Anda di halaman 1dari 3

PERSONAL APPROACH: OBAMA VS TRUMP PADA PERJANJIAN NUKLIR

IRAN

Essay ini di buat untuk memenuhi nilai UAS Foreign Policy Analysis

Wakhidah Hasna Khairunnisa

14010415130054

Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang ke-45 menggantikan
Presiden Barrack Husein Obama menuai berbagai protes dan pertanyaan. Diantara pertanyaan
yang timbul adalah bagaimana sikap Trump terhadap Republik Islam Iran? Apakah ada
pengaruh dan dampak terpilihnya Trump kali ini? Apakah perilaku anti-Iran akan berubah
membaik setelah ini ataukah memburuk? Konflik antara Iran dengan Amerika Serikat sendiri
sangat kompleks dan mustahil diselesaikan dalam waktu singkat. Secara resmi kesepakatan
nuklir Iran atau yang biasa di sebut Geneva Accord and The Joint Plant of Action yang di
sepakati pada 14 Julo 2015 oleh 5+1 yakni Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, Prancis +
Jerman. Amerika meneken perjanjian nuklir Iran pada masa kepemimpinan Presiden Barrack
H Obama yang kala itu menjabat hingga 2015, ketika pergantian kepemimpinan yakni Presiden
Donald Trump kebijakan nuklir Iran diperdebatkan.

Obama, pada masa menjabatnya cenderung menghindari konfrontasi langsung. Obama lebih
memilih menyelesaikan persoalan-persoalan Amerika Serikat melalui jalan damai seperti
diplomasi. Pada masa pemerintahannya, Obama sanggup menyelesaikan dua konflik yang
menjadi sejarah baru bagi Amerika Serikat yakni masalah nuklir Iran dan hubungan Amerika
Serikat dengan Kuba. Saat sedang memerintah, presiden Barrack Obama membuat nota
kesepakatan nuklir Iran untuk meredam pengaruh yang akan muncul ketika Iran mampu
memproduksi nuklir dalam jumlah besar. Nota kebijakan yang dibuat pada masa pemerintahan
Obama yang berasal dari Partai Demokrat ini menuai banyak protes dari partai seberang.
Mereka menilai bahwa masa kepemimpinan Obama adalah fase yang buruk untuk Amerika
Serikat. Terang saja, pada masa kepemimpinan sebelum Obama yakni George Bush, Amerika
Serikat bersikap keras terhadap Iran. Bush dan Trump berasal dari partai yang sama, yakni
Partai Republik.

Pada masa kepemimpinan Trump, ia menolak untuk menindaklanjuti nota pengesahan yang
seharusnya di perbaharui setiap 90 hari sekali untuk menjamin bahwa Iran mentaati nota
kesepakatan tersebut. Perubahan pandangan Amerika Serikat terhadap Iran menimbulkan
konflik internasional tersendiri. Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Trump menjadi satu-
satunya negara yang tidak puas dengan nota kesepakatan diantara lima kekuatan dunia lainnya.
Amerika Serikat terutama Trump khawatir dengan potensi menguatnya Iran jika negara
tersebut dibiarkan memiliki nuklir. Toh yang diminta oleh Iran diturunkannya sanksi dan untuk
memperoleh izin memproduksi uranium sesuai dengan perjanjian Non-Proliferasi tang di teken
Iran 1 Juli 1968. Menurut Trump dengan ia tidak menyetujui untuk berdamai dengan Iran
memiliki alasan tersendiri. Trump berpendapat bahwa ketika Amerika menyetujui untuk
berdamai dengan Iran sama halnya dengan Amerika Serikat menjual Israel. Keputusan Obama
untuk berdamai dengan Iran menimbulkan banyak kekecewaan yang berasal dari sekutu
Amerika Serikat yang berada di Timur Tengah untuk mengintervensi Iran.

Pengaruh darimana partai pemimpin Amerika Serikat sepertinya memiliki andil besar dalam
hal penentuan kebijakan berkaitan dengan Iran. Pada masa kepemimpinan George Bush yang
berasal dari Partai Republik, Bush mengeluarkan aksi keras terhadap Iran, dan Partai Republik
adalah partai yang sama dengan Donald Trump. Pengaruh partai untuk seorang pemimpin
sangat penting. Mengingat semua kebijakan apapun yang dikeluarkan oleh pemimpin harus
melalui pembahasan dengan partai dimana ia bernaung. Partai Republik terkenal dengan the
party of money, partai yang disokong oleh orang orang kaya dan terkenal arogan. Sedangkan
hal tersebut berbeda dengan Obama yang berasal dari partai Demokrat yang mengusung
diplomasi damai untuk menyelesaikan masalah. Ketakutan lain Trump kepada Iran adalah,
bertambah kuatnya ekonomi dan militer sehingga dapat menguasai Timur Tengah, ditambah
dengan sikapnya yang anti-Amerika. Faktor utama dalam penolakan nota kesepakatan ini
penulis rasa berasal dari dorongan dan keengganan Trump pribadi berdamai dengan Iran yang
memiliki prinsip anti-Amerika dan juga menurut Trump jika AS berdamai dengan Iran dalam
nota kesepakatan nuklir tersebut, maka sama saja dengan AS menjual Israel dan
mengembalikan kepentingan Amerika di Timur Tengah. Jika dilihat baik baik, perbedaan sudut
pandang partai dalam menanggapi permasalahan terlihat jelas dalam kasus nota kesepakatan
nuklir Iran tersebut. Trump tampak mengulang gaya kepemimpinan Bush yang acapkali
menimbulkan kontroversi internasional dan Obama yang berasal dari partai Demokrat
memimpin dengan gaya yang akomodatif terhadap negara Islam di Timur Tengah maupun
Asia.
REFERENSI

1. CNN Internasional, CNN Indonesia. Senin 22/09/2014

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20140922155915-120-3985/10-fakta-mengenai-
nuklir-iran//

2. Hasibullah Satrawi. Selasa 31/01/2017

http://www.dakta.com/news/8035/pengamat-trump-mengulang-gaya-kepemimpinan-bush//

3. https://www.kompasiana.com/sabdullah/59e1cf6cc226f949935ec152/yang-perlu-
diketahui-tentang-kesepakatan-nuklir-iran//
4. http://www.gmniyogyakarta.com/obama-dan-soal-nuklir-iran//
5. http://parstoday.com/id/radio/world-i31111-
kebijakan_as_terhadap_iran_di_masa_trump_(bagian_1)//
6. http://parstoday.com/id/radio/world-i31297-
kebijakan_as_terhadap_iran_di_masa_trump_(bagian_2_habis)//
7. http://parstoday.com/id/radio/world-i45941-
kesepakatan_nuklir_iran_dan_konflik_internal_amerika//

Anda mungkin juga menyukai