Anda di halaman 1dari 67

Panduan

Praktikum Seismik Refraksi

Andri Hendriyana

Program Studi Teknik Geofisika

20 Nopember 2017
Daftar Isi

1 Pengenalan Linux 1
1.1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Menggunakan Shell . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Struktur Linux Directory . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.4 Perintah dasar UNIX . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.5 Editor dalam lingkungan Linux . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.6 Bash programming . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
1.7 AWK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.8 Latihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

2 Membuat grafik dengan Generic Mapping Tools (GMT) 6


2.1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.2 Membuat cross-plot . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6
2.3 Plot image . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.4 Latihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

3 Madagascar 9
3.1 pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
3.2 Pengetahuan Dasar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
3.3 Traveltime map . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
3.4 Latihan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

4 Modeling propagasi gelombang pada media akustik 13


4.1 Alur pemodelan propagasi gelombang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
4.2 Alur pemodelan disertai penjelasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
4.2.1 Mendefinisikan model bawah permukaan . . . . . . . . . . . . . 14
4.2.2 Fungsi sumber . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
4.2.3 Konfigurasi sumber-receiver (geometri akuisisi) . . . . . . . . . . 16
4.2.4 Simulasi perambatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
4.2.5 Interpretasi hasil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17

5 Aspek kinematik dan dinamik gelombang 21


5.1 Tugas selama praktikum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
5.2 Tugas setelah praktikum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

6 Refraction Tomography 24
6.1 Langkap-langkah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
6.2 Hasil . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

i
Prinsip Format Data RSF 26

Konversi format dari binary ke format GMT netCDF 29

Metode Hagiwara 32
6.3 Ringkasan formula matematis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32

Generalized Reciprocal Method 33

Contoh data rekaman 34


Bab 1

Pengenalan Linux

1.1 Pendahuluan
Linux merupakan sistem operasi yang sangat mendukung kerja seorang geophysi-
cist. Oleh karena itu, para mahasiswa calon ahli geofisika sangat disarankan untuk
tidak gagap dan bahkan terbiasa bekerja dengan menggunakan sistem operasi Linux.
Penulis berpendapat bahwa sebagian besar software dalam bidang geofisika, terutama
software yang berkaitan dengan penggunaan data dalam jumlah besar, dikembangkan
dalam lingkungan sistem operasi Linux. Hal lain yang seharusnya memberikan moti-
vasi bagi kita yang berada dalam lingkungan akademik adalah bahwa Linux banyak
memberikan program-program opensource seperti seismic Unix, madagascar dan lain-
lain (silahkan dilihat sendiri di http://www.orfeus-eu.org/website_until_
17aug2016/software/seismo_softwarelibrary.html).
Pada saat ini, Linux sudah dilengkapi dengan Graphical User Interface yang user-
friendly sehingga dalam penggunaannya sudah mirip Windows yang saat ini masih
digunakan banyak orang di Indonesia. Linux juga dapat dinikmati sekaligus dengan
fitur-fitur piranti lunak berbasis open source. Mulai dari fitur untuk office, graphic, in-
ternet sampai pemograman sudah bisa dinikmati dengan kelas yang tidak kalah den-
gan Windows. Namun, kita hendaknya memanfaatkan suatu tool yang sangat powe-
ful dari Linux yaitu shell. Shell merupakan interface atau jalur komunikasi antara kita
sebagai user dengan sistem operasi. Jadi jika kita menginginkan komputer melakukan
sesuatu yang kita inginkan, maka kita ketikkan saja perintahnya itu di terminal shell.
Cara ini merupakan cara lama sebelum Linux memiliki Graphical User Interface yang
sangat bagus seperti sekarang ini. Namun demikian, command line atau shell script-
ing masih relevan untuk kita gunakan sekarang ini bahkan saya berpendapat peng-
gunaan shell scripting lebih memudahkan segala urusan kita dengan catatan bahwa
kita memahami bagaimana melakukannya. Sesuatu yang sifatnya memudahkan jus-
tru akan menyulitkan kita jika kita tidak mempelajarinya dengan baik. Oleh karena
itu, tujuan modul praktikum ini adalah mengantarkan mahasiswa calon geophysicist
agar terbiasa menggunakan command line atau shell scripting dalam lingkungan Lin-
ux.

1
1.2 Menggunakan Shell
Apakah itu shell sudah dijelaskan pada bagian pendahuluan. Sebagaimana bahasa
manusia sehari-hari yang kadang memiliki dialek berbeda, bahasa shell juga bisa be-
ragam. Dalam praktikum ini hanya akan menggunakan bash shell. Pertanyaan selan-
jutnya bagaimana mengakses shell? Berikut caranya:
1. Linux
Pada Linux yang memiliki Desktop Manager, shell dapat diakses dengan meng-
gunakan fasilitas Terminal (lihat Gambar 1.1).

Gambar 1.1: Contoh terminal.

2. windows
Linux menyediakan port yang bebas bagi siapa saja untuk mengaksesnya. Bahkan
dari sistem operasi Windows pun, shell Linux dapat diakses (melalui port 22).
Untuk dapat mengakses shell dari sebuah komputer Linux yang terhubung ke
jaringan, pengguna Windows dapat menggunakan program Putty (www.putty.
org). Contoh tampilan putty diperlihatkan pada Gambar 1.2).

1.3 Struktur Linux Directory


http://www.thegeekstuff.com/2010/09/linux-file-system-structure/
?utm_source=tuicool

1.4 Perintah dasar UNIX


Tabel 1.1 menjelaskan beberapa program-program dasar linux dan bagaimana kita da-
pat memanfaatkannya melalui shell.

1.5 Editor dalam lingkungan Linux


Banyak sekali editor yang disediakan oleh linux/Unix diantaranya vi, mc, pico dan
lain-lain. Tiap-tiap editor memiliki keunggulannya masing-masing. Praktikum ini
hanya menggunakan vi yang merupakan akronim untuk visual atau mungkin juga
Tabel 1.1: Tabel perintah-perintah dasar linux
Perintah Keterangan
mkdir /home/tgfarm/kerja Membuat direktori /home/tgfarm/kerja
rmdir /home/tgfarm/kerja Menghapus direktori /home/tgfarm/kerja
cp -r /home/tgfarm/kerja Membuat kopi direktori /home/tgfarm/kerja
/home/tgfarm/work menjadi /home/tgfarm/work
ls /home/tgfarm/work Menampilkan daftar isi pada direktori /home/tgfarm/work
ls /home/tgfarm/work Menuliskan daftar isi pada direktori
> daftarisi.txt /home/tgfarm/work pada file daftarisi.txt
cp /home/tgfarm/kerja/daftarisi.txt Membuat kopi file daftarisi.txt dalam direktori
/home/tgfarm/work/daftarisi.txt /home/tgfarm/kerja ke dalam direktori /home/tgfarm/work
rm daftarisi.txt Menghapus file daftarisi.txt
rm -r /home/tgfarm/kerja Menghapus direktori /home/tgfarm/kerja
touch file.txt Membuat file bernama file.txt
echo latihan > file.txt Memasukan kalimat latihan pada file file.txt
echo latihan >> file.txt Menampilkan kalimat latihan pada baris terakhir di dalam file file.txt
pwd Menampilkan alamat direktori saat ini
more file.txt Menampilkan isi file file.txt
head file.txt Menampilkan 10 baris pertama isi file file.txt
tail file.txt Menampilkan 10 baris terakhir isi file file.txt
Perintah > file Redirect output ke dalam file
Perintah >> file Menambahkan output ke dalam file
Perintah < file Redirect input dari file
Perintah1 | perintah2 Menjembatani output dari Perintah1 menjadi input di perintah2
cat file1 file2 > file0 Menggabungkan file1 file2 ke file0
Gambar 1.2: Aplikasi putty untuk mengakses shell linux.

vile. vi merupakan editor yang terkenal dan paling banyak digunakan di dunia UNIX.
vi dapat digunakan untuk membuat file baru, caranya :

vi namafilebaru

vi memiliki 3 mode atau status :

1. Insert mode
Digunakan supaya file dapat dimanipulasi atau diedit. Sebelumnya tekan insert.

2. Command mode
Digunakan untuk mengetikkan instruksi seperti:
u undo
:w save file
:wq save file dan quit
ZZ save file dan quit
:q! quit tanpa saving

3. Line mode
Digunakan untuk melakukan manipulasi dengan menggunakan perintah baris,
misalnya mengganti kata dengan kata lain pada suatu file (Replace pada Win-
dows). Pemakai dapat berpindah dari command mode ke line mode dengan
menekan : .Contoh :

%s/siang/malam (Mengganti string siang dengan malam)

1.6 Bash programming


Bagi pemula, sangat disarankan untuk mempelajari tutorial yang diberikan di http:
//tldp.org/HOWTO/Bash-Prog-Intro-HOWTO.html.
1.7 AWK
AWK banyak digunakan untuk manipulasi terhadap file ascii. Perhatikan contoh berikut
ini:
awk { p r i n t $2 } xy . dat
File xy.dat download disini. Contoh lain penggunaan AWK yang akan bermanfaat
dalam praktikum ini:
awk BEGIN{ f o r ( i = 0 ; i <100; i ++) p r i n t i }

1.8 Latihan
1.
Bab 2

Membuat grafik dengan Generic


Mapping Tools (GMT)

2.1 Pendahuluan
GMT (Wessel et al., 2013) secara singkat dapat kita katakan sebagai software/kumpu-
lan program untuk plotting yang berlisensi GNU (https://www.gnu.org/licenses/
lgpl.html) yang mengizinkan kita untuk memiliki, menginstal, menggunakan dan
mempublikasikan semua gambar yang dihasilkan oleh software ini. Walaupun sifat-
nya tidak beli, graphic tools ini sangat powerful dalam memberikan support untuk
mempresentasikan gambar dalam konteks spasial (geografis atau kartesian). Contoh-
contoh gambar yang dihasilkan oleh software ini dapat dilihat di website ini.

2.2 Membuat cross-plot


Dalam modul ini akan dipandu untuk menghasilkan grafik seperti digambarkan pa-
da Gambar 2.1 dengan menggunakan GMT. GMT digunakan menggunakan command
line yang diketik pada terminal. Namun, untuk alasan management file, maka Anda
disarankan untuk membuat script pada file dengan menggunakan vi.
Untuk membuat grafik seperti ditampilkan pada Gambar 2.1, ikutilah langkah-
langkah berikut ini:

1. Download data di link ini.

2. Data tsb terdiri atas dua kolom yaitu informasi jarak horizontal (kolom 1) dan
waktu tempuh (kolom 2). Saya yakin, ketika bermaksud membuat plot data ini,
sebagian besar orang akan menggunakan software yang mudah seperti Exc*l.
Namun, menurut hemat saya, software ini tak cocok digunakan oleh kita seba-
gai mahasiswa yang belajar untuk mengikuti jejak para peneliti terkenal bidang
kebumian di dunia. Membuat cross-plot data ini, kita akan menggunakan com-
mand psxy. Coba ketikkan psxy!

3. Perhatikan command berikut ini,


psxy xy . dat R0 / 1 . 5 / 0 / 0 . 6 JX20 /10 > f i l e 1 . ps

Pasti hasilnya (file1.ps) tidak akan sama dengan Gambar 2.1.

6
0.6

0.5

0.4
Waktu (s)

0.3

0.2

0.1

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4
Jarak (km)

Gambar 2.1: Kurva jarak versus waktu tempuh (T-X).

4. Perintah tersebut bisa kita lengkapi dengan option -B.


psxy xy . dat R0 / 1 . 5 / 0 / 0 . 6 JX20 /10 \\
B0 . 2 : J a r a k (km) : / 0 . 1 : Waktu ( s ) : WSen > f i l e 2 . ps

Perhatikan/cek file2.ps yang Anda hasilkan (gs).

5. Lanjut dengan menggunakan:


psxy xy . dat R0 / 1 . 5 / 0 / 0 . 6 JX20 /10 \\
B0 . 2 : J a r a k (km) : / 0 . 1 : Waktu ( s ) : WSen Sc0 . 0 5 i > f i l e 3 . ps

6. Sekarang cobalah untuk menggunakan:


psxy xy . dat R0 / 1 . 5 / 0 / 0 . 6 JX20 /10 \\
B0 . 2 : J a r a k (km) : / 0 . 1 : Waktu ( s ) : WSen Sc0 . 0 5 i Gred > f i l e 4 . ps

Apakah file4.ps sudah sama dengan Gambar 2.1? Tentunya belum kan. Apa
yang kurang? yaitu garis hitam yang melingkari bulatan merah.

7. Untuk melengkapi grafik kita dengan membuat garis hitam batas luar tiap sim-
bol point berwarna merah, silahkan gunakan option -W.
psxy xy . dat R0 / 1 . 5 / 0 / 0 . 6 JX20 /10 \\
B0 . 2 : J a r a k (km) : / 0 . 1 : Waktu ( s ) : WSen Sc0 . 0 5 i Gred \\
W0. 5 p , b l a c k > f i l e 5 . ps

2.3 Plot image


Download file time.grd di link, yang berisi informasi peta waktu tempuh. File ini
merupakan file binary yang ditulis dalam format sesuai dengan format input file un-
tuk GMT. Tugas Anda skr adalah membuat tampilan seperti diperlihatkan pada Gam-
bar 2.2. Sebelumnya Anda sudah dikenalkan dengan option -J -R -B -S -G -W.

X (meter)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
0

100
Z (meter)

200

300

400

500

ms
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4

Gambar 2.2: Peta traveltime dengan posisi shot pada X=0.

Saat ini vocabulary Anda akan ditambah dengan -C -K -O -P. Perhatikan baik-baik
script di bawah ini:
grd2cpt time . grd Crainbow > c o l o r . c p t
grdimage time . grd JX20/10 B100 : X ( meter ) : / 1 0 0 : Z ( meter ) : WesN \\
Ccolor . c p t K > ch2time . ps
p s s c a l e Dg250/560+w10c / 0 . 5 c+h R J Ccolor . c p t Bxa0 . 1 f By+ l ms O \\
>> ch2time . ps
p s c o n v e r t ch2time . ps A Tf Fch2time P

Jangan khawatir kalau belum faham, di dalam praktikum akan dijelaskan dengan
baik.

2.4 Latihan
1.
Bab 3

Madagascar

3.1 pendahuluan
Seismic madagascar (http://www.ahay.org/wiki/Main_Page) terdiri atas kumpu-
lan program untuk pengolahan data berdimensi banyak (multidimensional data). Tidak
akan cukup waktu untuk membahas semua program yang ada di dalam paket mada-
gascar, oleh karena itu dalam praktikum ini hanya akan diajarkan pengetahuan dasar
dalam menggunakan paket ini. Lebih lanjut akan dipandu tentang bagaimana meng-
gunakan program ini menggunakan scripting dalam bash.

3.2 Pengetahuan Dasar


Terdapat beberapa informasi penting yang perlu Anda ketahui ketika Anda akan bek-
erja menggunakan madagsacar. Untuk memahami informasi tsb, silahkan ikuti langkah-
langkah berikut ini (langkah pertama dan kedua hanya dilakukan jika Anda menggu-
nakan komputer sendiri. Pada komputer server, sudah diinstal program create 2dmodel):

1. Download file: create 2dmodel.c.

2. Compile create_2dmodel.c menggunakan teknik seperti yang disebutkan pa-


da bagian atas file tsb dan run file executable dengan cara : ./create_2dmodel input.
Penjelasan ttg apa file *.c dan cara kompilasinya di luar praktikum ini (masuk
praktikum komputasi). Ringkasnya, proses ini dilakukan untuk menghasilkan
file vp.

3. Buat file (misalnya bernama input) menggunakan editor (misalnya vi) yang
isinya sbb:
201 101
2 3
vp

4. GMT sudah dikenalkan kepada Anda pada BAB 2. Kali ini Anda akan dike-
nalkan dengan beberapa perintah dari GMT untuk melakukan plot file vp.
xyz2grd ZLBf vp R0/1000/0/500 I 5 Gvp . grd
grd2cpt vp . grd C j e t > c p t
grdimage vp . grd JX10/5 Ccpt K P Y10 > tmp . ps

9
p s s c a l e D5./ 1/5/1h Ccpt O B0 . 5 >> tmp . ps
p s 2 r a s t e r vp . ps A Tf Fvp P

Jangan khawatir, asisten praktikum Anda akan menjelaskan makna per satuan
perintah di atas. Jangan dulu ketik perintah di atas sebelum Anda betul-betul
mengerti apa maknanya. Setelah memahami dengan betul, maka buatlah script-
nya dan hasilkan Gambar 3.1. Perhatikan bahwa script pada contoh di atas
belum cukup untuk menghasilkan Gambar tsb, oleh karena itu lengkapilah com-
mand/script GMT di atas agar menghasilkan Gambar yang mirip dengan Gam-
bar 3.1.
X (meter)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
0

100
Z (meter)

200

300

400

500

m/s
2000 2200 2400 2600 2800 3000

Gambar 3.1: Model geologi sederhana dua lapis dengan interface datar.

5. File vp merupakan file binary yang hanya dapat dibaca oleh komputer sehingga
tak akan ada manfaatnya kita open file ini pakai editor. Biarlah komputer atau
lebih tepatnya madagascar yang akan membaca file vp ini. Sekarang catat baik-
baik, bahwa file madagascar terdiri atas dua bagian yaitu,

header
binary

File binary sudah Anda peroleh yaitu vp. Nah bagaimana dengan file headernya.
Apa pula file header ini? Perhatikan Gambar 3.1. Kita bisa mengatakan bahwa
file binary vp merupakan matriks 2 dimensi dengan ukuran baris (n1) dan kolom
(n2) tertentu yang merupakan hasil dari diskritisasi model bawah permukaan
dengan ukuran grid masing-masing (d1) dan (d2) untuk (dz) dan (dx). Maka
file headernya dapat dinyatakan sbb:
n1=101 d1 = 0 . 0 0 5 o1=0
n2=201 d2 = 0 . 0 0 5 o2=0
e s i z e =4 i n =./vp
data format= n a t i v e f l o a t

Penjelasan akan diberikan dan harus diberikan oleh asisten praktikum. Setiap
kali run program madagascar, gunakan file header, bukan file binarynya.
6. Untuk melihat header gunakan perintah:
s f i n vp .H

7. struktur pemanggilan perintah pada madagascar adalah sbb:


s f x x x x x < i n .H > out .H parameters . . . . .

Semua perintah pada madagascar diawali oleh sf, jadi xxxxx bisa berupa perin-
tah apa saja pada madagsacar. in.H dan out.H masing-masing adalah file input
dan output, sedangkan parameter merupakan parameter yang dibutuhkan oleh
perintah sfxxxxx.
8. Harap diperhatikan bahwa secara default madagascar akan memberikan atau
melemparkan file output ke \var\tmp. Oleh karena itu, untuk memastikan
bahwa file out.H juga dihasilkan pada current directory maka pastikan bahwa
DATAPATH=./ (Gunakan export DATAPATH=./).

3.3 Traveltime map


Anda telah diperkenalkan dengan sfin, kali ini kita akan berkenalan dengan sfeikonal,
merupakan program untuk menghitung traveltime field yang merupakan respons su-
atu model kecepatan jika pada lokasi tertentu dibangkitkan sumber gelombang. Trav-
eltime field atau traveltime map ini disebut juga Green function.
s f e i k o n a l < vp .H > time .H
s f e i k o n a l < vp .H | s f s c a l e d s c a l e =1000 > time ms .H
Sekarang saatnya untuk menampilkan file time.H@ (kenapa yang ini?) menggunakan
GMT dalam bentuk contour traveltime yang dioverlay dengan model kecepatan seper-
ti diperlihatkan pada Gambar 3.2. Mari kita membahas script untuk mengenerate
Gambar 3.2, seperti diperlihatkan di bawah ini:
xyz2grd ZLBf vp R0/1000/0/500 I 5 Gvp . grd
xyz2grd ZLBf time ms .H@ R0/1000/0/500 I 5 Gtime . grd
grd2cpt vp . grd C j e t > c o l o r . c p t
grdimage vp . grd JX20/10 B100 : X ( meter ) : / 1 0 0 : Z ( meter ) : WesN \\
Ccolor . c p t K > time . ps
grdcontour time . grd J R C0 . 0 2 5 A0 . 0 5 O K >> time . ps
echo 500 0 | psxy J R Sa0 . 2 5 i Gred W2p, b l a c k O K N >> time . ps
p s s c a l e D5./ 1/5/1h Ccolor . c p t O B200 >> time . ps
p s 2 r a s t e r time . ps A Tf Fgreen P

3.4 Latihan
1. Dalam konteks program sfeikonal (yang dirancang untuk model 3D) sumbu-
1 merupakan sumbu-z (berarti sama dengan sumbu-z yang skr kita gunakan.
X (meter)
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
0

100

0.1
Z (meter)

200

300
0.15

2
0.
400
0.2
0.

25
25

0.
500

m/s
2000 2200 2400 2600 2800 3000

Gambar 3.2: Peta waktu tempuh atau disebut juga fungsi Green sebagai respons model
kecepatan terhadap sumber dirac pada posisi koordinat (500,0). Waktu tempuh diny-
atakan dalam milisecond.

Sumbu-2 dan 3 masing-masing sumbu-y dan -x. Oleh karena itu, jika kita akan
melakukan shot pada posisi x=0.1, maka perintahnya adalah:
sfeikonal < vp.H > time-01.H yshot=0.1. Buatlah tiga kali shot pada
posisi x=0,0.5,1.

2. Plot kurva traveltime dari ketiga shot tersebut di atas pada posisi geofon dari
x=0.0x=1.0 dengan interval 5 m.
Bab 4

Modeling propagasi gelombang pada


media akustik

Jika pada modul sebelumnya diperlihatkan bagaimana melakukan modeling gelom-


bang untuk komponen waktu tempuh saja, yaitu dengan menghitung solusi numerik
atas persamaan Eikonal. Pada modul ini, kita akan mendemonstrasikan solusi nu-
merik untuk persamaan gelombang penuh. Proses perambatan gelombang yang seder-
hana adalah perambatan gelombang pada media akustik yang dapat kita modelkan
dengan menggunakan persamaan gelombang berikut,

2t u( x, t) c2 u( x, t) = s( x, t). (4.1)

u( x, t) adalah medan gelombang (wavefield) sebagai i dan temporal, c


h fungsi spasial
adalah kecepatan gelombang seismik dan = 2 = 2x + 2y + 2z . Sedangkan s( x, t)
adalah fungsi sumber eksternal. Fungsi sumber biasanya kita dekati dengan fungsi
wavelet, w(t). Untuk melakukan pemodelan dengan menggunakan satu buah sumber
dan hanya terjadi pada posisi sumber gelombang x0 , maka fungsi sumber dapat kita
nyatakan sebagai,
s( x, t) = ( x x0 )w(t), (4.2)
(t) adalah fungsi dirac dan (t t0 ) = 1 jika t = t0 .
Melakukan modeling propagasi gelombang maknanya adalah kita harus melakukan
penyelesaian numerik atas persamaan diferensial parsial seperti diperlihatkan oleh
persamaan 4.1. Terdapat banyak teknik numerik untuk menyelesaikan persamaan 4.1,
namun dalam praktikum ini hanya menggunakan metode klasik yaitu finite-difference
dalam domain waktu (FDTD).
Modul propagasi gelombang terdiri atas dua bagian, yaitu bagian ringkasan dan
bagian detil. Fokus dari bagian yang ringkas adalah hanya memahami alur atau langkah-
langkah melakukan pemodelan propagasi gelombang. Script untuk setiap tahap su-
dah dibuatkan. Masing-masing command pada script akan dijelaskan secara lebih
detil pada bagian dua modul ini.

4.1 Alur pemodelan propagasi gelombang


Alur pemodelan propagasi gelombang terdiri atas beberapa tahap di bawah ini,

13
1. Membuat model kecepatan bawah permukaan (dimensi model, diskritisasi).
Gunakan model kecepatan vp. Model binary ini dilengkapi dengan header vp.H.
Download file ini dan eksekusi program tsb: ./model.sh. Perhatikan jenis file
model.sh apakah sudah bersifat executable, jika belum tambahkan x : chmod u+x
model.sh.

2. Membuat fungsi sumber


Eksekusi script ./wavelet.sh. Download disini

3. Menentukan posisi sumber dan geofon (konfigurasi akuisisi)


Jalankan script ./sr.sh. Link download.

4. Simulasi perambatan
Jalankan simulasi : ./acquire.sh. Download link.

5. Plot seismogram dan snapshot


Jalankan script berikut : ./plot.sh. Download link.

Dihasilkan dua jenis file output yaitu seismogram dan wavefield. Amati kedua
hasil tersebut lalu lakukan identifikasi jenis fasa gelombang (langsung, pantul dan re-
fraksi atau transmisi).

4.2 Alur pemodelan disertai penjelasan


Tanpa berpanjang lebar dengan aspek teoritis, marilah kita mulai membahas bagaimana
langkah melakukan pemodelan propagasi gelombang menggunakan Madagascar (Fomel
et al., 2013).

4.2.1 Mendefinisikan model bawah permukaan


Model ini direpresentasikan oleh parameter elastik. Untuk kasus media elastik isotropi,
maka kita harus menentukan model kecepatan P, S dan model densitas. Namun, ji-
ka kita akan melakukan modeling pada media akustik, yang perlu ditentukan hanya
model kecepatan P saja. Bagaimana cara membuat model ini? Untuk kasus 2D, yang
harus kita lakukan adalah menyusun matriks 2D. Secara horizontal (kolom) berisi ni-
lai kecepatan sebagai fungsi sumbu x atau jarak misalnya, sedangkan secara vertikal
(baris) berisi nilai kecepatan sebagai fungsi kedalaman. Jumlah kolom dan baris diten-
tukan berdasarkan interval grid (spatial discretization). Parameter elastik (kecepatan
gelombang seismik P) ditentukan atau di-assign pada tiap titik grid (nodal point).
Model kecepatan bisa dibuat dengan berbagai cara. Cara yang sudah dijelaskan
adalah dengan membuat program kecil sendiri seperti diperlihatkan pada modul se-
belumnya (lihat file create_2dmodel.c di link ini). Untuk praktikum kali ini, kita
akan kembali menggunakan model yang sama seperti diperlihatkan pada Gambar 3.1.
Ada baiknya jika saya ulangi kembali bagaimana membuat model, ikutilah langkah-
langkah di bawah ini,

1. Download file create 2dmodel.c, klik saja.

2. Compile dengan menggunakan C compiler:


gcc -Wall create_2dmodel.c -o create_2dmodel.
k1 d1

1
Amplitudo

0.5

0.5
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
Waktu (detik)

Gambar 4.1: Fungsi wavelet Ricker dengan frekuensi dominan 25 Hz. Perhatikan tan-
da panah berwarna merah yang bertepatan dengan puncak wavelet. Gunakan nilai
k1 d1 untuk mengoreksi sumbu waktu pada seismogram yang dihasilkan nanti.

3. Siapkan file dengan nama parameter.dat (misalnya), yang isinya adalah,


201 101
2 3
vp

4. run ./create_2dmodel parameter.dat, akan dihasilkan file binary berna-


ma vp yang mendefinisikan kecepatan P pada matriks berorde 101x201.

5. Perhatikan bahwa langkah 1-4 hanya dilakukan jika Anda menggunakan kom-
puter sendiri di rumah, namun jika dilaksanakan ketika praktikum di lab, maka
Anda hanya melakukan langkah 3 saja, kemudian dilanjutkan dengan mengek-
sekusi: create_2dmodel parameter.dat.

6. File vp dapat kita display secara mudah menggunakan command ximage n1=101 < vp

7. Buat file header bernama misalnya vp.H, yang isinya sbb:


n1=101 d1 = 0 . 0 0 5 o1=0
n2=201 d2 = 0 . 0 0 5 o2=0
e s i z e =4 i n =./vp
data format= n a t i v e f l o a t

d1, d2 adalah dz dan dx yang dinyatakan salam satuan km. Pemilihan satuan
adalah bersifat bebas, namun perlu dilakukan secara konsisten, sehingga ke-
cepatan pun perlu dinyatakan dalam km/s.

4.2.2 Fungsi sumber


Fungsi sumber yang akan digunakan adalah fungsi wavelet Ricker seperti diperli-
hatkan pada Gambar 4.1.
Fungsi Ricker di atas dibuat menggunakan script berikut ini,
//waktu maksimum diperoleh dengan d1*(n1-1)=1 detik.
sfspike nsp=1 mag=1 n1=1001 o1=0 d1=0.001 k1=100 |
sfricker1 frequency=25 | sfscale axis=123 | sfput label1=t |
sftransp > ricker.rsf

Secara praktis Anda dapat menampilkan wavelet Anda dengan menjalankan perintah
berikut,

xwigb n1=1001 d1=0.001 < ricker.rsf@

xwigb merupakan bagian dari perintah dari seismic Unix (lihat di http://www.cwp.mines.edu/cwp

4.2.3 Konfigurasi sumber-receiver (geometri akuisisi)


Anda harus menentukan dimana akan meletakkan sumber gelombang (source) dan
sensor rekaman gelombang (receiver). Informasi posisi/koordinat source dan receiv-
er disimpan pada suatu file. Sebagai contoh jika kita meletakkan source pada posisi
x=0 dan receiver array sepanjang garis lurus pada kedalaman konstant z = 5 meter
dan interval receiver 50 meter, maka script untuk menyiapkan file source dan receiver
adalah sebagai berikut,

#receiver:
sfmath n1=19 d1=0.05 o1=0.1 output=x1 > x.rsf
sfmath n1=19 d1=0.05 o1=0.1 output=0.005 > z.rsf
sfcat axis=2 x.rsf z.rsf space=n | sftransp > receiver.rsf

#source:
sfmath n1=1 output=0.005 > x.rsf
sfmath n1=1 output=0.005 > z.rsf
sfcat axis=2 x.rsf z.rsf space=n | sftransp > source.rsf

4.2.4 Simulasi perambatan


Pada simulasi ini kita akan menggunakan sfawefd2d yang merupakan bagian dari
Madagascar (Fomel et al., 2013). Sesuai dengan namanya program ini merupakan 2D
acoustic time-domain FD modeling. Berikut script untuk menjalankan program ini,

sfawefd2d < ricker.rsf vel=vp.H sou=source.rsf rec=receiver.rsf > seis.rsf

Program akan memberikan dua file output yaitu seismogram (seis.rsf) dan snap-
shot wavefield per time-frame (satuan waktu) yang disimpan pada file snap.rsf (na-
ma file yang kita definisikan sendiri). Kalau kita menjalankan sfin seis.rsf, maka
kita akan memperoleh informasi berikut ini,

in="./seis.rsf@"
esize=4 type=float form=native
n1=19 d1=0.05 o1=0.1 label1="r" unit1="s"
n2=1001 d2=0.001 o2=0 label2="t" unit2="s"
19019 elements 76076 bytes
19 menunjukkan jumlah trace sesuai dengan jumlah receiver dan 1001 merupakan
jumlah sample dengan besar sampling rate 1ms. Cara instant untuk menampilkan
seismogram adalah dengan menggunakan perintah xwigb berikut,

sftransp < seis.rsf > seist.rsf


xwigb n1=1001 d1=0.001 < seist.rsf@

Perhatikan bahwa sumbu waktu perlu dikoreksi sebesar 0.1s, seperti telah dijelaskan
pada waktu pembuatan fungsi Ricker (perhatikan kembali Gambar 4.1).
Adapun untuk menampilkan snapshot perambatan gelombang (video perambat-
an) bisa menggunakan perintah berikut,

xmovie n1=101 n2=201 d1=0.005 d2=0.005 < snap.rsf@ loop=1

4.2.5 Interpretasi hasil


Snapshot wavefield dan seismogram akan ditampilkan menggunakan perintah GMT.
Berikut script untuk menampilkan plot snapshot,

sfwindow n3=1 min3=0.5 < snap.rsf > snapx.rsf


xyz2grd -ZLBf snapx.rsf@ -R0/1/0/0.5 -I0.005 -Gsnap.grd

#color palette
grd2cpt snap.grd -Cpolar > color.cpt

grdimage snap.grd -JX20/-10 -R -B0.1:"X (km)":/0.1:"Kedalaman (km)":WNes \


-Ccolor.cpt > snap.ps

ps2raster snap.ps -A -TG -Fsnap04

Tampilan snapshot dari wavefield pada empat posisi time-frame berlainan ditampilkan
pada Gambar 4.2.
Untuk menampilkan seismogram, kita bisa menggunakan command GMT pswiggle.
Perhatikan script di bawah ini,

z=0.5e-6

#mengubah binary ke ascii


sfdisfil col=19 number=n < seis.rsf |
awk {print (NR-1)*0.001,$0} > seis.dat

#plot wiggle
awk {print 1,$1,$2} seis.dat |
pswiggle -JX20/-10 -R0/20/0/1 -B1:"":/0.1:"waktu (detik)":WesN -W1p,blue \
-Z$z -K > seis.ps

for i in seq 3 19
do
awk -v i=$i {print i-1,$1,$i} seis.dat |
pswiggle -JX20/-10 -R -B -W1p,blue -Z$z -O -K >> seis.ps
done

awk {print 19,$1,$20} seis.dat |


pswiggle -JX -R -B -W1p,blue -Z$z -O >> seis.ps

Gambar seismogram dari simulasi perambatan gelombang ditampilkan pada Gam-


bar 4.3.
gel. langsung

a) u( x, t = 0, 1)

gel. pantul

gel. langsung

gel. transmisi
b) u( x, t = 0, 2)

gel. refraksi

c) u( x, t = 0, 3)

gel. refraksi

d) u( x, t = 0, 4)

Gambar 4.2: Snapshot propagasi gelombang pada waktu a) 0,1 b) 0,2 c) 0,3 dan d) 0,4
detik dihitung sejak sumber dibangkitkan (t = 0).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
0.0
gel. langsung
0.1

0.2

0.3
waktu (detik)

0.4

0.5
gel. pantul
0.6

0.7

0.8

0.9

1.0

Gambar 4.3: Seismogram sintetik yang merupakan rekaman simulasi perambatan


gelombang pada 19 seismometer. Perhatikan bahwa seismogram yang ditampilkan
belum dikoreksi oleh 0.1s.
Bab 5

Aspek kinematik dan dinamik


gelombang

Gelombang terdiri atas unsur kinematik dan dinamik. Unsur kinematik berhubungan
traveltime, sedangkan dinamik berhubungan amplitudonya. Aspek yang berhubun-
gan dengan traveltime misalnya sudut datang gelombang di geofon, ray parameter,
dan lain-lain. Sedangkan aspek yang berhubungan dengan amplitudo diantaranya
adalah attenuasi atau pelemahan amplitudo yang disebabkan oleh ukuran jarak sumber-
geofon, konversi gerakan mekanik gelombang ke panas (intrinsic attenuation), se-
makin lebar muka gelombang (spherical divergence) atau disebabkan oleh media per-
ambatannya sendiri.
Tujuan dari praktikum ini adalah memahami aspek kinematik (traveltime) dan di-
namik dari gelombang (amplitudo) dari data rekaman seismik sintetik. Dalam prak-
tikum ini akan dilakukan:

1. modeling waktu tempuh menggunakan sfeikonal, dan

2. modeling waveform dengan menggunakan sfawefd2d.

Kedua command Madagascar di atas sudah diperkenalkan pada modul 3 dan 4.


Oleh karena itu, modul ini juga bersifat sebagai pengulangan yang bertujuan tentu
saja untuk memperdalam pemahaman atau meningkatkan keterampilan dalam meng-
gunakan program-program dari Madagascar.

5.1 Tugas selama praktikum


1. Buatlah model bawah seperti ditampilkan oleh Gambar 5.4.

2. Dengan posisi shot pada (z=0.005; x=0.005) dan receiver pada (z=0.005;x=0.1),
(0.005;0.15), (0.005;0.2), (0.005;0.25), (0.005;0.3),...,(0.005;2.0). Lakukan modeling
waveform dan modeling waktu tempuh.

3. Plot waveform dan traveltime dalam satu frame gambar yang sama. Contoh lihat
Gambar 5.2.

21
X (km)
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0
0.0

0.1
Z (km)

0.2

0.3

0.4

0.5

2.0 2.5 3.0

Gambar 5.1: Model bawah permukaan sintetik terdiri atas dua lapisan yang dibatasi
oleh planar interface.
Jarak (km)
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.0 3.2 3.4 3.6 3.8 4.0
0.0

0.1

0.2

0.3
Waktu (detik)

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

Gambar 5.2: Seismogram sintetik (biru) dan kurva T-X (merah) yang dihasilkan dari
tembakan yang sama pada posisi (x=0.005; z=0.005).

5.2 Tugas setelah praktikum


1. Lakukan pengolahan data refraksi dengan menggunakan metode Hagiwara dan
Generalized Reciprocal Method (Palmer) untuk data di bawah seperti diperli-
hatkan pada Gambar 5.3!

2. Buatlah kurva T-X dari model yang diperlihatkan pada Gambar 5.4! Geofon diin-
stall pada kedalaman konstan 5 meter dan posisi lateral (0,50,100,...,4000 meter);
sehingga kita memiliki 81 buah geofon. Dengan array geofon yang dibuat fixed
seperti ini, dilakukan 41 buah tembakan pada kedalaman konstan 5 meter dan
posisi lateral (0,100,200,...,4000 meter).
0.08

0.06
Waktu (s)

0.04

0.02

0.00
5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105 110 115 120
X (meter)

Gambar 5.3: Kurva T-X. Tembakan dilakukan pada koordinat (-5,0) dan (125,0). Klik
disini untuk download data (tar -xjvf....).

X (km)
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
0.0

0.2
Z (km)

0.4

0.6

0.8

1.0

2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0

Gambar 5.4: Model bawah permukaan yang terdiri atas tiga lapisan. Masing-masing
lapisan geologi dikarakterisasi oleh nilai kecepatan seismik berbeda. Klik untuk down-
load model kecepatan.
Bab 6

Refraction Tomography

Modul praktikum ini menjelaskan langkah-langkah melakukan tomografi dari data


seismik refraksi. Konsep tentang tomografi tidak akan dijelaskan pada modul ini. To-
mografi merupakan bentuk proses inversi, oleh karena itu konsep tomografi penje-
lasannya akan ditunda sampai peserta praktikum mendapatkan kuliah Metode Inver-
si. Tujuan dari modul ini adalah memperkenalkan dan menjelaskan cara untuk meng-
gunakan software open source yang bisa kita gunakan untuk mengolah data seismik
refraksi yaitu FAST (lihat di http://terra.rice.edu/department/faculty/zelt/fast.html).
Namun, free software ini tidak memiliki interface atau grafis sehingga penggunaannya
harus menggunakan script. Oleh karena itu, keterampilan dalam membuat script san-
gat dibutuhkan. Script terdiri atas kumpulan command.

6.1 Langkap-langkah

6.2 Hasil
Perbandingan antara image bawah permukaan yang dihasilkan oleh tomografi refrak-
si dengan model true nya diperlihatkan oleh Gambar 6.1.

24
X (km)
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
0.0

0.2
Z (km)

0.4

0.6

0.8

1.0
0.0

0.2
1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5
Z (km)

0.4

0.6

0.8

1.0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
X (km)

1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5

Gambar 6.1: Model kecepatan (km/s) bawah permukaan (a) sebenarnya dan (b) hasil
tomografi refraksi.
Prinsip Format Data RSF

Dalam BAB ini akan dijelaskan prinsip dari format data N-dimensional yang digu-
nakan dalam program madagascar. Sebagai contoh kita memiliki header sebagai berikut,
in="./seis.rsf@"
esize=4 type=float form=native
n1=3 d1=1 o1=10
n2=3 d2=-1 o2=20
n3=4 d3=1 o3=0
36 elements 144 bytes
Data contoh ini terdiri atas 36 data yang terdistribusi dalam tiga sumbu, masing-
masing sumbu diberi index 1,2 dan 3; sehingga n1 bermakna jumlah sampling sepa-
njang sumbu 1, n2 jumlah sampling sepanjang sumbu-2, dst. Jumlah sampling pada
sumbu 1 dan 2 ini bisa kita anggap juga sebagai jumlah baris dan jumlah kolom (atau
orde) dari suatu matriks. Sumbu-1 dan sumbu-2 membentuk bidang/plane. Karena
data kita memiliki nilai n3 = 4, maka jumlah plane kita adalah empat buah. Cerita ilus-
trasi ini bisa kita nyatakan dengan Gambar 6.2. d dan o merepresentasikan interval dan
nilai inisial. Sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa koordinat untuk masing-masing
indeks angka pada bidang paling depan adalah seperti diperlihatkan pada tabel 6.1.

Tabel 6.1: Indeks elemen (sebagaimana yang ditampilkan pada Gambar 6.2) suatu data
tiga dimensi beserta koordinatnya (sesuai dengan informasi header di atas).
indeks sumbu-1 sumbu-2 sumbu-3
0 10 20 0
1 11 20 0
2 12 20 0
3 10 19 0
4 11 19 0
5 12 19 0
6 10 18 0
7 11 18 0
8 12 18 0
18 10 20 2
19 11 20 2
20 12 20 2

Struktur data ini bisa kita extend dengan mudah sehingga membentuk N-dimensi.
Namun agak susah memvisualkan struktur data dalam dimensi yang lebih besar dari
tiga.

26
x3

24 x2
21
18 25
22
19 26 6
23 3
20 0 7
4
1 8
5
2

x1
Gambar 6.2: Ilustrasi penyimpanan data dalam format RSF. Perhatikan bahwa urutan
penyimpanan data sesuai dengan urutan sumbu. Sumbu-1,2 dan 3 secara berurutan
adalah x1 , x2 dan x3 .

Pertanyaan selanjutnya bagaimana membuat data dengan struktur RSF ini? Caranya
sangat mudah. Yang perlu diperhatikan adalah dua aspek yaitu urutan dan berapa
besarnya data (ukuran byte untuk satu angka). Pada contoh di atas (sesuai header)
ukuran data kita adalah 4 byte, sehingga kita bisa lihat terdapat angka 144 yang di-
hasilkan dari 36 4. Bagaimana dengan urutannya, urutannya adalah sesuai dengan
urutan sumbu atau sesuai dengan indeks pada Gambar 6.2. Sebagai contoh, kita ingin
membuat model kecepatan 3D, dengan sumbu kedalaman adalah x1 . Pada panel de-
pan (atau bidang x1 x2 pada posisi x3 = 0), misalnya terdiri atas tiga lapisan batuan
dengan masing-masing kecepatan 2000, 3000 dan 4000 m/s. Maka masing-masing in-
deks akan diisi oleh kecepatan sebagai berikut,
indeks 0 1 2 3 4 5 6 7 8
kecepatan 2000 3000 4000 2000 3000 4000 2000 3000 4000

Bagaimana kita membuat file binarynya? Buat saja angka dengan urutan seperti
pada ilustrasi barusan itu. Namun jangan, lupa komputer harus kita beri tahu bahwa
tiap satuan angka disimpan dalam memori dengan ukuran 4 byte atau 32 bit. Contoh
membuat file binary ini sudah pernah dibuatkan pada program create 2dmodel.c.
Konversi format dari binary ke format
GMT netCDF

Ketika kita menggunakan fungsi-fungsi dari GMT, maka sebaiknya kita ubah data
berformat binary ke netCDF supaya bekerjanya lebih mudah. Cara untuk konversinya
juga mudah, hanya menggunakan satu fungsi yaitu xyz2grd. Namun tentu saja harus
memahami bagaimana cara menggunakannya.
Ketika melakukan konversi ini, perhatikan hal-hal berikut ini:
Dalam format binary, misalnya seperti file yang dihasilkan oleh program cre-
ate 2dmodel.c (klik untuk download), hanya berisi nilai saja. Jadi jika kita memi-
liki fungsi f ( x, y) = z, yang disimpan dalam file binary hanya nilai z saja yang
disusun atau diurutkan sedemikian rupa (ingat ketika membahas file format
RSF). Sehingga kita harus menginformasikan xyz2grd tentang susunan nilai z di
file binary. Terdapat dua jenis susunan, yaitu apakah ditulis per-kolom (column-
major order) atau baris (row-major order). Column-major order biasa digunakan
di Fortran, sedangkan Row-major order di C. Ilustrasi tentang kedua jenis peny-
impanan data dalam memori ini diperlihatkan oleh Gambar 6.3.
Sekarang mari kita gabungkan pengertian row atau column major order dengan
format RSF. Ada hal yang penting yaitu tentang fast-axis (1), slow-axis (2), dst.
Fast-axis adalah sumbu yang indeksnya bergerak lebih cepat. Perhatikan Gam-
bar 6.3 bagian atas di kanan (row-major order), maka indeks bisa kita tulis seperti
pada Gambar 6.4. Berdasarkan Gambar 6.4, kita bisa menyatakan n1=3 n2=3.
Kalau kita menampilkan image menggunakan ximage, maka sumbu-1 (fast di-
mension nya) adalah sumbu vertikal.
Pola urutannya ini diinformasikan kepada xyz2grd melalui option -Z. Jika da-
ta yang ditulis memiliki column-format atau fast-dimensionnya adalah vertikal
(seperti pada create 2dmodel.c), maka setelah -Z harus ditambahkan L (left) atau
R (right) yang memberikan indikasi bahwa kolom pertama disimpan di paling
kiri matriks atau di kanan. Selanjutnya adalah, di kolom pertama tsb (yang entah
di kiri atau kanan), kita akan menulis angka pertama dimana? apakah di bagian
bawah (B) atau atas (T). Perhatikan kembali Gambar 6.3 yang bagian bawah. Jika
data pada file binary disusun sesuai Gambar (lihat yang column-major order),
maka untuk mengkonversi ke format GMT netCDF kita gunakan,

xyz2grd -ZLTf

Kok sekarang ada f, simbol ini menginformasikan program untuk membaca da-
ta sebagai 4-byte floating point.

29
L R

T 0 1 2 row-major order

3 4 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8

B 6 7 8

L R

T 0 1 2 column-major order

3 4 5 0 3 6 1 4 7 2 5 8

B 6 7 8

Gambar 6.3: Row atau column major order adalah cara penempatan elemen ar-
ray dalam memori komputer yang tersusun secara contiguous. Perhatikan bedanya
bagaimana row atau column major order menempatkan matriks 3x3 dalam memo-
ri. Notasi L,R,T,B menunjukkan left, right, top dan bottom (lihat pembahasan pada
bagian selanjutnya!)

baris 0 0 0 1 1 1 2 2 2 #2, slow-axis

kolom 0 1 2 0 1 2 0 1 2 #1, fast-axis

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 6.4: Pengertian fast and slow axis/dimension.


Catatan: jangan khawatir dengan simbol pada digit kedua setelah -Z, misal-
nya antara -ZLBf ataukah -ZLTf. Apakah B atau T, nanti bisa dikoreksi oleh
-JX10/-10 atau -JX10/10.

Latihan:

1. Jika digunakan xyz2grd -ZLBf untuk mengkonversi file output dari program
create 2dmodel.c, seperti apa hasil konversinya?

2. Bayangkan apa yang akan terjadi jika file output dari program create 2dmodel.c
dikonversi dengan xyz2grd -ZTLf ?

3. Perhatikan Gambar 6.4! jika data binary kita berikan header sbb,

n1=9 n2=1
d1=1
o1=10 o2=-10

hitunglah koordinat setiap indeks!


Metode Hagiwara

6.3 Ringkasan formula matematis


Beberapa persamaan umum yang dipakai pada metode Hagiwara :

2h p cos i
TAP + TBP = + TAP (6.1)
v1
v1
hp = ( T + TBP TAB ) (6.2)
2 cos i AP
Persamaan untuk menghitung v2 :

0 ( TAP + TBP TAB )


TAP = TAP (6.3)
2

0 ( TAP + TBP TAB )


TBP = TBP (6.4)
2
d 0
 1
TAP = (6.5)
dx v2
Persamaan untuk menghitung kedalaman di tiap geofon
v1 0

hp = TAP TAP (6.6)
cos i
v1 0

hp = TBP TBP (6.7)
cos i

32
Generalized Reciprocal Method

Velocity analysis function:

tv = (t AY t BX + t AB ) /2 (6.8)
Nilai fungsi tv ini dihitung untuk tiap posisi G yang merupakan titik tengah antara X
dan Y.
tv dihitung untuk setiap jarak XY tertentu dari rentang XY = 0 sampai dengan
nilai tertentu dengan interval sama dengan jarak antar geofon. Nilai maksimum XY
ditentukan sedemikian hingga nilai optimum XY dapat ditentukan dengan baik. XY
optimum dipilih dari kurva fungsi analisis kecepatan yang paling smooth.
Gradien dari fungsi analisis kecepatan adalah kecepatan refraktor, Vn

d
tv = 1/Vn (6.9)
dx
Generalized time-depth:

tG = [t AY + t BX (t AB + XY /Vn )] /2 (6.10)
Kurva time-depth juga dihitung untuk berbagai nilai XY. XY optimum dipilih dari
kurva time-depth yang paling detil.
Depth conversion factor: Persamaan 6.10 dapat juga dinyatakan dalam,
n1
tG = Z jG /V jn (6.11)
j=1

Vn V j
V jn
=q (6.12)
Vn2 V j2

Z jG merupakan jarak atau kedalaman tegaklurus refraktor dihitung dari titik G dan V j
adalah kecepatan interval untuk lapisan ke- j.

33
Contoh data rekaman

34
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.5: 1
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.6: 2
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.7: 3
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.8: 4
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.9: 5
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.10: 1
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.11: 2
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.12: 3
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.13: 4
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.14: 5
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.15: 1
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.16: 2
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.17: 3
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.18: 4
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.19: 5
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.20: 1
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.21: 2
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.22: 3
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.23: 4
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.24: 5
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.25: 1
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.26: 2
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.27: 3
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.28: 4
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.29: 5
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
No. Channel
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24
0.0

0.1

0.2

Gambar 6.30: 1
0.3

Waktu (detik)
0.4

0.5
Daftar Gambar

1.1 Contoh terminal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2


1.2 Aplikasi putty untuk mengakses shell linux. . . . . . . . . . . . . . . . . 4

2.1 Kurva jarak versus waktu tempuh (T-X). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7


2.2 Peta traveltime dengan posisi shot pada X=0. . . . . . . . . . . . . . . . . 8

3.1 Model geologi sederhana dua lapis dengan interface datar. . . . . . . . . 10


3.2 Peta waktu tempuh atau disebut juga fungsi Green sebagai respons mod-
el kecepatan terhadap sumber dirac pada posisi koordinat (500,0) . . . . 12

4.1 Fungsi wavelet Ricker dengan frekuensi dominan 25 Hz. . . . . . . . . . 15


4.2 Snapshot propagasi gelombang pada waktu a) 0,1 b) 0,2 c) 0,3 dan d) 0,4
detik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
4.3 Seismogram sintetik yang merupakan rekaman simulasi perambatan gelom-
bang pada 19 seismometer. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20

5.1 Model bawah permukaan sintetik terdiri atas dua lapisan yang dibatasi
oleh planar interface. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
5.2 Seismogram sintetik dan kurva T-X yang dihasilkan dari tembakan yang
sama pada posisi (x=0.005; z=0.005). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
5.3 Kurva T-X . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
5.4 Model bawah permukaan yang terdiri atas tiga lapisan. Masing-masing
lapisan geologi dikarakterisasi oleh nilai kecepatan seismik berbeda. . . 23

6.1 Model kecepatan (km/s) bawah permukaan sebenarnya dan hasil to-
mografi refraksi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

6.2 Ilustrasi penyimpanan data dalam format RSF. Perhatikan bahwa uru-
tan penyimpanan data sesuai dengan urutan sumbu. Sumbu-1,2 dan 3
secara berurutan adalah x1 , x2 dan x3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27

6.3 Row atau column major order adalah cara penempatan elemen array
dalam memori komputer yang tersusun secara contiguous. Perhatikan
bedanya bagaimana row atau column major order menempatkan ma-
triks 3x3 dalam memori. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
6.4 Pengertian fast and slow axis/dimension. . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

6.5 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
6.6 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36
6.7 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
6.8 4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38

61
6.9 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
6.10 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
6.11 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
6.12 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
6.13 4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43
6.14 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44
6.15 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
6.16 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
6.17 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
6.18 4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48
6.19 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
6.20 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50
6.21 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51
6.22 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52
6.23 4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
6.24 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
6.25 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
6.26 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56
6.27 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
6.28 4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58
6.29 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
6.30 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 60
Daftar Tabel

1.1 Tabel perintah-perintah dasar linux . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

6.1 Indeks elemen suatu data tiga dimensi beserta koordinatnya. . . . . . . . 26

63
Bibliografi

Fomel, S., Sava, P., Vlad, I., Liu, Y., & Bashkardin, V., 2013. Madagascar: open-source
software project for multidimensional data analysis and reproducible computational
experiments, Journal of open research software, 1.

Wessel, P., Smith, W. H. F., Scharroo, R., Luis, J., & Wobbe, F., 2013. Generic mapping
tools: Improved version released, Eos Trans. AGU, 94, 409420.

64

Anda mungkin juga menyukai