PENDAHULUAN
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) merupakan kematian janin yang berkaitan
dengan ekspulsi komplet atau ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada durasi yang
kematian janin juga masih terbatas dan belum terdokumentasi dengan baik.
Padahal laporan tersebut dapat menjadi acuan atau rujukan yang berguna dalam
2,14 3,82 juta jiwa.1 Angka ini bervariasi tergantung pada kualitas perawatan
medis yang tersedia di negara bersangkutan dan definisi yang digunakan untuk
mengelompokkan kematian janin. Angka insidensi ini pun belum termasuk yang
sudah maju. Hal ini dipersulit dengan kurangnya data pelaporan dan survei
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa gambaran karakteristik ibu hamil dengan Intra Uterine Fetal Death
pada kehamian?
2. Berapa banyak proporsi setiap faktor resiko tersebut ?
Uterine Fetal Death (IUFD) di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Fetal Death (IUFD) pada ibu hamil di RSUD dr. Doris Sylvanus
(IUFD) pada ibu hamil di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2
Manfaat yang diharapkan bisa diambil dari diadakannya penelitian ini yaitu:
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
dengan keadaan ibu pada saat hamil mencakup usia ibu, usia kehamilan ibu,
jumlah anak yang dimiliki (paritas), riwayat penyakit dalam kehamilan serta
Ketiadaan daya hidup janin pada berbagai tahap merupakan kematian janin.
komplet atau ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada durasi yang tidak dapat
yang tidak diinduksi.1 Kematian janin diindikasikan oleh adanya fakta setelah
terjadi ekspulsi atau ekstraksi, janin tidak bernafas atau menunjukkan tanda-
tanda lain dari kehidupan seperti detak jantung, pulsasi umbilical cord, atau
gerakan yang berarti dari otot-otot volunter. Detak jantung tidak termasuk
kontraksi transien dari jantung, respirasi tidak termasuk pernafasan yang sangat
4
awal (<20 minggu kehamilan), pertengahan (20-27 minggu kehamilan) dan
IUFD (Intra Uterine Fetal Death) merupakan kematian janin yang terjadi
dan dianggap sebagai kematian janin jika terjadi pada janin yang telah berusia 20
minggu atau lebih, dan bila terjadi pada usia di bawah usia 20 minggu disebut
adalah kematian yang terjadi bila usia janin 20 minggu dan berat janin waktu
Pada dasarnya untuk membedakan IUFD dengan aborsi spontan, WHO dan
bahwa statistik untuk IUFD termasuk di dalamnya hanya kematian janin intra
uterine dimana berat janin 500 gr atau lebih, dengan usia kehamilan 22 minggu
atau lebih. Tapi tidak semua negara menggunakan pengertian ini, masing-masing
Penyebab dari kematian janin intra uterine yang tidak dapat diketahui
dibedakan berdasarkan penyebab dari faktor janin, maternal dan patologi dari
plasenta.5
a. Faktor Ibu
5
1. Ketidakcocokan Rh darah Ibu dengan janin
8. Ruptur uteri
9. Kematian Ibu
b. Faktor Janin
2. Kelainan kromosom
4. Malformasi janin
5. Kehamilan multipel
c. Faktor Plasenta
1. Perlukaan cord
6
4. Vasa Previa
Janin saat ini dipandang sebagai pasien yang menghadapi resiko mortalitas
kematian janin di seluruh dunia diperkirakan mencapai rentang 2,14 3,82 juta
jiwa. Angka ini mengalami penurunan pada tahun 2009, yaitu sejumlah 14,5%.
Kisaran angka tersebut adalah 18,9 lahir mati per 1000 kelahiran.4 Pada tahun
2005, data dari Laporan Statistik Vital Nasional menunjukkan tingkat nasional
AS kelahiran mati rata-rata 6,2 per 1000 kelahiran.6 Pada tahun 2009, jumlah
global diperkirakan saat dilahirkan adalah 2,64 juta (berkisar ketidak pastian,
2,14-3820000). Tingkat kelahiran mati di seluruh dunia menurun 14,5% dari 22,1
bayi lahir mati per 1000 kelahiran pada tahun 1995-18,9 lahir mati per 1000
kehamilan dari persalinan terakhir dan usia ibu hamil di atas 40 tahun.
7
a. Status Ekonomi
kematian bayi, tetapi sosial ekonomi yang buruk akan mempengaruhi seseorang
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan gizi yang baik selama kehamilan.
Keadaan sosial ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan malnutrisi dan
(Manuaba, 1998).
kematian bayi, akan tetapi akan berpengaruh terhadap kesadaran ibu dalam
kepercayaan dan kebiasaan ibu, serta perhatian dan perawatan terhadap dirinya
bahwa probabilitas kelangsungan hidup bayi lebih tinggi pada bayi yang lahir
c. Umur Ibu
yang aman adalah pada rentang usia 20 tahun hingga usia 35 tahun. Pada usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun risiko terjadinya prematuritas dan
8
komplikasi kehamilan akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pada
usia kurang dari 20 tahun kondisi ibu masih dalam masa pertumbuhan sehingga
usia lebih dari 35 tahun seorang ibu sudah mulai dihinggapi berbagai macam
persalinan bayi karena faktor usia maupun penyakit yang dideritanya (Manuaba,
1998: 36).
Raymond dkk (1994) menyatakan bahwa usia lanjut (35 tahun) akan
meningkatkan risiko untuk melahirkan bayi mati. Cattingius dkk (1993) juga
menyatakan bahwa umur ibu yang semakin lanjut (35 tahun) memiliki risiko
untuk melahirkan bayi kecil masa kehamilan (KMK). Hasil penelitian Adimoelja
(2004), pada periode 1 Januari 200231 Desember 2003 di Rumah Sakit Umum
Pusat Manado didapatkan angka kematian perinatal yang tinggi pada kelompok
d. Pengetahuan
kesehatan ibu dan bayi. Pengetahuan ibu diantaranya meliputi pengetahuan ibu
e. Paritas
9
Seorang ibu yang sudah mempunyai empat anak atau lebih dan menjadi
hamil lagi keadaan kesehatannya sudah tampak menurun dan sering mengalami
kurang darah (anemia). Selama hamil sering terjadi perdarahan jalan lahir dan
letak bayi sungsang atau melintang. Akibat keadaan tersebut maka persalinan
menjadi sulit dan lama, bahkan mengalami perdarahan dan infeksi. Paritas di atas
333).
dengan jumlah kelahiran yang dialami oleh seorang ibu. Jumlah kelahiran yang
berhubungan dengan terjadinya risiko kematian ibu adalah kelahiran lebih dari
empat. Kelahiran pertama pada umumnya mempunyai risiko relatif tinggi karena
dari ibu. Kelahiran ke dua dan ke tiga adalah yang paling kurang risikonya.
baik untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, mengingat setiap kehamilan
membawa risiko kesehatan yang potensial untuk ibu, walaupun ibu tersebut
Hamil disertai dengan penyakit yang sudah ada sebelum kehamilan dan
menjadi lebih berat karena pengaruh kehamilan itu, atau karena penyakit yang
10
timbul selama kehamilan itu sendiri. Penyakit yang menyertai antara lain
berikut:
persalinan, dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan. Makin
lama periode laten makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan
2) Pre-eklampsi / Eklampsi
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
dalam golongan ringan dan berat, sedangkan eklampsi merupakan kelanjutan dari
pre-eklampsi berat ditambah dengan kejang atau koma yang dapat berlangsung
Pre-eklampsi dikatakan berat jika satu atau lebih tanda atau gejala di
bawah ini ditemukan : (1) Tekanan sistolik 160 mm Hg atau lebih atau tekanan
pemeriksaan kualitatif. (3) Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500cc/ 24
jam. (4) Kenaikan kadar kreatinin plasma (5) Keluhan serebral, gangguan
11
penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium. (6) Edema paru-paru atau sianosis.
(7) Trombositopenia berat, < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan
545).
pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar faksi selama 2 jam terakhir
berakhir. Hal ini dapat meningkatkan kejadian asfiksia dan Intra Uterine Fetal
4) Persalinan Lama
dalam waktu 18-20 jam dan pada multigravida (kehamilan lebih dari satu) selama
12-14 jam, mereka yang lebih lama dari 24 jam disebut persalinan lama.
Kontraksi rahim selama 24 jam tersebut telah dapat mengganggu aliran darah
menuju janin, sehingga janin dalam rahim menjadi dalam situasi yang berbahaya
12
2.1.4 Patogenitas, Patofisiologi dan Tanda-Gejala Intra Uterine Fetal Death
Sesuai dengan etiologi dari kematian janin dalam rahim atau Intra Uterine
Fetal Death (IUFD), kematian janin disebabkan oleh tiga permasalahan pokok
yaitu kausa dari janin, kausa dari ibu, dan kausa dari plasenta. 5 Penyebab dari
janin bisa berasal dari cacat genetik atau malformasi kongenital mayor, infeksi
janin, gestasi multipel, dan cacat lahir non kromosom.8 Dari penyebab maternal
yang berakibat IUFD antara lain faktor diabetes tidak terkontrol, hipertensi
Faktor-faktor kausa dari plasenta berupa adanya ruptura plasenta prematur, vasa
dan semacamnya.10,11
1. Kausa Janin
karena faktor janin itu sendiri. Kausa pada janin tersebut mencakup cacat
13
Infeksi janin merupakan kausa yang konsisten dengan tingkat
yang diderita janin, semakin buruk kemungkinan janin untuk dapat hidup di
dalam uterus. Beberapa infeksi janin yang dapat membahayakan janin antara
Sekitar 80% wanita hamil terinfeksi rubella dan ruam selama 12 minggu
pada akhir trimester kedua sebanyak 25%. Adanya infeksi virus Rubella ini
terjadi. Gejala dan tanda klinis yang didapatkan berupa berat lahir rendah,
14
anemia, ikterus, hepatosplenomegali, kalsifikasi intrakranial, limfadenopati,
demikian, infeksi ini tergolong infeksi yang berat karena menimbulkan syok
dan sangat toksik, sehingga berakibat pada kematian ibu janin. Infeksi
sepsis nifas). Oleh karena itu, infeksi Streptococcus merupakan infeksi yang
yang kompeten.8
2. Kausa Maternal
hanya memiliki peranan yang kecil. Beberapa penyakit dari ibu yang
sebab yang jarang jumlah kejadiannya. Pada intinya, kasus kematian janin
yang disebabkan oleh kausa ibu diakibatkan oleh adanya gangguan sistemik
pada ibu, dimana gangguan sistemik tersebut mengganggu perfusi darah dari
15
ibu ke janin.12,14 Penyebab lainnya seperti penurunan alfa feto protein, cukup
140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan, tetapi belum
dan aktivasi endotel disertai dengan adanya kombinasi antara hipertensi dan
grand mal pada seorang wanita dengan preeklampsia yang tidak dapat
peningkatan afterload jantung. Hal ini akan semakin parah bila mencapai
16
jantung. Bila keadaan ini terus dibiarkan, maka akan mengganggu perfusi
nyeri kepala, nyeri epigastrium, dan peningkatan tekanan darah yang nyata.
24 jam sebesar 2 gram atau lebih, dan proteinuria 2+ atau lebih yang
mengidap diabetes sebelum hamil (overt), dan yang mengidap saat hamil
(gestasional).
pada metabolisme glukosa. Keadaan ini dapat menimbulkan efek bagi ibu
dan janin. Efek yang akan dialami janin adalah makrosomia disertai trauma
lahir karena distosia bahu. Hal ini disebabkan oleh karena pengendapan
17
terjadinya. Kemungkinan paling besar adalah adanya trauma janin saat lahir
akibat distosia bahu atau diabetes dipandang sebagai pemicu hipertensi pada
3. Kausa Plasenta
bersifat dependent, tidak bisa berdiri sendiri, atau tergantung dari adanya
janin antara lain solusio plasenta, infeksi plasenta dan ketuban, infark
18
banyak pembuluh darah dan plasenta yang terlepas. Karena masih teregang
Darah yang keluar dapat memisahkan selaput ketuban dari dinding uterus
dan akhirnya muncul sebagai perdarahan eksternal atau tetap dalam uterus.
totalis.20 Gambaran klinis solusio plasenta ringan hingga berat pun berbeda.
dengan bagian janin masih teraba. Solusio plasenta sedang terjadi sakit perut
terus menerus, nyeri tekan, bagian janin sukar diraba, BJA sukar diraba
lebih dari duapertiga luas, uterus tegang seperti papan, nyeri hebat, dan ibu-
plasenta terjadi karena akibat dari sumbatan pasokan vaskuler ibu, yaitu
spiralis.20 Secara umum, etiologi dari infark plasenta ini terjadi karena
19
dengan darah ibu, sehingga menyebabkan bekuan darah pada vilus-vilus.
Dari sini, terbentuklah trombosis arteri vilus pada janin dan bahkan berakibat
Pada anamnesis ibu hamil tidak merasakan ada pergerakan janin dan
pemeriksaan x-ray ditemukan Spalding sign dan Roberts sign, dan pada
yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit sehingga terjadi
DIC).
20
Dampak dari adanya DIC tersebut adalah terjadinya
biasa pada 4-5 minggu sesudah IUFD. Kadar normal fibrinogen pada wanita
Selain dari komplikasi fisik yang serius pada ibu, dampak secara
kejiwaan pun dapat terjadi. Dampak psikologis dapat timbul pada ibu setelah
2004). Hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan jiwa ibu. Faktor resiko
kehidupan, tidak ada denyut jantung janin, ukuran kepala janin dan cairan
ketuban berkurang.7
21
Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien.Sebaiknya
pemisahan antara selaput ketuban dengan Segmen Bawah Rahim. Hal ini akan
serviks menjadi matang.11,14 Efek samping dari kateter Foley ini adalah
22
demam intrapartum atau postpartum, perdarahan per vaginam pasca
Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis
menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan
jangan melebihi 4 dosis. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika. Jika tes
pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada
setelah diagnosis, pasien belum ada tanda untuk partus, maka pasien harus
23
Protokol untuk Pemeriksaan Bayi Lahir Mati
Malformasi Prolaps
Konsistensi
Volume
kepada pasien dan keluarganya bahwa bukan suatu kegawatan dari bayi yang
sudah meninggal :
24
Beberapa penelitian menyebutkan kisaran angka kekambuhan lahir mati
hasil.8
pengobatan
4. Mendeteksi gejala awal IUFD atau tanda fetal distress,
5. Diberlakukannya tindakan Cut off untuk terminasi kehamilan.
25
BAB III
Intra Uterine
Fetal Death
(IUFD)
26
Faktor Umur, paritas, usia
Maternal kehamilan dan
Komplikasi kehamilan
Faktor
Fetal
Gambaran
Intra Uterine kejadian IUFD
Fetal Death pada pasien yang
Faktor dirawati di RSUD
Plasenta dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya
Januari
Desember 2015
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Populasi
a. Populasi target = Pasien-pasien ibu hamil yang mengalami Intra
27
b. Populasi terjangkau = Populasi target ibu hamil yang dirawat dan bersalin
Death (IUFD)dan bersalin di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya yang
1. Variabel Terikat
Intra Uterine Fetal Death (IUFD) pada RSUD dr. Doris Sylvanus
2. Variabel Bebas
28
Janin yang mati dalam Rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih
atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
2. Faktor Maternal
mengalami IUFD (usia ibu hamil, usia kehamilan, paritas, komplikasi dalam
kehamilan).
Ukur Ukur
Terikat
1. Intra Uterine Fetal Janin yang mati dalam Rekam IUFD positif; Nominal
atau lebih
Bebas
2. Riwayat Maternal Faktor-faktor yang Rekam
29
medik 20-35;
>35 tahun
b. Usia kehamilan Usia kehamilan ibu hamil Rekam >20-<27; Ordinal
37-42;
yang IUFD medik >42 minggu
c. Paritas Jumlah kehamilan yang Rekam Nullipara; Nominal
kehamilan
e. Preeklampsia Hipertensi yang timbul Rekam Positif; Negatif Nominal
proteinuria
f. Eklampsia Preeklampsia yang disertai Rekam Positif; Negatif Nominal
membahayakan maternal
h. Polihidramnion Volume air ketuban lebih Rekam Positif; Negatif Nominal
Rekam medik
30
Data sekunder (pengambilan kelompok sampel penelitian berdasarkan data
penelitian dengan data yang disajikan dalam bentuk tabel, gambar atau grafik.
31
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Total responden ibu hamil dengan IUFD yang dirawat di RS Doris Sylvanus
dari periode 1Januari hingga 31 Desember 2015 adalah sebesar 57 orang. Jumlah
sampel yang digunakan berdasarkan data yang memenuhi kriteria adalah sebesar 44
ibu hamil dengan IUFD.
>35 13
Berdasarkan usia ibu dengan IUFD didapatkan 1 pasien dengan usia kurang
dari 20 tahun, 30 pasien dengan usia 20 sampai 35 tahun, dan 13 pasien dengan usia
lebih dari 35 tahun. Insidensi ibu hamil dengan IUFD di ruang Cempaka RSUD Doris
32
Sylvanus periode 1 Januari sampai 31 Desember 2015, terbanyak pada ibu hamil
dengan usia 20 sampai 35 tahun.
37- 42 15
>42 1
usia kehamilan lebih dari 20 minggu sampai kurang dari 37 minggu, 15 pasien
dengan usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, dan 1 pasien dengan usia
kehamilan lebih dari 42minggu. Insidensi ibu hamil dengan IUFD di ruang Cempaka
33
RSUD Doris Sylvanus periode 1 Januari sampai 31 Desember 2015, terbanyak pada
Paritas 0 12
Paritas 1-3 19
Paritas 4 13
orang dengan paritas 1-3 dan 13 orang paritas 4. Insidensi ibu hamil dengan IUFD
34
Tabel 4 Pasien hamil dengan IUFD berdasarkan faktor maternal periode 1
Januari 31 Desember 2015
Berdasarkan faktor maternal pada ibu hamil dengan IUFD didapatkan 1 orang
persalinan lama, 2 orang dengan anemia dan 6 orang dengan kala II lama. Insidensi
ibu hamil dengan IUFD di ruang Cempaka RSUD Doris Sylvanus periode 1 Januari
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian IUFD
Intra Uterin Fetal Death (IUFD) merupakan kematian janin dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
hemailan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin atau infeksi.1,2
Persentasi umur ibu yang berisiko tinggi mengalami kejadian IUFD paling
banyak ditemukan di RSUD dr. Doris Sylvanus pada ibu yang berusia reproduktif
yaitu usia 20 sampai 35 tahun (68%) sebanyak 30 kasus. Diikuti dengan terbanyak
kedua usia >35 tahun (29,5%) sebanyak 13 kasus dan usia <20 tahun (2,27%) hanya
ditemukan 1 kasus dalam periode 1 Januari 31 Desember 2015.
35
Prevalensi kematian janin tertinggi yaitu pada usia reproduktif. Hasil penelitian
tersebut sesuai dengan teori yang didapatkan bahwa ibu usia reroduktif memiliki
peran yang dominan terhadap kematian IUFD. Umur merupakan salah satu hal yang
penting dalam status reproduksi. Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan
perkembangan dari organ-organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan
emosi atau kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan yang tidak
secara langsung dapat mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Sedangkan umur
ibu yang masih muda organ-organ reproduksi dan emosi belum cukup matang, hal ini
disebabkan adanya kemunduran organ reproduksi secara umum.1
Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dkk
menyimpulkan bahwa kondisi ibu yang terlalu tua maka risiko untuk terserang
penyakit seperti hipertensi, autoimun, DM akan lebih mudah. Omarsari dkk
mengatakan bahwa adapun untuk umur >35 tahun sebagian besar akan mengalami
ketidaknormalan kromosom, congenital, anomaly, diabetes gestasional, palsenta
previa dan aborsio plasenta. Umah dkk menyimpulkan bahwa umur >35 tahun
memiliki risiko sebesar 3,35 kali untuk mengalami kematian perinatal.1
4.2.2 Hubungan Usia Kehamilan Ibu dengan Kejadian IUFD
Usia kehamilan >20 minggu atau <37 minggu menggambarkan tingginya angka
kejadian IUFD pada penelitian ini yaitu sebesar 63,6% dari 44 kasus IUFD . Usia
kehamilan 32 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm). Berdasarkan hasil
analisis data menunjukkan bahwa proporsi ibu dengan persalinan preterm yang
mengalami komplikasi langsung/ penyulit obstetris lebih besar.
Sekitar 30% usia persalinan preterm disebabkan oleh komplikasi langsung
obstetris berupa ketuban pecah dini (KPD), preeklamsia, gawat janin, pertumbuhan
janin terhambat (IUGR), perdarahan anter partum (HAP) dan IUFD. Meningkatnya
prevalensi kematian janin pada usia kehamilan preterm sejalan dengan teori yang
menyebutkan bahwa ibu dengan komplikasi obstetris tersebut berisiko mengalami
preterm karena komplikasi langsung obtetris dapat mengindikasikan seorang ibu
hamil terindikasi untuk segera diakhiri persalinannya akibat keadaan gawat janin
hingga mencapai kematian janin. Namun kematian janin sekitar 40-60% belum
36
diketahui penyebabnya secara pasti. Diduga berhubungan dengan faktor-faktor yang
lain (faktor genetik, riwayat obstetris, dan lingkungan serta obat-obatan).1,2
Disamping itu nilai usia kehamilan ibu >42 minggu (postterm) berjumlah 1
kasus atau setara dengan 2,27% prevalensi IUFD dari periode 1 Januari hingga 31
Desember 2015. Hasil penelitian tersebut didukung oleh teori yang menyatakan jika
kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya
akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban
bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk
ke dalam paru-paru janin sehingga membuat gangguan sirkulasi (nutrisi dan O2)
janin tidak adekuat.1,2
4.2.3 Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian IUFD
Jumlah IUFD pada wanita dengan paritas 0 dan lebih dari 4 memiliki nilai yang
tinggi yaitu masing-masing 12 orang dan 13. Jumlah IUFD yang tinggi ini didukung
dengan teori menurut Wiknjosastro (2005) bahwa paritas yang berisiko melahirkan
IUFD adalah paritas nol yaitu bila ibu pertama kali hamil dan paritas lebih dari
empat. Makin tinggi paritas ibu maka makin kurang baik endometriumnya. Hal ini
dapat berpengaruh pada kehamilan berikutnya karena kondisi rahim ibu belum pulih
untuk hamil kembali diakibatkan oleh vaskularisasi yang berkurang ataupun
perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan yang lampau sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya kematian janin dalam kandungan. Selain itu, menurut
penelitian Triana A (2012) yang menyatakan bahwa ibu yang memiliki paritas 0 dan >
4 berisiko melahirkan dengan IUFD 1,5 kali dibandingkan ibu yang memiliki paritas
1-4.
Meskipun demikian jumlah IUFD pada paritas 1-3 juga memiliki jumlah yang
besar yaitu mencapai 19 orang. Hal ini dimungkinkan karena faktor lain yang dialami
ibu seperti masalah ketuban pecah dini, hipertensi dalam kehamilan persalinan lama
dan sebagainya.
37
DAFTAR PUSTAKA
ACOG Committee opinion. 1995. Perinatal and infant mortality statistics. Committee
Barfield WD, et al. 2002. Contribution of late fetal deaths to US perinatal mortality
29 Mei 2011.
Cunningham, F.G., etc. 2005. Kematian Janin. Obstetri Williams vol. 2, edisi 21.
38
Flenady V, et al. 2011. Major risk factors for stillbirth in high-income countries: a
French AE, Gregg VH, Newberry Y, et al. 2005. Umbilical cord stricture: a cause of
29 Mei 2011.
Gomez Ponce de Leon R, Wing DA. 2009. Misoprostol for termination of pregnancy
with intrauterine fetal demise in the second and third trimester of pregnancy - a
2011.
Korteweg, F.J., etc. 2009. Diverse Placental Pathologies as the Main Causes of Fetal
Death.Obstet Gynecol ; 114 (4) : 809-17 (on-line). Diakses pada 24 Mei 2011.
39
Maroef, S., etc. 2003. Toksoplasmosis Ibu Hamil di Indonesia. Cermin Dunia
Mei 2011.
MacDorman, M.F., etc. 2009. Fetal and Perinatal Mortality. National Vital Statistic
association between a higher preventive labor induction rate and improved birth
29 Mei 2011.
Nybo Andersen AM, Hansen KD, Andersen PK, et al. 2004. Advanced paternal age
POGI : Standar Pelayanan Medis Obstetri dan Ginekologi, edisi revisi. 2006.
Rahayu, E.B. 2008. Respon dan Koping Ibu Hamil yang Memiliki Riwayat Kematian
40
Rambulangi, J. 2003. Beberapa Cara Prediksi Hipertensi dalam Kehamilan. Cermin
Dunia Kedokteran : no. 139, edisi Kebidanan dan Kandungan (on-line). Diakses
Preeklampsia Berat dan Eklampsia. Cermin Dunia Kedokteran : no. 139, edisi
Roeshadi, H.R., 2006. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu
Sumatera Utara, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Kebidanan
Silver RM. 2007. Fetal death. Obstet Gynecol. Jan 2007;109(1):153-67. Diakses pada
29 Mei 2011.
and the Subsequent Risk of Suddent Infant Death Syndrome. The New England
Suparman, E., etc. 2003. Management of Placental Abruption and Incomplet Uterine
no.139, edisi Kebidanan dan Kandungan (on-line). Diakses pada 22 Mei 2011.
Utama, S.Y. 2008. Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia
Berat pada Ibu Hamil di RS Raden Mattaher Jambi tahun 2007.Jurnal Ilmiah
41
Universitas Batanghari Jambi vol. 8, no. 2, Juli 2008 (on-line).Diakses pada 5
Juni 2011.
Weiss HB, Songer TJ, Fabio A. 2001. Fetal deaths related to maternal
42