Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI

ORANG TEMPAT WAKTU

NAMA KELOMPOK 2 :

1) Mila Kurniawati (2014-36-055)


2) Irchamna Nurul Jannah (2014-36-051)
3) Fifin Eka Fitriyanti (2014-36-066)
4) Sudarsih (2014-36-028)
5) Desy Safitri (2014-36-056)
6) Restu Oktaviana (2014-36-030)
7) Raysha Dheamalia Muchtar (2014-36-057)
8) Dwi Aprida (2014-36-
KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
mana atas karunia dan hidayah-Nya pembuatan makalah ini selesai tepat pada waktunya. Tugas
makalah ini di buat untuk memberikan penjelasan tentang konsep dasar epidemiologi.

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Sistem Informasi
Kesehatan 3 yang diajukan oleh Ibu Deasy Rosmaladewi, Kesempatan kali ini kami
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang ikut membantu
baik secara langsung maupun tak langsung.

Kami sadar makalah ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangaun dan demi kesepurnaan makalah ini. Kami
mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 09 Maret 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................0

KATA PENGANTAR.............1

DAFTAR ISI............2

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................3

1. Latar Belakang Masalah.........3


2. Rumusan Masalah..........4
3. Tujuan makalah..........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................5

1. Pengertian epidemiologi.............................................................................................5
2. Tujuan epidemiologi...................................................................................................5
3. Ciri-ciri epidemiologi ................................................................................................5
4. Pola variabel segitiga epidemiologi............................................................................6

BAB III PENUTUP.........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 3 kata dasar yaitu Epi
yang berarti Tentang, Demos yang berati Penduduk dan kata terakhir adalalah Logos
yang berarti Ilmu Pengetahuan. Jadi Epidemiologi adalah Ilmu yang Mempelajari tentang
Penduduk.
Sedangkan dalam pengertian modern pada saat ini Epidemiologi adalah : Ilmu
yang mempelajari tentang Frekuensi dan Distribusi (Penyebaran) serta Determinan
masalah kesehatan pada sekelompok orang / masyarakat serta Determinannya (Faktor
factor yang Mempengaruhinya).
Epidemiologi dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Epidemiologi Deskriptif
Tentang distribusi berdasarkan siapa yang terkena (who), di mana (where),
when (kapan), atau man, place, time

b. Epidemiologi Analitik
Mempelajari hubungan sebab akibat
Eksperimental: dengan pemberian percobaan
Non eksperimental: tidak dengan pemberian percobaan
Dalam suatu penelitian epidemiologi salah satu metode yang digunakan untuk
memecahkan dan mengetahui kebenaran suatu masalah adalah dengan metode
epidemiologi deskriptif. Epidemiologi deskriptif menggambarkan distribusi penyakit
menurut variabel orang, tempat, dan waktu. Dalam penelitian deskriptif peneliti
mengadakan eksplorasi fenomena tanpa berusaha mencari hubungan antar-variabel
didalam fenomena tersebut.
2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan epidemiologi deskriptif ?
2) Apa tujuan epidemiologi deskriptif ?
3) Apa ciri ciri epidemiologi deskriptif ?
4) Variabel apa saja yang digunakan dalam epidemiologi deskriptif ?

3. Tujuan
1) Mengetahui definisi epidemiologi deskriptif.
2) Mengetahui tujuan epidemiologi deskriptif.
3) Mengetahui ciri ciri epidemiologi deskriptif.
4) Mengetahui variabel yang ada di epidemiologi deskriptif.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Epidemiologi Deskriptif


Epidemiologi Deskriptif adalah studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan
untuk menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan
menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdsarkan atribut & variabel
menurut segitiga epidemiologi (Orang, Tempat, dan Waktu).

Studi Deskriptif disebut juga studi prevalensi atau studi pendahuluan dari studi
analitik yang dapat dilakukan suatu saat atau suatu periode tertentu. Jika studi ini
ditujukan kepada sekelompok masyarakat tertentu yang mempunyai masalah kesehatan
maka disebutlah studi kasus tetapi jika ditujukan untuk pengamatan secara berkelanjutan
maka disebutlah dengan surveilans serta bila ditujukan untuk menganalisa faktor
penyebab atau risiko maupun akibatnya maka disebut dengan studi potong lintang atau
cross sectional.

2. Tujuan Epidemiologi Deskriptif


a. Untuk menggambarkan distribusi keadaan masalah kesehatan sehingga dapat
diduga kelompok mana di masyarakat yang paling banyak terserang.
b. Untuk memperkirakan besarnya masalah kesehatan pada berbagai kelompok.
c. Untuk mengidentifikasi dugaan adanya faktor yang mungkin berhubungan
terhadap masalah kesehatan (menjadi dasar suatu formulasi hipotesis).

3. Ciri ciri Epidemiologi Deskriptif


a. Bertujuan untuk menggambarkan.
b. Tidak terdapat kelompok pembanding.
c. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan atau semacam asumsi.
d. Hasil penelitiannya berupa hipotesis.
e. Merupakan studi pendahuluan untuk studi yang mendalam.
4. Pola Variabel Segitiga Epidemiologi (Orang, Tempat dan Waktu).
Frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan (khususnya penyakit) pada
umumnya bervariasi menurut karateristik orang (person), tempat (place) dan waktu
(time). Selain itu dalam kegiatan analisis epidemiologi membutuhkan kesadaran adanya
interaksi antara orang, temapat dan waktu dalam menimbulkan penyakit.

a. Orang (Person)

Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan,
golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.

1) Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan-


penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola
kesakitan atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah
apakah umur yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam
pengelompokan cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola
kesakitan atau kematian dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan
dengan pengelompokan umur pada penelitian orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan
yang kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi
seperti catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak
menjadi soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka
yang telah bersekolah.

2) Jenis Kelamin

Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih


tinggi dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria,
juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih
lanjut. Perbedaan angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis
kelamin atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena
berperannya faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum
minuman keras, candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan
berbahaya, dan seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita,
di Amerika Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas
untuk mencari perawatan. Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat
indikasi bahwa kecuali untuk beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian
untuk berbagai penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.

3) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan
angka kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan
seseorang. Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan,
pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal.
Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk
pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat
perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas
sosial.
Masalah yang dihadapi dilapangan ialah bagaimana mendapatkan indikator
tunggal bagi kelas sosial. Di Inggris, penggolongan kelas sosial ini didasarkan atas
dasar jenis pekerjaan seseorang yakni I (profesional), II (menengah), III (tenaga
terampil), IV (tenaga setengah terampil) dan V (tidak mempunyai keterampilan).
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis
pekerjaan tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara
kelas sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam
hubungan dengan umur, dan jenis kelamin.
4) Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui


beberapa jalan yakni :

a) Adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kesakitan


seperti bahan-bahan kimia, gas-gas beracun, radiasi, benda-benda fisik yang
dapat menimbulkan kecelakaan dan sebagainya.
b) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
c) Ada tidaknya gerak badan didalam pekerjaan; di Amerika Serikat
ditunjukkan bahwa penyakit jantung koroner sering ditemukan di kalangan
mereka yang mempunyai pekerjaan dimana kurang adanya gerak badan.
d) Karena berkerumun di satu tempat yang relatif sempit maka dapat terjadi
proses penularan penyakit antara para pekerja.
e) Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan
di tambang.

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak


dikerjakan di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, dan kanker. Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari
hubungannya dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh
variabel umur dan jenis kelamin.

5) Penghasilan

Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan


dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak
mempunyai cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya.
6) Golongan Etnik

Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan


genetika, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan -
perbedaan didalam angka kesakitan atau kematian.
Didalam mempertimbangkan angka kesakitan atau kematian suatu penyakit
antar golongan etnik hendaknya diingat kedua golongan itu harus distandarisasi
menurut susunan umur dan kelamin ataupun faktor-faktor lain yang dianggap
mempengaruhi angka kesakitan dan kematian itu.
Penelitian pada golongan etnik dapat memberikan keterangan mengenai
pengaruh lingkungan terhadap timbulnya suatu penyakit. Contoh yang klasik
dalam hal ini ialah penelitian mengenai angka kesakitan kanker lambung.
Didalam penelitian mengenai penyakit ini di kalangan penduduk asli di
Jepang dan keturunan Jepang di Amerika Serikat, ternyata bahwa penyakit ini
menjadi kurang prevalen di kalangan turunan Jepang di Amerika Serikat. Ini
menunjukkan bahwa peranan lingkungan penting didalam etiologi kanker
lambung.

7) Status Perkawinan

Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka


kesakitan maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda;
angka kematian karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua
sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak
kawin dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-
orang yang tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak
kawin lebih sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-
perbedaan dalam gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab
penyakit-penyakit tertentu.
8) Besarnya Keluarga

Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena
penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.

9) Struktur Keluarga

Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap kesakitan (seperti


penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu
keluarga besar karena besarnya tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal
berdesak-desakan didalam rumah yang luasnya terbatas hingga memudahkan
penularan penyakit menular di kalangan anggota-anggotanya; karena persediaan
harus digunakan untuk anggota keluarga yang besar maka mungkin pula tidak
dapat membeli cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia dan sebagainya.

10) Paritas

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan


kesehatan si ibu maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat
kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang
berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit
tertentu seperti asma bronchiale, ulkus peptikum, pilorik stenosis, dan seterusnya.
Tapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

b. Tempat (Place)

Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk


perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai
etiologi penyakit.

Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :

1) Batas daerah-daerah pemerintahan


2) Kota dan pedesaan
3) Daerah atau tempat berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, sungai, laut
atau padang pasir)
4) Negara-negara
5) Regional

Untuk kepentingan mendapatkan pengertian tentang etiologi penyakit,


perbandingan menurut batas-batas alam lebih berguna daripada batas-batas
administrasi pemerintahan. Hal-hal yang memberikan kekhususan pola penyakit di
suatu daerah dengan batas-batas alam ialah : keadaan lingkungan yang khusus seperti
temperatur, kelembaban, turun hujan, ketinggian diatas permukaan laut, keadaan
tanah, sumber air, derajat isolasi terhadap pengaruh luar yang tergambar dalam
tingkat kemajuan ekonomi, pendidikan, industri, pelayanan kesehatan, bertahannya
tradisi-tradisi yang merupakan hambatan-hambatan pembangunan, faktor-faktor
sosial budaya yang tidak menguntungkan kesehatan atau pengembangan kesehatan,
sifat-sifat lingkungan biologis (ada tidaknya vektor penyakit menular tertentu,
reservoir penyakit menular tertentu, dan susunan genetika), dan sebagainya.
Pentingnya peranan tempat didalam mempelajari etiologi suatu penyakit menular
dapat digambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang akan diuraikan
nanti.

Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan,


faktor-faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang
perlu diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola
penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri.

Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan
penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di
sekitarnya.
Peranan migrasi atau mobilitas geografis didalam mengubah pola penyakit di
berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin lancarnya perhubungan darat,
udara dan laut; lihatlah umpamanya penyakit demam berdarah.

Pentingnya pengetahuan mengenai tempat dalam mempelajari etiologi suatu


penyakit dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah dan pada
menyelidikan-penyelidikan mengenai kaum migran. Didalam memperbandingkan
angka kesakitan atau angka kematian antar daerah (tempat) perlu diperhatikan
terlebih dahulu di tiap-tiap daerah (tempat) :

Susunan umur
Susunan kelamin
Kualitas data
Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk.

Walaupun telah dilakukan standarisasi berdasarkan umur dan jenis kelamin,


memperbandingkan pola penyakit antar daerah di Indonesia dengan menggunakan
data yang berasal dari fasilitas-fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-
hati, sebab data tersebut belum tentu representatif dan baik kualitasnya.

Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain


mungkin berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :

1) Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
2) Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
3) Variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga, praktek higiene
(sanitasi) perorangan dan bahkan persepsi tentang sakit atau sehat.
4) Variasi administrasi termasuk faktor-faktor seperti tersedianya dan efisiensi
pelayanan medis, program higiene (sanitasi) dan lain-lain.
Banyaknya penyakit hanya berpengaruh pada daerah tertentu. Misalnya
penyakit demam kuning, kebanyakan terdapat di Amerika Latin. Distribusinya
disebabkan oleh adanya reservoir infeksi (manusia atau kera), vektor (yaitu Aedes
aegypty), penduduk yang rentan dan keadaan iklim yang memungkinkan suburnya
agen penyebab penyakit. Daerah dimana vektor dan persyaratan iklim ditemukan
tetapi tidak ada sumber infeksi disebut receptive area untuk demam kuning.

Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang
frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah dimana
terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi (endemic
goiter) di daerah yang kekurangan yodium.

c. Waktu (Time)

Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan


dasar didalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit
menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat
panjangnya waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka dibedakan :

1. Fluktuasi jangka pendek dimana perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa


jam, hari, minggu dan bulan.

Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi


keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau
minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).

Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :

a) Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau


hampir bersamaan.
b) Waktu inkubasi rata-rata pendek.

2. Perubahan-perubahan secara siklus dimana perubahan-perubahan angka


kesakitan terjadi secara berulang-ulang dengan antara beberapa hari, beberapa
bulan (musiman), tahunan, beberapa tahun. Perubahan secara siklus ini didapatkan
pada keadaan dimana timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau
kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa
tahun. Peristiwa semacam ini dapat terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada
penyakit bukan infeksi.

3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung dalam periode waktu


yang panjang, bertahun-tahun atau berpuluh tahun yang disebut secular trends.
BAB III
PENUTUP

Epidemiologi deskriptif adalah studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan


untuk menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat dengan
menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdsarkan atribut & variabel
menurut segitiga epidemiologi (Orang, Tempat, dan Waktu).
Pada epidemiologi deskriptif frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan
(khususnya penyakit) pada umumnya bervariasi menurut karateristik orang (person),
tempat (place) dan waktu (time).
1. Orang : Umur, Jenis kelamin, Kelas sosial, Jenis pekerjaan, Penghasilan,
Golongan etnik, Status perkawinan, Besarnya keluarga, Struktur keluarga,
Paritas.
2. Tempat
3. Waktu
DAFTAR PUSTAKA

http://aryindrawicaksono.blogspot.co.id/2011/08/pola-penyakit-variabel-orang-
tempat-dan.html

http://dindailma.blogspot.co.id/p/epidemiologi-deskriptif.html

Anda mungkin juga menyukai