terbuka kemudian setelah hujan berhenti maka penutup akan
bergerak ke posisi semula. Sehingga air hujan yang di tempat penampungan tak
terkena kotoran lain karena tertutup rapat. Faktor yang mempengaruhi kualitas air
hujan adalah tingkat keasaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Lakitan (2002)
yang menyatakan bahawa salah satu faktor kualitas air hujan adalah pH. Dengan
alat ini juga air hujan tidak mudah tercemar karena apabila air hujan sudah sampai
di permukaan bumi air hujan tersebut sudah tidak murni lagi karena sudah
tercampur dengan debu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno (1996) yang
menyatakan bahwa dalam keadaan murni, air hujan sangat bersih, tetapi setelah
mencapai permukaan bumi, air hujan tidak murni lagi karena ada pengotoran
udara yang disebabkan oleh pengotoran industri atau debu dan lain sebagainya.

4.2.8 Psychrometer Standar

Psikrometer standar digunakan menentukan suhu udara. Cara kerja alat ini adalah
dengan mengembang dan mengkerutnya rambut karena kelembaban udara yang
berbeda akan menggerakkan sistem tuas sehingga pena kelembaban udara
bergerak dan menggores kertas grafis. Cara pemasangan alat ini dengan
menggunakan protable ataupun dipasang pada sangkat meteorologi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Prawirowardoyo (1996) bahwa Psikrometer berfungsi untuk
mengukur kelembaban udara. Psikrometer ini terdiri dari dua termometer yang
identik dan letaknya saling berdekatan. Termometer yang satu tidak diapa-apakan,
sedangkan termometer yang satunya dibalut dengan kain tipis yang selalu basah
Psikrometer ini diletakkan di dalam sangkar Stevenson. Hal ini sesuai dengan

17
pendapat Tjasyono (1995) yang menyatakan bahwa Psikometer ini terdiri dari
termometer bola kering dan bola basah dan alat ini ditempatkan dalam sangkat
meteorologi dalam kedudukan berdiri.

4.2.9 Penakar hujan hellman

Penakar hujan jenis Hellman ini termasuk penakar hujan yang dapat mencatat
sendiri. Jika hujan turun, air hujan masuk melalui corong, kemudian terkumpul
dalam tabung tempat pelampung. Air ini menyebabkan pelampung serta
tangkainya terangkat (naik keatas). Pada tangkai pelampung terdapat tongkat pena
yang gerakkannya selalu mengikuti tangkai pelampung. Gerakkan pena dicatat
pada pias yang ditakkan/ digulung pada silinder jam yang dapat berputar dengan
bantuan tenaga per. Jika air dalam tabung hampir penuh, pena akan mencapai
tempat teratas pada pias. Setelah air mencapai atau melewati puncak lengkungan
selang gelas, air dalam tabung akan keluar sampai ketinggian ujung selang dalam
tabung dan tangki pelampung dan pena turun dan pencatatannya pada pias
merupakan garis lurus vertikal. Dengan demikian jumlah curah hujan dapat
dhitung/ ditentukan dengan menghitung jumlah garis-garis vertikal yang terdapat
pada pias.

4.2.10 Ombrometer Biasa

Alat bernama Ombrometer berfungsi untuk mengukur curah hujan.


Cara Kerja :
Pengamatan dilakukan setiap pukul 07.00 pagi.
1. Data curah hujan harian didapat dengan jalan dibuka dan airnya ditampung
dalam gelas penakar yang bersatuann mm tinggi air.
2. Ketelitian pengamatan sampai 0,2 mm.
3. Hujan kurang dari 0,5 mm dianggap tidak ada meskipun tetap dicatat.
4. Jika gelas penakar penuh, pengukuran dapat dilakukan dengan mengukur
volume air yang tertampung dengan gelas ukur biasa. Karena luas

18
penampang pengukuran curah hujan 100 cm sehingga setiap volume 10 cm
berarti sama dengan 1 mm tinggi permukaan air.

4.2.11 Anemometer 10 meter

Anemometer, yaitu alat untuk mengukur pergerakan udara. Pergerakan udara atau
angin umumnya diukur dengan alat cup counter anemometer, yang didalamnya
terdapat dua sensor, yaitu: cup propeller sensor untuk kecepatan angin dan vane/
weather cock sensor untuk arah angin. Untuk pengamatan angin
permukaan,Anemometer dipasang dengan ketinggian 10 meter dan berada di
tempat terbuka yang memiliki jarak dari penghalang sejauh 10 kali dari tinggi
penghalang (pohon, gedung atau sesuatu yang menjulang tinggi). Tiang
anemometer dipasang menggunakan 3 buah labrang/ kawat penahan tiang, dimana
salah satu kawat/labrang berada pada arah utara dari tiang anemometer dan antar
labrang membentuk sudut 1200. Pemasangan penangkal petir pada tiang
anemometer merupakan faktor terpenting terutama untuk daerah rawan petir. Hal
ini mengingat tiang anemometer memiliki ketinggian 10 meter dengan ujung-
ujung runcing yang membuatnya rawan terhadap sambaran petir.

19
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Alat-alat klimatologi sangat dibutuhkan dalam bidang pertanian, untuk


meningkatkan hasil panen dan untuk mencegah terjadinya gagal panen.
2. Alat-alat yang ada di Stasiun Klimatologi Pesawaran yaitu Campbell stokes,
Penakar hujan OBS, Hellman,Ombrometer biasa Anemometer, evaporimeter,
Psikrometer standar, Aktinograf, Termometer tanah, High Volume Sampler,
Automatic Rain Sampler .

5.2 Saran

praktikan agar bersungguh dalam melaksanakan praktikum ini dan mendengarkan


dengan seksama penjelasan yang diberi oleh instruktur dilapangan agar dapat
mengetahui mengenai alat-alat cuaca.
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan Nawawi, Ir., MS 2007. Pengantar Klimatologi Pertanian. Jakarta:


Dinas Pendidikan.

Hardjodinomo, Soekirno.1975. Ilmu Iklim dan Pengairan. Binacipta. Bandung.

Kushardono, 2006. Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

Lakitan, B. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Nurmala, dkk. 2012. Pengantar Ilmu Pertanian. Bandung: Graha Pustaka.

Sabaruddin, Laode. 2014. Agroklimatologi Aspek-aspek Klimatik untuk Sistem


Budidaya Tanaman. Bandung: Alfa Beta.

Taufik, Muhammad. 2010. Analisis Tren Iklim dan Ketersediaan Air Tanah di
Palembang. Sumatra Selatan: Volume 24 (1) : 42-49.
PRAKTIKUM LAPANGAN AGROKLIMATOLOGI DI STASIUN
KLIMATOLOGI PESAWARAN
(Laporan Akhir Praktikum Agroklimatologi)

Irvan Kurniawan
1414071049

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................
1
1.2 Tujuan.......................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................4
2.1 Iklim............................................................................................ 4
2.2 Stasiun Klimatologi .........................................................................
5
2.3 Agroklimatologi Bagi Pertanian.......................................................
6
2.4 Hubungan Alat Stasiun Klimatologi Terhadap Pertanian.................
7
III. METODOLOGI..................................................................................... 8
3.1 Waktu dan Tempat....................................................................... 8
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 8
3.3 Metode Praktikum ............................................................................
8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................9
4.1 Hasil............................................................................................. 9
4.2 Pembahasan ................................................................................ 13
4.2.1 Campbell stokes .......................................................... 13
4.2.2 Termometer Tanah....................................................... 14
4.2.3 Penakar Hujan OBS..........................................................
14
4.2.4 Evaporimeter ............................................................... 15
4.2.5 High Volume Sampler ................................................ 15
4.2.6 Aktinograf .........................................................................
16
4.2.7 Automatic Rain Sampler .............................................. 17
4.2.8 Psikrometer Standar .................................................... 17
4.2.9 Penakar Hujan Hellman .....................................................
18
4.2.10 Ombrometer Biasa .................................................... 18
4.2.11 Anemometer 10 Meter ............................................... 19
V. PENUTUP ................................................................................................ 20
5.1 Kesimpulan.................................................................................. 20
5.2 Saran ........................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 21

Anda mungkin juga menyukai