Anda di halaman 1dari 23

PENYIMPANAN VAKSIN DAN

PELARUT PROGRAM IMUNISASI


TK PUSKESMAS
No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

1. 1. Pengertian Rangkaian kegiatan penyimpanan vaksin di dalam lemari es dengan suhu


2-8 derajat celcius
2. 2. Tujuan Vaksin masih potent pada saat diberikan ke sasaran
3. 3. Kebijakan SK Kepala Puskesamas No.
4. 4. Referensi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
5. langkah-langkah 1. Pastikan lemari es buka atas dalam kondisi baik dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Lemari es pada posisi datar
b. Terlindung dari sinar matahari langsung
c. Terdapat stabilisator pada setiap lemari es
d. Satu stop kontak untuk setiap lemari es
e. Jarak antara lemari es dengan dinding 15-20 cm
f. Jarak antar lemari es yang satu dengan yang lain 15-20 cm
g. Tidak terdapat bunga es yang tebal pada evaporator
2. Letakkan grafik catatan suhu pada bagian atas lemari es
3. Letakkan coolpack pada bagian dasar lemari es
4. Pastikan bahwa semua vaksin berada di dalam dus vaksin
5. Letakkan vaksin sesuai dengan sensitifitasnya :
a. Sensitif panas (BCG, Campak dan Polio) dekat evaporator
b. Sensitif beku (Hepatitis B, DPT-HB, TT, DT dan Td) jauh
evaporator
6. Pelarut disimpan pada suhu ruang terlindung dari sinar matahari
langsung
7. Vaksin dengan masa kadaluarsa pendek atau VVM B diletakkan di
bagian atas
8. Beri jarak antar dus vaksin 1-2 cm untuk sirkulasi udara
9. Letakkan 1 buah thermometer pada bagian tengah diantara vaksin
10. Letakkan 1 buah alat pemantau paparan beku diantara vaksin yang
sensitif beku
11. Letakkan VCCM pada tempat penyimpanan vaksin BCG
12.Periksa suhu lemari es 2 kali sehari pagi dan sore (termasuk hari
libur)kemudian catat pada grafik suhu
13. Membuat laporan pemakainobat dalam 1 bulan,sisa stok obat dan
permintaan obat untuk bulan berikutnya.
14.Obat yang telah memasuki kadaluarsa (ED) harus dikembalikan ke gudang
obat Puskesmas Bareng dan dicatat di kartu stok PUSTU dan POLINDES
1. 6. Diagram Alir
Pastikan kondisi
lemari es baik

Letakkan coolpack Letakkan grafik


pada dasar lemari suhu diatas lemari
es

Pastikan semua Letakkan vaksin


vaksin dalam dus sesuai dg
vaksin sensitifitasnya

Vaksin masa Pelarut disimpan


kadaluarsa pada suhu ruang
pendek/vvm b terlindung dr sinar
diletakkan diatas matahari

Beri jarak anar dus Letakkan satu buah


bvaksin 1-2cm termometer pada
bagian tengah
vaksin

Letakkan VCCM Letakkan 1buah


pada tempat vaksin alat pantau beku
BCG ditegah vaksin

Periksa suhu Buat laoran


lemari es 2kali penggunaan obat
sehari dalam 1bulan

Kembalikan obat yg
kadaluarsa ke gudang obat

2. 7.Unit terkait PUSTU dan POLINDES


PELAYANAN IMUNISASI BCG

No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

1. 1. Pengertian Imunisasi BCG adalah suatu upaya membentuk kekebalan tubuh dengan
menyuntikkan vaksin BCG kedalam tubuh untuk mencegah penyakit
tuberkulosa.
2. 2. Tujuan Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG).

3. 3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. .. Tentang Penyelenggaraan Imunisasi

4. 4. Referensi 1. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Pasal 21 (3) tentang pelayanan
imunisasi dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
2. Permenkes No.42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi
4. Modul Pelatihan Tenaga Imunisasi di Puskesmas Dinkes Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2013
5. Prosedur Petugas menyiapkan alat dan bahan :
1. Buku pencatatan imunisasi (buku kuning) dan alat tulis
2. Safety box
3. Vaksin BCG dan pelarutnya
4. ADS 0,05 ml
5. ADS 5 ml untuk melarutkan vaksin
6. Kapas dan air bersih
6. Langkah- 1. Petugas mencuci tangan
Langkah 2. Siapkan vaksin dan ADS yang akan di gunakan.
3. Larutkan vaksin BCG dengan cairan pelarut BCG
4. Memastikan anak belum pernah di imunisasi BCG dengan menanyakan
pada orang tua anak tersebut.
5. Mengambil 0.05 cc vaksin BCG yang telah kita larutkan menggunakan
ADS 0,05 ml
6. Bersihkan lengan kanan atas dengan kapas yang telah dibasahi air bersih,
jangan menggunakan alkohol/desinfektan sebab akan merusak vaksin
tersebut.
7. Petugas menyuntikan vaksin tersebut sepertiga bagian lengan kanan atas
(tepatnya pada insertio musculus deltoideus) secara intrakutan (didalam
kulit).
8. Buang langsung ADS bekas tanpa menutupnya (non recapping) kedalam
safety box.
9. Petugas mencuci tangan Petugas mencatat hasil imunisasi di buku
KMS/KIA dan buku pencatatan imunisasi (buku kuning).
3. 7. Diagram Alir
Persiapkan alat Cuci tangan Pastikan vaksin dan ADS
dan bahan yang akan digunakan

Aambil 0,05 cc vaksin Pastikan anak belum


BCG menggunakan diimunisasi BCG Larutkan vaksin
ADS 0,05 ml

Suntikan vaksin di
Bersihkan lengan lengan kanan atas Buang ADS bekas
kanan atas dengan secara intrakutan tanpa penutup
kapas air bersih (didalam kulit) kedalam safety box

Catat hasil imunisasi


di buku KIA/KMS Cuci tangan
dan buku kuning

4. 8. Unit Terkait 1. Unit Poliklinik Umum


2. Unit KIA
3. Unit Gizi
5. 9. Dokumen Terkait 1. Buku KIA
6. 2. Buku Pencatatan Imunisasi (buku kuning)
7. 10. Rekaman Historis
Perubahan
PELAYANAN IMUNISASI HB 0

No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

5. 1. Pengertian Suatu tindakan pemberian kekebalan kepada tubuh bayi terhadap


penyakit Hepatitis dengan Uniject secara intramuscular pada bayi usia 0-
7 hari.
6. 2. Tujuan Sebagai acuan dalam semua tindakan pemberian imunisasi HB0
7. 3. Kebijakan
8. 4. Referensi
5. Alat dan Bahan a. Baki beralas
b. Bak spuit steril
c. Vaksin HB0 dalam uniject
d. Kom berisi kapas alcohol
e. Bengkok
f. Buku KIA
6. Langkah-langkah a. Keluarkan vaksin HB0 dari kemasan
b. Dorong dan tekan dengan cepat penutup jarum ke dalam port.
Jarak antara penutup jarum dengan port akan hilang dan terasa ada
klik
c. Oleskan kapas alcohol di 1/3 paha luar bayi sebelah kanan
d. Pegang paha bayi sebelah kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk
e. Keluarkan penutup jarum
f. Pegang vaksin HB0 dan suntikan jarum dengan sudut 900 di 1/3
paha luar bayi sebelah kanan
g. Tekan reservoir (gelembung vaksin) untuk memsukkan vaksin,
setelah reservoir kempes cabut uniject dari paha bayi dengan cepat.
h. Tekan paha bayi dengan kapas alcohol
i. Dokumentasikan pada buku KIA
7. Diagram Alir

8. Hal-hal yang perlu 8.1 Pemberian imunisasi hepatitis B sebaiknya ditunda pada kondisi bayi :
diperhatikan 8.1.1 Berat badan lahir rendah (BBLR)
8.1.2 Bayi kuning
8.1.3 Tidak sehat atau lemah
9. Unit Terkait

10. Dokumen Terkait

11. Rekam Historis


Perubahan
No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
diberlakukan
PELAKSANAAN BIAS IMUNISASI
DT DAN TD
No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

5. 1. Pengertian Kegiatan secara nasional meliputi pemberian imunisasi pada anak


sekolah tingkat dasar,dilaksanakan satu kali dalam setahun pada bulan
Agustus untuk imunisasi campak dan bulan November untuk imunisasi
DT dan TD
6. 2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah pelaksanaan BIAS
Imunisasi DT dan TD
7. 3. Kebijakan Keputusan Kepala UPT Puskesmas Metro Nomor 800/ / D-2.U1/ 2017
tentang Pelaksanaan BIAS Imunisasi DT dan TD
8. 4. Referensi Permenkes No. 12 Tahun 2017
5. Alat dan Bahan
8. 6. Langkah- langkah 1. Kepala UPT puskesmas memberi wewenang kepada petugas sebagi
coordinator imunisasi
2. Perawat /Bidan melaksanakan Program imunisasi
3. Coordinator imunisasi melakukan kerjasama lintas program dengan
coordinator UKS dan SD/MI untuk menentukan sasaran BIAS DT
dan TD yaitu jumlah murid SD/MI kelas 1
4. Koordinator imunisasi melakukan sosialisai pelaksanaan BIAS DT
dan TD dengan Ka. UPT Puskesmas , dokter, perawat dan bidan
5. Coordinator imunisasi membuat jadwal pelaksanaan dan pelaksana
BIAS DT dan TD dan merenacanakan kebutuhan logistic
6. Kepala UPT menugaskan Bidan / perawat yang tertulis dijadwal
BIAS DT dan TD sebagai pelaksana imunisasi
7. Koordinator imunisasi membuat surat pemberitahuan ke SD/MI
tentang pelaksanaan BIAS DT dan TD
8. Koordinator imunisasi mengambil vaksin dan logistic ke Dinkes
9. Koordinator imunisasi mendistribusikan vaksin dan logistic sesuai
jadwal
10. Perawat dan Bidan melaksanakan imunisasi BIAS DT dan TD sesuai
Surat Tugas Ka. UPT Puskesmas
11. Petugas melakukan skrening sasaran yang sehat dan sakit
12. Melakukan imunisasi BIAS DT sesuai SOP imunsasi IM
13. Melakukan observasi terjadinya KIPI sesuai SOP Penangan KIPI
14. Koordinasi dengan SD/MI bagi sasaran yang tidak mendapat
imunisasi karena sakit/absen
15. Melakukan Pencatan dan pelaporan
9. 7. Hal-hal yang
diperhatikan
10. 8. Unit Terkait 1. Dinas Kesehatan Kota
2. Dinas Pendidikan
3. Kementrian Agama
4. SD/MI
5. Poskeskel
9. 9. Dokumen terkait -
10. Rekaman historis
No. Halaman Yang diubah Perubahan Diberlakukan tanggal
PELAKSANAAN BIAS IMUNISASI
CAMPAK
No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

11. 1. Pengertian BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) Campak adalah kegiatan
imunisasi yang diberikam kepada anak Sekolah Dasar Kelas 1
12. 2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah Pelaksanaan BIAS
Iunisasi Campak
13. 3. Kebijakan Keputusan Kepala UPT Puskesmas Metro Nomor 800/ / D-2.U1/ 2017
tentang Pelaksanaan BIAS Imunisasi Campak
14. 4. Referensi Permenkes No. 12 Tahun 2017
5 Alat dan Bahan -
2. 6. Prosedur 1. Pendataan sasaran Bias Campak pada Anak Sekolah Dasar Kelas 1
2. Pengambilan vaksin ke Dinas Kesehatan sesuai permintaan sasaran
3. Membuat koordinasi dengan bidan Poskeskel dan perawat sebagai
pelaksana imunisasi
4. Membuat jadwal kegiatan pelaksanaan imunisasi campak
5. Membuat koordinasi dengan SD/MI tentang pelaksanaan BIAS
Campak dengan surat pemberitahuan dan jadwal pelaksanaan
6. Koordinator imunisasi mendistribusikan vaksin dan logistic sesuai
jadwal
7. Perawat dan bidan melaksanakan imunisasi BIAS Campak sesuai
surat tugas Ka UPT Puskesmas
8. Petugas melakukan skrining sasaran yang sehat dan sakit
9. Melakukan imunisasi BIAS Campak sesuai SOP Imunisasi subkutan
10. Melakukan observasi KIPI sesuai SOP Penanganan KIPI
11. Koordinasi dengan SD/MI bagi sasaran yang tidak mengikuti
imunisasi karena sakit / tdk masuk
12. Melakukan pencatatan dan pelaporan

7. Hal-hal yang -
diperhatikan
3.
4. 8. Unit Terkait 1. Dinas Kesehatan Kota
2. Dinas Pendidikan
3. Kementrian Agama
4. SD/MI
Poskeskel
15. 9. Dokumen terkait -
10. Rekaman historis
No. Halaman Yang diubah Perubahan Diberlakukan tanggal
PENANGGULANGAN KIPI

No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

16. 1. Pengertian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau adverse events following
immunization adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi
dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama
pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (arthritis kronik pasca
vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi virus campak vaccine-
strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan polio
paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien non
imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio).
17. 2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah penanggulangan KIPI
18. 3. Kebijakan Keputusan Kepala UPT Puskesmas Metro Nomor 800/ / D-2.U1/2017
tentang Penanggulangan KIPI
19. 4. Referensi Permenkes No 12 Tahun 2017
5 Alat dan Bahan -
5. 6. Prosedur
1. Tahapan
a. Siapkan antisipasi penanggulangan sesuai permasalahan
b. Lakukan penanggulangan sesuai permasalahan
c. Bila kasus tidak dapat ditangani di Puskesmas, siapkan rujukan
ke RS Pemerintah atau RS terdekat.
d. Lakukan rujukan setelah kondisi pasien stabil dan formulir KIPl
telah dilengkapi
e. Bila kasus dapat ditangani, lengkapi formulir KIPI
f. Pulangkan pasien bila kondisi telah stabil
Koordinasikan kasus dengan KOMDA PP-KIPI setempat
2. Jaminan Pembiayaan
a. Tentukan apakah pasien memiliki jaminan pembiayaan
kesehatan.
b. Bila ada, pembiayaan KIPI mengacu pada jaminan tersebut.

7. Hal-hal yang c. Bila tidak ada, lakukan koordinasi dengan pengelola program
diperhatikan imunisasi dan Yankes di Dinkes Kabupaten/Kota atau Dinkes
8. Provinsi, agar membuat surat pemohonan jaminan pembiayaan
KIPl, yang ditujukan kepada Direktur Bina Upaya Kesehatan
Rujukan Kemkes RI, ditembuskan kepada Ka Subdit RSU Publik
dan Ka Subdit Imunisasi.
9. 8. Unit Terkait 1. Dinas Kesehatan Kota
2. RSUD
3. Dinas Pendidikan
4. Kementrian Agama
5. SD/MI
6. Poskeskel
20. 9. Dokumen terkait -
10. Rekaman historis
No. Halaman Yang diubah Perubahan Diberlakukan tanggal
CARA PENYUNTIKAN IMUNISASI
CAMPAK

No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

21. 1. Pengertian Suatu tindakan pemberian kekebalan kepada tubuh anak terhadap
penyakit campak dengan cara penyuntikan secara subcutan (sc)
22. 2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah penyuntikan imunisasi
campak
23. 3. Kebijakan Keputusan Kepala UPT Puskesmas Metro Nomor 800/ / D-2.U1/2017
tentang Cara Penyuntikan Imunisasi Campak
24. 4. Referensi Permenkes No. 12 Tahun 2017
5 Alat dan Bahan 1. Handscoon
2. Kapas DTT
3. Air hangat
4. Spuit 5 cc dan 0,5 cc
5. Vaksin campak dan pelarut
6. Safety Box
6. 6. Prosedur 1. Cuci tangan
2. Menyiapkan spuit 5 cc dan 0,5 cc
3. Menyiapkan vaksin dan pelarutnya
4. Pastikan vaksin dalam keadaan baik
5. Buka tutup vaksin
6. Larutkan dengan cairan pelarut campak yang sudah ada (5 cc)
7. Ambil 0,5 cc vaksin campak yang telah dilarutkan
8. Gunakan sarung tangan
9. Bersihkan lengan kiri bagian atas anak dengan kapas air hangat
10. Suntikan secara subcutan (sc)
11. Rapikan alat
12. Buang spuit dalam safety box
13. Lepas Handscoon
14. Cuci tangan
7. Hal-hal yang Jika terjadi abses pada bekas suntikan atau anak demam bawa ke
diperhatikan puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan
8.
9. 8. Unit Terkait 1. Petugas Kesehatan
2. Guru UKS
25. 9. Dokumen terkait -
10. Rekaman historis
No. Halaman Yang diubah Perubahan Diberlakukan tanggal
CARA PENYUNTIKAN IMUNISASI
DT DAN TD

No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

26. 1. Pengertian Suatu tindakan pemberian kekebalan kepada tubuh anak terhadap
penyakit difteri dan tetanus dengan cara penyuntikan secara
intramuscular (im)
27. 2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah penyuntikan imunisasi
DT dan TD
28. 3. Kebijakan Keputusan Kepala UPT Puskesmas Metro Nomor 800/ / D-2.U1/2017
tentang Cara Penyuntikan Imunisasi DT dan TD
29. 4. Referensi Permenkes No. 12 Tahun 2017
5 Alat dan Bahan 1. Handscoon
2. Kapas DTT
3. Air hangat
4. Spuit 0,5 cc
5. Vaksin DT dan TD
6. Safety Box
11. 6. Langkah-Langkah
1. Cuci tangan
2. Menyiapkan spuit 0,5 cc
3. Menyiapkan vaksin
4. Pastikan vaksin dalam keadaan baik
5. Buka tutup vaksin
6. Ambil 0,5 cc vaksin DT atau TD
7. Gunakan sarung tangan
8. Bersihkan lengan kiri bagian atas anak dengan kapas air hangat
9. Suntikan secara subcutan (sc)
10. Rapikan alat
11. Buang spuit dalam safety box
12. Lepas Handscoon
13. Cuci tangan
7. Hal-hal yang Jika terjadi abses pada bekas suntikan atau anak demam bawa ke
diperhatikan
puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan
8.
9. 8. Unit Terkait 1. Petugas Kesehatan
2. Guru UKS
30. 9. Dokumen terkait -
10. Rekaman historis
No. Halaman Yang diubah Perubahan Diberlakukan tanggal
PELACAKAN KIPI

No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

31. 1. Pengertian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI adalah
kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa efek
vaksin atau pun efek simpang, toksisitas, reaksi sensitifitas, efek
farmakologis maupun kesalahan program, koinsidens, reaksi suntikan
atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan.

32. 2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan kegiatan


pelacakan KIPI.

33. 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Lewoleba, Nomor Tahun 2016 tentang
Jenis-Jenis Pelayanan Di Puskesmas Lewoleba.

34. 4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.

5 Alat dan Bahan 1. Formulir KIPI serius


2. Formulir Investigasi/ Otopsi Verbal
12. 6. Langkah-Langkah 1. Pastikan kebenaran informasi laporan KIPI.
2. Laporan informasi KIPI pada pemimpin setempat.
3. Lakukan penilaian untuk menentukan apakah pelacakan diperlukan atau
tidak.
4. Bila diperlukan pelacakan, segera lakukan koordinasi dengan tim
pelacakan.
5. Lakukan pelacakan segara setelah menerima laporan dengan membawa
formulir KIPI serius dan formulir investigasi.
6. Kumpulkan data umum.
7. Kumpulkan data kejadian penyakit.
8. Kumpulkan data penunjang diagnosa penyakit.
9. Kumpulkan data tentang tersangka vaksin.
10. Kumpulkan data tentang sasaran yang mendapatkan imunisasi dari vial
yang sama.
11. Kumpulkan data orang lain yang tidak mendapatkan imunisasi dengan
penyakit yang sama.
12. Kumpulkan data masalah medikolegal.
13. Isilah formulir KIPI serius dan formulir investigasi dengan data yang telah
terkumpul.
14. Lakukan koordinasi dengan Komda PP KIPI Provinsi untuk menganalisa
laporan yang telah diisi dan menentukan klasifikasi lapangan laporan KIPI
tersebut.
15. Membuat laporan hasil pelackan.
16. Lakukan penilayan pelayanan imunisasi.
17. Buat saran perbaikan untuk kasus karena kesalahan prosedur.
18. Mengirimkan hasil pelacakan tersebut ke Komnas PP KIPI untuk
dilakukan kajian kausalitas.

11. Hal-hal yang Jika terjadi abses pada bekas suntikan atau anak demam bawa ke
diperhatikan
puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan
12.
13. 8. Unit Terkait 3. Petugas Kesehatan
4. Guru UKS

9. Dokumen terkait -
10.Rekaman historis
No. Halaman Yang diubah Perubahan Diberlakukan tanggal
PELAPORAN KIPI

No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP
No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

35. 1. Pengertian Petugas imunisasi dalam melaksanakan pelaporan KIPI

36. 2. Tujuan Sebagai pedoman kerja petugas imunisasi dalam mealkukan pelaporan
KIPI

37. 3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Lewoleba, Nomor Tahun 2016
tentang Jenis-Jenis Pelayanan Di Puskesmas Lewoleba.

38. 4. Referensi Direktorat surveilans,karantina dan kesehatan Matra Direktorat jendral


pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Tahun 2012

5 Alat dan Bahan 1. KIPI non-serius


a. Puskesmas: Formulir KIPI non-serius
b. Kabupaten/kota dan provinsi :EPI Info
2. KIPI serius
a. Formulir KIPI serius
b. Formulir investigasi / otopsi verbal
3. Waktu pelaporan
a. KIPI non-serius : setiap bulan bersamaan dengan dengan
waktu pelaporan laporan rutin cakupan imunisasi
b. KIPI serius :Laporan dibuat secepatnya sehingga pelacakan
dapat segera dilakukan.
kurun waktu pelaporan :
Dinas kesehatan kabupaten kota kurun waktu
diterimanya laporan adalah 24 jam dari saat penemuan
kasus
Dinas kesehatan provinsi / komdan PP-KIPI kurun
waktu diterimanya laporan adalah 24-72 jam dari saat
penemuan kasus.
Sub Direktorat Imunisasi / Komnas PP-KIPI kurun
waktu diterimanya laporan adalah 24 jam 7 hari dari
saat penemuan kasus.
Pada keadaan tertentu,laporan satu kasus KIPI dapat dilaporkan
beberapa kali sampai didapatkan kesimpulan akhir.
13. 6. Langkah-langkah 1. KIPI non-serius
a. Puskesmas
Lakukan rekapitulasi laporan KIPI dari setiap tempat
pelayanan imunisasi dengan menggunakan formulir
KIPI non-serius
Laporkan rekapitulasi tersebut ke Kabupaten / kota
setiap tanggal 5 bersaman dengan laporan bulanan
rutin cakupan imunisasi
b. Kabupaten / kota
Lakukuan rekapitulasi laporan KIPI dari setiap
Puskesmas
Masukkan rekapitulasi tersebut kedalam program EPI
info
Laporkan ke provinsi setiap tanggal 10 bersamaan
dengan laporan bulanan rutin cakupan imunisasi

c. Provinsi
Lakukuan rekapitulasi laporan KIPI dalama EPI info
dari setipa kabupaten /kota
Laporkan kepusat setipa tanggal 15 bersamaan dengan
laporan rutin cakupan imunisasi
Bila diperlukan,lakukan analisa dari laporan KIPI
yang diterima ( misalnya apabila terdapat perubahan
pola KIPI berdasarkan lokasi dan waktu ) dan
kemudian laporkan hasil analisa tersebut ke pusat
2. KIPI serius :
a. Lakukan laporan sementara via telepon secara berjenjang
dalam waktu 24 jam setelah laporan KIPI serius diterima (
mulai dari penerimaan laporan kepala
puskesmas/koordinator imunisasi puskesmasseksi
imunisasi Dinkes Kabupaten/kotaseksi imunisasi Dinkes
provinsiSubdit imunisasi Kemenkes RI )
b. Lakukuan pelacakan oleh Tim pelacak
c. Lengkapi formulir KIPI serius dan formulir investigasi
d. Lakukan koordinasi dengan Komda PP-KIPI Provinsi untuk
menganalisa laporan yang telah diisi dan menetukan
klasifikasi lapangan laporan KIPI tersebut
e. Membuat kesimpulan hasil pelacakan
f. Lakukan penilaian pelayanan imunisasi
g. Buat saran perbaikan untuk kasus karen kesalahan prosedur
Mengirimkan laporan hasil pelacakan tersebut ke Subdit Imunisasi
Kemenkes RI sebagai bahan kajian kausalitas yang akan dilakukan
oleh Komnas PP-KIPI
7. Hal-hal yang Identifikasi KIPI apakah termasuk KIPI non-serius atau KIPI serius
diperhatikan
8.
9. 8. Unit Terkait Dinas Kesehatan Kabupaten

9. Dokumen terkait 1. Blangko KIPI non- serius


2. Blangko KIPI serius
PENDISTRIBUSIAN VAKSIN

No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

39. 1. Pengertian Proses pengeluaran vaksin dari dalam coolbox ke luar tempat pelayanan
imunisasi dengan syarat tidak terkena matahari secara langsungoleh
sinar matahari, hujan atau debu dan tetap menjaga ke stabilan suhu
vaksin.

40. 2. Tujuan 1. Agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik sewaktu diberikan
kepada sasaran.
2. Sebagai pedoman untuk petugas Imunisasi dalam menjaga
keefektifan vaksin.

41. 3. Kebijakan

42. 4. Referensi Regulasi tentang pelaksanaan program di puskesmas

14. 5. Langkah-Langkah - Menyiapkan vaksin dan pelarut sesuai kebutuhan berdasarkan


sasaran.
- Memastikan kondisi VVM A atau B dan belum melewati masa
kadaluarsa.
- Mencatat vaksin dan pelarut tersebut didalam buku stok vaksin.
- Meletakan Coolpack pada setiap sisi Vaksin carrier.
- Memasukan vaksin kedalam vaksin carrier.
- Meletakkan 1 buah alat pemantau paparan suhu beku diantara
vaksin yang sensitive.
- Meletakan spons pada bagian atas vaksin carrier.
- Menutup Rapat vaksin carrier.
- Memeriksa kembali VVM dan alat pemantau suhu beku sesampai
ditempat pelayanan.
6. Hal-hal yang
diperhatikan
14.
15. 7. Unit Terkait Lintas Program, Lintas Sektor

8. Dokumen terkait -
9..Rekaman historis
No. Halaman Yang diubah Perubahan Diberlakukan tanggal
PEMELIHARAAN LEMARI ES

No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

43. 1. Pengertian Proses Pengecekan lemari es yang dilakukan harian, mingguan, bulanan
dengan memantau suhu, bunga es memeriksa steker tidak kendor, dan
melakukan pembersihan kodensor.

44. 2. Tujuan 1. Agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik sewaktu diberikan
kepada sasaran.
2. Sebagai pedoman untuk petugas Imunisasi dalam menjaga
keefektifan vaksin.

3. 3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Nomor .

4. 4. Referensi Regulasi tentang pelaksanaan program di Puskesmas.

15. 5. Langkah-Langkah - Melakukan pengecekan suhu, dan bunga Es Setiap Hari.


- Memelihara steker jangan sampai kendor.
- Mencatat pemantauan suhu pada grafik pemantauan suhu.

6. Hal-hal yang
diperhatikan
16.
17. 7. Unit Terkait Lintas Program, Lintas Sektor

8. Dokumen terkait -
9..Rekaman historis
No. Halaman Yang diubah Perubahan Diberlakukan tanggal
PENCAIRAN BUNGA ES

No.Dokumen : SOP/UKM/IMUN/
SOP No.Revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

PUSKESMAS Hj. Yuhasni Ahmad, S Kep M Kes


PERAWATAN JAMBULA Nip : 19750909 200605 2 002

45. 1. Pengertian Pencairan bunga es adalah Prosedur untuk perawatan lemar ies menjaga vaksi
npada suhu yang telahdi tetapkanyaitu 2-8 c.

46. 2. Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pencairan bunga es.

5. 3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. 002a /PKM-MT/SK /2016 Tentang


Penyelenggaraan program Imunisasi Puskesmas MInasa Tene.

6. 4. Referensi 1. Permenkes No.42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.


2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi
3. Modul Pelatihan Tenaga Imunisasi di Puskesmas Dinkes Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2013
16. 5. Langkah-Langkah Petugas menyiapkan alat dan bahan :

1. Lap kering
2. Vaksin Carrier
3. Cool pack
6. Hal-hal yang 1. Sehari sebelum pencairan bunga es, kondisikan cool pack, vaksin carrier.
diperhatikan 2. Pindahkan vaksin kedalam vaksin carrier yang telah berisi cool pack, sesuai
18. SOP penyimpanan vaksin.
3. Cabut steker untuk melakukan defrosting.
4. Biarkan bunga es mencair sendiri atau siram dengan air hangat.
5. Setelah bunga es mencair, keringkan bagian dalam lemari es termasuk
evaporator dengan lap kering.
6. Pasang kembali steker dan tunggu suhu stabil 2 s/d 8 0 C tanpa merubah
posisi thermostat.
7. Setelah suhu mencapai 2 s/d 8 0 C, susun kembali vaksin kedalam lemari es,
sesuai dengan SOP penyimpanan vaksin.
8. Catat kegiatan pemeliharaan bulanan pada kartu pemeliharaan lemari es
19. 7. Unit Terkait a. Penyebab cepat terjadinya bunga es erjad karena sering buka tutup, karet
sel tidak rapat, thermostat terlalu rendah.
b. Bunga es dapat menghambat sisitem pendingin, boro slistri mengurangi
masa pemakaian lemari es.
c. Pencairan bunga es dilakukan minimal 1 bulan sekali atau ketika bunga es
mencapai 0,5 cm
8. Dokumen terkait Pencatatan suhu vaksin
9..Rekaman historis
No. Halaman Yang diubah Perubahan Diberlakukan tanggal

Anda mungkin juga menyukai