Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang mengganti satu atau lebih gigi
yang hilang dan di lekatkan ke satu atau lebih gigi asli atau akar gigi yang
bertindak sebagai penyangga.

Jembatan dapat dilepas setelah dipasangkan beberapa lama didalam rongga


mulut. Terlepasnya jembatan dapat disebabkan karena perubahan bentuk retainer,
gigi penyangga yang goyah, terlarutnya semen, kesalahan dalam pemilihan
retainer, karies, dan bentuk preparasi yang kurang memberikan retensi pada
retainer.

Preparasi gigi penyangga merupakan tindakan yang penting dalam


perawatan gigi tiruan jembatan. Preparasi bertujuan untuk menghilangkan daeerah
yang gerong, memberikan tempat bagi bahan retainer atau mahkota, penyesuaian
sumbu mahkota dengan arah pemasangan jembatan, memungkinkan pembentukan
retainer atau mahkota sesuai dengan bentuk anatomi gigi yang dipreparasi,
membangun bentuk retensi dan menghilangkan jaringan-jaringan yang lapuk oleh
karies jika ada. Prinsip preparasi gigi penyangga adalah mendapatkan bentuk
akhir yang menjamin retensi yang sebesar-besarnya bagi retainer. Untuk mencapai
hal tersebut maka dibuat dasar-dasar bentuk retensi preparasi yaitu kemiringaan
dinding-dinding aksial, bentuk preparasi mengikuti bentuk anatomi gigi dan
pengambilan jaringan gigi yang cukup untuk memberikan ketebalan pada bahan
retainer. Dasar-dasar bentuk retensi iniyang harus diperhatikan dalam melakukan
preparasi gigi penyangga. Disamping dasar-dasar bentuk retensi ada faktor lain
yang memepengaruhi retensi preparasi seperti bentuk dan ukuran gigi, luas bidang
permukaan preparasi dan kekerasan permukaan preparasi.

Ketika membuat pencetakan mahkota tiruan, preparasi servikal menjadi


bagian terpenting saat mengevaluasi apakah sebuah pencetakan dapat diterima
atau tidak. Sebuah restorasi dapat dikatakan berhasil bertahan di dalam rongga

[Type text] Page 1


mulut jika tepi servikal dapat beradaptasi dengan permukaan garis tepi preparasi.
Saat tepi preparasi dari model kerja di duplikasi, harus ada elemen penting yang
terlihat dengan jelas dari preparasi gigi untuk pembuatan pencetakan. Salah satu
masalah dalam pencetakan adalah kenyataan bahwa suatu pencetakan dapat
terlihat baik walaupun sudah terjadi distorsi. edc

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penegakkan diagnosis berdasarkan kasus ?
2. Apa diagnosa berdasarkan kasus?
3. Apa etiologi pada kasus tersebut?
4. Apa rencana perawatan berdasarkan kasus?
5. Bagaimana prosedur kerja berdasarkan kasus?

1.3 Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan yang dilakukan oleh operator


pada kasus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa terhadap kasus.
3. Mahasiswa dapat mengetahui rencana perawatan yang dilakukan oleh pada
kasus.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami persiapan yang dilakukan
sebelum melakukan preparasi gigi penyangga.
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami prinsip prinsip preparasi
gigi penyangga.
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami langkah langkah preparasi
gigi penyangga.
7. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan hasil preparasi
gigi penyangga.
8. Mahasiswa dapat mengetahui kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi pada
gigi tiruan jembatan

[Type text] Page 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gigi Tiruan

Menurut Glossary of Prosthodontics (dalam Rahmawan, 2008) gigi tiruan


adalah bagian prostodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang
hilang atau seluruh gigi asli yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh
gigi, mukosa atau kombinasi gigi-mukosa ada yang dapat dan ada yang tidak
dapat dipasang dan dilepas oleh pasien.

Gigi tiruan secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
gigi tiruan penuh (Full Denture) dan gigi tiruan sebagian (Partial Denture). Gigi
tiruan sebagian dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan lepasan/removable (yang
dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien) dan gigi tiruan cekat/ fixed/ GTC (yang
disemenkan ke gigi pasien secara permanen). Gigi tiruan cekat atau disingkat
dengan GTC diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown dan bridge. (Ayu Dwi
Andhira, 2012)

2.2 Defenisi Gigi Tiruan Cekat.

Gigitiruan cekat (GTC) didefinisikan sebagai gigitiruan yang memperbaiki


mahkota gigi yang rusak atau menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang
dengan bahan tiruan dan dipasangkan ke pasien secara permanen serta tidak dapat
dibuka-buka oleh pasien, terdiri dari gigitiruan cekat mahkota (crown) dan
jembatan (bridge). (Shillingburg, 2012:1)

Gigi Tiruan Cekat adalah Gigi Tiruan yang berkaitan dengan pemugaran
dan / atau penggantian geligi yang hilang dan tidak dapat dilepas oleh pasiennya
sendiri maupun dokter gigi karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli
yang merupakan pendukung utama dari restorasi. (Barclay, 1998)

Indikasi pemakaian GTC yaitu: (Ayu Dwi Andhira, 2012)

1. Menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang.


2. Daerah tidak bergigi masih dibatasi oleh gigi asli pada kedua sisinya

[Type text] Page 3


3. Gigi yang dijadikan sebagai penyangga harus sehat dan jaringan
periodontal baik
4. Pasien berumur 20-50 tahun.
Kontraindikasi pemakaian GTC yaitu: (Ayu Dwi Andhira, 2012)

1. Pasien yang tidak kooperatif


2. Kondisi kejiwaan pasien kurang menunjang
3. Kelainan jaringan periodonsium
4. Prognosis yang jelek dari gigi penyangga
5. Diastema yang panjang
6. Kemungkinan kehilangan gigi pada lengkung gigi yang sama

2.3 Gigi Tiruan Jembatan

2.3.1Defenisi

Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan

satu atau lebih gigi-geligi asli yang dilekatkan secara permanen dengan semen

serta didukung sepenuhnya oleh satu atau beberapa gigi, akar gigi atau implant

yang telah dipersiapkan. (Barclay, 1998)

2.3.2 Tujuan Pemakaian

Kegunaan pemakaian gigi tiruan jembatan antara lain: (Bernard, 2007)

- Memperbaiki penampilan : Pada pasien dengan kehilangan gigi,

terutama gigi anterior, tentu saja penampilan harus diperhatikan.

- Kemampuan mengunyah : Banyak pasien tidak bisa makan dengan

baik karena banyaknya gigi yang hilang.

- Stabilitas Oklusal : Stabilitas oklusal dapat hilang karena adanya gigi

yang hilang. Kehilangan gigi dapat menyebabkan gigi disekitarnya

ekstrusi, migrasi dan merusak stabilitas oklusi pasien.

[Type text] Page 4


- Memperbaiki pengucapan : Kehilangan gigi insisivus atas dapat

menganggu pengucapan seseorang.

- Sebagai splinting periodontal : Kehilangan gigi dapat menyebabkan

gigi tetangganya goyang, jadi gigi tiruan jembatan dapat berfungsi juga

sebagai splinting.

2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Jembatan

Indikasi pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut :

(Prajitno,1994)

1. Kehilangan satu atau lebih gigi geligi asli

2. Gigitan dalam (deep bite)

3. Gigi penyangga memerlukan restorasi

4. Diastema abnormal, besarnya ruangan protesa kurang dari normal

5. Gigi penyangga memerlukan penanggulangan berupa stabilisasi atau

splint

6. Terdapat diastema pasca perawatan.

Kontraindikasi untuk embuatan gigi tiruan jembatan adalah:

1. OH yg tdk terpelihara

2. Physical handicap

3. Indeks karies yg tinggi

4. Cross-bite, malposisi, progeny

5. Migrasi atau ekstrusi yg parah

2.4 Preparasi Gigi Penyangga

2.4.1 Pengertian Preparasi Gigi Penyangga

[Type text] Page 5


Preparasi merupakan suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan gigi

untuk tujuan menyediakan tempat bagi bahan restorasi mahkota tiruan atau

sebagian pegangan gigi tiruan jembatan (Prajitno, 1994)

Tujuan Preparasi : (Prajitno,1994)

- Menghilangkan daerah gerong

- Memberi tempat bagi bahan retainer atau mahkota

- Menyesuaikan sumbu mahkota

- Memungkinkan pembentukan retainer sesuai bentuk anatomi

- Membangun bentuk retensi

- Menghilangkan jaringan yang lapuk oleh karies jika ada

2.4.2 Persiapan Sebelum Preparasi

Meliputi : (Fadriyanti, 2009)

1. Persiapan preparasi

a. Persiapan operator

- Posisi Operator : jarum jam angka 11

- Memakai masker dan Handscoon

b. Persiapan Pasien

- Posisi pasien harus duduk.

- Untuk RA : tinggi rahang sejajar dengan siku operator

- Pasien harus rilex : supaya operator nyaman dalam bekerja.

[Type text] Page 6


- Pasien tidak boleh stress.

2. Persiapan alat

Alat Handpiece, terbagi 2 :

a. Straight Handpiece Yaitu suatu jenis handpiece yang mempunyai

bentuk lurus memanjang. Handpiece jenis ini, bur dipegang oleh dua buah

logam yang berfungsi sebagai penjepit. Alat ini didalam opdent digunakan

untuk preparasikavitas terutama pada gigi anterior bagian labial atauuntuk

menyelesaikan tambalan inlay sebelum insersi dilakukan.

b. Contra-angle Handpiece Yaitu suatu jenis handpiece yang mempunyai

duabuah sudut yang saling berlawanan bila ditarik darisumbu memanjang

handpiece tersebut. Alat ini didalam opdent digunakan untuk

keperluan preparasi kavitas semua gigi. Pada kedua ujung dari contra-

angle merupakan tempatuntuk memegang bur dan letak bur hampir tegak

lurusdengan sumbu memanjang dari handpiece.

Terbagi 2 :

- High speed : digunakan dengan turbin sehingga putaran cepat. Ada hole.

Kuncinya tersnediri/terpisah.

- Low speed : untuk gigi tiruan. Dan ada kunci yang bisa diputar putar.

3. Persiapan Mata Bur

a. Elips Bur/flame bur : untuk preparasi bagian palatal

b. Tappered dengan flap end : untuk preparasi bagian labial dan insisal

c. Long needle diamond : untuk preparasi bagian proksimal

[Type text] Page 7


d. Fisuur flap end : untuk preparasi bagian labial, insisal, dan proksimal

e. Silindris bur : untuk memotong bagian insisal dan merapikan bagian

labial.

2.4.3 Prinsip Preparasi

Terbagi menjadi 3 :

1. Prinsip Biologis : Lokasi margin mahkota mempertahankan kesehatan


gingiva harus memperhatikan:
- Hubungan crest yang normal.
- Hubungan crest yang rendah.
- Hubungan crest yang tinggi.
- Kesehatan pulpa.
Dalam prinsip biologis operator harus memperhatikan :
a. Ketebalan preparasi
Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan
preparasi kita harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin. Ketebalan
preparasi berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai
retainer maka ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm
sedangkan jika menggunakan logam porselen pengambilan jaringan gigi berkisar
antara 1,5 2 mm. Pengambilan jaringan gigi yang terlalu berlebihan dapat
menyebakan terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa,pulpitis, dan
nekrosis pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu sedikit dapat mengurangi
retensi retainer sehingga menyebabkan perubahan bentuk akibat daya kunyah.

b. Preparasi mengikuti anatomi gigi


Preparasi yang tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan vitalitas
pulpa juga dapat mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan tersebut.
Preparasi pada oklusal harusdisesuaikan dengan morfologi oklusal.Apabila
preparsi tidak mengukuti morfologi gigi maka pulpa dapat terkena sehingga
menimbulkan reaksi negatif pada pulpa.

[Type text] Page 8


- Tidak boleh mengenai gigi tetangga
- Tidak boleh mengenai gingiva
2. Prinsip mekanis
Prinsip mekanis meliputi :
a. Retensi: faktor yang dapat menahan bagunan restorasi agar tidak
bergeser keluar (berpindah) dari preparasi kavitas karena tekanan
vertikal maupun horisontal mastikasi.
b. Resistensi: faktor yang dapat mempertahankan bagunan restorasi &
struktur jaringan gigi tidak fraktur/pecah sewaktu menerima tekanan
mastikasi, dipengaruhi bentuk preparasi, ketinggian, ferrule (pita
logam yang melingkari & menyangga jaringan gigi dari luar
menjepitnya melawan pecahnya gigi karena tekanan mastikasi),
diameter & tipe semen.
c. Durabilitas struktur:
- Hubungan antara tekanan oklusal & kekuatan material restorasi
tidak mengalami deformasi atau fraktur karena tekanan mastikasi.
- Ketebalan metal: 0,4-0,5 mm untuk alloy emas & 0,2 mm untuk
alloy berbahan dasar metal.
- Ketebalan porselin di atas metal: 0,9 mm.
d. Integritas marginal:
- Margin yang tertutup rapat tidak bisa dicapai secara klinis tidak
dapat mencegah masuknya bakteri.
- Bevel digunakan pada mahkota metal-keramik (porselin fused

metal).

Prinsip mekanis menghasilkan retensi dan resistensi. Cara menghasilkan

retensi yang baik:

a. Pembulatan sudut-sudut preparasi

Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang

merupakan pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini

[Type text] Page 9


harusdibulatkan karena sudut yang tajam dapat menimbulkan tegangan

ataustress pada restorasi dan sulit dalam pemasangan jembatan.

b.Kemiringan dinding-dinding aksial

Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi

sulit untuk menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit

keluar dari tepi retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna

pada tempatnya.Untuk itu, dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah

oklusal. Kemiringan dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat.

Kemiringan maksimum dinding aksial preparasi 7 derajat.

Memandang kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat

sebagai kemiringan yang paling ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit

diperoleh karena dapat menyebabkan daerah gerong yang tidak terlihat dan

menyebabkan retainer tidak merapat ke permukaan gigi. Retensi sangat

berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial preparasi

meningkat.Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering

terjadi bila kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat.

Preparasigigi yang terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan

gigi yang dibuang sehingga dapat menyebabkan terganggunya vitalitas

pulpa seperti hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa.

Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi

berkisar 5-7 derajat, namun kenyataaannya sulit dlicapai karena faktor

keterbatasan secara intra oral. (Prajitno, 1994)

c. Kesejajaran preparasi

[Type text] Page 10


Preparsi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yangsama antara satu

gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah pemasangan harus

dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringankeras gigi, tetapi dapat

menyebabkan jembatan duduk sempurna pada tempatnya

2.4.4 Langkah langkah Preparasi


1. Untuk gigi Non Vital
a. Preparasi dan pemotongan jaringan gigi
b. Pengambilan bahan pengisi saluran akar
Menggunakan endodontic player yang dipanaskan
c. Melebarkan saluran akar
Menggunakan standar bor, peaso reamer, gates glidden drill
d. Pembuatan keway/anti rotasi
e. Pembentukan pola pasak dan core
f. Penanaman dan pengecoran pasak + core
g. Penyemenan pasak + core
h. Cetak gigi preparasi
i. Pembuatan dan insersi mahkota tiruan
2. Untuk gigi Vital (Anterior) ( Tim SL Prostodontia UB, 2014)
a. Pembuatan Groove labial dan insisal
Fungsi :
- Untuk menentukan kedalaman preparasi
- Untuk pedoman preparasi
Kedalaman preparasi ( semakin ke insisal, diameter semakin tebal) :
- Diameter 2 mm bagian mesial
- Diameter 1.5 mm bagian tengah
- Diameter 1 mm kea rah servikal
Cara :
- Buatlah 3 alur panduan (groove) dengan menggunakan flat end tapered
diamond bur sedalam 1 mm.
- Pengurangan permukaan insisal/ pemotongan
Caranya :

[Type text] Page 11


preparasi/ potong insisal edge sedalam groove yang dibuat dengan
menggunakan flat end tapered diamond bur

1. Pengurangan permukaan labial (secara bertahap)


Caranya :
Buat shoulder (bahu) bersamaan dengan pengurangan bidang labial
dari sisi mesial-distal.

Shoulder dibuat lebih kurang 0.5 1 mm, agar ketebalan bahan


porselen cukup pada area tersebut. Preparasi ini menggunakan flat end
tapered diamond bur atau torpedo diamond bur.

Preparasi bidang proksimal


Lakukan pengurangan bidang proksimal (mesial dan distal) dengan
menggunakan long thin diamond bur

Preparasi bagian proksimal, perhatikan prinsip mekanis dan biologis

a. Prinsip Mekanis
1. Retensi. Ada 4 tahap untuk mendapatkan retensi yang baik, yaitu :

[Type text] Page 12


- Bentuk geometric/bangunan gigi yang dipreparasi konus ke arah
insisal dan lebar ke arah servikal. Standar pembuatan konus 5 6
derajat untuk gigi anterior. Dan 2 3 derajat untuk gigi posterior
- Luas permukaan. : Semakin luas permukaan yang di tinggalkan,
maka retensi makin baik
- Kekerasan permukaan : Gunakan mata bur yang masih baru
sehingga semen jadi melekat
- Kualitas semen
2. Resistensi
- Kekonusan harus sejajar.

Preparasi bidang palatal/lingual


Buat grove pada bidang palatal/lingual bagian insisial dan servikal
(seperti pembuatan groove pada bidang fasial/labial), dengan
kedalaman preparasi kurang lebih 1,3 mm dengan mengunakan flat
end diamond bur
Preparasi bidang palatal/lingual menggunakan ellips atau flame bur
pada bagian yang cekung dan round end tapered atau chamfer pada bagian
cingulum sampai ke servikal.

Prinsip yang harus diperhatikan adalah prinsip mekanis ( menghasilkan


retensi) dan prinsip biologis ( melindungi pulpa )

Finishing

[Type text] Page 13


a. Pada tahap ini, yang dibentuk adalah servikal line. Dengan bentuk
shoulder untuk labial dan bentuk chamfer pada bagian palatal.

Preparasi terbagi menjadi 2 (tergantung lokasi dan bahan)

a. Pada daerah supragingiva


- Bahan yang digunakan adalah metal, pada daerah palatal dan
proksimal karena tidak mementingkan estetis.
b. Pada daerah subgingiva
- Bahan yang digunakan adalah porselen/kombinasi, pada daerah
labial karena mementingkan estetis.

Caranya :

a. Gunakan torpedo diamond bur atau chamfer bur untuk permukaan gigi
yang dipreparasi dan margin chamfer.
b. Gunakan flar end tapered untuk menghaluskan permukaan gigi yang
telah dipreparasi dan margin shoulder.
c. Cek kehalusan permukaan gigi yang telah dipreparasi beserta margin
chamfer dan shoulder dengan menggunakan sonde, permukaan
tersebut harus terasa sehalus permukaan kaca.

[Type text] Page 14


BAB III

PEMBAHASAN

KASUS

Seorang perempuan usia 32 tahun datang ke rsgm dengan keluhan sakit


pada gigi tiruan sebagian depan atas, pada anamnesis diketahui pasien sudah
menggunakan gigi tiruan sejak 6 bulan yang lalu, pemeriksaan intra oral terlihat
gigi 11,12,21dengan gigi tiruan jembatan bahan metal ceramic dengan warna gigi
terlihat tidak sama dengan gigi sebelahnya. Mukosa bagian labial bewarna merah
resesi gingiva pada gigi 12 21 dan terlihat traumatic oklusi pada 21.

Pemeriksaan radiografi pada gigi 21 terlihat gambaran radiolusen pada


periapikal dengan diagnosa klinis abses. rencana perawatan dari gigi akan
membuatkan gigi tiruan all ceramic sesuai indikasi serta menjelaskan tahapan
kerja untuk mencegah kegagalan pada kunjungan awal, gigi tiruan yang lama
dilepas dan dilakukan perawatan saluran akar,dilanjutkan preparasi pembuatan
gigi tiruan, pencetakan,pembuatan mahkota gigi tiruan cekat dengan teknik
indirect , pemilihan warna gigi,kirim ke laboraturium, try in dan teakhir insersi.

Terminologi

1. Insersi
Insersi adalah pemasangan inlay pada preparasi gigi atau protesa di dalam
rongga mulut. (Kamus Kedokteran Gigi, 2014)
2. Trauma oklusi
Trauma oklusi adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat tekanan
oklusi yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan periodonsium.
3. Try in
try in adalah protesa gigi lepasan sebagai pengganti gigi geligi asli yang
hilang serta struktur yang berkaitan dengannya. (Kamus Kedokteran Gigi,
2014)
3.1 Penegakkan Diagnosa

[Type text] Page 15


a. Pemeriksaan subjektif

Meliputi :

- Pengisian kartu status

- Anamnesa

Keluhan utama : keluhan sakit pada gigi tiruan sebagian depan atas

Keluhan tambahan : pasien sudah menggunakan gigi tiruan sejak 6

bulan lalu dan gigi tiruan jembatan bahan metal ceramic dengan

warna gigi terlihat tidak sama dengan gigi sebelahnya. Mukosa

bagian labial bewarna merah dan resesi gingiva

b. Pemeriksaan Objektif

Meliputi :

- Pemeriksaan Extra oral

Normal

- Pemeriksaan Intra Oral

Pemeriksaan intra oral terlihat gigi 11,12,21dengan gigi tiruan

jembatan bahan metal ceramic dengan warna gigi terlihat tidak

sama dengan gigi sebelahnya. Mukosa bagian labial bewarna

merah resesi gingiva pada gigi 12 21 dan terlihat traumatic oklusi

pada 21.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiografi pada gigi 21 terlihat gambaran radiolusen

pada periapikal

3.2 Diagnosa
Kegagalan pembuatan gigi tiruan jembatan

[Type text] Page 16


3.3 Etiologi
1. Desain yang salah sehingga terjadi over contour menyebabkan traumatic
oklusi
2. dasar pontik yang salah dan margin yang kasar menyebabkan resesi
gingival
3. kegagalan pemilihan warna

3.4 Rencana Perawatan


a. Rencana Perawatan Awal :

Gigi 21 : Trepanasi lalu PSA

b. Rencana Perawatan Akhir

Pontik : gigi 11(ridge lap pontik)

Abutment : 12, 21

Konektor : rigid

Gigi 12,21 : Retainer Intraradikular

Tipe bridge : fixed-fixed bridge

Pembuatan pasak : gigi 21

Jenis pasak : custom dowel crown dengan tipe

deattached dowel crown

Bahan : all porcelain alumina

3.5 Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan preparasi

a. Persiapan Preparasi

Persiapan Operator

- Posisi Operator : jarum jam angka 11

- Memakai masker dan Handscoon

Persiapan Pasien

[Type text] Page 17


- Posisi pasien harus duduk.

- Untuk RA : tinggi rahang sejajar dengan siku operator

- Pasien harus rilex : supaya operator nyaman dalam bekerja.

- Pasien tidak boleh stress.

Persiapan Alat

1. Alat yang digunakan adalah Contra Angle Handpiece : ujungnya

bengkok, digunakan didalam mulut pasien.

Terbagi 2 :

- High speed : digunakan dengan turbin sehingga putaran cepat. Ada

hole. Kuncinya tersnediri/terpisah.

- Low speed : untuk gigi tiruan. Dan ada kunci yang bisa diputar

putar.

2. Mata Bur yang digunakan adalah :

- Elips Bur/flame bur : untuk preparasi bagian palatal

- Tappered dengan flap end : untuk preparasi bagian labial dan

insisal

- Long needle diamond : untuk preparasi bagian proksimal

- Fisuur flap end : untuk preparasi bagian labial, insisal, dan

proksimal

- Silindris bur : untuk memotong bagian insisal dan merapikan

bagian labial.

3.6 Prinsip Preparasi.

a. Prinsip Biologis

- Merupakan prinsip internal pada gigi

[Type text] Page 18


- Melihat bagaimana anatomi giginya. Harus mempertahankan bentuk

anatomi gigi.

- Mempertahankan struktur gigi : email,dentin,pulpa.

- Pengasahan harus lebih banyak ke arah insisal, karena email lebih tebal ke

arah insisal daripada arah servikal

- Jika pengasahan lebih banyak ke arah servikal maka akan menimbulkan

nyeri, karena mengarah ke pulpa.

b. Prinsip Mekanis

- Bagaimana gigi berfungsi seperti lepas/pecah

- Yang harus dipertahankan adalah :

Retensi : Suatu gaya untuk mempertahankan agar gigi tidak lepas.

Resistensi : Mempertahankan bagunan restorasi & struktur jaringan

gigi tidak fraktur/pecah sewaktu menerima tekanan mastikasi,

dipengaruhi bentuk preparasi, ketinggian, ferrule (pita logam

yang melingkari & menyangga jaringan gigi dari luar menjepitnya

melawan pecahnya gigi karena tekanan mastikasi), diameter & tipe

semen.

c. Estetis

- Paling utama dan penting

- Untuk ketahanan mahkota perhatikan ketebalan preparasi.

3.7 Prosedur Kerja

1. Perawatan kegagalan

Melepas crown atau bridge

Teknik Retainer devition

[Type text] Page 19


Retainer devition adalah membelah bagian Mahkota tiruan atau bridge

menggunakan bur

a. Membelah retainer

Pemotongan bukal/lingual retainer dengan bur lalu pahat dimasukkan dan

diputar pada alur yang terbentuk

b. Membelah konektor

Membelah konektor bridge dengan bur disk intan

2. Langkah-langkah Preparasi gigi penyangga

I. Untuk gigi 11 (non vital)

a. Pemberian Anastesi

b. Trepanasi

c. Lakukan perawatan saluran akar

d. Pembuatan pin crown.

II. Untuk Gigi 22 (Vital)


Finishing
Pada tahap ini, yang dibentuk adalah servikal line. Dengan bentuk full
sholder dengan bahan all porselen . Shoulder / full shoulder merupakan indikasi

[Type text] Page 20


untuk bahan all porcelsen bentuknya seperti bahu dan permukaan datar.shoulder
dibuat lebih kurang 0.5 1 mm, agar ketebalan bahan porselen cukup pada area
tersebut. Preparasi ini menggunakan flat end tapered diamond bur atau torpedo
diamond bur. Tujuan pembuatan servikal line adalah untuk membuat dudukan
pada bagian servikal.

Caranya :

a. Gunakan flar end tapered untuk menghaluskan permukaan gigi yang telah
dipreparasi dan margin shoulder.
b. Cek kehalusan permukaan gigi yang telah dipreparasi beserta margin
shoulder dengan menggunakan sonde, permukaan tersebut harus terasa
sehalus permukaan kaca.

3. Pembuatan mahkota gigi tiruan cekat dengan teknik indirect

PenCetakkan menggunakan bahan putty light body dengan teknik double


immpression tanpa menggunakan sendok cetak.
Bahan yang digunakan adalah resin akrilik
Metode indirect
Sediakan model gigi pasien yang belum dipreparasi (model diagnostik)
model A.
Sediakan model gigi pasien yang sudah dipreparasi oleskan vaselin
pada gigi penyangga model B.
Susun gigi pada daerah pontik pada model A anarsir gigi tiruan, pola
malam.
Cetak model A dengan sendok cetak setengah rahang dengan bahan
alginet.
Buka cetakan hasil cetakan harus mencakup semua gigi penyangga.
Aduk akrilik swapolimerisasi panas yang berwarna putih.
Tempatkan adonan akrilik ke sendok cetak hasil cetakan alginet.
Cetak kembali ke model B (model gigi yang sudah dipreparasi) tunggu
sampai polimerisasi hampir sempurna.

[Type text] Page 21


4.Pemilihan Warna Gigi
Alat shade quide 3 dimensi
vitapan
Menentukan :
Value
value adalah tingkat kecerahan warna ( nilainya dari terang ke
gelap, 1-5)
color/chroma
color adalah tingkat kepekatan warna ( nilainya m,1,2,3 )
hue
hue adalah penentuan gigi pasien lebih kekuningan atau kemerahan
( L,M,R)
4. Persiapan Mencetak

Cetakan untuk model kerja di buat 2. Satu untuk di kirim ke lab, dan

satu lagi untuk operator.

Persiapan bahan cetak. : Bahan cetak yang digunakan adalah Polivinil


Siloxan ( putty + light body )
a. Komposisi
Baik pasta basis dan katalis mengandung vinil silicon. Pasta
basis mengandung polymethyl hydrogen siloxane, sedangkan pasta
katalis mengandung divinyl polydimethyl.
b. Manipulasi
Vinyl Polysiloxane encer dan agak kental dikemas dalam 2
pasta, sementara bahan putty dikemas dalam 2 toples yang terdiri
atas bahan basis dengan kekentalan tinggi dan bahan katalis. Aduk
dengan perbandingan base dan katalis yaitu 1 : 1
c. Elastisitas
Bahan cetak ini merupakan bahan yang bersifat elastis
paling ideal yang selama ini ada.
Persiapan Alat mencetak
a. Sendok cetak tanpa lobang

[Type text] Page 22


b. Bowl
c. Spatula
Teknik Mencetak
Yaitu dengan teknik cetakan ganda ( double impression ) dimana
dalam satu sendok cetak ada 2 bahan (putty dan light body).
5. Pengeriman ke lab

Surat pengiriman model kerja ke lab

Yth Age Dental Lab

Bersama ini kami kirimkan model gigi, mohon agar dibuatkan bridge

dengan bahan all porcelen pada pasien

Nama :

Umur : 32 tahun

Nama operator :

No hp :

Tipe GTC : bridge dengan tipe fixed- fixed bridge

Gigi 12, 21 : Abutment

Gigi 11 : Ridglap pontik

Gigi 12 : Retainer ekstraradikular

Gigi 21 : Retainer Intraradikular

Konektor : Rigid

Bahan : full porcelen tipe alumina

Warna : 2M2 (Vita 3D Master 2M2)

6. Insersi atau sementasi

Bahan : glass ionomer cement

[Type text] Page 23


Sebelum di semenkan terlebih dahulu lakukan Try In, yang diperhatikan :

1. Estetis (warna, bentuk)


2. Kontak proksimal dengan gigi tetangga
3. Kontak tepi GTC tidak boleh menekan gingiva
4. Akhiran servical dengan margin crown rapat
5. Batas crown dengan gigi asli tidak boleh diastema dan kontak (masih bisa
dibersihkan dental floss )
6. Retensi GTC
7. Stabilisasi GTC
8. Kontak oklusal
Cara penyemenan
1. GTC dan gigi yang akan dipasangi gtc dibersihkan dan dikeringkan
2. Aduk semen sesuai petunjuk pabrik dan sesuai konsistensinya, dioleskan
pada gigi yang dipreparasi dan bagian dalam gtc
3. GTC dipasang dengan tekanan maksimal, pasien disuruh menggigit
gulungan kapas yang diletakkan di atas gtc
Buang kelebihan semen dan tunggu hingga keras
Prosedur penyemenan
1. Pemeriksaan akhiran servikal dengan batas margin crown
2. Pemeriksaan oklusi dengan articulating paper
3. Masuk semen dengan plastis instrumen
4. Ratakan
5. Masukan dalam mulut
6. Tekan
7. Setting time

[Type text] Page 24


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada kasus rencana perawatan yang dilakukan operator adalah:

Rencana Perawatan Awal :


Gigi 21 : Trepanasi lalu PSA
Rencana Perawatan Akhir
Pontik : gigi 11(ridge lap pontik)
Abutment : 12, 21
Konektor : rigid
Gigi 12,21 : Retainer Intraradikular
Tipe bridge : fixed-fixed bridge
Pembuatan pasak : gigi 21
Jenis pasak : custom dowel crown dengan tipe
deattached dowel crown
Bahan : all porcelain alumina

4.2 Saran

Untuk mendapatkan gigi tiruan jembatan yang baik, maka perlu untuk
memperhatikan preparasi, teknikmencetak, penentuan warna, dan pengiriman ke
lab.

[Type text] Page 25


[Type text] Page 26
.

[Type text] Page 27


[Type text] Page 28
[Type text] Page 29
[Type text] Page 30

Anda mungkin juga menyukai