Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem tenaga listrik bertujuan menyalurkan energi listrik dari sumber
pembangkit ke beban atau konsumen, agar diperoleh efisiensi yang tinggi maka
sistem tenaga listrik ini diharapkan mempunyai keandalan yang tinggi. Adapun
keandalan ini berhubungan dengan gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik
tersebut. Sistem mempunyai keandalan yang tinggi, jika gangguan yang terjadi pada
sistem sangat minim karena dalam kenyataan dilapangan gangguan secara mutlak
tidak dapat dihindari.

Jaringan distribusi mempunyai peranan penting dalam penyaluran tenaga


listrik tersebut, oleh karena itu diperlukan sistem pengamanan yang baik agar dapat
mengantisipasi bentuk gangguan yang mungkin terjadi pada jaringan distribusi
tersebut. Tentunya gangguan ini dapat berdampak buruk terhadap pelayanan energi
listrik yang dapat menyebabkan terjadinya pemadaman, sehingga konsumenlah yang
merasa dirugikan. Untuk mengatasi hal ini perlu dipasang sistem proteksi, yang
difungsikan untuk melindungi setiap elemen dari sistem serta mengamankan secepat
mungkin dari gangguan yang sedang terjadi. Sehingga ketika terjadi gangguan dapat
teratasi dengan cepat. Dan bila sampai terjadi pemadaman, area pemadamannya dapat
diperkecil seminimal mungkin, dengan demikian kontinunitas pendistribusian tenaga
listrik ke konsumen dapat tetap terjamin.

Salah satu elemen dari sistem distribusi yang dimaksud adalah gardu distribusi
yang didalamnya terdapat transformator distribusi, transformator ini difungsikan
untuk menurunkan tegangan dari 20 KV ke 380/220 V (primer ke sekunder) untuk
meningkatkan kontinyunitas pelayanan ke konsumen, perlu adanya proteksi.
Peralatan proteksi yang dimaksud dan yang akan dibahas lebih kusus dalam laporan
kerja praktek ini adalah Fuse Cut Out sebagai pengaman trafo distribusi akibat arus
lebih atau hubung singkat.

1
B. Tujuan Kerja Praktek
Kerja praktek adalah suatu kegiatan atau sarana untuk meningkatkan kegiatan
kemampuan mahasiswa mengenai tata cara pelaksanaan suatu kerja dilapangan,
dengan diadakannya kerja praktek ini paling tidak terdapat beberapa hal yang menjadi
masukan diantaranya adalah:
1. Mahasiswa dapat memperdalam teoritis yang telah diperoleh diperkuliahan
dalam pelaksanaan kerja praktek.
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman teknis dilapangan sehingga diharapkan
mahasiswa dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang terarah dan tepat ketika
terjun kemasyarakat dalam menghadapi permasalahan sebenarnya.
3. Mahasiswa dapat mengembangkan kreatifitas dan daya fikir dilapangan untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang didapat diperkuliahan.
4. Mahasiswa dapat melihat dan membandingkan antara teori yang diperoleh pada
kegiatan perkuliahan dengan kebutuhan praktis dilapangan.
5. Terpenuhinya persyaratan akademis dalam menyelesaikan pogram studi di
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
C. Metode Penulisan
Sumber data yang diperoleh untuk menyusun laporan kerja praktek ini antara
lain:
1. Hasil pengamatan yang dilakukan selama melaksanakan kerja praktek.
2. Bertanya, merupakan perolehan informasi atau keterangan dan penjelasan dari
pembimbing lapangan atau staf ahli dilapangan secara langsung.
3. Buku-buku literatur yang mendukung isi laporan, dan pengarahan dari dosen
pembimbing kerja praktek.

Dengan beberapa data diatas kemudian dianalisis dan dituangkan dalam


sebuah bentuk laporan sehingga diharapkan isi laporan ini tidak menyimpang dari
yang diinginkan dan dapat terselesaikan pada waktu yang ditentukan.

D. Permasalahan
Untuk menghindari kerusakan pada trafo distribusi akibat arus lebih, maupun
beban lebih perlu adanya proteksi, yang menjadi permasalahannya adalah bagai mana
penggunaan Fuse Cut Out sebagai proteksi arus lebih dan bagai mana penentuan
rantingnya serta penentuan ukuran Fuse Cut Out agar transformator yang diproteksi
terhindar dari kerusakan.

2
E. Batasan masalah

Hanya membahas penggunaan Fuse Cut Out sebagai proteksi arus lebih dan
bagai mana pemasangannya pada sistem distribusi.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan kerja praktek, metode
penulisan, permasalahan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Bab II : Pelaksanaan kerja praktek

Bab ini membahas tentang kondisi tempat kerja praktek, ruang lingkup kerja
praktek, dan jadwal kegiatan kerja praktek.

Bab III: unsur-unsur pendukung dan penghambat kerja praktek

Bab ini berisi informasi mengenai kondisi tempat kerja praktek, yaitu adanya
unsur pendukung dan unsur penghambat. Kemampuan mahasiswa adanya unsur
pendukung dan unsur penghambat.

Bab IV: Pembahasan masalah

Bab ini membahas tentang sisetem tenaga listrik, jaringan distribusi, gangguan
pada jaringan distribusi, Fuse Cut Out sebagai proteksi pada sistem jaringan disterbusi
primer 20 kv, penggunaan Fuse Cut Out sebagai proteksi arus lebih, penentuan
rantingnya serta penentuan ukuran Fuse.

Bab V : kesimpulan dan saran

Berisikan kesimpulan dan saran dari pelaksanaan kerja praktek ini.

3
BAB II
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

A. Kondisi Tempat Kerja Praktek


Dinas Gangguan PT.PLN (Persero) Rayon Ngabang sebagai tempat kerja
praktek mahasiswa, diaman tempat kerja praktek sangat mendukung berlangsungnya
kegiatan dan akitvitas kerja praktek. Antara lain dengan tersedianya tenaga
pembimbing lapangan, alat Fuse Cut Out, NH Fuse serta perlengkapan listrik
lainnya.

B. Ruang Lingkup Kerja Praktek


Kerja praktek sebagai wahana pengenalan mahasiswa pada permasalahan
pekerjaan dilapangan yang sebenarnya, didalamnya mengandung beberapa ruang
lingkup yang bisa dipilih sesuai dengan pilihan sendiri dari pilihan yang ada.
Sebagaimana yang disarankan oleh pihak pogram studi Jurusan Teknik Elektro ruang
lingkup kerja praktek adalah:
1. Aktivitas dalam bidang organisasi atau manajemen, yakni mempelajari dan
mengenal komponen peralatan peralatan yang berkaitan dengan kosentrasi
mahasiswa tersebut melalui kerja prektek dilapangan.
2. Aktivitas dalam bidang teknis pelaksanaan dilpangan, yakni melihat acara
langsung serta mempraktekkan peralatan yang sudah disediakan dan mencoba
menganalisis sendiri pekerja pelaksanaan dilapangan.

C. Jadwal Kegiatan Kerja Praktek


Kegiatan kerja praktik dilaksanakan selama dua bulan. Terhitung dari tanggal
22 Agustus 2016 s/d 17 September 2016. Pelaksanaan kegiatan kerja praktek di
Dinas Gangguan PT.PLN (Persero) Rayon Ngabang. Lama kerja praktek selama 6
hari dalam seminggu, yang terdiri dari tiga (3) shif dalam sehari yaitu:

Shif 1 : Jam 07.00 Wib sampai 16.00 Wib

Shif 2 : Jam 16.00 Wib sampai 23.30 Wib

Shif 3 : Jam 23.30 Wib sampai 07.00 Wib

4
Jadwal yang dilaksanakan ini disesuaikan mengikuti jam kerja dari Dinas
Gangguan PT.PLN (Persero) Rayon Ngabang, untuk lebih detailnya dibawah ini
adalah tabel jadwal kegiatan selama kerja praktek beserta materi dan kasus gangguan
yang dihadapi.

Tabel jadwal kegiatan harian kerja praktek.

Hari Tanggal KP Jam Materi / kasus gangguan


Senin 22 Agustus 07.0 -16.00 - memangkas pohon
2016
Selasa 23 Agustus 07.00 -16.00 - memangkas pohon
2016 - mengganti isolator
Rabu 24 Agustus 07.00 -16.00 - memangkas pohon
2016
Kamis 25 Agustus 07.00 -16.00 -mengganti lampu listrik pelanggan yang
2016 konslet
Jumat 26 Agustus 07.00 -16.00 - memangkas pohon
2016 - mengganti MCB pelanggan
Sabtu 27 Agustus 07.00 -16.00 - mengganti tiang TM
2016 - memangkas pohon
Senin 29 Agustus 07.00 -16.00 - mengganti MCB pelanggan
2016
Selasa 30 Agustus 07.00 -16.00 - mengganti trafo
2016
Rabu 30 Agustus 07.00 -16.00 - memasang trafo 50 kv
2016 - memangkas pohon
Kamis 01 September 07.00 -16.00 - mengganti teping yang rusak
2016
Jumat 02 September 07.00 -16.00 - mengganti fuse link yang putus
2016
Sabtu 03 September 07.00 -16.00 - perawatan PLTD
2016
Senin 05 September 07.00 -16.00 - mengganti fuse link yang putus
2016 - mengganti teping yang rusak

5
J
aSelasa 06 September 07.00 -16.00 - membersihkan jaringan yang terkena
d 2016 tali layang-layang
wRabu 07 September 07.00 -16.00 - mengganti fuse link yang putus
a 2016
l Kamis 08 September 07.00 -16.00 - memasang trafo 50 kv
2016 - memasang KWH meter
kJumat 09 September 07.00 -16.00 - mengganti teping yang rusak
e 2016
rSabtu 10 September 07.00 -16.00 - mengganti teping yang rusak
j 2016
aSelasa 13 September 07.00 -16.00 - mengganti teping yang rusak
2016 - memasang KWH meter
pRabu 14 September 07.00 -16.00 - mengganti MCB
r 2016 - memasang KWH meter
aKamis 15 September 07.00 -16.00 - mengganti NH fuse
2016 - memasang kipas angin
Jumat 16 September 07.00 -16.00 - memasang KWH
2016 - menyambung kabel yang putus
Sabtu 17 September 07.00 -16.00 - surpey lokasi jaringan
2016

6
BAB III
UNSUR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT

A. Kodisi Kerja Praktek


1. Unsur Pendukung
a. Diberikan kebebasan dalam penggunaan peralatan-peralatan yang digunakan
untuk pengambilan data-data yang diperlukan.
b. Adanya komunikasi yang baik antara penulis dengan pembimbing lapangan
dan staf karyawan di tempat kerja praktek.
c. Diberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk bertanya tentang keperluan-
keperluan yang dibutuhkan mahasiswa.

2. Unsur Penghambat
a. Karena mahasiswa kerja praktek pada dinas gangguan maka hal yang
dikerjakan adalah mengatasi gangguan-gangguan yang terjadi di PLN Rayon
Ngabang dan tidak setiap hari gangguan pada jaringan sehingga pengamatan
tidak dilakukan setiap hari.
b. Waktu yang sangat sempit dalam melaksanakan kerja praktek sehingga sedikit
persoalan yang dapat di lihat secara langsung oleh penulis

B. Kemampuan Mahasiswa
1. Unsur Pendukung
Adapun unsur-unsur yang pendukung dalam hal ini antara lain:
a. Dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari dibangku kuliah dilapangan
secara langsung.
b. Memberikan suatu pengalaman untuk lebih mengetahui serta dapat
menganalisa tentang suatu masalah yang timbul dilapangan .

2. Unsur Penghambat
Adapun unsur-unsur penghambat antara lain:
a. Pemahaman bahasa asing (inggris) dari mahasiswa yang kurang/pasif dalam
memahami litelatur-litelatur bahasa asing dari tempat kerja praktek.
b. Keterbatasan litelatur-litelatur tentang teori yang mendukung penulisan.

7
BAB IV
PENGGUNAAN FUSE CUT OUT SEBAGAI PROTEKSI ARUS LEBIH PADA
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

A. Sistem Jaringan Distribusi

Sistem distribusi tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari pembangkit
tenaga listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen (pemakai) pada tingkat
tegangan yang diperlukan. Jaringan distribusi terdiri atas dua bagian, yang pertama adalah
Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yang menggunakan tiga kawat untuk tiga fasa.
Jaringan distribusi primer berada antara gardu induk dan transformator distribusi.
Jaaringan yang kedua adalah Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dengan tegangan 220/380
Volt, dimana sebelumnya tegangan tersebut ditransformasikan oleh transformator
distribusi dari 20 kV menjadi 220/380 Volt, jaringan ini dikenal pula dengan jaringan
distribusi sekunder. Jaringan distribusi sekunder terletak antara transformator distribusi
dan sehubungan pelayanan (beban) menggunakan penghantar udara terbuka atau kabel
dengan sistem tiga fasa empat kawat ( 3 kawat fasa dengan satu kawat netral). Dapat kita
lihat gambar dibawah proses penyediaan tenaga listrik bagi para konsumen.

CB

Gambar 4.1 Proses penyediaan tenaga listrik bagi para konsumen (distribusi)

8
B. Gangguan Transformator Pada Gardu Distribusi
1. Gangguan Beban Lebih
Dalam suatu sistem tenaga listrik, yang dimaksud gangguan beban lebih
adalah pelayanan kepada pelanggan listrik yang melebihi kemampuan sistem tenaga
listrik yang ada, misal trafo distribusi dengan kapasitas daya terpasang 100 KVA,
akan tetapi melayani pelanggan lebih besar dari kapasitasnya. Hal ini menyebabkan
trafo bekerja pada kondisi tidak normal (abnormal). Beban lebih akan menyebabkan
arus yang mengalir pada jaringan listrik menjadi besar, selanjutnya menimbulkan
panas yang berlebihan, yang ahirnya akan menyebabkan umur hidup peralatan dan
material pada jaringan listrik menjadi pendek atau mempercepat proses penuaan dan
kerusakan.

2. Gangguan Hubung Singkat


Gangguan hubung singkat pada jaringan listrik, antara phasa dengan phasa (2
phasa atau 3 phasa) dan gangguan antara phasa ke tanah. Timbulnya gangguan bisa
bersifat temporer (sementara) atau persistant (permanent).
Gangguan yang bersifat temporer merupakan timbulnya gangguan yang
bersifat sementara sehingga tidak melakukan tindakan. Gangguan tersebut akan hilang
dengan sendirinya dan jaringan listrik akan bekerja normal kembali. Akibat gangguan
ini ialah timbulnya flashover antara penghantar dan tanah (tiang, traves atau kawat
tanah) karena sambaran petir, flashover dengan pohon-pohon, dan lain sebagainya.
Gangguan yang bersifat persistant (permanent) yaitu gangguan yang bersifat
tetap. Agar jaringan dapat berfungsi kembali, maka perlu dilaksanakan perbaikan
dengan cara menghilangkan gangguan tersebut. Gangguan ini akan menyebabkan
terjadinya pemadaman tetap pada jaringan listrik dan pada titik gangguan akan terjadi
kerusakan yang permanent. Contoh menurunnya kemampuan isolasi padat atau
minyak trafo. Disini akan menyebabkan kerusakan permanent pada trafo, sehingga
untuk dapat beroperasi kembali harus dilakukan perbaikan. Beberapa penyebab yang
mengakibatkan terjadinya gangguan hubungsingkat, antara lain:
a. Terjadinya angin kencang, sehingga menimbulkan gesekan pohon dengan jaringan
listrik.
b. Kesadaran masyarakat yang kurang, misalnya bermain layang-layang dengan
menggunakan kawat yang bisa dilalui aliran listrik. Ini sangat berbahaya jika
kawat tersebut mengenai jaringan listrik

9
c. Kualitas peralatan atau material yang kurang baik, misalnya: pada JTR yang
memakai Twested Cable dengan mutu yang kurang baik, sehingga isolasinya
mempunyai tegangan tembus yang rendah, mudah mengelupas dan tidak tahan
panas. Hal ini juga akan menyebabkan hubung singkat antara phasa.
d. Pemasangan jaringan yang kurang baik misalnya: pemasangan konektor pada
JTR yang memakai TC, apabila pemasangannya kurang baik akan menyebabkan
kerusakan phasa yang lainnya. Akibatnya akan terjadi hubung singkat.
e. Adanya sambaran petir ke tanah dan terkena galian (kabel tanah), umur jaringan
(kabel tanah) sudah tua yang mengakibatkan pengelupasan isolasi dan
menyababkan hubuang singkat dan sebagainya.

3. Gangguan Tegangan Lebih


Yang dimaksud gangguan tegangan lebih ialah, besarnya tegangan yang ada
pada jaringan listrik melebihi tegangan nominal. Yang diakibatkan oleh beberapa hal
sebagai berikut:
a. Adanya penurunan beban atau hilangnya beban pada jaringan, yang disebabkan
oleh switching karena gangguan.
b. Terjadinya gangguan pada pengaturan tegangan otomatis/automatic voltage
legulator (AVR) pada generator.
c. Putaran yang sangat cepat (over speed) pada generator yang diakibatkan karena
kehilangan beban.
d. Terjadinya sambaran petir atau surja petir (lightning surge), yang mengakibatkan
hubung singkat dan tegangan lebih.
e. Terjadinya surja hubung ( switch surge ), yaitu beberapa hubung singkat akibat
bekerjanya circuit breker, sehingga menimbulkan tegangan transient yang tinggi.
Hal ini sering terjadi pada sistem jaringan tegangan ekstra tinggi.

10
C. Fuse cut Out Sebagai Proteksi Sistem Distribusi
1. Pengertian Fuse cut Out
Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman yang melindungi
tansformator terhadap arus lebih, yang disebabkan karena hubung singkat (short
circuit). Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan
dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu Induk (sub-station).
Akan tetapi fuse cut out ini mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai pemutus.
Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu saluran kawat jaringan di dalam satu
alat. Apabila diperlukan pemutus saluran tiga fasa maka dibutuhkan fuse cut out
sebanyak tiga buah.
Ada dua jenis fuse cut out yaitu jenis polimer dan jenis proselin. Bagian
yang mencolok perbedaan pada kedua fuse cut out ini terletak pada bagian
kontruksinya, untuk yang jenis polimer menggunakan karet sebagai isolatornya,
sedangkan jenis proselin menggunakan jenis proselin sebagai isolatornya. Biasanya
penggunaan fuse cut out jenis polimer ini terdapat pada jaringan listrik yang baru
dibangun, sedangkan fuse cut out jenis polimer ini terdapat pada jaringan yang lama.

Gambar 4.2 fuse cut out

Fco jenis polimer Fco jenis proselin

11
2. Prinsip kerja Fuse cut Out

Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang
berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari
komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan dengan
ukurannya itu. Disamping itu fuse cut out merupakan peralatan proteksi yang bekerja
apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang
satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya.
Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse link pada cut
out akan putus, dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di
udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem.
Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link, sehingga
dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu. Sedangkan fuse link
itu sendiri adalah elemen inti dari fuse cut out yang terletak di dalam fuse holder dan
mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban jaringan sudah menyentuh titik lebur
tersebut, maka fuse link akan meleleh dan akan memisahkan jaringan. fuse cut out ini
dipasang untuk mengamankan jaringan atau system dari arus hubung singkat. Jika
terjadi masalah/kerusakan pada jaringan sehingga fuse cut out akan segera memutus
rangkaian listrik agar jaringan aman dari arus hubung singkat.

3. Kelebihan dan Kekurangan Fuse cut Out

Kelebihan dari fuse cut out ini dapat memutus arus dengan cepat saat
terjadinya gangguan, sedangkan Kekurangannya Penggunaannya terbatas hanya
digunakan pada penyaluran daya yang kecil. tidak dilengkapi dengan alat peredam
busur api yang timbul pada saat terjadi gangguan hubung singkat.

12
D. Penggunaan Fuse Cut Out Sebagai Proteksi Arus Lebih
1. Pemilihan Fuse Link
Fuse Link (Pelebur) merupakan suatu alat pemutus yang dengan meleburnya
bagian dari komponennya yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya
untuk itu, membuka rangkaian dimana pelebur tersebut terpasang dan memutuskan
arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu.

Gambar 4.2 Fuse Link

Untuk menentukan besarnya fuse link (Pelebur) yang harus dipasang, maka
harus diketahui arus nominal trafo pada sisi TM, yang dapat dihitung sebagai berikut :
Sebagai contoh trafo 200 KVA
200
In = = = 5,77 A sehingga pilih pelebur/fuse link yang lebih besar
3 3 20

yaitu 6 A .
Ada 2 jenis fuse link (Pelebur) yaitu:
a. Pelebur jenis pembatas arus
Pelebur yang selama kerjanya dalam selang waktu tertentu, membatasi arus yang
lewat kesuatu nilai yang cukup rendah dari nilai puncak arus perkiraannya.
b. Pelebur jenis letupan
Pelebur, dimana busur listrik yang terjadi waktu pemutusan, dipadamkan oleh
semprotan gas yang timbul karena panas busur listrik itu sendiri.

13
Tabel 1. (publikasi IEC 252-2(1970)/NEMA) Di sisi primer.
Berikut Rekomendasi Pelebur Jenis pembatas arus sebagai pengaman trafo
distribusi.

Trafo Distribusi Pelebur Primer 20 kv


3 phasa 20 KV
Arus pengenal (A)

Daya Pengenal Arus pengenal Tipe T Tipe K


(KVA) (A)
Min Maks Min Maks
50 1,4434 - - 6,3 6,3
100 2,8868 6,3 8 6,3 6,3
160 4,6188 10 12,5 10 12,5

200 5,7733 10 12,5 10 12,5


250 7,2169 16 16 16 25
315 9,0933 20 25 20 31,5
400 11,547 25 25 25 40
500 14,433 25 31,5 31,5 40
360 18,186 40 40 40 63
800 23,094 50 63 50 80

1000 28,687 63 63 63 100

Sumber: SPLN:1985

Keterangan: Tipe K= pelebur tipe cepat; tipe T= pelebur teipe lambat

14
Tabel 2 Rekomendasi Arus pengenal pelebur jenis letupan (PUB.IEC 252-
(1974)/NEME) Sebagai Pengaman Trafo Distribusi Di Sisi Primer

Trafo Distribusi
Daya Pengenal Arus pengenal Pelebur/Tipe (A) Arus pengenal (A)
(KVA) (A) Min Maks
50 1,4434 2H 2H
100 2,8868 5 H 63 K ; 63 T
160 4,6188 6,3 T 8K;8T
200 5,7733 6,3 T 10 K ; 10 T
250 7,2169 8T 12,5 K ; 12,5 T
315 9,0933 10 T 12,5 K ; 12,5 T
400 11,547 12,5 T 16 K ; 16 T
500 14,433 16 T 20 K ; 20 T
360 18,186 20 T 25 K ; 25 T
800 23,094 25 T 31,5 K ; 31,5 T
1000 28,687 31,5 T 40 K ; 40 T

Sumber: SPLN:1985
Keterangan: Tipe K= pelebur tipe cepat; tipe T= pelebur teipe lambat; H= pelebur
tahan surja kilat

Garis batas ketahanan Pelebur Dan Garis Batas Ketahanan Trafo


Garis batas ktahanan pelebur bagi trafo Garis batas Ketahanan trafo
distribusi
Arus t (waktu) keterangan Arus t (waktu) keterangan
Nominal datik nominal detik
2 x In 100 Beban lebih 3 x In 300 Arus lebih,
3 x In 10 Arus Beban 4,75 x In 60 Hubung
6 x In 1 Peralihan 6,7 x In 30 Singkat
12 x In 0,1 Arus insruh 11,3 x In 10 pada JTR
25 x In 0,01

15
2. pemasangan Fuse Cut Out
Fuse cut out biasanya ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi
dan pengaman pada cabang cabang saluran feeder yang menuju ke jaringan
distribusi sekunder. Dibawah ini di perlihatkan gambar Fuse cut Out sebagai
pengaman transformator distribusi.

Gambar 4.3 proteksi Fuse Cut Out

Pada saat terjadi hubung singkat atau terkena sambaran petir pada sisi primer
maka arus listrik akan mengalir menuju transformator. Dengan cepat Fuse Cut Out
akan terlepas dengan sendirinya untuk mengantisipasi arus yang masuk pada
transformator sehingga transformator terlindungi dari arus lebih yang disebabkan
gangguan hubung singkat dan sambaran petir.

16
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari data yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa:
1. Fuse Cut Out (FCO) Adalah peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi
gangguan arus lebih. Fuse cut out ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman
tansformator distribusi dan pengaman pada cabang cabang saluran feeder yang
menuju ke jaringan distribusi sekunder.
2. FCO bertugas menjaga batas ketahanan trafo terhadap hubung singkat,
Penggunaan FCO pada jaringan tegangan menengah sangat penting untuk
pengaman transformator
3. FCO digunakan sebagai pengaman dan pemisah daerah yang terkena gangguan,
agar daerah pemadaman tidak terlalu luas.
B. Saran
1. Untuk pengaman dari transformator perlu pemasangan Fuse Cut Out pada sisi
primer
2. Dalam pengguanan FCO diharapkan bisa digunakan pada setiap titik
percabangan supaya lebih terjamin keamanannya
3. Saat pemasangan FCO sebaiknya hati-hati dan mengunakan pelindung kepala,
karena saat pemasangan FCO bisa jatuh dan menimpa kepala

17
DAFTAR PUSTAKA

SiraitBonar, Diktat Kuliah Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Universitas tanjungpura


Pontianak, 2009

Yachyasumitra Dudung, Operasi Pemeliharaan jaringan Distribusi, perusahan


listrik negara, Jakarta Selatan, 1986

SPLN 54, Petunjuk Pemilihan Dan penggunaan Pelebur Pada Sistem Distribusi
Tegangan Menengah, PLN, Jakarta, 1985

https://www.scribd.com/doc/120093032/Fuse-Cut-Out

http://juanghaikalpsha.blogspot.co.id/2013/04/sop-pemasangan-fco-sesudah-
arrester-i.html

http://dunialistrikelektron.blogspot.co.id/2015/04/prinsip-kerja-fuse-cut-out-
fco.html

http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/pemilihan-fuse-cut-
out-sebagai-pengaman-beban-lebih-pada-trafo-20-kv-faizal-agustian-pramana-
40062.html

18

Anda mungkin juga menyukai