Anda di halaman 1dari 14

KARAKTERISASI BAKTERI ENTERON

Disusun oleh :

Nama : Lydya Setya Permatasari


NIM : B1A015037
Kelompok : 4
Rombongan : II
Asisten : Uho Baihaqi

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karakterisasi merupakan suatu proses atau tahapan pengenalan


mikroorganisme berdasarkan karakter atau sifat yang dimiliki dan dibandingkan
dengan isolat yang sudah ada. Karakterisasi terbagi dalam dua tahap yaitu klasifikasi
dan identifikasi. Untuk dapat mengidentifikasi dan mengkasifikasi suatu
mikroorganisme, maka kita harus mempelajari karakteristik mikroorganisme tersebut
terlebih dahulu (Pelczar & Chan, 1986).
Anggota dari famili Enterobacteriaceae adalah bakteri Gram negatif
fakultatif anaerobik berbentuk batang yang dapat bersifat motil atau non motil; strain
bakteri motil mempunyai flagela peritrik. Semua spesies berkembang biak pada
media buatan dan mengubah glukosa, dimana mereka membentuk asam atau asam
dan gas. Bakteri-bakteri tersebut juga memproduksi enzim katalase. Beberapa
pengecualian pada genus Erwinia, anggota dari Enterobacteriaceae mereduksi nitrat
menjadi nitrit. Komposisi antigeniknya tendiri dari sebuah mozaik hubungan
serologik yang saling mengisi diantara beberapa genus. Famili ini termasuk saprofit,
parasit hewan dan beberapa parasit tanaman (Taringan, 1988).
Pengkajian homologi DNA telah menunjukkan bahwa kebanyakan spesies
dalam genus Enterobacteriaceae setidaknya 20 % saling berhubungan satu dengan
yang lain dan dengan tipe spesiesnya, yaitu Escherichia coli. Hampir semua spesies
mempunyai antigen enterobakterial. Hanya sejumlah kecil genus yang mempunyai
spesies yang menyebabkan penyakit pada hewan. Bakteri-bakteri tersebut adalah
Enterobacter, Escherichia, Klebsiela, Proteus, Salmonella, Seratia dan Shigella.
Shigella merupakan patogen berbahaya bagi primata yang dapat menyebabkan
kematian. Penyebaran Shigella dapat terjadi dengan rute fekal-oral. Shigella terbawa
keluar bersama feses dan mencemari lingkungan (Rahmi et al., 2014).
Enterohemorrhagi Escherichia coli (EHEC) merupakan patogen yang muncul yang
menyebabkan gastroenteritis akut manusia dan hemoragik colitis dan merupakan
agen utama penyebab ISK berat pada anak. Beberapa antibiotik dapat menyebabkan
E. coli lisis dan membebaskan racun Shiga bebas di saluran usus, dan meningkatkan
ekspresi Shiga toksin gen (A.A Faten & Afaf, 2013).
Uji biokimia adalah pengujian larutan atau zat-zat kimia dari bahan-bahan
dan proses-proses yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, sebagai upaya untuk
memahami proses kehidupan dari sisi kimia (Lehninger, 1995). Uji-uji biokimia
yang biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorganisme yaitu
antara lain adalah uji MR-VP, uji gula-gula, uji SIM, Uji TSIA, Uji Indol, dan Uji
Simmons Citrate (Dwidjoseputro, 1954). Pengujian biokimia merupakan salah satu
hal yang sangat penting dalam dunia mikrobiologi (Lim, 1998). Uji fisiologi bisanya
identik dengan uji biokimia. Pengujian secara fisiologis dilakukan untuk
mengelompokkan taksonomi mikroorganisme termasuk taksonomi bakteri. Pengujian
fisiologis terdiri dari uji motilitas, uji katalase, uji oksidase, uji gelatin, dan uji
fermentatif/oksidatif. Selain kelima uji tersebut, dapat juga dilakukan uji yang lain,
yaitu dengan menggunakan uji hidrolisis pati, uji indol, uji methyl red, uji sitrat, dan
uji hidrolisis urea (Hadioetomo,1993).
Karakterisasi morfologi bertujuan untuk mengamati baik morfologi koloni
maupun morfologi sel bakteri pada isolat bakteri yang telah lolos seleksi. Ketika
ditumbuhkan dalam media yang bervariasi, mikroorganisme akan menunjukkan
penampakan makroskopis yang berbeda-beda pada pertumbuhannya. Perbedaan ini
disebut dengan karakterisktik kultur, yang digunakan sebagai dasar untuk
memisahkan mikroorganisme dalam kelompok taksonomik (Capuccino & Sherman,
1992).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Karakterisasi Bakteri Enteron adalah untuk


mengetahui langkah-langkah atau tahapan dalam karakterisasi bakteri, yaitu secara
morfologi, biokimiawi, dan enzimatis.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Alat yang digunakan yaitu cawan petri, tabung reaksi, jarum ose, object glass,
cover glass, bunsen, tusuk sate steril, inkubator, alat tulis, mikroskop, mikropipet,
tabung Durham, dan kamera.
Bahan yang digunakan yaitu isolat cair bakteri enteron, H2O2 , reagen
oksidase, media SMA, media Urease Broth, media SIM A, reagen pewarnaan gram,
media Trypton Broth, media Protease Broth, Cimmon citrate, gula (Manosa, Xylosa,
Maltosa, Arabinosa), dan media TSIA.

B. Cara Kerja

Uji Morfologi
a. Makromorfologi
Isolat bakteri enteron dalam cawan petri diamati bentuk, ukuran, elevasi, tepi,
permukaan, dan warna koloninya.
b. Motilitas
Isolat bakteri enteron dalam tabung reaksi diambil dan diinokulasikan ke media
SIM A dengan cara stab inoculation menggunakan tusuk sate steril. Setelah itu
diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37C. Hasil diinterpretasikan apabila
terjadi pertumbuhan koloni yang menyebar.
c. Mikromorfologi
Dilakukan pewarnaan gram dan pengamatan bentuk sel dari isolat bakteri enteron.
Uji Enzimatis
a. Uji Katalase
Isolat bakteri enteron dalam tabung reaksi diambil menggunakan jarum ose lalu
diulas di object glass. Setelah itu ditetesi dengan reagen H2O2. Hasil diamati dan
diinterpretasikan apabila terdapat gelembung gas.
b. Uji Oksidase
Isolat bakteri enteron dalam tabung reaksi diambil menggunakan jarum ose dan
diulas di object glass yang telah diberi kertas merang. Setelah itu ditetesi reagen
oksidase dan diamati. Hasil diinterpretasikan apabila terjadi perubahan warna
menjadi biru kehitaman.
c. Uji Protease
Isolat bakteri enteron dalam tabung reaksi diambil menggunakan jarum ose dan
dilakukan streak kontinyu setengah cawan pada media SMA. Setelah itu
diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37C. Hasil diinterpretasikan apabila
terbentuk zona jernih di sekitar koloni.
d. Uji Urease
Isolat cair bakteri enteron diambil 0,1 ml menggunakan mikropipet dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi media Urease Broth. Setelah itu
diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37C. Hasil diinterpretasikan apabila
medium berubah warna menjadi merah muda.
Uji Biokimiawi
1. Uji IMViC
Isolat cair bakteri enteron diinokulasikan sebanyak 0,1 ml ke dalam 3 tabung
reaksi yang masing-masing berisi media Trypthon Broth yang telah diberi kovack
indole untuk uji indole, Protease Broth yang telah diberi Methyl Red untuk uji
MR dan diberi KOH 40% dan -Napthol untuk uji VP dan ditambahkan untuk uji
Simon sitrat. Kemudian diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37C. Hasil
diinterpretasikan apabila terbentuk cincin merah di atas permukaan media pada uji
indole, medium berubah warna menjadi merah pada uji MR, medium berubah
warna menjadi merah pada uji VP, dan medium berubah warna menjadi biru pada
uji Simon sitrat.
2. Uji Gula (Acid Form)
Isolat cair bakteri enteron dimasukkan sebanyak 0,1 ml ke dalam 4 tabung reaksi
yang terdapat tabung Durham di dalamnya dan telah diberi gula manosa, xylosa,
maltosa dan arabinosa. Kemudian diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 37C.
Hasil diinterpretasikan apabila terbentuk gelembung gas dan terjadi perubahan
warna medium menjadi kuning.
3. Uji H2S
Isolat bakteri enteron diambil dan diinokulasikan pada media TSIA denga cara
stab and slant inoculation. Kemudian diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu
37C. Hasil diinterpretasikan apabila H2S di bagian dasar medium menjadi warna
hitam, glukosa, laktosa, dan sukrosa berubah warna menjadi warna kuning,
glukosa bagian medium tegak berubah menjadi kuning.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Uji Makromorfologi

Hasil yang diperoleh dari uji makromorfologi yaitu isolat memiliki bentuk
sirkuler, elevasinya yaitu raise, warnanya krem, tepinya rata, permukaan mengkilap
dan transparansinya yaitu transparan. Karakterisasi morfologi bertujuan untuk
mengamati baik morfologi koloni maupun morfologi sel bakteri pada isolat bakteri
yang telah lolos seleksi (Capuccino, 1992).

Gambar 3.2 Hasil Uji Motilitas

Hasil uji motilitas yaitu positif yang ditandai dengan pertumbuhan bakteri
yang menyebar pada medium SIM A. Media SIM selain untuk melihat motilitas bisa
juga untuk test indol dan pembentukan H2S. Interpretasi hasil : negatif (-) : terlihat
adanya penyebaran yang berwarna putih seperti akar hanya pada bekas
tusukan inokulasi. Positif (+) : terlihat adanya penyebaran yang berwarna putih
seperti akar disekitar inokulasi. Hal ini menunjukan adanya pergerakan dari bakteri
yang diinokulasikan, yang berarti bahwa bakteri ini memiliki flagel (Burrows et al.,
2004).
Gambar 3.3 Hasil Uji Mikromorfologi

Hasil uji mikromorfologi yaitu isolat tersebut memiliki bentuk sel yaitu
batang dan termasuk bakteri gram negatif. Anggota dari famili Enterobacteriaceae
adalah bakteri Gram negatif fakultatif anaerobik berbentuk batang yang dapat
bersifat motil atau non motil; strain bakteri motil mempunyai flagela peritrik
(Taringan, 1988).

Gambar 3.4 Hasil Uji Oksidase


Hasil uji oksidase yaitu positif yang ditandai dengan terjadi perubahan
warna menjadi biru kehitaman. Reaksi awal oksidasi suatu substrat oleh jasad renik,
hidrogen dipindahkan dari substrat itu oleh enzim khusus yaitu dehidrogenase.
Melalui kerja enzim pernafasan, kemudian atom hidrogen itu dibawa ke penerima
terakhir. Sebagai penerima atom H dan elektron terakhir adalah zat warna atau
indikator oksidasi-reduksi. Zat warna akan tereduksi dan berubah warna (Adam,
2001).
Gambar 3.5 Hasil Uji Katalase

Hasil uji katalase yaitu negatif yang ditandai dengan tidak terbentuknya
gelembung gas setelah isolat ditetesi reagen katalase (H2O2). Hal tersebut
menunjukkan bahwa bakteri tidak mengandung hidrogen peroksida yang diurai oleh
enzim katalase (Adam, 2001).

Gambar 3.6 Hasil Uji Protease


Hasil uji protease yaitu positif yang ditandai dengan terbentuknya zona
jernih di sekitar koloni. Hal tersebut menunjukkan bahwa bakteri dapat
menggunakan protein yang terdapat pada medium sebagi sumber nutrisi. Semua
bakteri mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai
enzim protease ekstraseluler. Dekomposisi protein oleh mikroorganisme lebih
kompleks daripada pemecahan karbohidrat dan produk akhirnya juga lebih
bervariasi. Hal ini disebabkan struktur protein yang lebih kompleks. Mikroorganisme
melalui suatu sistem enzim yang kompleks, memecah protein menjadi senyawa-
senyawa yang lebih sederhana (Durham et al., 1987).
Gambar 3.7 Hasil Uji Urease

Hasil uji urease yaitu positif yang ditandai dengan medium berubah warna
menjadi merah muda. Media urea berisi indikator phenol red. Interpretasi hasil :
negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna media menjadi pink/merah jambu, artinya
kuman tidak memecah urea membentuk amoniak. Positif (+) : terjadi perubahan
warna media menjadi pink/merah jambu, artinya kuman memecah urea membentuk
amoniak (Lim, 2006).

Gambar 3.8 Hasil Uji Indole

Hasil uji indole yaitu positif yang ditandai dengan terbentuknya cincin
merah di atas permukaan media. Adanya indol dapat diketahui dengan penambahan
reagen Ehrlich/Kovacs yang berisi paradimetil amino bensaldehid. Interpretasi hasil
: negatif (-) : Tidak terbentuk lapisan cincin berwarna merah pada permukaan biakan,
artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari triptophan sebagai sumber karbon.
Positif (+) : Terbentuk lapisan cincin berwarna merah pada permukaan biakan,
artinya bakteri ini membentuk indol dari triptophan sebagai sumber karbon (Cowan,
2004).
Gambar 3.9 Hasil Uji MR dan VP

Hasil uji MR yaitu positif yang ditandai dengan medium berubah warna
menjadi merah. Uji ini digunakan untuk mengetahui adanya fermentasi asam
campuran (metilen glikon). Interpretasi hasil : negatif (-) : Tidak terjadi perubahan
warna media menjadi merah setelah ditambah methyl red 1%. Positif (+) : Terjadi
perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan methyl red 1%. Artinya
bakteri menghasilkan asam campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa
yang terkandung dalam media MR (Cowan, 2004). Sedangkan hasil uji VP yaitu
negatif yang ditandai dengan tidak terjadi perubahan warna pada medium. Hal
tersebut menunjukkan jika hasil akhir fermentasi bakteri adalah bukan asetil metil
karbonil. Uji ini digunakan untuk mengetahui pembentukan asetil metil karbinol
(asetoin) dari hasil fermentasi glukosa. Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadi
perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan naphtol 5% dan KOH
40%. Positif (+) : terjadi perubahan warna media menjadi merah setelah ditambahkan
naphtol 5% dan KOH 40%, artinya hasil akhir fermentasi bakteri adalah asetil
metil karbinol (asetoin) (Colome, 2001).
Gambar 3.10 Hasil Simon Sitrat

Hasil uji simon sitrat yaitu positif yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna medium menjadi biru. Hal tersebut menunjukkan bahwa bakteri
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon. Media Simons citrat berisi indikator
BTB (Brom Tymol Blue). Apabila bakteri menggunakan sitrat sebagai sumber
karbon maka media berubah menjadi basa dan berubah warna menjadi biru (Colome,
2001).

Gambar 3.11 Hasil Gula

Hasil uji gula yaitu negatif yang ditandai dengan tidak terbentuknya
gelembung gas dan tidak terjadi perubahan warna pada medium. Masing-masing gula
gula ditambahkan indikator phenol red. Interpretasi hasil : negatif (-) : tidak terjadi
perubahan warna media dari merah menjadi kuning, artinya kuman tidak
memfermentasi gula. Positif (+) : terjadi perubahan warna media dari merah menjadi
kuning. Perbenihan gula-gula digunakan untuk melihat adanya pembentukan asam
yaitu dengan adanya perubahan warna indikator (merah fenol atau biru bromtimol)
yang terdapat dalam perbenihan menjadi kuning yang sebelum ditanami berwarna
merah (indikator merah fenol) atau berwarna biru (indikator biru bromtimol) serta
untuk pembentukan gas, yaitu dengan terlihatnya udara di dalam tabung
peragian/fermentasi (tabung durham) (Adam, 2001).

Gambar 3.12 Hasil H2S


Hasil uji H2S yaitu positif yang ditandai dengan terbentuknya warna hitam di
dasar medium dan terdapat gelembung gas. Endapan hitam pada media menandakan
bahwa bakteri memiliki enzim desulfurase. Enzim tersebut digunakan menghidrolisis
asam amino dengan gugus samping SH sehingga akan menghasilkan H2S yang
bereaksi dengan FeSO4 danmembentuk endapan hitam FeS (Adam, 2001).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktkum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan yaitu


langkah-langkah atau tahapan dalam karakterisasi bakteri, yaitu secara morfologi,
biokimiawi, dan enzimatis adalah dengan melakukan uji makromorfologi, uji
motilitas, uji mikromorfologi, uji enzimatis yang meliputi uji katalase, uji oksidase,
uji protease, dan uji urease, serta uji secara biokimiawi yaitu meliputi uji IMViC, uji
gula, dan uji produksi H2S.

B. Saran

Diharapkan praktikan lebih teliti dan cermat dalam melakukan praktikum dan
pengamatan hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

A. A. Faten, & Afaf, A. Y. 2013. Prevalence of E.coli O157:H7 in intestinal and


Urinary tract infection in children. International Journal of Advanced
Research. 1(8), pp. 111-120.
Adam, M. R. 2001. Microbiology of Fermented Food . New York : Elsivier Applied
Science Publisher, Ltd.
Burrows, W., J. M. Moulder, & R. M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology.
Philadelphia : Saunders Company.
Capuccino, J. G. & Sherman, N. 1992. Microbiology a Laboratory Mannual.
Amerika : The Benjamin/Cumming public.
Colome, J. S. 2001. Laboratory Exercises in Microbiology. New York : West
Publishing Company.
Cowan, S. T. 2004. Manual for the Identification of Medical Fungi. London :
Cambridge University Press.
Durham, D. R., D. B Stewart, & E. J Stellwag. 1987. Nover alkaline and heat stable
serine proteases from alkalophilic Bacillus sp. strain GX6638. USA : Medline
Press.
Dwidjoseputro. 1954. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, Teknik Dan Prosedur
Dasar Laboratorium.Jakarta : PT Gramedia Pustaka.
Lehninger. 1995. Microbiology: a Laboratory Manual.Adison-Wesley. California :
Publishing company.
Lim.1998. Microbiology: a Laboratory Manual.Adison-Wesley. California :
Publishing company.
Lim, D. 2006. Microbiology. New York : McGraw-Hill.
Pelczar, M. J. & Chan, E. C. S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Rahmi, E., Dina, A., & Faisal, J. Isolasi Dan Identifikasi Genus Salmonella Dan
Shigella Dari Feses Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Di Pusat Reintroduksi
Orangutan, Jantho. Jurnal Medika Veterinaria. 8(1), pp. 5-8.
Taringan, J. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai