PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem tenaga listrik bertujuan menyalurkan energi listrik dari sumber
pembangkit ke beban atau konsumen, agar diperoleh efisiensi yang tinggi maka
sistem tenaga listrik ini diharapkan mempunyai keandalan yang tinggi. Adapun
keandalan ini berhubungan dengan gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik
tersebut. Sistem mempunyai keandalan yang tinggi, jika gangguan yang terjadi pada
sistem sangat minim karena dalam kenyataan dilapangan gangguan secara mutlak
tidak dapat dihindari.
Salah satu elemen dari sistem distribusi yang dimaksud adalah gardu distribusi
yang didalamnya terdapat transformator distribusi, transformator ini difungsikan
untuk menurunkan tegangan dari 20 KV ke 380/220 V (primer ke sekunder) untuk
meningkatkan kontinyunitas pelayanan ke konsumen, perlu adanya proteksi.
Peralatan proteksi yang dimaksud dan yang akan dibahas lebih kusus dalam laporan
kerja praktek ini adalah Fuse Cut Out sebagai pengaman trafo distribusi akibat arus
lebih atau hubung singkat.
1
B. Tujuan Kerja Praktek
Kerja praktek adalah suatu kegiatan atau sarana untuk meningkatkan kegiatan
kemampuan mahasiswa mengenai tata cara pelaksanaan suatu kerja dilapangan,
dengan diadakannya kerja praktek ini paling tidak terdapat beberapa hal yang menjadi
masukan diantaranya adalah:
1. Mahasiswa dapat memperdalam teoritis yang telah diperoleh diperkuliahan
dalam pelaksanaan kerja praktek.
2. Mahasiswa mendapatkan pengalaman teknis dilapangan sehingga diharapkan
mahasiswa dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang terarah dan tepat ketika
terjun kemasyarakat dalam menghadapi permasalahan sebenarnya.
3. Mahasiswa dapat mengembangkan kreatifitas dan daya fikir dilapangan untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang didapat diperkuliahan.
4. Mahasiswa dapat melihat dan membandingkan antara teori yang diperoleh pada
kegiatan perkuliahan dengan kebutuhan praktis dilapangan.
5. Terpenuhinya persyaratan akademis dalam menyelesaikan pogram studi di
Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
C. Metode Penulisan
Sumber data yang diperoleh untuk menyusun laporan kerja praktek ini antara
lain:
1. Hasil pengamatan yang dilakukan selama melaksanakan kerja praktek.
2. Bertanya, merupakan perolehan informasi atau keterangan dan penjelasan dari
pembimbing lapangan atau staf ahli dilapangan secara langsung.
3. Buku-buku literatur yang mendukung isi laporan, dan pengarahan dari dosen
pembimbing kerja praktek.
D. Permasalahan
Untuk menghindari kerusakan pada trafo distribusi akibat arus lebih, maupun
beban lebih perlu adanya proteksi, yang menjadi permasalahannya adalah bagai mana
penggunaan Fuse Cut Out sebagai proteksi arus lebih dan bagai mana penentuan
rantingnya serta penentuan ukuran Fuse Cut Out agar transformator yang diproteksi
terhindar dari kerusakan.
2
E. Batasan masalah
Hanya membahas penggunaan Fuse Cut Out sebagai proteksi arus lebih dan
bagai mana pemasangannya pada sistem distribusi.
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan kerja praktek, metode
penulisan, permasalahan, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab ini membahas tentang kondisi tempat kerja praktek, ruang lingkup kerja
praktek, dan jadwal kegiatan kerja praktek.
Bab ini berisi informasi mengenai kondisi tempat kerja praktek, yaitu adanya
unsur pendukung dan unsur penghambat. Kemampuan mahasiswa adanya unsur
pendukung dan unsur penghambat.
Bab ini membahas tentang sisetem tenaga listrik, jaringan distribusi, gangguan
pada jaringan distribusi, Fuse Cut Out sebagai proteksi pada sistem jaringan disterbusi
primer 20 kv, penggunaan Fuse Cut Out sebagai proteksi arus lebih, penentuan
rantingnya serta penentuan ukuran Fuse.
3
BAB II
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
4
Jadwal yang dilaksanakan ini disesuaikan mengikuti jam kerja dari Dinas
Gangguan PT.PLN (Persero) Rayon Ngabang, untuk lebih detailnya dibawah ini
adalah tabel jadwal kegiatan selama kerja praktek beserta materi dan kasus gangguan
yang dihadapi.
5
J
aSelasa 06 September 07.00 -16.00 - membersihkan jaringan yang terkena
d 2016 tali layang-layang
wRabu 07 September 07.00 -16.00 - mengganti fuse link yang putus
a 2016
l Kamis 08 September 07.00 -16.00 - memasang trafo 50 kv
2016 - memasang KWH meter
kJumat 09 September 07.00 -16.00 - mengganti teping yang rusak
e 2016
rSabtu 10 September 07.00 -16.00 - mengganti teping yang rusak
j 2016
aSelasa 13 September 07.00 -16.00 - mengganti teping yang rusak
2016 - memasang KWH meter
pRabu 14 September 07.00 -16.00 - mengganti MCB
r 2016 - memasang KWH meter
aKamis 15 September 07.00 -16.00 - mengganti NH fuse
2016 - memasang kipas angin
Jumat 16 September 07.00 -16.00 - memasang KWH
2016 - menyambung kabel yang putus
Sabtu 17 September 07.00 -16.00 - surpey lokasi jaringan
2016
6
BAB III
UNSUR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
2. Unsur Penghambat
a. Karena mahasiswa kerja praktek pada dinas gangguan maka hal yang
dikerjakan adalah mengatasi gangguan-gangguan yang terjadi di PLN Rayon
Ngabang dan tidak setiap hari gangguan pada jaringan sehingga pengamatan
tidak dilakukan setiap hari.
b. Waktu yang sangat sempit dalam melaksanakan kerja praktek sehingga sedikit
persoalan yang dapat di lihat secara langsung oleh penulis
B. Kemampuan Mahasiswa
1. Unsur Pendukung
Adapun unsur-unsur yang pendukung dalam hal ini antara lain:
a. Dapat menerapkan ilmu yang telah dipelajari dibangku kuliah dilapangan
secara langsung.
b. Memberikan suatu pengalaman untuk lebih mengetahui serta dapat
menganalisa tentang suatu masalah yang timbul dilapangan .
2. Unsur Penghambat
Adapun unsur-unsur penghambat antara lain:
a. Pemahaman bahasa asing (inggris) dari mahasiswa yang kurang/pasif dalam
memahami litelatur-litelatur bahasa asing dari tempat kerja praktek.
b. Keterbatasan litelatur-litelatur tentang teori yang mendukung penulisan.
7
BAB IV
PENGGUNAAN FUSE CUT OUT SEBAGAI PROTEKSI ARUS LEBIH PADA
TRANSFORMATOR DISTRIBUSI
Sistem distribusi tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari pembangkit
tenaga listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen (pemakai) pada tingkat
tegangan yang diperlukan. Jaringan distribusi terdiri atas dua bagian, yang pertama adalah
Jaringan Tegangan Menengah (JTM), yang menggunakan tiga kawat untuk tiga fasa.
Jaringan distribusi primer berada antara gardu induk dan transformator distribusi.
Jaaringan yang kedua adalah Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dengan tegangan 220/380
Volt, dimana sebelumnya tegangan tersebut ditransformasikan oleh transformator
distribusi dari 20 kV menjadi 220/380 Volt, jaringan ini dikenal pula dengan jaringan
distribusi sekunder. Jaringan distribusi sekunder terletak antara transformator distribusi
dan sehubungan pelayanan (beban) menggunakan penghantar udara terbuka atau kabel
dengan sistem tiga fasa empat kawat ( 3 kawat fasa dengan satu kawat netral). Dapat kita
lihat gambar dibawah proses penyediaan tenaga listrik bagi para konsumen.
CB
Gambar 4.1 Proses penyediaan tenaga listrik bagi para konsumen (distribusi)
8
B. Gangguan Transformator Pada Gardu Distribusi
1. Gangguan Beban Lebih
Dalam suatu sistem tenaga listrik, yang dimaksud gangguan beban lebih
adalah pelayanan kepada pelanggan listrik yang melebihi kemampuan sistem tenaga
listrik yang ada, misal trafo distribusi dengan kapasitas daya terpasang 100 KVA,
akan tetapi melayani pelanggan lebih besar dari kapasitasnya. Hal ini menyebabkan
trafo bekerja pada kondisi tidak normal (abnormal). Beban lebih akan menyebabkan
arus yang mengalir pada jaringan listrik menjadi besar, selanjutnya menimbulkan
panas yang berlebihan, yang ahirnya akan menyebabkan umur hidup peralatan dan
material pada jaringan listrik menjadi pendek atau mempercepat proses penuaan dan
kerusakan.
9
c. Kualitas peralatan atau material yang kurang baik, misalnya: pada JTR yang
memakai Twested Cable dengan mutu yang kurang baik, sehingga isolasinya
mempunyai tegangan tembus yang rendah, mudah mengelupas dan tidak tahan
panas. Hal ini juga akan menyebabkan hubung singkat antara phasa.
d. Pemasangan jaringan yang kurang baik misalnya: pemasangan konektor pada
JTR yang memakai TC, apabila pemasangannya kurang baik akan menyebabkan
kerusakan phasa yang lainnya. Akibatnya akan terjadi hubung singkat.
e. Adanya sambaran petir ke tanah dan terkena galian (kabel tanah), umur jaringan
(kabel tanah) sudah tua yang mengakibatkan pengelupasan isolasi dan
menyababkan hubuang singkat dan sebagainya.
10
C. Fuse cut Out Sebagai Proteksi Sistem Distribusi
1. Pengertian Fuse cut Out
Fuse cut out (sekring) adalah suatu alat pengaman yang melindungi
tansformator terhadap arus lebih, yang disebabkan karena hubung singkat (short
circuit). Konstruksi dari fuse cut out ini jauh lebih sederhana bila dibandingkan
dengan pemutus beban (circuit breaker) yang terdapat di Gardu Induk (sub-station).
Akan tetapi fuse cut out ini mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai pemutus.
Fuse cut out ini hanya dapat memutuskan satu saluran kawat jaringan di dalam satu
alat. Apabila diperlukan pemutus saluran tiga fasa maka dibutuhkan fuse cut out
sebanyak tiga buah.
Ada dua jenis fuse cut out yaitu jenis polimer dan jenis proselin. Bagian
yang mencolok perbedaan pada kedua fuse cut out ini terletak pada bagian
kontruksinya, untuk yang jenis polimer menggunakan karet sebagai isolatornya,
sedangkan jenis proselin menggunakan jenis proselin sebagai isolatornya. Biasanya
penggunaan fuse cut out jenis polimer ini terdapat pada jaringan listrik yang baru
dibangun, sedangkan fuse cut out jenis polimer ini terdapat pada jaringan yang lama.
11
2. Prinsip kerja Fuse cut Out
Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang
berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari
komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan dengan
ukurannya itu. Disamping itu fuse cut out merupakan peralatan proteksi yang bekerja
apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang
satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya.
Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse link pada cut
out akan putus, dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di
udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem.
Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link, sehingga
dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu. Sedangkan fuse link
itu sendiri adalah elemen inti dari fuse cut out yang terletak di dalam fuse holder dan
mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban jaringan sudah menyentuh titik lebur
tersebut, maka fuse link akan meleleh dan akan memisahkan jaringan. fuse cut out ini
dipasang untuk mengamankan jaringan atau system dari arus hubung singkat. Jika
terjadi masalah/kerusakan pada jaringan sehingga fuse cut out akan segera memutus
rangkaian listrik agar jaringan aman dari arus hubung singkat.
Kelebihan dari fuse cut out ini dapat memutus arus dengan cepat saat
terjadinya gangguan, sedangkan Kekurangannya Penggunaannya terbatas hanya
digunakan pada penyaluran daya yang kecil. tidak dilengkapi dengan alat peredam
busur api yang timbul pada saat terjadi gangguan hubung singkat.
12
D. Penggunaan Fuse Cut Out Sebagai Proteksi Arus Lebih
1. Pemilihan Fuse Link
Fuse Link (Pelebur) merupakan suatu alat pemutus yang dengan meleburnya
bagian dari komponennya yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya
untuk itu, membuka rangkaian dimana pelebur tersebut terpasang dan memutuskan
arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai tertentu.
Untuk menentukan besarnya fuse link (Pelebur) yang harus dipasang, maka
harus diketahui arus nominal trafo pada sisi TM, yang dapat dihitung sebagai berikut :
Sebagai contoh trafo 200 KVA
200
In = = = 5,77 A sehingga pilih pelebur/fuse link yang lebih besar
3 3 20
yaitu 6 A .
Ada 2 jenis fuse link (Pelebur) yaitu:
a. Pelebur jenis pembatas arus
Pelebur yang selama kerjanya dalam selang waktu tertentu, membatasi arus yang
lewat kesuatu nilai yang cukup rendah dari nilai puncak arus perkiraannya.
b. Pelebur jenis letupan
Pelebur, dimana busur listrik yang terjadi waktu pemutusan, dipadamkan oleh
semprotan gas yang timbul karena panas busur listrik itu sendiri.
13
Tabel 1. (publikasi IEC 252-2(1970)/NEMA) Di sisi primer.
Berikut Rekomendasi Pelebur Jenis pembatas arus sebagai pengaman trafo
distribusi.
Sumber: SPLN:1985
14
Tabel 2 Rekomendasi Arus pengenal pelebur jenis letupan (PUB.IEC 252-
(1974)/NEME) Sebagai Pengaman Trafo Distribusi Di Sisi Primer
Trafo Distribusi
Daya Pengenal Arus pengenal Pelebur/Tipe (A) Arus pengenal (A)
(KVA) (A) Min Maks
50 1,4434 2H 2H
100 2,8868 5 H 63 K ; 63 T
160 4,6188 6,3 T 8K;8T
200 5,7733 6,3 T 10 K ; 10 T
250 7,2169 8T 12,5 K ; 12,5 T
315 9,0933 10 T 12,5 K ; 12,5 T
400 11,547 12,5 T 16 K ; 16 T
500 14,433 16 T 20 K ; 20 T
360 18,186 20 T 25 K ; 25 T
800 23,094 25 T 31,5 K ; 31,5 T
1000 28,687 31,5 T 40 K ; 40 T
Sumber: SPLN:1985
Keterangan: Tipe K= pelebur tipe cepat; tipe T= pelebur teipe lambat; H= pelebur
tahan surja kilat
15
2. pemasangan Fuse Cut Out
Fuse cut out biasanya ditempatkan sebagai pengaman tansformator distribusi
dan pengaman pada cabang cabang saluran feeder yang menuju ke jaringan
distribusi sekunder. Dibawah ini di perlihatkan gambar Fuse cut Out sebagai
pengaman transformator distribusi.
Pada saat terjadi hubung singkat atau terkena sambaran petir pada sisi primer
maka arus listrik akan mengalir menuju transformator. Dengan cepat Fuse Cut Out
akan terlepas dengan sendirinya untuk mengantisipasi arus yang masuk pada
transformator sehingga transformator terlindungi dari arus lebih yang disebabkan
gangguan hubung singkat dan sambaran petir.
16
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa:
1. Fuse Cut Out (FCO) Adalah peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi
gangguan arus lebih. Fuse cut out ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman
tansformator distribusi dan pengaman pada cabang cabang saluran feeder yang
menuju ke jaringan distribusi sekunder.
2. FCO bertugas menjaga batas ketahanan trafo terhadap hubung singkat,
Penggunaan FCO pada jaringan tegangan menengah sangat penting untuk
pengaman transformator
3. FCO digunakan sebagai pengaman dan pemisah daerah yang terkena gangguan,
agar daerah pemadaman tidak terlalu luas.
B. Saran
1. Untuk pengaman dari transformator perlu pemasangan Fuse Cut Out pada sisi
primer
2. Dalam pengguanan FCO diharapkan bisa digunakan pada setiap titik
percabangan supaya lebih terjamin keamanannya
3. Saat pemasangan FCO sebaiknya hati-hati dan mengunakan pelindung kepala,
karena saat pemasangan FCO bisa jatuh dan menimpa kepala
17
DAFTAR PUSTAKA
SPLN 54, Petunjuk Pemilihan Dan penggunaan Pelebur Pada Sistem Distribusi
Tegangan Menengah, PLN, Jakarta, 1985
https://www.scribd.com/doc/120093032/Fuse-Cut-Out
http://juanghaikalpsha.blogspot.co.id/2013/04/sop-pemasangan-fco-sesudah-
arrester-i.html
http://dunialistrikelektron.blogspot.co.id/2015/04/prinsip-kerja-fuse-cut-out-
fco.html
http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/pemilihan-fuse-cut-
out-sebagai-pengaman-beban-lebih-pada-trafo-20-kv-faizal-agustian-pramana-
40062.html
18