Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE

DISUSUN OLEH:

CHRISTINA

NIM. N20171075

STIKES MANDALA WALUYA KENDARI

PROGRAM PROFESI NERS

TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE

A. DEFINISI
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja
dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (Corwin,
2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi
penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).

B. KLASIFIKASI
1. Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu: (Muttaqin,
2008)
a. Stroke Hemoragi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat
melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien
umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
1) Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan
darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak,
dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang
disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, pons dan
serebelum.
2) Perdarahan subaraknoid
Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang
pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang
terdapat diluar parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang subaraknoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan
vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit
kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, dll)
b. Stroke Non Hemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun
terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder.
Kesadaran umumnya baik.

2. Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:


a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam
atau beberapa hari.
c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen . Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA
berulang.

C. ETIOLOGI
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008):
1. Thrombosis Cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang
dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis memburuk pada 48 jam
setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
terosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan pengerasan
arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri iliaka
(Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
1) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
2) Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
3) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus).
4) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi
perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas
dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala
timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli:
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
2) Myokard infark
3) ibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan ventrikel
sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali
dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-
gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran
dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

D. PATOFISIOLOGI
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah
yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan
lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai
faktor penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat
berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya
tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral
oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik
infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis,
atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma
pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah
ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus
dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan
disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan perfusi
otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta
kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah
yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih dari
60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan
lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc
diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di
pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)

Pathway
E. MANIFESTASI KLINIS
Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran
darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak tidak akan membaik
sepenuhnya.
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah anggota badan (biasanya hemiparesis) yang timbul
mendadak.
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang Homonimus Hemianopsia
6. Afasia (bicara tidak lancar atau kesulitan memahami ucapan)
7. Disartria (bicara pelo atau cadel)
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan status mental
10. Vertigo, mual, muntah, atau nyeri kepala.

F. KOMPLIKASI
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi
ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi dan thromboflebitis.
2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak epilepsi dan sakit kepala.
4. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
2. Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).
Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi,
melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT).
3. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan
yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Lumbang fungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin)
c. Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia.
d. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-rangsur
turun kembali.
e. Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan
tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering,
oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien
harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan,

Pengobatan Konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya:
pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan
agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau
emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.

Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri
karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi
otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

Pengumpulan data
a. Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,
hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan hipertensi
arterial.
c. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung
kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
e. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
f. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan dengan
berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-
kadang pada sisi yang sama di muka.
g. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
h. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.
i. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan orientasi
Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu
mengambil keputusan.
j. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak
terhambat
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3. Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan
neurovaskuler
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
7. Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
8. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran

K. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan NIC :
Perfusi jaringan keperawatan selama 3 x 24 Intrakranial Pressure (ICP)
serebral b.d aliran jam, diharapkan suplai aliran Monitoring (Monitor tekanan
darah ke otak darah keotak lancar dengan intrakranial)
terhambat. kriteria hasil: v Berikan informasi kepada keluarga
NOC : v Set alarm
Circulation status v Monitor tekanan perfusi serebral
Tissue Prefusion : cerebral v Catat respon pasien terhadap stimuli
Kriteria Hasil : v Monitor tekanan intrakranial pasien
1. mendemonstrasikan status dan respon neurology terhadap
sirkulasi yang ditandai aktivitas
dengan : v Monitor jumlah drainage cairan
v Tekanan systole dandiastole serebrospinal
dalam rentang yang v Monitor intake dan output cairan
diharapkan v Restrain pasien jika perlu
v Tidak ada ortostatikhipertensiv Monitor suhu dan angka WBC
v Tidk ada tanda tanda v Kolaborasi pemberian antibiotik
peningkatan tekanan v Posisikan pasien pada posisi
intrakranial (tidak lebih dari semifowler
15 mmHg) v Minimalkan stimuli dari lingkungan
mendemonstrasikan Terapi oksigen
kemampuan kognitif yang 1. Bersihkan jalan nafas dari sekret
ditandai dengan: 2. Pertahankan jalan nafas tetap
v berkomunikasi dengan jelas efektif
dan sesuai dengan 3. Berikan oksigen sesuai intruksi
kemampuan menunjukkan 4. Monitor aliran oksigen, kanul
perhatian, konsentrasi dan oksigen dan sistem humidifier
orientasi memproses 5. Beri penjelasan kepada klien tentang
informasi membuat pentingnya pemberian oksigen
keputusan dengan benar 6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
menunjukkan fungsi sensori 7. Monitor respon klien terhadap
motori cranial yang utuh : pemberian oksigen
tingkat kesadaran mambaik, 8. Anjurkan klien untuk tetap memakai
tidak ada gerakan gerakan oksigen selama aktifitas dan tidur
involunter
2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Libatkan keluarga untuk membantu
komunikasi verbal keperawatan selama 3 x 24 memahami / memahamkan informasi
b.d penurunan jam, diharapkan klien dari / ke klien
sirkulasi ke otak mampu untuk berkomunikasi2. Dengarkan setiap ucapan klien
lagi dengan kriteria hasil: dengan penuh perhatian
- dapat menjawab pertanyaan 3. Gunakan kata-kata sederhana dan
yang diajukan perawat pendek dalam komunikasi dengan
dapat mengerti dan klien
memahami pesan-pesan 4. Dorong klien untuk mengulang kata-
melalui gambar dapat kata
mengekspresikan 5. Berikan arahan / perintah yang
perasaannya secara verbal sederhana setiap interaksi dengan
maupun nonverbal klien
6. Programkan speech-language
teraphy
7. Lakukan speech-language teraphy
setiap interaksi dengan klien
3 Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan NIC :
diri; mandi, keperawatan selama 3x 24 Self Care assistance : ADLs
berpakaian, makan, jam, diharapkan kebutuhan Monitor kemempuan klien untuk
toileting b.d mandiri klien terpenuhi, perawatan diri yang mandiri.
kerusakan dengan kriteria hasil: Monitor kebutuhan klien untuk alat-
neurovaskuler NOC : alat bantu untuk kebersihan diri,
v Self care : Activity of Daily berpakaian, berhias, toileting dan
Living (ADLs) makan.
Kriteria Hasil : Sediakan bantuan sampai klien
v Klien terbebas dari bau mampu secara utuh untuk melakukan
badan self-care.
Menyatakan kenyamanan Dorong klien untuk melakukan
terhadap kemampuan untuk aktivitas sehari-hari yang normal
melakukan ADLs sesuai kemampuan yang dimiliki.
v Dapat melakukan ADLS Dorong untuk melakukan secara
dengan bantuan mandiri, tapi beri bantuan ketika
- klien tidak mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
4 Kerusakan mobilitas Setelah dilakukan tindakan NIC :
fisik b.d kerusakan keperawatan selama 3x24 Exercise therapy : ambulation
neurovaskuler jam, diharapkan klien dapat Monitoring vital sign sebelm/sesudah
melakukan pergerakan fisik latihan dan lihat respon pasien saat
dengan kriteria hasil : latihan
v Joint Movement : Active Konsultasikan dengan terapi fisik
v Mobility Level tentang rencana ambulasi sesuai
v Self care : ADLs dengan kebutuhan
v Transfer performance Bantu klien untuk menggunakan
Kriteria Hasil : tongkat saat berjalan dan cegah
v Klien meningkat dalam terhadap cedera
aktivitas fisik Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
v Mengerti tujuan dari lain tentang teknik ambulasi
peningkatan mobilitas Kaji kemampuan pasien dalam
v Memverbalisasikan perasaan mobilisasi
dalam meningkatkan Latih pasien dalam pemenuhan
kekuatan dan kemampuan kebutuhan ADLs secara mandiri
berpindah sesuai kemampuan
v Memperagakan penggunaan Dampingi dan Bantu pasien saat
alat Bantu untuk mobilisasi mobilisasi dan bantu penuhi
(walker) kebutuhan ADLs ps.
Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
1 Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
5 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan NIC :
efektif berhubungan perawatan selama 3 x 24 jam, Airway Management
dengan penurunan diharapkan pola nafas pasien Buka jalan nafas, guanakan teknik
kesadaran efektif dengan kriteria hasil : chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Menujukkan jalan nafas Posisikan pasien untuk
paten ( tidak merasa tercekik, memaksimalkan ventilasi
irama nafas normal, Identifikasi pasien perlunya
frekuensi nafas normal,tidak pemasangan alat jalan nafas buatan
ada suara nafas tambahan Pasang mayo bila perlu
- NOC : Lakukan fisioterapi dada jika perlu
v Respiratory status : Keluarkan sekret dengan batuk atau
Ventilation suction
v Respiratory status : Airway Auskultasi suara nafas, catat adanya
patency suara tambahan
v Vital sign Status Lakukan suction pada mayo
Kriteria Hasil : Berikan bronkodilator bila perlu
v Mendemonstrasikan batuk Berikan pelembab udara Kassa basah
efektif dan suara nafas yang NaCl Lembab
bersih, tidak ada sianosis dan Atur intake untuk cairan
dyspneu (mampu mengoptimalkan keseimbangan.
mengeluarkan sputum, Monitor respirasi dan status O2
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed lips) Oxygen Therapy
v Menunjukkan jalan nafas v Bersihkan mulut, hidung dan secret
yang paten (klien tidak trakea
merasa tercekik, irama nafas,v Pertahankan jalan nafas yang paten
frekuensi pernafasan dalam v Atur peralatan oksigenasi
rentang normal, tidak ada v Monitor aliran oksigen
suara nafas abnormal) v Pertahankan posisi pasien
Tanda Tanda vital dalam v Onservasi adanya tanda tanda
rentang normal (tekanan hipoventilasi
darah, nadi, pernafasan v Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
6 Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan NIC : Pressure Management
integritas kulit b.d perawatan selama 3 x 24 jam, Anjurkan pasien untuk menggunakan
immobilisasi fisik diharapkan pasien mampu pakaian yang longgar
mengetahui dan mengontrol Hindari kerutan padaa tempat tidur
resiko dengan kriteria hasil : Jaga kebersihan kulit agar tetap
NOC : Tissue Integrity : bersih dan kering
Skin and Mucous Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
Membranes setiap dua jam sekali
Kriteria Hasil : Monitor kulit akan adanya kemerahan
v Integritas kulit yang baik bisa
Oleskan lotion atau minyak/baby oil
dipertahankan (sensasi, pada derah yang tertekan
elastisitas, temperatur, Monitor aktivitas dan mobilisasi
hidrasi, pigmentasi) pasien
v Tidak ada luka/lesi pada kulit
Monitor status nutrisi pasien
v Perfusi jaringan baik - Memandikan pasien dengan sabun
v Menunjukkan pemahaman dan air hangat
dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya
sedera berulang
v Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
7 Resiko Aspirasi Setelah dilakukan tindakan NIC:
berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24 jam, Aspiration precaution
penurunan tingkat diharapkan tidak terjadi v Monitor tingkat kesadaran, reflek
kesadaran aspirasi pada pasien dengan batuk dan kemampuan menelan
kriteria hasil : v Monitor status paru
NOC : v Pelihara jalan nafas
v Respiratory Status : v Lakukan suction jika diperlukan
Ventilation v Cek nasogastrik sebelum makan
v Aspiration control v Hindari makan kalau residu masih
v Swallowing Status banyak
Kriteria Hasil : v Potong makanan kecil kecil
v Klien dapat bernafas denganv Haluskan obat sebelumpemberian
mudah, tidak irama, v Naikkan kepala 30-45 derajat setelah
frekuensi pernafasan normal makan
v Pasien mampu menelan,
mengunyah tanpa terjadi
aspirasi, dan
mampumelakukan oral
hygiene
Jalan nafas paten, mudah
bernafas, tidak merasa
tercekik dan tidak ada suara
nafas abnormal
8 Resiko Injury Setelah dilakukan tindakan NIC : Environment Management
berhubungan dengan perawatan selama 3 x 24 jam, (Manajemen lingkungan)
penurunan tingkat diharapkan tidak terjadi Sediakan lingkungan yang aman
kesadaran trauma pada pasien dengan untuk pasien
kriteria hasil: Identifikasi kebutuhan keamanan
NOC : Risk Kontrol pasien, sesuai dengan kondisi fisik
Kriteria Hasil : dan fungsi kognitif pasien dan
v Klien terbebas dari cedera riwayat penyakit terdahulu pasien
v Klien mampu menjelaskan Menghindarkan lingkungan yang
cara/metode untukmencegah berbahaya (misalnya memindahkan
injury/cedera perabotan)
v Klien mampu menjelaskan Memasang side rail tempat tidur
factor resiko dari Menyediakan tempat tidur yang
lingkungan/perilaku personalnyaman dan bersih
v Mampumemodifikasi gaya Menempatkan saklar lampu ditempat
hidup untukmencegah injury yang mudah dijangkau pasien.
v Menggunakan fasilitas Membatasi pengunjung
kesehatan yang ada Memberikan penerangan yang cukup
- Mampu mengenali perubahan Menganjurkan keluarga untuk
status kesehatan menemani pasien.
Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit.

Anda mungkin juga menyukai