Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

A. Candidiasis
Sinonim
Moniliasis, candidosis, thrush, candidomycosis.

Etiologi
Candida albicans (Monilia albicans, Oidium albicans) adalah yang
paling umum spesies pada manusia dan hewan.
C. albicans merupakan bagian dari flora normal dalam sistem
pencernaan manusia dan hewan, mukosa dan, kulit. Hal ini juga ditemukan di
tanah, pada tanaman, dan buah-buahan. Di habitat normalnya, Candida berbentuk
ragi. Pada jaringan yang terinfeksi, bisa menghasilkan hifa atau pseudohyphae
(filamen terdiri dari sel tunas memanjang yang tidak lepas dari sel induk).

Penyebaran geografis
Seluruh Dunia

Kejadian Pada Manusia


Kandidiasis adalah penyakit sporadis. Epidemi telah terjadi terutama di
kalangan bayi prematur di unit perawatan intensif; beberapa epidemi adalah
karena penggunaan larutan obat yang terkontaminasi atau pemberian cairan secara
parenteral. Kandidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah
infeksi jamur ragi dari genus Candida pada membran berlendir mulut. Infeksi
oportunistik yang umum dari rongga mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan
jamur yang berlebihan. Sariawan pada mulut bayi disebut kandidiasis, sementara
jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan candidosis atau
moniliasis. Kandidiasis yang sering disebut juga candidosis, trush, dan moniliasis
merupakan suatu keadaan patologis yang hanya menginfeksi jaringan kulit dan
mukosa. Infeksi Candida yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan

1
biasanya menyerang orang yang imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS
dan pasien transplantasi.

Kejadian Pada Hewan


Penyakit ini biasa ditemukan pada mamalia dan beberapa jenis
burung.

Penyakit pada manusia


Candida ditemukan sebagai komensal di saluran pencernaan dan
vagina dengan persentase tinggi pada individu sehat. Ruam popok dan cheilitis
(bibir luka) sering disebabkan oleh Candida. Pada orang dewasa, kandidiasis
selalu dikaitkan dengan melemahkan penyakit atau kondisi, seperti diabetes (yang
sangat disukai kandidiasis superfisial), AIDS, tuberkulosis, sifilis, kanker,
obesitas, dan lain-lain. Agen sering bertanggung jawab untuk intertrigo lipatan
kulit besar, balanitis, dan onikia dengan paronychia (terutama pada wanita yang
pekerjaannya sering membutuhkan rendam tangan mereka ke dalam air).

Penyakit pada hewan


Kandidiasis pada anak ayam, poults, dan unggas lainnya biasanya
sporadis. Epidemi wabah kadang terjadi, terutama di poults, dengan kematian
mulai dari 8% sampai 20%. Avian candidiasis adalah infeksi pernapasan bagian
atas. Pada burung muda terkadang memiliki jalur akut. Namun, penyakit ini
umumnya asimtomatik dan diagnosisnya terjadi postmortem lesi yang paling
sering ditemukan menyerupai susu yang lengket dan menempel ringan pada
mukosa. Pada burung dewasa, kandidiasis memiliki jalur yang kronis dan adanya
bahan nekrotik terakumulasi. Penyakit ini dimulai dengan memerah dan benturan
mukosa penis atau kloaka; lesi kemudian menjadi gangren dan sebagian penis
hilang.

2
Pengendalian dan penanggulangan
Kandidiasis neonatal dapat dicegah dengan merawat vagina.
Antimikotik dan antibiotik juga digunakan pada pasien yang menjalani
pengobatan berkepanjangan dengan antibiotik spektrum luas. Kateter plastik harus
dihindari. Sebagai preventif, kekurangan gizi harus dikoreksi, mengingat
kandidiasis itu terjadi dengan frekuensi yang lebih besar pada pasien dengan
kekurangan vitamin atau asupan makanan. Tindakan pengendalian yang
direkomendasikan jika terjadi wabah moniliasis di antara unggas termasuk
menghancurkan semua unggas sakit dan pemberian tembaga sulfat (1: 2.000) di
air minum dan nistatin (110 mg / kg) dalam pakan. Sampai saat ini tidak ada
vaksin.

B. Malaria
Etiologi
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa filum
Apicomplexa, genus Plasmodium yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles. Keempat spesies yang menginfeksi manusia adalah P. falciparum, P.
malariae, P. ovale, dan P. vivax.

Patogenesa

Setelah melalui jaringan hati P.Falciparum melepaskan 18-24


merozoit ke dalam sirkulasi. Merozoit yang di lepaskan akan masuk dalam sel
RES di limpa dan mengalami fagositosis di limpa akan menginvasi eritrosit.
Selanjutnya parasit berkembang biak secara aksesual dalam eritrosit. Bentuk
aseksual dalam eritrosit (EP) inilah yang bertanggung jawab dam patogenesis
terjadinya malaria pada manusia. Patogenesa malaria yang banyak di teliti adalah
patogenesis malaria yang di sebabkan oleh P.Falciparum.

3
a. Fase Aseksual

Fase Aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase
jaringan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak
membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merosot. Proses ini di sebut
skizogoni praeritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini,
skizon pecah dan merosot keluar dan masuk aliran darah, di sebut sporulasi. Pada
P.Vivax dan P.Ovale, sebagian sporozoit membentuk hipnosoit dalam hati
sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens.

Fase Eritrosit di mulai dalam merosot dalam darah menyerang


eritrosit membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizon-merozoit.
Setelah 2-3 generasi merosot infeksi sampai di temukannya parasit dalam darah
tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik di mulai dari
masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.

b. Fase Seksual

Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini


mengalami pematangan menjadi mikro dan makrogametosit dan terjadilah
pembuahan yang di sebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding
lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila ookista pecah, ribuan sporozoit di
lepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.

Patogenesis malaria ada 2 cara, yaitu :

1. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia.

2. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia
melalui transfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang
terinfeksi (kongenital).

4
Gejala

septikemia, gastroenteritis, sakit kepala, demam, menggigil, nyeri sendi,


muntah, anemia neolitik, penyakit kuning, hemoglobin dalam urin, kerusakan
retina, dan kejang-kejang.

Penanganan
Untuk pengobatan, obat antimalaria terdiri dari 5 jenis, antara lain :
1. Skizontisid jaringan primer yang membasmi parasit praeritrosit, yaitu
proguanil, Primetamin.
2. Skizontisid jaringan sekunder yang membasmi parasit eksoeritrosit, yaitu
primakuin.
3. Skizontisid darah yang membasmi parasit fase eritrosit, yaitu kina,
klorokuin, dan Amodiakuin.
4. Gametosid yang menghancurkan bentuk seksual. Primakuin adalah
gametosid yang ampuh bagi ke-4 spesies. Gametosid untuk P.vivax,
P.malariae, P.ovale adalah kina Klorokuin dan amodiakuin.
5. Sporontosid, mencegah gametosid dalam darah untuk membentuk ookista
dan Sporozoit dalam nyamuk anopheles, yaitu primakuin dan proguanil.

Sedangkan untuk pencegahan :


Metode yang di gunakan untuk mencegah malaria seperti obat-obatan,
penghapusan nyamuk dan pencegahan gigitan.

5
DAFTAR PUSTAKA

Acha, P. N dan B. Szyfres. 2003. Zoonoses and Communicable Disease Common


to Man and Animals. PAHO, Washington, D.C.

Acha, P. N dan B. Szyfres. 2001. Zoonoses and Communicable Disease Common


to Man and Animals. PAHO, Washington, D.C.

Aru W. S, B. Setiyohadi, I Alwi. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid.
Internal Publishing, Jakarta.

Setiyono, A. 2006. Chlamydiosis sebagai salah satu zoonosis di Indonesia.


Lokalkarya Nasional Penyakit Zoonosis, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai