Anda di halaman 1dari 15

PERCOBAAN II

PENENTUAN TINGKAT KELARUTAN PADATAN


DALAM PELARUT

ABSTRAK
Percobaan penentuan tingkat kelarutan padatan dalam pelarut bertujuan
mempelajari kelarutan suatu bahan pada berbagai pelarut secara kualitatif.
Prinsip dari percobaan ini adalah perbedaan kelarutan, dimana suatu senyawa
hanya akan larut pada senyawa lain yang mempunyai sifat yang sama (like
dissolves like). Metode yang digunakan yaitu dengan melarutkan solute (zat
terlarut) pada berbagai jenis pelarut dengan range waktu tertentu sehingga dapat
dibandingkan tingkat kelarutan dari beberapa solute dalam berbagai jenis
pelarut. Dari percobaan didapatkan bahwa NaCl dapat larut dalam pelarut:
akuades, HCl, NH4OH, dan aseton tetapi sedikit larut dalam etanol dan tidak
larut dalam kloroform sedangkan CaCl2 dapat larut dalam pelarut : akuades,
HCl, NH4OH, dan etanol tetapi sedikit larut dalam aseton dan tidak larut dalam
kloroform dan NiCl2 dapat larut dalam pelarut : HCl, NH 4OH, akuades, dan
etanol tetapi sedikit larut dalam kloroform dan tidak larut dalam aseton.

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari kelarutan suatu bahan pada berbagai pelarut secara kualitatif.

II. DASAR TEORI


II.1. Larutan
Larutan adalah suatu sistem campuran homogen dari dua zat atau lebih
partikel didalam larutan memiliki ukuran atau dimensi molekuler.
Perbedaan antara pelarut dan zat terlarut sebenarnya relatif, suatu zat pada
suatu saat dapat merupakan zat terlarut (solute) dan pada saat lain
merupakan pelarut (solvent), sehingga dapat dikatakan bahwa zat terlarut
(solute) adalah suatu komponen atau zat yang ada dalam jumlah yang
lebih kecil sedangkan pelarut (solvent) adalah suatu komponen atau zat
yang ada dalam jumlah yang lebih besar. Berdasarkan banyaknya zat
terlarut (solute), larutan dapat dibagi menjadi :
1. Larutan tidak jenuh
Yaitu larutan yang mana solute dapat ditambahkan secara bebas untuk
Membentuk larutan dengan berbagai konsentrasi.
2. Larutan tepat jenuh
Yaitu larutan dimana proses penambahan solute hingga tercapai suatu
Kesetimbangan dinamis antara zat dalam larutan dan zat yang tidak
larut.
3. Larutan lewat jenuh
Yaitu penambahan solute tidak lagi mempengaruhi konsentrasi larutan.
(Petrucci, 1992)
2.2 Kelarutan
Kelarutan atau proses melarut adalah suatu proses perubahan dari
zat asal kedalam medium. Pengertian kelarutan dapat digunakan dalam
beberapa paham yaitu bahwa kelarutan menyatakan pengertian secara
kualitatif dari proses larutan yang dapat didefinisikan sebagai interaksi
spontan dari dua zat atau lebih membentuk disperse molekul hydrogen.
Kelarutan juga digunakan secara kuantitatif untuk menyatakan komposisi
dari larutan yang didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuh, serta kelarutan dapat juga diartikan sebagai banyaknya zat
terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh dalam jumlah tertentu
pelarut dan temperatur konstan. (Sukardjo,1985)
Kelarutan merupakan sifat suatu zat atau kemampuan suatu zat
terlarut untuk melarut dalam suatu pelarut dengan banyak tertentu
menghasilkan suatu larutan. Menurut banyaknya zat terlarut, larutan dibagi
menjadi tiga macam yaitu larutan jenuh, tak jenuh, dan lewat jenuh.
(Underwood, 1996)

2.2.1 Kelarutan Endapan/ Padatan


Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik
kualitatif melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat-zat
yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat yang keluar dari
larutan. Endapan mungkin berupa kristal atau koloid dan dapat
dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan atau sentrifuse.
Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti
penting yang praktis dalam analisis anorganik, semua pekerjaan
dilakukan dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer, perubahan
yang sedikit dari dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer.
Perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai
pengaruh yang berarti atas kelarutan. Terlebih penting adalah
perubahan kelarutan dengan suhu. Umumnya dapat dikatakan, bahwa
kelarutan kristal atau endapan bertambah besar dengan kenaikan
suhu, meskipun dalam beberapa hal istimewa (seperti kalium sulfat),
terjadi yang sebaliknya. Laju kenaikan kelarutan dengan suhu
berbeda-beda dalam beberapa hal sangat kecil sekali, dalam hal-hal
lainnya sangat besar. Pada beberapa hal perubahan kelarutan dengan
berubahnya suhu dapat menjadi dasar pemisahan.
(Vogel, 1990)
2.2.2 Kelarutan dari Padatan Dalam Cairan
Gaya tarikan diantara partikel zat terlarut memainkan peranan
yang lebih besar. Dalam padatan molekul atau ion tersusun dalam
pola yang sangat teratur atau gaya tariknya maksimum. Agar larutan
dapat terbentuk, tari-menarik antara partikel zat terlarut dan pelarut
harus cukup besar untuk memungkinkan dorongan alami untuk
mencapai ketidakteraturan. Dalam padatan ini, dimana gaya tarik-
menarik sangat kuat, sehingga pelarut yang sangat polar seperti air
saja dapat melarutkannya. Pelarut dengan kepolaran besar seperti
metil alkohol atau etil alkohol tidak akan mampu melakukannya, dan
garam seperti NaCl dapat dikatakan tak larut didalamnya tetapi larut
dalam air. (Bird, 1987)

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu:
a. Temperatur
Kebanyakan senyawa anorganik meningkat kelarutannya sejalan
dengan meningkatnya suhu.
b. Sifat Pelarut
Kelarutan yang besar terjadi bila molekul-molekul solute mempunyai
kesamaan dalam struktur dan sifat-sifat kelistrikan dari molekul-
molekul solvent.
c. Sifat Zat Terlarut
Berdasarkan molarnya apabila konsentrasi tinggi maka kelarutannya
lebih tinggi atau besar.
d. Efek Ion Sekutu
Sebuah endapan secara umum lebih dapat larut dalam air murni
dibanding dalam larutan yang mengandung satu dari ion-ion endapan.
e. Efek Aktivitas
Banyaknya endapan menunjukan peningkatan kelarutan dalam larutan-
larutan yang mengandung ion-ion yang tidak bereaksi secara kimiawi
dengan ion-ion dari endapan.
f. Pengaruh pH
Kelarutan dari garam asam lemah tergantung pada pH larutan tersebut,
sehingga meningkatkan kelarutan.
g. Pengaruh Hidrolisis
Garam asam lemah dapat terurai didalam air sehingga perubahan
dalam konsentrasi ion hidrogen bisa cukup besar.
h. Pengaruh Pembentukan Kompleks
Banyaknya endapan membentuk kompleks-kompleks larut dengan ion
dari unsur pengendapan itu sendiri karena adanya efek ion sekutu.
i. Tekanan
Kelarutan semua gas akan naik bila tekanan parsial gas diatas larutan
naik.
(Underwood, 1996)
2.4 Proses Melarutnya Zat Terlarut
Prinsip dasar yang digunakan untuk mengetahui proses melarutnya
zat terlarut kedalam pelarut biasa dikenal dengan istilah Like Dissolves
Like artinya pelarut sejenis akan melarutkan molekul sejenis artinya
pelarut dan molekul zat terlarut saling berinteraksi antar molekul keduanya
dengan membentuk suatu ikatan tertentu diantara keduanya, sehingga
secara termodinamika zat terlarut akan larut dalam pelarut tersbut. Ada
istilah lain yang menghasilkan proses melarutnya zat terlarut dalam
molekul pelarut, yaitu istilah solvasi pelarut. Solvasi pelarut adalah proses
dimana ion-ion solute dikelilingi oleh molekul pelarut dan dengan
membentuk semacam jembatan atau ikatan antara keduanya, misalnya
garam dapur. (Keenan, 1990)

2.5 Proses Pelarutan


Proses terbentuknya suatu larutan hampir selalu terjadi bersamaan
dengan adsorpsi atau pelepasan energi. Jumlah panas yang diadsorpsi atau
dilepaskan bila suatu zat membentuk larutan disebut panas pelarutan yang
diberi lambang H pelarutan. Panas pelarutan adalah perbedaan antara
energi yang dipunyai larutan setelah terbentuk dan energi yang dipunyai
oleh komponen larutan sebelum dicampur, jadi :
H pelarutan = H pelarutan H komponen (Brady,
1999)

2.6 Hasil Kali Kelarutan (Ksp)


Keseimbangan kelarutan yaitu keseimbangan antara sepertu
elektrolit yang sedikit larut dengan larutan jenuhnya. Bila dalam suatu
larutan jenuh MA mengandung elektrolit biner (menghasikan 2 ion) yang
sedikit larut, terdapat padatan MA maka padatan keseimbangan dapat
dituliskan sebagai berikut:
MA(s) M+(aq) + A-(aq)
Untuk hal-hal yang keseimbangan larutan elektrolit yang sedikit larut
biasanya digunakan Ksp. Untuk elektrolit yang mudah larut seperti NaCl,
asumsi bahwa K = Ksp tidak berlaku, selain itu aktivitas ion-ion
elektrolit yang mudah larut sama dengan konsentrasinya. Kelarutan suatu
elektrolit akan berkurang bila dilarutkan dalam larutan yang mengandung
ion senama. Tetapi jika ion tidak senama atau efek garam, akan
meningkatkan kelarutan.
Nilai hasil kali kelarutan juga dapat digunakan untuk menduga
pengendapan akan terjadi apabila dua elektrolit dicampurkan, bila hasil
kali ion lebih kecil dari Ksp maka tidak akan terjadi pengendapan dan jika
hasil kali ion lebih besar daripada Ksp maka akan mengendap. (Bird, 1987)
2.7 Analisa Bahan
2.7.1 NiCl2
Kristal hijau, higrokopis, larut dalam air, dan amonium hidroksida.
(Budavary, 1989)
2.7.2 NaCl
Padatan kristalin putih, larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol,
densitas 2,17 g ml-1, titik leleh 801 oC, titik didih 1413 oC, NaCl
dijumpai sebagai mineral. (Budavary, 1989)
2.7.3 CaCl2
Senyawa putih lembab air yang larut dalam air. Titik leleh 272 oC,
titik didih 7600 oC, densitas 2,15 g ml-1.larut dalam air dan alkohol.
(Budavary, 1989)
2.7.4 Aseton
Cairan tak berwarna yang mudah terbakar, memiliki bau khas yang
lemah, merupakan senyawa reaktif, larut dalam air, berat jenis 0,79
g/ml. Titik leleh -95,40C, titik didih 56,20C. Dibuat dari oksidasi
propan-2-ol, atau hasil samping pembuatan fenol dari kamera.
Digunakan sebagai pelarut, pembuat plastik, dan seluloit. ( Daintith,
1994 )
2.7.5 Aquadest
Cairan tak berwarna yang larut dalam etil alkohol, etil eter, bobot
molekul 18,06 g mol-1, titik leleh 0 oC, titik didih 100 oC, merupakan
pelarut universal, densitas 1 g ml-1. (Daintith, 1994)
2.7.6 Etanol
Merupakan zat cair tak berwarna, bersifat semipolar, bobot molekul
46,07 g mol-1, titik leleh -114,5 oC, titik didih -102 oC, densitas 0,61 g
ml-1. Larut dalam air, eter, kloroform, berbau menyengat, volatil.
(Daintith, 1994)
2.7.7 Kloroform
Cairan atsiri, berbau manis,tan warna, titik leleh -63 oC, titk didih 61
o
C, densitas 1,48 g ml-1. Dibuat melalui reaksi haloform, volatil, larut
dalam alkohol, eter, benzena, sedikit larut dalam air. (Budavary,
1989)
2.7.8 Asam Klorida (HCl)
Gas berasap tan warna, titik leleh -114 oC, titik didih -85 oC, dapat
dibuat dengan memanaskan NaCl dan metana atau reaksi haloform.
Bobot molekul 38,42 g mol-1, densitas 0,47 g ml-1. (Budavary, 1989)
2.7.9 NH4OH
Cairan pada temperatur -78 oC -33 oC dibawah tekanan 1 atm, titik
didih 23 oC, bobot molekul 325 g mol-1, konstanta ionisasi 5 . 10-27.
Bersifat asam lemah, merupakan larutan NH3 dalam air. (Budavary,
1989)

III. METODE PERCOBAAN


3.1 Alat
Tabung reaksi
Pengaduk gelas
Gelas arloji
Gelas ukur
Pipet tetes
Stopwatch
Neraca analitik
3.2 Bahan
Akuades
Kloroform
Etanol
HCl 2 N
NH4OH
Aseton
NaCl
CaCl2
NiCl2

3.3 Skema Kerja

10 ml H2O 10 ml CHCl3 10 ml Etanol 10 ml Aseton 10ml NH4OH 10 ml HCl


tabung reaksi tabung reaksi tabung reaksi tabung reaksi tabung reaksi tabung reaksi
Penambahan 0,3 g padatan
NaCl
Pengamatan perubahan
(kelarutan)
Pencatatan waktu saat seluruh
padatan melarut
Pengulangan terhadap kristal
CaCl2 dan NiCl2

Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Solute NaCl CaCl2 NiCl2


Solvent
Akuades Larut sempurna Larut sempurna Larut sempurna
(t:45,87) (t: 16,76) (t: 14,8)
HCl Larut sempurna Larut sempurna Larut sempurna
(t: 25,01) (t: 9,40) (t: 14,4)
Aseton Tidak larut Sedikit larut Tidak larut
NH4OH Larut sempurna Larut sempurna Larut sempurna
(t: 19,26) (t: 10,19) (t: 16,3)
Kloroform Tidak larut Tidak larut Sedikit larut
Etanol Sedikit larut Larut (t:40,84) Larut (t:20,2)

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari kelarutan suatu bahan pada


berbagai pelarut secara kualitatif. Prinsip dari percobaan ini adalah Like
Dissolves Like, dimana senyawa polar akan melarut dalam senyawa polar dan
sebaliknya senyawa non polar juga akan melarut dalam pelarut non polar. Dengan
didasarkan pada prinsip tersebut, maka reaksi pelarutan senyawa dalam berbagai
pelarut yang berbeda kepolarannya ini dapat diamati secara visual. Dalam
percobaan ini pelarut yang digunakan adalah akuades, etanol, aseton, kloroform,
amonium hidroksida dan asam klorida sedangkan zat terlarut yang digunakan
adalah NaCl, CaCl2 dan NiCl2 dengan menggunakan zat pelarut yang berbeda-
beda maka dapat diketahui perbedaan waktu yang dibutuhkan zat terlarut untuk
melarut.

4.1 Pelarut Akuades (H2O)


Air merupakan molekul yang memiliki struktur tak linier dengan sudut
H-O-H adalah 104,5oC dan merupakan molekul polar karena terjadi
polarisasi antara muatan (+) dan (-) yang disebut dipol (dwi kutub). Suatu
padatan ionik atau kristalin dilarutkan akan terjadi interaksi dipol dan karena
ion dipol lebih besar daripada gaya ikat maka senyawa ionik akan melarut
dan membentuk suatu sistem ion terhidrat.
Pada palarut akuades, NaCl dapat larut karena akan terjadi interaksi ion
dipol dan perbandingan momen dipol diantara keduanya jauh sehingga
molekul NaCl akan lebih mudah berikatan dengan H2O, molekul H2O akan
lebih mudah memutus ikatan NaCl sehingga NaCl akan terdispersi secara
homogen oleh H2O. Ion-ion NaCl yang telah putus dikelilingi oleh ion
solvent yang mempunyai muatan berlawanan. Disamping itu NaCl
mempunyai kelarutan lebih tinggi didalam akuades yang mempunyai
konstanta dielektrik lebih tinggi (81.3 (Taslimah,2002)) dan NaCl
mempunyai energi kisi yang rendah sehingga menyebabkan NaCl lebih
mudah larut. Begitu pula dengan NiCl2 dan CaCl2 yang juga merupakan
padatan ionik yang mempunyai sifat kepolaran yang sama, sehingga akan
mampu larut dalam air.

Reaksi yang terjadi ialah :


NaCl (s) Na+ (aq) + Cl-(aq)
CaCl2(s) Ca2+(aq) + 2Cl-(aq)
NiCl2 (s) Ni2+(aq) + 2Cl-(aq)

Sedangkan yang digunakan sebagai pembanding adalah waktu.


Perubahan dan selisih waktu yang dicatat merupakan parameter untuk
menentukan cepat atau tidaknya padatan NaCl, CaCl2 dan NiCl2 untuk
melarut. Dalam akuades yang lebih cepat melarut adalah NiCl2 dibandingkan
dengan NaCl dan CaCl2. Pengadukan dilakukan untuk mempercepat
kelarutan padatan dalam pelarut.

4.2 Etanol
Etanol memiliki sifat yang mirip dengan air, maka etanol cukup baik
digunakan sebagai pelarut, walaupun konstanta dielektrik rendah (25
(Taslimah, 2002))dengan penurunan energi solvasi ion. Seperti juga air,
autoionisasi pada etanol dapat terjadi pada reaksi:
ROH + ROH ROH2+ + RO-
Dengan adanya sifat tersebut maka dari percobaan dapat diketahui bahwa
NaCl sedikit larut dalam etanol. Hal ini disebabkan karena NaCl adalah
garam yang sangat ionik yang terbentuk dari Na dengan elektronegatifitas
rendah, dengan Cl yang mempunyai elektronegatifitas yang tinggi.
Sedangkan CaCl2 dan NiCl2 dapat larut walaupun dengan waktu yang lama,
karena sulitnya untuk memutuskan ikatan pada NiCl2 dan CaCl2.
Reaksi yang terjadi ialah
CaCl2 Ca2+ + 2Cl-
NiCl2 Ni2+ + 2Cl-
NaCl Na+ + Cl-

4.3 Kloroform
Kloroform adalah pelarut yang sangat reaktif, kloroform juga bersifat
atsiri. Kloroform merupakan pelarut semipolar tetapi tidak dapat melarutkan
CaCl2 dan NaCl, hal ini disebabkan karena kloroform tidak dapat mensolvasi
spesies ionik melainkan untuk senyawa-senyawa yang mempunyai ikatan
kovalen, sedangkan NaCl dan CaCl2 merupakan senyawa ionik sehingga
tidak dapat diikat oleh kloroform dan kloroform tidak dapat memutuskan
ikatan NaCl dan CaCl2 yang menyebabkan solute tersebut tidak dapat larut.
Sedangkan NiCl2 dapat larut walaupun hanya sedikit dan dalam waktu yang
lama. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kloroform adalah pelarut yang
kurang baik untuk padatan garam, karena tidak dapat melarutkan NaCl dan
CaCl2.
NiCl2 + CHCl3 Ni2+ + 2CHCl
NaCl + CHCl3
CaCl2 + CHCl3

4.4 HCl
Pelarut HCl dapat melarutkan padatan ionik karena HCl juga
merupakan pelarut protonik yang hampir sama dengan air yaitu sangat baik
untuk melarutkan zat terlarut yang bersifat ionik meskipun konstanta
dieletriknya rendah ()dari pada H2O. HCl dapat melarutkan ketiga zat
terlarut tersebut yaitu NaCl, CaCl2 dan NiCl2 dengan waktu yang lebih
singkat (cepat). Diantara keenam pelarut dalam percobaan ini HCl
mempunyai waktu yang cepat untuk melarut.
Reaksi yang terjadi ialah
NaCl + H+ Na+ + HCl
CaCl2 + 2H+ Ca2+ + 2HCl
NiCl2 + 2H+ Ni2+ + 2HCl

4.5 NH4OH
Larutan NH4OH merupakan larutan NH3 dalam air, sehingga NH4OH
mempunyai sifat basa lemah. Ketika NH4OH direaksikan dengan NaCl,
dapat larut walaupun membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding H2O.
NH4OH merupakan pelarut yang reaktif terhadap garam hal ini dibuktikan
CaCl2 ketika dilarutkan dalam NH4OH ternyata larut dengan sempurna
denag waktu lebih cepat dibandingkan NaCl dan NiCl2. NH4OH merupakan
solvent yang baik untuk senyawa ionik meskipun konstanta dielektriknya
rendah (22 (Taslimah, 2002)).
Reaksi yang terjadi ialah
Ni2+ + OH- Ni(OH)2
Hijau

CaCl2(s) + 2NH4OH Ca(OH)2 + 2NH4Cl


NaCl (s) + NH4OH NaOH + NH4Cl

4.6 Aseton
Dari percobaan dapat diketahui bahwa garam NaCl dapat larut dalam
aseton, sedangkan garam CaCl2 dan NiCl2 tidak dapat larut dalam aseton, hal
ini terjadi karena aseton mempunyai konstanta dielektrik yang yang cukup
rendah tetapi aseton dapat mensolvasi garam ionik tertentu.
NiCl2 + CHCl3 Ni2+ + 2CHCl
NaCl + CHCl3
CaCl2 + CHCl3

V. KESIMPULAN
6.1. Suatu zat yang dapat larut (terlarut) dalam pelarut (solvent) bergantung pada
sifat
alamiah keduanya dan sesuai sifat Like Dissolves Like.
6.2. Dari percobaan diperoleh hasil sebagai brikut:
a. NaCl dapat larut dalam pelarut: akuades, HCl, NH4OH, dan aseton
NaCl sedikit larut dalam etanol dan tidak larut dalam kloroform.
b. CaCl2 dapat larut dalam pelarut: akuades, HCl, NH4OH, dan etanol
CaCl2 sedikit larut dalam aseton dan tidak larut dalam kloroform.
c. NiCl2 dapat larut dalam pelarut: HCl, NH4OH, akuades, dan etanol
NiCl2 sedikit larut dalam kloroform dan tidak larut dalam aseton.

DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisik Untuk Universitas. PT Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas-Asas dan Struktur. Erlangga : Jakarta
Budavary, Susan. 1989. The Merck Index. Merk and Corp : Railway
Daintith, John. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga : Jakarta
Keenan. 1990. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar. Jilid 2. Erlanggan : Jakarta
Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik. Bina Aksara : Yogyakarta
Taslimah dan Sriyanti. 2002. Reaksi Anorganik. Jurusan Kimia Undip : Semarang
Underwood. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga : Jakarta
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT
Kalman Madia Pustaka Jakarta

HALAMAN PENGESAHAN

Percobaan II
Judul Percobaan : Penentuan Tingkat Kelarutan Padatan Dalam Pelarut
Hari/Tanggal : Senin/23 Mei 2006
Nama Kelompok : 1. Ari Budiono
2. Dwi Purwanti
3. Lara Puspita N
4. Ratna Hari Murti
5. Ronny H
6. Siti Nasiroh
Disetujui pada tanggal : ............................

Semarang, 2 Juni 2006


Mengetahui
Asisten Praktikan

Pulojuhadi Nababan Kelompok III


J2C 002 158

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK II

PENENTUAN TINGKAT KELARUTAN PADATAN


DALAM PELARUT

Kelompok : III (Tiga)


Nama/NIM : -. Ari Budiono NIM. J2C 604 062
-. Dwi Purwanti NIM. J2C 604 065
-. Lara Puspita N NIM. J2C 604 076
-. Ratna Hari M NIM. J2C 604 084
-. Ronny H NIM. J2C 604 087
-. Siti Nasiroh NIM. J2C 604 091
Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 22 Mei 2006
Jam : 07.00 10.00 WIB
Asisten : Pulojuhadi Nababan

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2006

Anda mungkin juga menyukai