Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Abstraks
Salah satu metode Syari untuk mengangkat kepala negara adalah baiat. Adapun pelaksanaan
baiat ini, tergambar dalam rincian-rincian praktek baiat. Yaitu agar muslim saling berdiskusi
tentang orang yang layak untuk memegang jabatan khilafah. Sehingga apabila mereka telah
menetapkan pendapat pada beberapa orang tertentu (sebagai talon Khalifah), lalu calon-calon
khalifah itu diajukan kepada kaum muslim. Siapa yang terpilih diantara mereka, maka umat
diminta untuk membaiatnya.
Hukum syara tentang pelaksanaan pengangkatan kepala negara dalam negara Islam adalah
kandidat khalifah dibatasi oleh kaum muslim yang menjadi anggota majelis syura. karena majelis
inilah yang menjadi representasi mayoritas kaum muslim. Kemudian nama-nama kandidat
khalifah diajukan kepada kaum muslim. Yaitu agar mereka memilih satu orang dari kandidat
itu sebagai khalifah bagi mereka. Selanjutnya dilihat siapa yang memperoleh suara paling banyak.
Kemudian diambil baiat untuk kandidat dengan suara terbanyak itu dari kaum muslim yang
memilihnya maupun dari kaum muslim yang tidak memilihnya.
menegakkan jihad dan hal-hal yang yang dibawa dan dijalankan oleh Nabi
berhubungan dengannya seperti pengaturan Muhammad Saw. semasa beliau hidup, dan
tentara dan kewajiban-kewajiban untuk orang kemudian dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin
yang berperang serta pemberian harta fai (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin
kepada mereka, menegakkan peradilan dan Affan dan Ali bin Abu Talib). Kepala
hudud, menghi-langkan kezhaliman, serta negaranya dinamakan khalifah.
melakukan amar maruf nahi munkar, sebagai
pengganti dari Nabi shallallahu alaihi wa Bisa disimpulkan, walaupun dengan berbagai
sallam.1 redaksi yang berbeda, semua ulama sepakat
bahwa Khilafah adalah kepemimpinan umum atau
Menurut at-Taftazani, Khilafah adalah: pemerintahan bagi seluruh kaum muslimin yang
menggantikan fungsi-fungsi kenabian dalam
menjaga agama dan mengurusi dunia.
Kepemimpinan umum dalam urusan agama 1. Hukum Menegakkan Khilafah Menurut
dan dunia, sebagai pengganti Nabi shallallahu Para Ulama
alaihi wa sallam:2 Dalam kitab al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu
disebutkan bahwa ulama dari kalangan Ahlus
Sementara Menurut al-Mawardi, Imamah Sunnah, Murjiah, Syiah, Mutazilah (kecuali satu
adalah: kelompok dari mereka), dan Khawarij (selain
kelompok Najdat) menyepakati bahwa Imamah
merupakan perkara yang wajib dan fardhu yang
Ia menggantikan kenabian dalam menjaga telah ditentukan [catatan kaki di kitab tersebut:
agama dan mengurusi dunia.3 Syarh al-Aqa-id an-Nasafiyah karya at-Taftazani,
hal. 142 dan seterusnya; Maqalat al-Islamiyyin
Menurut Ibn Khaldun, Khilafah hakikatnya wa Ikhtilaf al-Mushallin karya al-Asyari, Juz 2 hal.
adalah: 133; Hujjatullah al-Balighah karya ad-Dahlawi, Juz
2 hal. 110; Ushuluddin karya al-Baghdadi, hal. 271
dan seterusnya, terbitan ; al-Ahkam as-
Pengganti dari Shaahibus Syari dalam Sulthaniyyah karya al-Mawardi, hal. 3]
menjaga agama dan mengurusi dunia.4 Dalam kitab al-Mausuah al-Fiqhiyah al-
Kuwaitiyah Juz 6 hal. 217 dinyatakan:
Dalam kitabnya, Fiqih Islam, Sulaiman Rasjid,
ulama asli Indonesia, mendefinisikan Khilafah
sebagai berikut:
Suatu susunan pemerintahan yang diatur
menurut ajaran agama Islam, sebagaimana
1
Shiddiq Hasan Khan; Ikliil al-Karaamah fii Tibyan
Maqaashid al-Imamah, hal. 23 Umat bersepakat akan wajibnya mewujudkan
2
Rasyid Ridha; Syarh al-Aqa-id an-Nasafiyah, al-Khilafah, Imamah. Dan wajib atas umat mengangkat
hal. 10
3
[sumber asli: al-Ahkam as-Sulthaniyyah, hal. 3, terbitan ] seorang Imam yang adil, yang akan
4
[sumber asli: al-Muqaddimah, hal. 191, terbitan ] menegakkan hukum-hukum Allah atas mereka
dan mengatur urusan mereka dengan hukum- Sunnah, memberikan keadilan bagi orang yang
hukum syariah yang dibawa oleh Rasulullah terzhalimi, serta menunaikan berbagai hak dan
shallallahu alaihi wa sallam. Tidak ada yang menempatkannya sesuai tempatnya. Menurutku,
menyelisihi ijma ini yang perlu diperhatikan. mewujudkan Imamah tersebut merupakan
fardhu kifayah. Dan jika tidak ada yang mampu
Menurut Imam Ibn Hazm al-Andalusi azh- melakukannya kecuali satu orang, maka wajib
Zhahiri5 menyatakan: ain atasnya dan merupakan keharusan baginya
untuk mendapatkannya, jika belum ada yang
mendahului. Wallahu alam.
Dalam kitab Bada-i ash-Shana-i fi Tartib asy-
Syara-i Juz 7 hal. 2 (terbitan ),
Imam Alaa-uddin al-Kassani al-Hanafi
menyatakan:
Seluruh Ahlus Sunnah, Murjiah, Syiah dan -
Khawarij bersepakat akan wajibnya Imamah.
Dan (mereka juga bersepakat) wajib bagi umat
untuk mengangkat seorang Imam yang adil
yang akan menegakkan hukum-hukum Allah
di tengah-tengah mereka, serta mengatur
urusan mereka dengan hukum-hukum Syariah
yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam, kecuali kelompok Najdat Dan karena sesungguhnya mengangkat
dari Khawarij. seorang al-Imam al-Azham (khalifah) itu
merupakan fardhu. Tidak ada perbedaan pendapat
Dalam kitab Raudhah ath-Thalibin wa di antara ahlul haq. Dan tidak diperhatikan
Umdah al-Muftin Juz 10 hal. 42 (terbitan perbedaan pendapat dengan sebagian kelompok
), Imam Abu Zakariya Yahya ibn Qadariyah, karena adanya ijma shahabat
Syaraf an-Nawawi asy-Syafii menyatakan: radhiyallahu anhum akan hal ini (wajibnya
mengangkat seorang khalifah). Juga karena
adanya keperluan mendasar kepadanya (khalifah),
: . untuk menerapkan hukum, memberikan keadilan
terhadap orang yang dizhalimi atas orang yang
menzhaliminya, menghentikan berbagai
. pertikaian yang mengarah pada fasad, dan karena
berbagai kemaslahatan lain yang tidak bisa
Sebuah keharusan bagi umat, adanya Imam terwujud tanpa adanya Imam.
yang akan menegakkan agama, menolong
Dalam kitab Mathalib Uli an-Nuha fi Syarh
5
al-Fishal fi al-Milal wa al-Ahwa wa an-Nihal Juz 4 hal. 72 Ghayah al-Muntaha Juz 6 hal. 263 (terbitan
(terbitan ), ), Syaikh Mushthafa ibn Sad as-
Keharusan Baiat dalam pemilihan khalifah kekuasaan pemerintahan kecuali dengan baiat.
Baiat, menurut Taqiyuddin al-Nabhani adalah Nash-nash tersebut menunjukkan wajibnya
suatu kewajiban bagi kaum muslimin, sekaligus baiat bisa dilihat dari beberapa aspek: Pertama; asy-
merupakan hak setiap muslimin, baik laki-laki Syari mencela orang yang mati dan dipundaknya
maupun perempuan.6 sebab Baiat adalah metode tidak ada baiat. Sesungguhnya orang yang mati
syara satu-satunya untuk mengangkat kepada sedang dipundaknya tidak ada baiat, secara syari
negara Islam. Dalam hal ini Taqiyuddin al- adalah tercela dan keberadaan celaan yang muncul
Nabhani mengambil dalil disyariatkannya Baiat akibat meninggalkan sesuatu perbuatan
adalah dari Sunnah dan Ijma sahabat. al-Nabhani menunjukkan keharamannya, karena tidak ada
memaparkannya secara jelas dan gamblang. celaan lagi orang yang meninggalkan perkara
Pertama, Sunnah Nabi. makruh. Dan indikasi keharamannya adalah
Adapun dalil wajibnya Baiat adalah sabda datangnya celaan yang mensifati orang yang mati
Rasulullah saw: sedang dipundaknya tidak ada baiat kepada seorang
amir, bahwa matinya orang tersebut seperti kematian
jahiliyah. Mengingat jahiliyah itu semuanya adalah
Barang siapa yang mati sedangkan kufur, baik secara akidah maupun sistem (aturan).
dipundaknya tidak ada Baiat maka matinya Sehingga orang yang tidak memberikan baiat
seperti mati jahiliyah.7 kepada seorang penguasa dinilai berdosa, karena ia
telah melakukan perbuatan yang termasuk perbuatan
Menurutnya hadits ini mendorong untuk berbaiat, jahiliyah, karena orang jahiliyah tidak mengenal
serta mengancam aktivitas meninggalkannya. Dengan kepemimpinan pemerintahan dalam negara. Inilah
demikian, hadits ini menunjukkan wajibnya berbaiat makna yang ditunjukkan oleh hadis riwayat Muslim
kepada imam dan (Khalifah). Karena baiat itu dari Abdullah bin Umar; Barang siapa saja yang mati
dari kaum muslimin kepada khalifah, bukan dari sedang dipundaknya tidak ada baiat maka mati
khalifah kepada kaum muslimin, maka Baiat itu dalam keadaan mati jahiliyah.
wajib bagi kaum muslimin, orang yang Kedua; Menepati baiat secara syari hukumnya
menjalankannya berhak mendapatkan pahala, wajib. Sungguh Syara sangat mendorong dan
sedangkan orang yang meninggalkannya layak memerintah-kan agar memenuhi akad baiat.
mendapat siksa. Sebab menolak berbaiat Sesuatu yang menunjukkan bahwa perintah yang
merupakan kemak-siatan kepada Allah swt. dengan dituntut pengerjaanya sebagai yang wajib secara
demikian baiat adalah wajib atas kaum syari adalah datangnya nash-nash dengan bentuk
muslimin,sehingga adanya baiat adalah perintah yang dikaitkan dengan qarinah (indikasi)
keniscayaan dalam kehidupan Islam. Karena secara yang tegas, yang menunjukkan atas wajibnya baiat
sayri kepada negara tidak mungkin memegang tersebut. Nabi Muhammad memerintahkan untuk
memenuhi baiat, dengan sabda beliau;
6
Taqiyuddin An-Nabhani, sistem Pemerintahan Islam;
Doktrin, Sejarah, dan Relitas Empirik, (Bangil:A1-1zzah,1997), Maka penuhilah baiat yang pertama lalu
hal 83 yang pertama saja.8
7
Almarhum Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani berpendapat
bahwa hadits ini bukan dalil atas wajib (ain) nya Baiat. . Lihat
Syakhsiyah Islamiyah, 2/10,baris ke-2, dan dilihat halaman 21,
8
beliau menegaskan bahwa hadits ini menunjukkan bahwa Baiat M. Abd Majid At-Khalidi, Analisis dialektik; Kaedah pokok
merupakan seluruh kewajiban kaum muslimin. Hadits diatas adalah sistem pemerintahan Islamj ifidl, (Bogor; Al-Azhar Press, 2004),
shahih. hal.144-145
9
hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah
11
bin Amr bin As-`Ash, lengkapnay hadits itua adalah .... jika datang Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Pemerintahan Islam;
orang lain hendak merebutnya, maka bunuhlah orang itu. (shahih doktrin, sejarah, dan realitas empirik, (Bangil:Al-Izzah,1997),
muslim, 12/232, kitab A]-Imarah). hal.85-86
10 12
Op. cit., hal. 47 Ibid., hal. 86
19 20
Op. cit., hal 52 Ibid.,. hal. 34
berkata, Rasulullah SAW bersabda: telah memenuhi syarat untuk membaiat khalifah,
: seperti Ali bin Abi Thalib. Umar bin Khattab juga
dibaiat dengan baiat kaum muslimin. Demikian
" : - pula halnya dengan Utsman bin Affan dan Ali bin
Abi Thalib. Jadi baiat adalah satu-satunya metode
() pengangkatan khalifah bagi kaum muslimin. Bagi
Jika dibaiat dua orang Khalifah, maka al-Nabhani perincian pelaksanaan baiat secara
bunuhlah yang akhir dari keduanya. (Muslim) praktis dapat diketahui dengan jelas pada
pengangkatan empat khalifah sepeninggal
Imam Muslim juga meriwayatkan hadist dari Rasulullah saw, yaitu Abu Bakar, Umar bin
Abi Hazim yang berkata aku telah mengikuti Khattab, Utsman bin affan, dan ali bin Abi Thalib.
majelis Abu Hurairah selama lima tahun dan aku Seluruh shahabat pada waktu itu diam dan
pernah mendengarnya menyam-paikan hadis dari mengakui metode yang digunakan. Padahal
Nabi saw yang bersabda: metode pengangkatan tersebut termasuk perkara
yang harus diingkari seandainya melanggar syara
karena berkaitan dengan suatu hal yang paling
) : penting dan menjadi sandaran keutuhan wadah
kaum muslimin Berta kelestarian pemerintahan
yang melaksanakan hukum Islam.21
Taqiyuddin al-Nabhani lebih jauh menceritakan
: : . ( bahwa Siapa saja yang meneliti peristiwa yang
() terjadi dalam pengangkatan keempat khalifah itu
akan mendapati bahwa sebagian kaum muslimin
Dahulu bani israil selalu dipimpin oleh nabi. telah berdiskusi di saqifah bani saidah. Tokoh-
Setiap kali seorang nabi meninggal, segera tokoh yang dicalonkan sebagai khalifah tidak lebih
digantikan oleh nabi yang lain. Dan dari empat orang, mereka adalh said bin Ubadah,
sesungguhnya tidak akan ada nabi sesudahku. Abu Ubadah, Umar dan abu Bakar. Sebagai hasil
(tetapi) nanti akan banyak khalifah. Para diskusi adalah dibaiatnya Abu Bakar oleh mereka
sahabat bertanya: Apakah yang engkau yang hadir. Pada hari kedua kaum muslimin
perintahkan kepada kami? beliau menjawab: diundang kemesjid Nabawi lalu mereka membaiat
penuhilah bai at yang pertama dan yang Abu Bakar. Baiat yang berlangsung disaqifah
pertama itu saja; adalah baiat Iniqad, yang menjadikan Abu Bakar
sah menjadi Khalifah. Sedangkan baiat dimasjid
Nas-Nas al-Quran dan Sunnah diatas secara pada hari kedua merupakan baiat thaat.
jelas menunjukkan bahwa baiat adalah satu- Ketika Abu Bakar merasa bahwa sakitnya akan
satunya metode pengengkatan khalifah. Dalam hal membawa ajal, beliau memenggil kaum muslimin,
ini para sahabat ridlwanullahi alaihim benar- seraya meminta pertimbangan mereka tentang
benar telah memahami metode tersebut. Bahkan siapa yang tepat menjadi khalifah. Pendapat yang
merekapun telah melaksanakannya. Abu Bakar muncul pada musyawarah tersebut berkisar antara
Ash-Shiddiq dibaiat secara khusus disaqifah bani ali dan Umar, tidak ada yang lain. Kesempatan
Saidah dan dibaiat secara umum dimasjid. Lalu meminta pertimbangan terebut berlangsung tiga
orang-orang yang tidak ikut berbaiat dimasjid
kemudian membaiatnya pula. Yaitu mereka yang 21
Ibid., hal. 55
bulan. Setelah tiga bulan itu, beliau dapat terpilih diminta segera mem-baiatnya.
mengetahu mayoritas pendapat kaum muslimin, Jadi pada saat itu calon-calon khalifah terbatas
kemudia beliau segera mengumumkan bahwa pada sekelompok orang yang ditunjuk oleh Umar,
Umar adalah khalifah sesudah beliau. Setelah Abu setelah ada desakan dari kaum muslimin mengenai
Bakar meninggal kaum muslimin berdatangan hal itu, Abdurrahman bin Auf setelah mengundurkan
kemesjid Nabawi dan langsung membaiat Umar diri dari pencalonan jabatan khilafah mengambil
untuk memegang tampuk pemerintahan Khilafah. pendapat kaum muslimin tentang siapakah yang
Dengan baiat inilah Umar menjadi khalifah, hendak diangkat menjadai khalifah, lalu
bukan karena adanya permintaan pendapat, juga mengumumkan nama yang dikehendaki kaum
bukan karena pengumuman dari Abu Bakar. muslimin setelah musyawarah dengan mereka.
Begitu pula ketika Umar terluka parch, kaum Setelah diumumkan nama orang yang dikehendaki
muslimin segera meminta beliau agar menunjuk kaum muslimin, baiat pun dilaksanakan untuknya.
pengganti. Tetapi beliau menolak. Setelah mereka Dengan baiat inilah, yang bersangkutan sah
terns memaksa. Baru beliau menunjuk enam orang menjadi khalifah.
shahabat sebagai pengganti. Setalah beliau Atas dasar itu, hukum syara mengenai
meninggal pars calon itu mempercayakan kepada pengangkatan khalifah adalah sebagai berikut;
salah seorang dari mereka, yaitu Abdurrahman bin Orang-orang yang mewakili pendapat jumhur
Auf, untuk mengumpulkan pendapat kaum muslimin kaum muslimin menentukan sejumlah calon untuk
dan meminta pertimbangan mereka. Kemudian jabatan khilafah. Kemudian nama-nama mereka
Abdurrahman mengumumkan baiat kepada utsman. disodorkan kepada kaum muslimin dan dimeminta
Kaum muslimin pun segera melaksanakan baiat agar mereka memilih sate dari calon-calon
kepada utsman. Dengan akad baiat inilah beliau sah tersebut untuk menjadi khalifah. Lalu dilihat, siapa
menjadi khalifah bagi kaum muslimin, bukan karena yang didukung oleh jumhur kaum muslimin atau
penunjukan Umar, jugs bukan karena pengumuman mayoritas mereka, segera orang itu dipanggil
Abdurrahman bin Auf. Kemudia ketika utsman baiatnya dari seluruh kaum muslimin, baik yang
terbunuh. Serta merta kaum muslimin dimadinah dan memilih dia maupun yang tidak. Sebab, kaum
kufah segera membaiat Ali bin Abi Thalib. Baiat muslimin telah bersepakat dengan berdiam [Uma
kaum musliminlah yang menjadikan beliau sebagai Sukuti] terhadap pembatasan calon yang dilakukan
khaifah. Umar, yaitu hanya enam orang mereka juga
Dengan demikian An-Nabhani menyimpulkan bersepakat terhadap langkah Abdurrahman
bahwa perincian pelaksanaan baiat untuk khilafah mengambil pendapat seluruh kaum Muslimin tentang
adalah sebagai berikut:22 siapa yang harus menjadi khilafah. Kemudian mereka
pertama. Kaum muslimin mendiskusikan pun bersepakat tentang pelaksanaan baiat kedpada
siapa-siapa dari kalangan kaum muslimin yang orang yang telah diumumkan namanya, oleh
pantas mengemban jabatan khilafah. Kedua, Abdurrahman bin Auf bahwa dialah pilihan umat
apabila sudah ada ketetapan pendapat terhadap Islam untuk menjadi khalifah mereka ketika dia
beberapa orang untuk menjadi calon khalifah, berkata; Sungguh aku telah memperhatikan
nama-nama mereka disodorkan kepadakaum pendapat umat. aku melihat mereka tidak dapat
muslimin untuk dipilih salah satunya. Ketiga, mengubah pilihan mereka, yaitu Utsman. Semua
kepada orang yang terpilih, kaum muslimin secara ini menegaskan hukum syara tentang
keseluruhan termasuk dari calon-calon yang tida pengangkatan khalifah. Taqiyuddin al-Nabhani
juga mengemukakan bahwa ada dua masalah yang
22
Ibid., hal. 56 urgens yang harus di pahamai oleh kaum
muslimin. Pertama, siapakah diantara kaum Hanya saja, Menurut al-Nabhani tidak disyaratkan
muslimin yang berhak mengangkat khalifah? bahwa seluruh kaum Muslimin harus
Apakah mereka itu Ahlul-Hall wa al-Aqd, menggunakan langsung hak ini. Sekalipun hal itu
ataukah sejumlah tertentu dari kaum muslimin? wajib bagi mereka, karena status baiat adalah
Atau apakah mereka itu seluruh kaum muslimin? wajib, namun termasuk wajib kifayah dan bukan
Kedua, apakah aktivitas yang bdilaksanakan pada wajib ain. Jadi bila sebagian umat telah
pemilihan umum zaman modern ini. Seperti melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban itu
pemilihan secara rahasia, adanya kotak pemilu clan atas yang lain.25 Tetapi dalam hal ini seluruh
pengambilan suara, dan lain sebagainya, muslimin harus diberi kesempatan mengambil hak
diperolehkah dalam Islam, ataukah tidak.23 Untuk mereka untuk berkiprah langsung dalam
masalah yang pertama, Allah SWT sebagai Syaari pengangkatan Khalifah, terlepas dari apakah
(pembuat syara) telah menjadikan kekuasaan di mereka menggunakan hak mereka ataukah tidak.
tangan umat dan menjadikan pengangkatan Kaum Muslimin harus diberi kesempatan seluas-
khalifah sebagai hak kaum muslimin secara umum. luasnya untuk melaksa-nakan pengangkatan
Allah tidak menyerahkan hak mengangkat khalifah khalifah. Jadi, yang menjadi masalah adalah
tersebut kepada sekelompok kaum muslimin tanpa memberikan kesempatan kepada kaum muslimin
melibatkan kelompok yang lain; tidak pula untuk melaksanakan kewajiban mengangkat
menjadikannya sebagai hak satu golongan kaum khalifah sehingga menggugurkan tuntunan
muslimin tanpa mengikut-sertakan golongan yang kewajiban ini dari mereka, bukan pelaksanaan
lain.24 Selain itu, baiat sebagai metode pengangkatan secara langsung atas kewajiban ini oleh seluruh
khalifah, adalah kewajiban atas seluruh kaum kaum Muslimin. Sebab, kewajiban yang
muslimin. Rasulullah bersabda: dibebankan Allah atas mereka adalah pelaksanaan
pengangkatan khalifah dengan kerelaan mereka,
bukan pelaksanaan yang dilakukan oleh seluruh
Siapa saja yang mati dalam keadaan tidak ada kaum muslimin.
baiat di pundaknya, makes mati nya seperti Taqiyuddin al-Nabhani melihat, dari
matijahiliyyah permasalahan ini ada dua kemungkinan; Pertama,
Tercapainya kerelaan seluruh kaum Muslimin
Hadis ini berlaku umum untuk setiap muslim. terhadap pengangkatan khalifah. Kedua, Tidak
Oleh karena itu, Ahl Hall wa al-Aqdi bukanlah tercapai kerelaan seluruh kaum Muslimin terhadap
satu-satunya kelompok yang berhak mengangkat pengangkatan itu. Namun, dalam kedua keadaan
seorang khalifah tanpa melibatkan kaum muslimin ini tetap terbuka kesempatan bagi seluruh kaum
yang lain. Demikian pula, bukanlah orang-orang muslimin.26
tertentu saja yang berhak mengenai hal itu. perkara Dalam hal ini Taqiyuddin memberikan batasan
ini sepenunya hak seluru kaum muslimin tanpa terhadap apa yangdisebut sebagai seluruh Kaum
kecuali. termasuk orang-orang Fajir dan munafik Muslimin;Bagi Taqiyuddin An-Nabhani, Yang
selama mereka masih muslim dan baligh. Sebab dimaksud seluruh kaum Muslimin adalah Kaum
nash nash mengenai hal itu berbentuk umum tidak Muslimin yang tunduk kepada Daulah Khilafah
terdapat sesuatu yang mengkhusukannya selain Islamiyah. Dengan kata lain adalah kaum
penolakan bai, at dari anak kecil yang belum baligh. Muslimin yang menjadi rakyat Khalifah
23 25
Ibid., hal. 59 Ibid., hal. 60
24 26
Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Khilafah.., hal. 59-60 Ibd.,