Anda di halaman 1dari 14

Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

PERSPEKTIF TAQIYUDDIN AL-NABHANI TENTANG BAIAT


(Menggagas pembentukan Khilafah Islamiah oleh Hizb al-Tahrir)
Oleh: Haris Riadi
Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau
Email : harisriadi@uinsuska.ac.id

Abstraks
Salah satu metode Syari untuk mengangkat kepala negara adalah baiat. Adapun pelaksanaan
baiat ini, tergambar dalam rincian-rincian praktek baiat. Yaitu agar muslim saling berdiskusi
tentang orang yang layak untuk memegang jabatan khilafah. Sehingga apabila mereka telah
menetapkan pendapat pada beberapa orang tertentu (sebagai talon Khalifah), lalu calon-calon
khalifah itu diajukan kepada kaum muslim. Siapa yang terpilih diantara mereka, maka umat
diminta untuk membaiatnya.
Hukum syara tentang pelaksanaan pengangkatan kepala negara dalam negara Islam adalah
kandidat khalifah dibatasi oleh kaum muslim yang menjadi anggota majelis syura. karena majelis
inilah yang menjadi representasi mayoritas kaum muslim. Kemudian nama-nama kandidat
khalifah diajukan kepada kaum muslim. Yaitu agar mereka memilih satu orang dari kandidat
itu sebagai khalifah bagi mereka. Selanjutnya dilihat siapa yang memperoleh suara paling banyak.
Kemudian diambil baiat untuk kandidat dengan suara terbanyak itu dari kaum muslim yang
memilihnya maupun dari kaum muslim yang tidak memilihnya.

Kata Kunci : Baiat; Hizbun al-Tahrir

Pendahuluan Fiqh al-Islami wa Adillatuhu karya Wahbah az-


Konsep Dasar Baiat Menurut Taqiyuddin An- Zuhaili hafizhahullah pada bab Sulthah at-Tanfiidz
Nabhani, adalah didasarkan pada definisi al-Ulyaa-al-Imaamah, dikemukakan beberapa
Khilafah. Menurut Syaikh Taqiyuddin an- definisi Khilafah menurut para ulama, yaitu
Nabhani rahimahullah dalam kitab asy- sebagai berikut: Menurut ad-Dahlawi, Khilafah
Syakhshiyyah al-Islamiyyah Juz 2 bab al-Khilafah, adalah:
Khilafah adalah:



Kepemimpinan umum bagi seluruh kaum
muslimin di dunia, untuk menegakkan hukum-
hukum syara Islami, dan mengemban dakwah
Islamiyah ke seluruh alam.

Menurut beliau, istilah Khilafah bersinonim Kepemimpinan umum untuk menegakkan
dengan istilah Imamah. Hal ini diamini oleh agama dengan menghidupkan ilmu-ilmu
Wahbah az-Zuhaili hafizhahullah. Dalam kitab al- agama, menegakkan rukun-rukun Islam,

173|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

menegakkan jihad dan hal-hal yang yang dibawa dan dijalankan oleh Nabi
berhubungan dengannya seperti pengaturan Muhammad Saw. semasa beliau hidup, dan
tentara dan kewajiban-kewajiban untuk orang kemudian dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin
yang berperang serta pemberian harta fai (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin
kepada mereka, menegakkan peradilan dan Affan dan Ali bin Abu Talib). Kepala
hudud, menghi-langkan kezhaliman, serta negaranya dinamakan khalifah.
melakukan amar maruf nahi munkar, sebagai
pengganti dari Nabi shallallahu alaihi wa Bisa disimpulkan, walaupun dengan berbagai
sallam.1 redaksi yang berbeda, semua ulama sepakat
bahwa Khilafah adalah kepemimpinan umum atau
Menurut at-Taftazani, Khilafah adalah: pemerintahan bagi seluruh kaum muslimin yang
menggantikan fungsi-fungsi kenabian dalam
menjaga agama dan mengurusi dunia.

Kepemimpinan umum dalam urusan agama 1. Hukum Menegakkan Khilafah Menurut
dan dunia, sebagai pengganti Nabi shallallahu Para Ulama
alaihi wa sallam:2 Dalam kitab al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu
disebutkan bahwa ulama dari kalangan Ahlus
Sementara Menurut al-Mawardi, Imamah Sunnah, Murjiah, Syiah, Mutazilah (kecuali satu
adalah: kelompok dari mereka), dan Khawarij (selain
kelompok Najdat) menyepakati bahwa Imamah
merupakan perkara yang wajib dan fardhu yang
Ia menggantikan kenabian dalam menjaga telah ditentukan [catatan kaki di kitab tersebut:
agama dan mengurusi dunia.3 Syarh al-Aqa-id an-Nasafiyah karya at-Taftazani,
hal. 142 dan seterusnya; Maqalat al-Islamiyyin
Menurut Ibn Khaldun, Khilafah hakikatnya wa Ikhtilaf al-Mushallin karya al-Asyari, Juz 2 hal.
adalah: 133; Hujjatullah al-Balighah karya ad-Dahlawi, Juz
2 hal. 110; Ushuluddin karya al-Baghdadi, hal. 271

dan seterusnya, terbitan ; al-Ahkam as-
Pengganti dari Shaahibus Syari dalam Sulthaniyyah karya al-Mawardi, hal. 3]
menjaga agama dan mengurusi dunia.4 Dalam kitab al-Mausuah al-Fiqhiyah al-
Kuwaitiyah Juz 6 hal. 217 dinyatakan:
Dalam kitabnya, Fiqih Islam, Sulaiman Rasjid,
ulama asli Indonesia, mendefinisikan Khilafah
sebagai berikut:
Suatu susunan pemerintahan yang diatur
menurut ajaran agama Islam, sebagaimana

1
Shiddiq Hasan Khan; Ikliil al-Karaamah fii Tibyan
Maqaashid al-Imamah, hal. 23 Umat bersepakat akan wajibnya mewujudkan
2
Rasyid Ridha; Syarh al-Aqa-id an-Nasafiyah, al-Khilafah, Imamah. Dan wajib atas umat mengangkat
hal. 10
3
[sumber asli: al-Ahkam as-Sulthaniyyah, hal. 3, terbitan ] seorang Imam yang adil, yang akan
4
[sumber asli: al-Muqaddimah, hal. 191, terbitan ] menegakkan hukum-hukum Allah atas mereka

174|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

dan mengatur urusan mereka dengan hukum- Sunnah, memberikan keadilan bagi orang yang
hukum syariah yang dibawa oleh Rasulullah terzhalimi, serta menunaikan berbagai hak dan
shallallahu alaihi wa sallam. Tidak ada yang menempatkannya sesuai tempatnya. Menurutku,
menyelisihi ijma ini yang perlu diperhatikan. mewujudkan Imamah tersebut merupakan
fardhu kifayah. Dan jika tidak ada yang mampu
Menurut Imam Ibn Hazm al-Andalusi azh- melakukannya kecuali satu orang, maka wajib
Zhahiri5 menyatakan: ain atasnya dan merupakan keharusan baginya
untuk mendapatkannya, jika belum ada yang
mendahului. Wallahu alam.

Dalam kitab Bada-i ash-Shana-i fi Tartib asy-
Syara-i Juz 7 hal. 2 (terbitan ),
Imam Alaa-uddin al-Kassani al-Hanafi

menyatakan:


Seluruh Ahlus Sunnah, Murjiah, Syiah dan -
Khawarij bersepakat akan wajibnya Imamah.
Dan (mereka juga bersepakat) wajib bagi umat
untuk mengangkat seorang Imam yang adil

yang akan menegakkan hukum-hukum Allah
di tengah-tengah mereka, serta mengatur
urusan mereka dengan hukum-hukum Syariah
yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam, kecuali kelompok Najdat Dan karena sesungguhnya mengangkat
dari Khawarij. seorang al-Imam al-Azham (khalifah) itu
merupakan fardhu. Tidak ada perbedaan pendapat
Dalam kitab Raudhah ath-Thalibin wa di antara ahlul haq. Dan tidak diperhatikan
Umdah al-Muftin Juz 10 hal. 42 (terbitan perbedaan pendapat dengan sebagian kelompok
), Imam Abu Zakariya Yahya ibn Qadariyah, karena adanya ijma shahabat
Syaraf an-Nawawi asy-Syafii menyatakan: radhiyallahu anhum akan hal ini (wajibnya
mengangkat seorang khalifah). Juga karena

adanya keperluan mendasar kepadanya (khalifah),
: . untuk menerapkan hukum, memberikan keadilan
terhadap orang yang dizhalimi atas orang yang
menzhaliminya, menghentikan berbagai
. pertikaian yang mengarah pada fasad, dan karena
berbagai kemaslahatan lain yang tidak bisa
Sebuah keharusan bagi umat, adanya Imam terwujud tanpa adanya Imam.
yang akan menegakkan agama, menolong
Dalam kitab Mathalib Uli an-Nuha fi Syarh
5
al-Fishal fi al-Milal wa al-Ahwa wa an-Nihal Juz 4 hal. 72 Ghayah al-Muntaha Juz 6 hal. 263 (terbitan
(terbitan ), ), Syaikh Mushthafa ibn Sad as-

175|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

Suyuthi ar-Rahibani al-Hanbali menyatakan: muslimin menurut syara, bukan hanya


menurut akal seperti yang dikatakan sebagian

kalangan mutazilah.

Dalam buku Fiqih Islam hal. 495 (terbitan
Sinar Baru Algesindo, cetakan ke-40), H.
Dan mengangkat seorang Imam merupakan Sulaiman Rasjid menyatakan: Kaum muslim
fardhu kifayah. Hal ini karena manusia (ijma yang mutabar) telah bersepakat bahwa
membutuhkannya untuk menjaga kemurnian hukum mendirikan khilafah itu adalah fardu
(agama), mempertahankannya dari pencemaran, kifayah atas semua kaum muslim.
menegakkan hudud, menunaikan hak-hak, serta Dari pernyataan para ulama di atas, dapat
untuk amar maruf dan nahi munkar. disimpulkan dengan sangat jelas bahwa menurut
Taqiyuddin al-Nabhani, para ulama sepakat
Dalam kitab adz-Dzakhirah Juz 13 hal. 234 mendirikan Khilafah dan mengangkat seorang
(terbitan ), Imam Syihabuddin al- khalifah hukumnya wajib, sebagaimana
Qarafi al-Maliki menyatakan: kewajiban-kewajiban syariah lainnya. Dan siapa
saja yang meninggalkan kewajiban ini akan
mendapatkan dosa, bahkan azab yang sangat pedih
Dan mengangkat seorang Imam merupakan karena meninggalkan kewajiban ini merupakan
kewajiban bagi umat, sesuai kemampuan. kemaksiatan yang sangat besar. Hal ini dinyatakan
oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab
Dalam kitab al-Ahkam as-Sulthaniyah Juz 1 asy-Syakhshiyyah al-Islamiyyah Juz 2 hal. 13
hal. 15 (terbitan ), Imam Abu al-Hasan (terbitan ). Berikut pernyataan beliau:
al-Mawardi asy-Syafii menyatakan:


.
Dan mewujudkannya (Imamah), bagi orang
yang mampu melakukannya di tengah-tengah
umat, merupakan kewajiban berdasarkan
ijma. ,

Dalam kitab al-Khilafah hal. 18 (terbitan
), Syaikh Muhammad Rasyid Dan mengangkat seorang khalifah merupakan
Ridha menyatakan: fardhu bagi seluruh kaum muslimin di berbagai
penjuru dunia. Mendirikannya sebagaimana
mendirikan kewajiban dari berbagai kewajiban
yang lain yang difardhukan oleh Allah bagi kaum
muslimin merupakan perkara yang telah
ditentukan, dan tidak ada pilihan maupun
Salaful Ummah, yaitu Ahlus Sunnah dan keringanan dalam urusan ini. Kelalaian dari
mayoritas kelompok lainnya bersepakat bahwa aktivitas mendirikannya merupakan salah satu
mengangkat seorang Imam yang akan kemaksiatan terbesar, yang akan mendapatkan
mengurus urusan umat wajib atas kaum azab dari Allah dengan azab yang sangat pedih.

176|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

Keharusan Baiat dalam pemilihan khalifah kekuasaan pemerintahan kecuali dengan baiat.
Baiat, menurut Taqiyuddin al-Nabhani adalah Nash-nash tersebut menunjukkan wajibnya
suatu kewajiban bagi kaum muslimin, sekaligus baiat bisa dilihat dari beberapa aspek: Pertama; asy-
merupakan hak setiap muslimin, baik laki-laki Syari mencela orang yang mati dan dipundaknya
maupun perempuan.6 sebab Baiat adalah metode tidak ada baiat. Sesungguhnya orang yang mati
syara satu-satunya untuk mengangkat kepada sedang dipundaknya tidak ada baiat, secara syari
negara Islam. Dalam hal ini Taqiyuddin al- adalah tercela dan keberadaan celaan yang muncul
Nabhani mengambil dalil disyariatkannya Baiat akibat meninggalkan sesuatu perbuatan
adalah dari Sunnah dan Ijma sahabat. al-Nabhani menunjukkan keharamannya, karena tidak ada
memaparkannya secara jelas dan gamblang. celaan lagi orang yang meninggalkan perkara
Pertama, Sunnah Nabi. makruh. Dan indikasi keharamannya adalah
Adapun dalil wajibnya Baiat adalah sabda datangnya celaan yang mensifati orang yang mati
Rasulullah saw: sedang dipundaknya tidak ada baiat kepada seorang
amir, bahwa matinya orang tersebut seperti kematian
jahiliyah. Mengingat jahiliyah itu semuanya adalah
Barang siapa yang mati sedangkan kufur, baik secara akidah maupun sistem (aturan).
dipundaknya tidak ada Baiat maka matinya Sehingga orang yang tidak memberikan baiat
seperti mati jahiliyah.7 kepada seorang penguasa dinilai berdosa, karena ia
telah melakukan perbuatan yang termasuk perbuatan
Menurutnya hadits ini mendorong untuk berbaiat, jahiliyah, karena orang jahiliyah tidak mengenal
serta mengancam aktivitas meninggalkannya. Dengan kepemimpinan pemerintahan dalam negara. Inilah
demikian, hadits ini menunjukkan wajibnya berbaiat makna yang ditunjukkan oleh hadis riwayat Muslim
kepada imam dan (Khalifah). Karena baiat itu dari Abdullah bin Umar; Barang siapa saja yang mati
dari kaum muslimin kepada khalifah, bukan dari sedang dipundaknya tidak ada baiat maka mati
khalifah kepada kaum muslimin, maka Baiat itu dalam keadaan mati jahiliyah.
wajib bagi kaum muslimin, orang yang Kedua; Menepati baiat secara syari hukumnya
menjalankannya berhak mendapatkan pahala, wajib. Sungguh Syara sangat mendorong dan
sedangkan orang yang meninggalkannya layak memerintah-kan agar memenuhi akad baiat.
mendapat siksa. Sebab menolak berbaiat Sesuatu yang menunjukkan bahwa perintah yang
merupakan kemak-siatan kepada Allah swt. dengan dituntut pengerjaanya sebagai yang wajib secara
demikian baiat adalah wajib atas kaum syari adalah datangnya nash-nash dengan bentuk
muslimin,sehingga adanya baiat adalah perintah yang dikaitkan dengan qarinah (indikasi)
keniscayaan dalam kehidupan Islam. Karena secara yang tegas, yang menunjukkan atas wajibnya baiat
sayri kepada negara tidak mungkin memegang tersebut. Nabi Muhammad memerintahkan untuk
memenuhi baiat, dengan sabda beliau;

6
Taqiyuddin An-Nabhani, sistem Pemerintahan Islam;

Doktrin, Sejarah, dan Relitas Empirik, (Bangil:A1-1zzah,1997), Maka penuhilah baiat yang pertama lalu
hal 83 yang pertama saja.8
7
Almarhum Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani berpendapat
bahwa hadits ini bukan dalil atas wajib (ain) nya Baiat. . Lihat
Syakhsiyah Islamiyah, 2/10,baris ke-2, dan dilihat halaman 21,
8
beliau menegaskan bahwa hadits ini menunjukkan bahwa Baiat M. Abd Majid At-Khalidi, Analisis dialektik; Kaedah pokok
merupakan seluruh kewajiban kaum muslimin. Hadits diatas adalah sistem pemerintahan Islamj ifidl, (Bogor; Al-Azhar Press, 2004),
shahih. hal.144-145

177|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

Begitu pula syara telah memerintahkan agar Kedua: Ijma Sahabat


mentaati pemimpin yang telah dibaiat dengan Sesungguhnya peristiwa politik terpenting yang
sempurna berdasarkan kerelaan dan pilihan umat. terjadi pasca wafatnya Rasulullah adalah kosongnya
Beliau bersabda: jabatan kepala negara Islam, sebab peristiwa ini
menjadikan umat Islam tidak memiliki pemimpin
yang akan mengendalikan pemerintahan Islam.
Terkait dengan sifat pengambilan baiat, maka
Barang siapa yang telah membaiat seorang syara tidak menentukan sifat-sifat dan sarana-
imam, dan memberikan ulurtan tangan dan sarana tertentu dalam melangsungkan pengambilan
buah hatinya, maka hendaklah is mentaati dan pemberian baiat. Bagi Taqiyuddin al-Nabhani,
semampu dia.9 baiat dapat dilakukan secara langsung dengan
berjabat tangan atau secara tertulis melalui
Nas-nas ini mengindi-kasikan wajibnya baiat, surat.Abdullah bin Dinar telah menggambarkan:
haramnya merusak baiat dan wajibnya memenuhi Aku menyaksikan Ibnu Umar dimana orang-
baiat, karena asy-Syari menuntut hal tersebut dan orang telah bersepakat untuk membaiat Abdul
menghubungkan baiat dengan pahala dan siksa. Malik bin Marwan, ia berkata; Dia menulis: Aku
Ketiga, asy-Syari memerintahkan membunuh berikrar untuk mendengarkan dan mentaati
orang yang meminta berbaiat (kepadanya), Abdullah bin Abdul Malik Sebagai Amirul
sementara sudah ada baiat kepada imam (khalifah). Mukminin atas dasar aturan Allah dan aturan
Sebagaiman nas-nas telah menunjukkan haramnya Rasul-Nya dalam hal yang aku mampu.
merusak Baiat, maka syara juga memerintahkan Diperbolehkan pula baiat dilakukan dengan
agar membunuh orang yang meminta umat agar menggunakan berbagai sarana yang memungkinkan
membaiat orang yang lain sementara dipundak (misalnya telpon, faksimil, telegram, dan lain-lain.11
kaum muslim telah ada baiat yang sah kepada Adapun lafad Baiat tidak disyariatkan terikat
seorang imam. Syara menilai bahwa orang yang dengan lafad-lafad tertentu. Namun menurut
menuntut aktivitas terebut layak untuk dibunuh. Taqiyuddin al-Nabhani, harus mengandung makna
Dari Abu Hurairah dari nabi Muhammad bahwa Mengamalkan Kitab-ullah dan Sunnah Rasul-
beliau bersabda : Nya bagi Khalifah, dan harus mengandung
makna Sanggup mentaati dalam keadaan sulit
atau lapang, senang atau tidak senang. Bagi kaum
Apabila dibaiat dua orang khalifah, maka Muslimin yang membaiat.12
bunuhlah yang terakhir diantara keduanya. Baiat dilihat dari aspek hukum syara, tidak
berbeda dengan hukum syara yang lain. Namun
Karena, Baiat yang kedua memecah kesatuan dibedakan oleh syarat-syarat yang khas yang
negara, melenyapkan persatuan umat, dan ditunjukkan oleh nas-nas syara dan apa yang
menyeru kepada dualisme kepemimpinan, yang menjadi Ijma atasnya. Syarat-syarat tersebut adalah:
semua itu secara syari haram dilakukan.10 a. Islam.
Islam adalah syarat sah akad baiat dan

9
hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah
11
bin Amr bin As-`Ash, lengkapnay hadits itua adalah .... jika datang Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Pemerintahan Islam;
orang lain hendak merebutnya, maka bunuhlah orang itu. (shahih doktrin, sejarah, dan realitas empirik, (Bangil:Al-Izzah,1997),
muslim, 12/232, kitab A]-Imarah). hal.85-86
10 12
Op. cit., hal. 47 Ibid., hal. 86

178|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

diterimanya baiat, sebab baiat itu dilakukan untuk c. Berakal


Islam, Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, sehingga Dalil syarat yang ketiga sama dengan dalil
baiat ini menuntut adanya keimanan terhadap syarat yang kedua, sebab akal sejak asal
Islam. Dan hal ini (baiat) tidak diperuntukkan bagi merupakan obyek pembebanan hukum
orang-orang non Muslim karena memang syara (Manath at-Takhlij) dalam semua hokum.
melarangnya. Allah berfirman: Sedang baiat merupakan salah satu perbuatan
diantara perbuatan-perbuatan orang mukallaf.
SV  ]CK% Z)V 1V WD[ D V 1 WDSXnW,Wc W
Mengingat tidak adanya pemberian perintah
2VU SV jW5 WmV  WD[ D XT 1\% CW5 2VU
kepada orang yang tidak berakal, maka dia
tidak dituntut berbaiat hingga dia berakal.14
1VVf V  W=%U- ]CK% 1X=-W5XT 1kQ W lSUW*W5
d. Kerelaan dan pilihan sendiri
rQ"W WmV   #\IVf CVXT  R\-Xj  W3SWc 1R<oW
Baiat merupakan salah-satu pilar-pilar
Zk\y W=%U54 kekuasaan umat. Dari sisi bahwa tidak tergambar
(yaitu) orang-orang yang menunggu- adanya kekuasaan sebagai milik umat tanpa kembali
nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada (merujuk) kepada umat agar memilih pengusanya
dirimu (hai orang-orang mumin). Maka berdasarkan kerelaan dan bersih dari setiap bentuk
jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah pemaksaan. Dalil bahwa kerelaan merupakan syarat
mereka berkata Bukankah kami (turut sah akad baiat untuk mengangkat kepala negara
berperang) beserta kamu? Dan jika orang- tidak lain adalah Sunnah dan Ijma Sahabat.15
orang kafir mendapat keberuntungan
(kemenangan) mereka berkata: Bukankah 14
Riwayat Hadis dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah
kami turut memenangkanmu, dan membela saw bersabda:
kamu dari orang-orang mukmin? Maka : :
Allah akan memberi keputusan di antara .
kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali Telah diangkat pena (tidak dibebankan hokum) alas orang
tidak akan memberi jalan kepada orang- yang tidur hingga bangun, alas seorang anak kecil hingga baligh
dan orang gila hingga akalnya kembali . Taqiyuddin al--Nabhani,
orang kafir untuk memusnahkan orang- Sistem Khilafah; Konsep kenegaraan dan Kepemimpinan Umat
orang yang beriman. (QS. An-Nisa: 141) Islam seluruh Dunia, (Jakarta: Khazanah Islam, I 995), hal. 34
15
Hal ini tergambar saat Rasulullah meminta baiat kepada
umatnya. Nabilah yang mencarinya, memintanya dari
b. Baligh pemimpin-pemimpin masyarakat, tokoh-tokoh mereka, Ahlul
Dalam hal ini baiat disyaratkan agar di Quwwah dan pertolongan untuk menegakkan hokum Allah
dimuka Bumi.Beliau bersabda kepada mereka; Aku tidak akan
laksanakan oleh orang yang sudah baligh. memaksa seorangpun diantara kalian alas sesuatu, siapa saja yang
Karena itu, baiat yang dilakukan oleh anak rela diantara kalian terhadap yang aku serukan, maka itulah yang
kecil hukumnya tidak sah.13 aku harapkan. Dan siapa saja yang tidak suka, maka aku tidak
akan memaksanya. Hanya saja yang aku inginkan adalah agar kalian
melindungiku dalam pembunuhan yang diinginkan terhadapku,
hingga aku menyampaikan risalah Tuhanku. Ibnu Katsir al-
13
Abu Uqail Zahrah bin Mabad telah meriwayatkan hadist Bidayah wa An-Nihayah, 3/140. Dikutip dari catatan kaki.
dari kakeknya yaitu Abdullah bin Hisyam yang pernah bertemu dengan M.Abdul Majid Al-Khalidi, Dalam bukunya; Analisis Dialektik;
Nabi Muhammad saw:Abdullah pergi dengan Ibunya, yaitu Zainab Kaidah pokok Sistem pemerntahan Islam, Jilid 1, (Bogor:AI-
binti Humaid, menghadap Rasulullah saw. Ibunya berkata: Wahai Azhar Press,2004),Hal.184. Begitu Juga dengan Ijma Sahabat saat
Rasulullah terimalah baiatnya kemudian Rasulullah saw menjawab: pengangkatan Khalifah yang empat (Abu Bakar, Umar, Ustman
Dia masih kecil. Behan mengusap-usap kepala anak kecil tersebut dan Ali) yang kesemuanya alas dasar kerelaan Kaum Muslimin.
dan mendoakannya. (H.R.Imam Bukhari). Ibid., Hal. 86 Lihat Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Khilafah....., hal.50-59

179|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

Baiat: Metode Pengangkatan Khalifah Hai Nabi, apabila datang kepadamu


dalam sistem pemerintahan Islam perempuan-perempuan yang beriman untuk
Menurut Taqiyuddin al-Nabhani syara telah mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada
mewajibkan umat Islam mengangkat seorang khalifah akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri,
dan syarapun telah menggariskan Thariqah atau metode tidak akan berzina, tidak akan membunuh
yang harus ditempuh untuk mewujudkannya.Metode ini anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang
ditegaskan oleh al-Quran, sunnah dan Ijma shahabat. mereka ada-adakan antara tangan dan kaki
Metode tersebut adalah Baiat. Jadi pengangkatan mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam
khalifah dapat diwujudkan dengan baiat kaum muslimin urusan yang baik, maka terimalah janji setia
kepada seseorang (untuk memerintah) atas dasar mereka dan mohonkanlah ampunan kepada
kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.16 Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah
al-Nabhani menegaskan bahwa kedudukan baiat maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS.
sebagai metode pengangkatan khalifah telah Al Mumtahanah: 12)
ditegaskan oleh baiat kaum muslimin generasi
pertama kepada Nabi, disamping oleh perintah beliau VSV  iWc  |EScWc \-5 \W5ScWc | D
sendiri kepada kita untuk membaiat seorang imam.
\- rQTU CW%XT OW5 rQ"W @=Wc \-5 V \@V5 C\-V  1MiicU
Baiat kaum muslimin kepada Rasulullah,
sesungguhnya bukan merupakan baiat atas kenabian.
8-kW mBU Ok"Uk_V  OkQ W \i\IW
Melainkan baiat ats kepemimpinan beliau dibidang
pemerintahan. Sebab, baiat yang mereka laukan Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia
adalah baiat untuk melaksanakan (perintah), bukan kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji
untuk mengimani kenabian. Dalam hal ini beliau setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan
dibaiat dalam kapasitas beliau sebagai penguasa, mereka, maka barangsiapa yang melanggar
bukan sebagai nabi dan rasul. Sebab, pengakuan janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu
terhadap kenabian dan risalah adalah persoalan iman. akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa
Bukan baiat. Jadi baiat yang diberikan kaum menepati janjinya kepada Allah maka Allah
muslimin kepada Rasulullah saw tidak lain adalah akan memberinya pahala yang besar. (QS. Al
baiat dalam kapasitas beliau sebagai kepada negara. Fath :10)
Masalah baiat telah terdapat dalam al-Quran
dan hadis. Diantaranya Allah berfirman:17 Imam Bukhari meriwayatkan: Ismail telah
bicara kepada kami, Malik telah berbicara
Y DU rQ"W \X=cWc 0R<%U- [X\C Vl q= SM{iU
Wc kepadaku dari Yahya bin Said yang berkata:
Ubadah Ibnu Al-Walied telah mengabarkan
C
] ) Wc YXT W5sWc YXT ]CnWc YXT >k[  |nd
kepadaku dengan mengatakan bahwa ayahku telah
mengabarkan kepadaku Ubadah bin ash-Shamit
I BqU XT CMiicU WW OX=cnW,Wc CW)I W"
Wc YXT CF\iVTU
yang berkata:18
D  CNP mW*yXT CIcWV TpW% r |^R<jWc YXT
: )
/Oq qS[  " )
16
Op.Cit., ha1.50
17 18
Al-Quran dan Teriemahannya, Depag RI (Surabaya:Karya Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Khilafah .... Op., Cit.,
Utama,2005) hal.51-52.

180|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

jual beli dengan seseorang suatu dagangan



sesudah Ashar. Kemudian dia bersumpah atas
nama Allah bahwa dia telah diberi keuntungan
dengan dagangan itu sekian dan sekian, lalu
( ) orang itu (calon pembeli) mempercayainya,
Kami telah membaiat Rasulullah untuk setia dan mengambil barang itu, padahal sebenarnya
mendengarkan dan mentaati perintahnya, baik dia belum mendapatkan keuntungan dengan
dalam keadaan yang kami senangi ataupun dagangan itu .
tidak kami senangi dan agar kami tidak
merebut kekuasaan dari yang berhak dan agar Dari ketiga Hadis tersebut diatas Taqiyuddin
kami senantiasa mengerjakan atau mengatakan al-Nabhani menyimpulkan bahwa baiat adalah
yang hag dimana pun kami berada, tidak takut metode pengangkatan khalifah. Pada hadis
karena Allah akan celaan dari orang-orang Ubadah, disebutkan bahwa dia benar-benar telah
yang mencela berbaiat kepada Rasulullah saw untuk mendengar
dan mentaati. Baiat ini jelas ditujukan kepada
Imam Bukhari juga meriwayatkan: Abdan seorang penguasa. Sedangkan hadis Abdullah bin
telah menceritakan Hadits kepada kami dari Abi Hisyam yang baiatnya ditolak Nabi karena dia
Hamzah. Dari Al Amasy, dari Abi Shalih, dari belum baligh, juga menunjukkan bahwa baiat
Abu Hurairah yang berkata bahwa Rasulullah tersebut adalah baiat kepada penguasa . dan hadits
bersabdaa:19 Abu Hurairah tegas-tegas menyebut baiat kepada
seorang imam. Kata Imam disebut dalam bentuk
: Nakirah yang berarti semua Imam.20
" : Selain itu adapula hadis-hadis lain yang
menyebut baiat kepada Imam. Didalam Shahih
: Muslim dinyatakan bahwa Nabi, bersabda:
-

" : -


Ada tiga golongan manusia dihari kiamat
kelak yang tidak diajak oleh Allah , tidak
()
disucikan Nya, dan mereka akan disiksa Siapa saja yang telah membaiat seorang
dengan siksaan yang pedih, yaitu: orang yang Imam lalu memberikan uluran tangan dan
memiliki kelebihan air di jalan tetapi dia buah hatinya, maka hendaknya ia mentaatinya
melarang Ibnu sabil (Musafir yang kehabisan semampunya: dan jika datang orang lain
bekal) untuk menggunakannya. Orang yang hendak mengambil alih kekuasaannya, maka
membaiat seorang Imam, tetapi hanya karena penggallah leher orang itu .
mencari keuntungan duniawi, jika diberi ia
menepati baiatnya dan jika tidak, ia tidak Didalam shahih Muslim ditemukan hadits
menepatinya; serta orang yang mengadakan yang diriwayatkan dari Abi Said Al Khudri yang

19 20
Op. cit., hal 52 Ibid.,. hal. 34

181|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

berkata, Rasulullah SAW bersabda: telah memenuhi syarat untuk membaiat khalifah,
: seperti Ali bin Abi Thalib. Umar bin Khattab juga
dibaiat dengan baiat kaum muslimin. Demikian
" : - pula halnya dengan Utsman bin Affan dan Ali bin
Abi Thalib. Jadi baiat adalah satu-satunya metode
() pengangkatan khalifah bagi kaum muslimin. Bagi
Jika dibaiat dua orang Khalifah, maka al-Nabhani perincian pelaksanaan baiat secara
bunuhlah yang akhir dari keduanya. (Muslim) praktis dapat diketahui dengan jelas pada
pengangkatan empat khalifah sepeninggal
Imam Muslim juga meriwayatkan hadist dari Rasulullah saw, yaitu Abu Bakar, Umar bin
Abi Hazim yang berkata aku telah mengikuti Khattab, Utsman bin affan, dan ali bin Abi Thalib.
majelis Abu Hurairah selama lima tahun dan aku Seluruh shahabat pada waktu itu diam dan
pernah mendengarnya menyam-paikan hadis dari mengakui metode yang digunakan. Padahal
Nabi saw yang bersabda: metode pengangkatan tersebut termasuk perkara
yang harus diingkari seandainya melanggar syara
karena berkaitan dengan suatu hal yang paling
) : penting dan menjadi sandaran keutuhan wadah
kaum muslimin Berta kelestarian pemerintahan
yang melaksanakan hukum Islam.21
Taqiyuddin al-Nabhani lebih jauh menceritakan
: : . ( bahwa Siapa saja yang meneliti peristiwa yang
() terjadi dalam pengangkatan keempat khalifah itu
akan mendapati bahwa sebagian kaum muslimin
Dahulu bani israil selalu dipimpin oleh nabi. telah berdiskusi di saqifah bani saidah. Tokoh-
Setiap kali seorang nabi meninggal, segera tokoh yang dicalonkan sebagai khalifah tidak lebih
digantikan oleh nabi yang lain. Dan dari empat orang, mereka adalh said bin Ubadah,
sesungguhnya tidak akan ada nabi sesudahku. Abu Ubadah, Umar dan abu Bakar. Sebagai hasil
(tetapi) nanti akan banyak khalifah. Para diskusi adalah dibaiatnya Abu Bakar oleh mereka
sahabat bertanya: Apakah yang engkau yang hadir. Pada hari kedua kaum muslimin
perintahkan kepada kami? beliau menjawab: diundang kemesjid Nabawi lalu mereka membaiat
penuhilah bai at yang pertama dan yang Abu Bakar. Baiat yang berlangsung disaqifah
pertama itu saja; adalah baiat Iniqad, yang menjadikan Abu Bakar
sah menjadi Khalifah. Sedangkan baiat dimasjid
Nas-Nas al-Quran dan Sunnah diatas secara pada hari kedua merupakan baiat thaat.
jelas menunjukkan bahwa baiat adalah satu- Ketika Abu Bakar merasa bahwa sakitnya akan
satunya metode pengengkatan khalifah. Dalam hal membawa ajal, beliau memenggil kaum muslimin,
ini para sahabat ridlwanullahi alaihim benar- seraya meminta pertimbangan mereka tentang
benar telah memahami metode tersebut. Bahkan siapa yang tepat menjadi khalifah. Pendapat yang
merekapun telah melaksanakannya. Abu Bakar muncul pada musyawarah tersebut berkisar antara
Ash-Shiddiq dibaiat secara khusus disaqifah bani ali dan Umar, tidak ada yang lain. Kesempatan
Saidah dan dibaiat secara umum dimasjid. Lalu meminta pertimbangan terebut berlangsung tiga
orang-orang yang tidak ikut berbaiat dimasjid
kemudian membaiatnya pula. Yaitu mereka yang 21
Ibid., hal. 55

182|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

bulan. Setelah tiga bulan itu, beliau dapat terpilih diminta segera mem-baiatnya.
mengetahu mayoritas pendapat kaum muslimin, Jadi pada saat itu calon-calon khalifah terbatas
kemudia beliau segera mengumumkan bahwa pada sekelompok orang yang ditunjuk oleh Umar,
Umar adalah khalifah sesudah beliau. Setelah Abu setelah ada desakan dari kaum muslimin mengenai
Bakar meninggal kaum muslimin berdatangan hal itu, Abdurrahman bin Auf setelah mengundurkan
kemesjid Nabawi dan langsung membaiat Umar diri dari pencalonan jabatan khilafah mengambil
untuk memegang tampuk pemerintahan Khilafah. pendapat kaum muslimin tentang siapakah yang
Dengan baiat inilah Umar menjadi khalifah, hendak diangkat menjadai khalifah, lalu
bukan karena adanya permintaan pendapat, juga mengumumkan nama yang dikehendaki kaum
bukan karena pengumuman dari Abu Bakar. muslimin setelah musyawarah dengan mereka.
Begitu pula ketika Umar terluka parch, kaum Setelah diumumkan nama orang yang dikehendaki
muslimin segera meminta beliau agar menunjuk kaum muslimin, baiat pun dilaksanakan untuknya.
pengganti. Tetapi beliau menolak. Setelah mereka Dengan baiat inilah, yang bersangkutan sah
terns memaksa. Baru beliau menunjuk enam orang menjadi khalifah.
shahabat sebagai pengganti. Setalah beliau Atas dasar itu, hukum syara mengenai
meninggal pars calon itu mempercayakan kepada pengangkatan khalifah adalah sebagai berikut;
salah seorang dari mereka, yaitu Abdurrahman bin Orang-orang yang mewakili pendapat jumhur
Auf, untuk mengumpulkan pendapat kaum muslimin kaum muslimin menentukan sejumlah calon untuk
dan meminta pertimbangan mereka. Kemudian jabatan khilafah. Kemudian nama-nama mereka
Abdurrahman mengumumkan baiat kepada utsman. disodorkan kepada kaum muslimin dan dimeminta
Kaum muslimin pun segera melaksanakan baiat agar mereka memilih sate dari calon-calon
kepada utsman. Dengan akad baiat inilah beliau sah tersebut untuk menjadi khalifah. Lalu dilihat, siapa
menjadi khalifah bagi kaum muslimin, bukan karena yang didukung oleh jumhur kaum muslimin atau
penunjukan Umar, jugs bukan karena pengumuman mayoritas mereka, segera orang itu dipanggil
Abdurrahman bin Auf. Kemudia ketika utsman baiatnya dari seluruh kaum muslimin, baik yang
terbunuh. Serta merta kaum muslimin dimadinah dan memilih dia maupun yang tidak. Sebab, kaum
kufah segera membaiat Ali bin Abi Thalib. Baiat muslimin telah bersepakat dengan berdiam [Uma
kaum musliminlah yang menjadikan beliau sebagai Sukuti] terhadap pembatasan calon yang dilakukan
khaifah. Umar, yaitu hanya enam orang mereka juga
Dengan demikian An-Nabhani menyimpulkan bersepakat terhadap langkah Abdurrahman
bahwa perincian pelaksanaan baiat untuk khilafah mengambil pendapat seluruh kaum Muslimin tentang
adalah sebagai berikut:22 siapa yang harus menjadi khilafah. Kemudian mereka
pertama. Kaum muslimin mendiskusikan pun bersepakat tentang pelaksanaan baiat kedpada
siapa-siapa dari kalangan kaum muslimin yang orang yang telah diumumkan namanya, oleh
pantas mengemban jabatan khilafah. Kedua, Abdurrahman bin Auf bahwa dialah pilihan umat
apabila sudah ada ketetapan pendapat terhadap Islam untuk menjadi khalifah mereka ketika dia
beberapa orang untuk menjadi calon khalifah, berkata; Sungguh aku telah memperhatikan
nama-nama mereka disodorkan kepadakaum pendapat umat. aku melihat mereka tidak dapat
muslimin untuk dipilih salah satunya. Ketiga, mengubah pilihan mereka, yaitu Utsman. Semua
kepada orang yang terpilih, kaum muslimin secara ini menegaskan hukum syara tentang
keseluruhan termasuk dari calon-calon yang tida pengangkatan khalifah. Taqiyuddin al-Nabhani
juga mengemukakan bahwa ada dua masalah yang
22
Ibid., hal. 56 urgens yang harus di pahamai oleh kaum

183|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

muslimin. Pertama, siapakah diantara kaum Hanya saja, Menurut al-Nabhani tidak disyaratkan
muslimin yang berhak mengangkat khalifah? bahwa seluruh kaum Muslimin harus
Apakah mereka itu Ahlul-Hall wa al-Aqd, menggunakan langsung hak ini. Sekalipun hal itu
ataukah sejumlah tertentu dari kaum muslimin? wajib bagi mereka, karena status baiat adalah
Atau apakah mereka itu seluruh kaum muslimin? wajib, namun termasuk wajib kifayah dan bukan
Kedua, apakah aktivitas yang bdilaksanakan pada wajib ain. Jadi bila sebagian umat telah
pemilihan umum zaman modern ini. Seperti melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban itu
pemilihan secara rahasia, adanya kotak pemilu clan atas yang lain.25 Tetapi dalam hal ini seluruh
pengambilan suara, dan lain sebagainya, muslimin harus diberi kesempatan mengambil hak
diperolehkah dalam Islam, ataukah tidak.23 Untuk mereka untuk berkiprah langsung dalam
masalah yang pertama, Allah SWT sebagai Syaari pengangkatan Khalifah, terlepas dari apakah
(pembuat syara) telah menjadikan kekuasaan di mereka menggunakan hak mereka ataukah tidak.
tangan umat dan menjadikan pengangkatan Kaum Muslimin harus diberi kesempatan seluas-
khalifah sebagai hak kaum muslimin secara umum. luasnya untuk melaksa-nakan pengangkatan
Allah tidak menyerahkan hak mengangkat khalifah khalifah. Jadi, yang menjadi masalah adalah
tersebut kepada sekelompok kaum muslimin tanpa memberikan kesempatan kepada kaum muslimin
melibatkan kelompok yang lain; tidak pula untuk melaksanakan kewajiban mengangkat
menjadikannya sebagai hak satu golongan kaum khalifah sehingga menggugurkan tuntunan
muslimin tanpa mengikut-sertakan golongan yang kewajiban ini dari mereka, bukan pelaksanaan
lain.24 Selain itu, baiat sebagai metode pengangkatan secara langsung atas kewajiban ini oleh seluruh
khalifah, adalah kewajiban atas seluruh kaum kaum Muslimin. Sebab, kewajiban yang
muslimin. Rasulullah bersabda: dibebankan Allah atas mereka adalah pelaksanaan
pengangkatan khalifah dengan kerelaan mereka,
bukan pelaksanaan yang dilakukan oleh seluruh
Siapa saja yang mati dalam keadaan tidak ada kaum muslimin.
baiat di pundaknya, makes mati nya seperti Taqiyuddin al-Nabhani melihat, dari
matijahiliyyah permasalahan ini ada dua kemungkinan; Pertama,
Tercapainya kerelaan seluruh kaum Muslimin
Hadis ini berlaku umum untuk setiap muslim. terhadap pengangkatan khalifah. Kedua, Tidak
Oleh karena itu, Ahl Hall wa al-Aqdi bukanlah tercapai kerelaan seluruh kaum Muslimin terhadap
satu-satunya kelompok yang berhak mengangkat pengangkatan itu. Namun, dalam kedua keadaan
seorang khalifah tanpa melibatkan kaum muslimin ini tetap terbuka kesempatan bagi seluruh kaum
yang lain. Demikian pula, bukanlah orang-orang muslimin.26
tertentu saja yang berhak mengenai hal itu. perkara Dalam hal ini Taqiyuddin memberikan batasan
ini sepenunya hak seluru kaum muslimin tanpa terhadap apa yangdisebut sebagai seluruh Kaum
kecuali. termasuk orang-orang Fajir dan munafik Muslimin;Bagi Taqiyuddin An-Nabhani, Yang
selama mereka masih muslim dan baligh. Sebab dimaksud seluruh kaum Muslimin adalah Kaum
nash nash mengenai hal itu berbentuk umum tidak Muslimin yang tunduk kepada Daulah Khilafah
terdapat sesuatu yang mengkhusukannya selain Islamiyah. Dengan kata lain adalah kaum
penolakan bai, at dari anak kecil yang belum baligh. Muslimin yang menjadi rakyat Khalifah

23 25
Ibid., hal. 59 Ibid., hal. 60
24 26
Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Khilafah.., hal. 59-60 Ibd.,

184|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

sebelumnya (yang meninggal atau diberhentikan) mengharam-kannya. Bagi An-Nabhani, dalam


jika Khilafah masih berdiri. Jika sebelumnya masalah pemilihan umum, perbuatan pokoknya
Khilafah belum berdiri (seperti sekarang), maka adalah pengangkatan khalifah dengan penuh
yang dimaksud seluruh kaum Muslimin adalah kerelaan dan pilihan.27 Jadi, perbedaan antara
mereka yang berhasil menegakkan Daulah Thariqah (metode) dengan Uslub (tehnik
Khilafah Islamiyah dan dapat mewujudkan akad pelaksanaan) adalah sebagai berikut: Thariqah
Khilafah. Jadi, mereka adalah orang-orang yang adalah; perbuatan yang bisa dimengerti sebagai
mewujudkan kembali kembali Daulah Khilafah perbuatan pokok, atau perbuatan cabang dari
Islamiyah Berta melanjutkan kehidupan secara perbuatan pokok yang tidak memiliki dalil umum,
Islam dibawah naungan Daulah Khilafah Islam. tetapi dalilnya bersifat khusus untuk perbuatan
Adapun selain kaum Muslimin yang di sebutkan pokok itu. Sedangkan, Uslub adalah suatu
diatas, baiat maupun kerelaan mereka tidaklah perbuatan yang menjadi cabang dari perbuatan lain
menjadi syarat untuk pengangkatan Khalifah dimana perbuatan pokok tersebut memiliki dalil
(Baiat Iniqad) namun mereka berkewajiban umum. Dari sini dapat dipahami bahwa thariclah
memberikan baiat thaat kepada Khalifah yang itu harus disandarkan kepada suatu dalil syari,
telah diangkat atau dipilih oleh Kaum Muslimin karena merupakan hukum syara. Oleh karena itu,
(Ahlul Ahlil walaqdi) Ibid ... hal.63. seorang muslim wajib terikat pada thariqah ini
Untuk masalah yang kedua, yaitu aktivitas tidak ada pilihan lain selama thariqah itu bukan
yang biasa dilaksanakan pada pemelihan umum mubah hukumnya. Sebaliknya, uslub tidak
zaman modern seperti pelaksanaan pemilu dengan disandarkan kepada suatu dalil syara melainkan
pemelihan yang bersifat rahasia, penggunaan diperlakukan sesuai dengan hukum perbuatan
kotak suara, pemungutan suara (pooling pokoknya. Oleh karena itu, tidak ada kewajiban
pendapat), dan sebagainya; menurut Taqiyuddin untuk terikat pada suatu uslub tertentu walaupun
al-Nabhani semuanya adalah Uslub, yaitu teknik- uslub itu dilakukan oleh Rasulullah saw. Bahkan
teknik untuk melaksanakan pemelihan dan setiap Muslim berhak menggunakan setiap uslub
mencapai kerelaan. Oleh karena itu, menurutnya selama uslub tersebut dapat menghantarkan
(al-Nabhani) tidak termasuk hukum sayara, juga terlaksananya suatu perbuatan, sehinga menjadi
tidak termasuk manath hukum syara. Sebab, cabang dari perbuatan, tersebut. Oleh karena itu,
semuanya tidak termasuk Afaalul Ibad (perbuatan dikatakan bahwa uslub ditentukan oleh jenis
hamba). Juga bukan merupakan obyek yang akan perbuatan.
diterapkan hukum syara atasnya. Semua yang
disebutkan diatas hanya merupakan wasail Kesimpulan
(sarana-sarana) dari aktivitas seorang hamba yang Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan
terikat dengan hukum syara. Artinya Khithab bahwa satu-satunya metode Syar i untuk
Asy-Syari datang berkenaan dengan perbuatan mengangkat kepala negara adalah baiat. Adapun
itu, yaitu mengangkat Khalifah dengan penuh pelaksanaan baiat ini, maka hal itu tergambar
kerelaan dalam suatu kondisi yang memberi dalam rincian-rincian praktek baiat. Yaitu agar
kesempatan sebesar-besarnya untuk mengeluarkan muslim saling berdiskusi tentang orang yang layak
pendapat. Oleh karena itu, Wasilah dan Uslub ini untuk memegang jabatan khilafah. Sehingga
tidak termasuk dalam pembahasan hukum syara. apabila mereka telah menetapkan pendapat pada
Karena termasuk dalam al-Asy-yad (benda-benda)
yang berlaku atasnya suatu nash umum yang telah
membolehkannya, kecuali ada dalil khusus yang 27
Ibid., hal. 67

185|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014
Haris Riadi: Perspektif Taqiyuddin Al-Nabhani Tentang Baiat

beberapa orang tertentu (sebagai talon Khalifah), DAFTAR KEPUSTAKAAN


lalu calon-calon khalifah itu diajukan kepada
kaum muslim. Siapa yang terpilih diantara Abd Majid At-Khalidi, Analisis dialektik; Kaedah
mereka, maka umat diminta untuk membaiatnya. pokok sistem pemerintahan Islamj ifidl,
Dengan demikian, hukum syara tentang (Bogor; Al-Azhar Press, 2004
pelaksanaan pengangkatan kepada negara adalah Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, hal. 3, terbitan
kandidat khalifah dibatasi oleh kaum muslim yang Al-Muqaddimah, terbitan ]
menjadi anggota majelis syura. karena majelis Al-Fishal fi al-Milal wa al-Ahwa wa an-Nihal Juz
inilah yang menjadi representasi mayoritas kaum 4 (terbitan ),
muslim. Kemudian nama-nama kandidat khalifah Al-Quran dan Teriemahannya, Depag RI
diajukan kepada kaum muslim. Yaitu agar mereka (Surabaya:Karya Utama,2005)
memilih satu orang dari kandidat itu sebagai Rasyid Ridha; Syarh al-Aqa-id an-Nasafiyah, al-
khalifah bagi mereka. Selanjutnya dilihat siapa Khilafah,
yang memperoleh suara paling banyak. Kemudian Shahih muslim, 12/232, kitab A]-Imarah).
diambil baiat untuk kandidat dengan suara Shiddiq Hasan Khan; Ikliil al-Karaamah fii
terbanyak itu dari kaum muslim yang memilihnya Tibyan Maqaashid al-Imamah,
maupun dari kaum muslim yang tidak Taqiyuddin al--Nabhani, Sistem Khilafah; Konsep
memilihnya. kenegaraan dan Kepemimpinan Umat
Islam seluruh Dunia, Jakarta: Khazanah
Islam, I995
-, Sistem Pemerintahan Islam;
Doktrin, Sejarah, dan Relitas Empirik,
(Bangil:A1-1zzah,1997

186|| :Jurnal Pemikiran Islam,Vol.39,No.2


Juli - Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai