BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
menangkap suara dengan telinga, secara sadar atau tidak, tanpa unsur
kekuatan atau kapasitas seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan.
kapasitas seseorang untuk menangkap suara dengan telinga secara sadar atau
kurang, dapat dipastikan dia tidak dapat mengungkapkan topik yang didengar
dengan baik.
Telinga adalah organ untuk mendengar. Saraf yang melayani indera ini adalah
saraf kranial kedelapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari tiga bagian,
yaitu telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam (Pearce, 2000). Telinga
luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Telinga
tengah berbentuk kubus dengan batas luar membran timpani, batas depan tuba
eustachius, batas bawah vena jugularis, batas belakang auditus ad antrum, kanalis
fasialis pars vertikalis, batas atas segmen timpani (meningen/otak), batas dalam
berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis,
9
10
promontorium. Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibular yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih,
gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho,2008). Pada
dengan disfungsi unsur sensorik telinga simetris (sel-sel rambut) atau struktur
telinga serat saraf koklear (Subekti, 2007). Menurut Potter dan Perry (2006)
neural.
koklea dan nervus auditorius. Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi
dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ Corti. Proses atrofi disertai
paling umum dari gangguan pendengaran, biasanya terjadi bertahap, bilateral, dan
11
biasanya menurun menjadi 50 sampai 8.000 Hz, progresif terjadi pada frekuensi 2-
Presbikusis adalah tuli saraf sensorineural frekuensi tinggi, terjadi pada usia
lanjut lebih dari 60 tahun (Soepardi dan Iskandar, 2000). Sedangkan menurut
yang berkaitan dengan penuaan, mengenai lebih dari sepertiga orang yang berusia
di atas 75 tahun dan mungkin disebabkan oleh hilangnya sel rambut dan neuron
secara bertahap dan kumulatif. Presbikusis terjadi simetris kiri dan kanan, dapat
dimulai pada frekuensi 100 Hz atau lebih (Soepardi dan Iskandar, 2000).
tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat
dengan latar belakang yang riuh (coctail party deafness). Bila intensitas suara
ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini disebabkan oleh faktor
lansia dengan presbikusis adalah kapasitas lansia untuk menangkap suara dengan
telinga yang mengalami penurunan secara sensori neural pada usia 60 tahun atau
lebih, terjadi secara bertahap, bilateral dan kumulatif yang ditandai dengan
50-8.000 Hz.
12
jenis yaitu :
a. Presbikusis sensorik
Lesi terbatas pada koklea, atrofi pada organ Corti, jumlah sel-sel rambut
b. Presbikusis neural
presbikusis
Getaran suara dihantarkan lewat liang telinga dan telinga tengah ke telinga dalam
(Adams et al,1994).
dari tiga jenis sel pada stria vaskularisasi kaya mitokondria dan memiliki luas
permukaan yang sangat besar dibandingkan dengan volume sel. Stria merupakan
suatu sistem transport cairan dan elektrolit yang dirancang secara unik. Stria
cairan endolimfe (tinggi kalium, rendah natrium) dan sebagai baterai kedua untuk
organ Corti. Stria juga merupakan sumber potensi arus searah (80 milivolt) dari
Stria vaskularisasi merupakan suatu adaptasi yang unik dimana dapat menyuplai
organ Corti dari jarak tertentu, dengan demikian memperbaiki rasio sinyal-bising
pada organ Corti. Terdapat sekitar 30.000 neuron aferen yang mensyarafi 15.000
sel rambut pada tiap koklea. Masing-masing sel rambut dalam disarafi oleh
banyak neuron. Hanya persentase kecil (skitar 10 persen) neuron aferen yang
sedemikian rupa sehingga tiap neuron aferen berasal dari banyak sel rambut luar
dan tiap sel rambut luar dipersyarafi oleh banyak neuron aferen.
Sekitar 500 serabut saraf eferen yang mencapai tiap koklea. Serabut-serabut ini
bercabang pula secara ekstensif sehingga tiap sel rambut luar memiliki banyak
14
ujung saraf eferen. Ujung-ujung saraf eferen dari sel rambut luar tidak seluruhnya
berasal dari satu serabut saraf eferen. Serabut-serabut saraf koklearis berjalan
menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis. Sebagian besar serabut dari inti
melintasi garis tengah dan berjalan naik menuju kolikulus inferior kontralateral,
serabut saraf vestibularis berjalan menuju salah satu dari keempat inti
vestibularis, dan dari sana disebarkan secara luas dengan jaras-jaras menuju
degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ Corti. Proses atrofi disertai
dengan perubahan vaskular juga terjadi pada stria vaskularis. Selain itu terdapat
pula perubahan, berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan
saraf. Hal yang sama juga terjadi pada myelin akson saraf (Soepardi dan Iskandar,
2000).
15
dipengaruhi juga oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat
dengan pertambahan usia, terpajan suara bising, diet tinggi kolesterol, hipertensi,
pasien ditentukan oleh motivasinya, karena itu adalah penting bila pasien
Komunikasi adalah masalah proses dinamik antara dua orang atau lebih, maka
dari terapi dapat terbukti bermanfaat. Membaca gerak bibir dan latihan
pasien untuk dapat berinteraksi lebih efektif dengan lingkungannya (Adams et al,
1994).
biasanya dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid) dan
implan koklear. Alat bantu dengar dapat meningkatkan volume suara yang
Pada penderita tuli berat dilakukan pemasangan implan koklear. Alat ini dipasang
melalui pembedahan, yang merangsang saraf auditorius, yang terdiri atas satu
buah mikrofon eksternal, satu buah transmiter, dan satu penerima yang diimplan.
Transmiter tersebut menerima sinyal dari mikrofon dan mengirim sinyal tersebut
sepanjang kabel yang diimplan ke saraf (Adams et al, 1994). Namun, tidak semua
17
pasien mampu membeli alat bantu dengar dan melakukan implan koklear karena
Perlu adanya upaya untuk mengatasi penurunan fungsi atau degenerasi pada
bagian dalam berperan sebagai transduser, yaitu suatu alat yang dapat mengubah
suatu bentuk energi ke dalam bentuk lain. Telinga bagian dalam dapat mengubah
energi mekanik (suara) menjadi lonjakan listrik pada serat saraf (Ackerman dkk,
1988).
meningkatkan aliran darah pada stria vaskularis (baterai kedua organ korti) untuk
televisi dapat diperbesar, jam alarm yang menggoyangkan tempat tidur, atau
mengaktifkan cahaya kilat adalah alat-alat adaftif yang berguna. Cara inovatif lain
hidup adalah rekaman musik. Rekaman musik dengan frekuensi rendah putaran
Terapi musik adalah sebuah aktivitas terapeutik yang menggunakan musik sebagai
cetusan neural yang terorganisir dari kode-kode spasial temporal dalam wilayah
korteks. Pada fungsi otak, ditemukan bahwa belajar tentang nada pada dasarnya
Hasil penelitian Alfred Tomatis, yang menggunakan musik sebagai salah satu
memfasilitasi fungsi tertinggi (Higher Brain Function) dari otak (Djohan, 2009).
Hal ini didukung pula oleh teori plastisitas pendengaran dimana sistem
pendengaran. Contoh teori plastisitas korteks yaitu pada pemain musik , dimana
19
pada mereka terdapat peningkatan luas area auditorik yang terangsang oleh nada-
nada musik. Pemain musik juga memiliki serebelum yang lebih besar dari pada
mulai dari prosedur informasi hingga pengukuran tepat berstandar tinggi yang
melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer
a. Tes Penala
penala, seperti tes rinne, tes weber, tes schwabach, tes bing dan tes stenger.
1) Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan
terdengar disebut Rinne positif , bila tidak terdengar disebut Rinne negatif.
20
dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala (di vertex, dahi,
penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber
mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.
4) Tes Bing (tes Oklusi). Cara pemeriksaan : tragus telinga yang diperiksa
ditekan sampai menutup liang telinga, sehingga terdapat tuli kondusif kira-
yang ditutup, berarti telinga tersebut normal atau tuli saraf. Bila bunyi
pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras, berarti telinga tersebut
Misalnya pada seseorang yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua
depan telinga kiri dan kanan, dengan cara yang tidak kelihatan oleh yang
kedua digetarkan lebih keras dan diletakkan di depan telinga kiri (yang
pura-pura tuli). Apabila kedua telinga normal karena efek masking, hanya
telinga kiri yang mendengar bunyi, jadi telinga kanan tidak akan
mendengar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli, telinga kanan tetap
mendengar bunyi.
murni perlu dipahami hal-hal sperti ini, nada murni, bising NB (narrow band)
dan WN (white noise), frekuensi, intensitas bunyi, ambang dengar, nilai nol
22
audiometrik, standar ISO dan ASA, notasi pada audiogram, jenis dan derajat
3) Frekuensi adalah nada murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda
getaran per detik dinyatakan dalam hertz. Bunyi suara yang dapat
5) Ambang dengar adalah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi
tulang (BC). Bila ambang dengar ini dihubungkan dengan garis, baik AC
intensitas nada murni yang terkecil pada suatu frekuensi tertentu yang
masih dapat didengar oleh telinga rata-rata orang dewasa muda yang
dyne/cm2. Ditambah 2 standar yang dipakai yaitu standar ISO dan ASA.
Association.
10 dB ISO = 0 dB ASA
Contoh : 20 dB bukan dua kali lebih keras daripada 10 dB, tetapi : 20/10 =
yaitu dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara
(intensitas yang diperiksa : 250-4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna
8) Jenis dan derajat ketulian serta gap. Dari audiogram dapat dilihat apakah
Dapat dihitung ambang dengar hantaran udara (AC) atau hantaran tulang
(BC). Pada interprestasi audiogram harus ditulis : telinga yang mana, apa
menurut ISO :
0-25 dB : normal
Dari hasil pemeriksaan audiogram disebut ada gap apabila antara AC dan
audiometri, pada head phone telinga yang tidak diperiksa diberi suara
25
seperti angin (bising), supaya telinga yang tidak diperiksa tidak dapat
pendengaran yang mencolok bedanya dari telinga yang satu lagi. Oleh
bandnoise (NB) = masking audiometri nada murni dan white noise (WN) =
2.2.1 Pengertian
Musik bersumber dari kata muse, kata muse yang kemudian diambil alih ke dalam
sebagai bentuk renungan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, musik adalah
seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan
bahasa yang mengandung unsur universal, bahasa yang melintasi batas usia, jenis
Terapi musik terdiri dari dua kata yaitu terapi dan musik. Kata terapi
menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik
dan mental. Kata musik dalam terapi musik digunakan untuk menjelaskan
media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Djohan (2009)
menurut Bassano (2009) menyatakan musik adalah bentuk seni yang paling
berpengaruh terhadap pusat fisik dan jaringan saraf. Musik juga mempengaruhi
sistem saraf parasimpatis atau sistem saraf otonom, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Terapi musik terdiri dari kegiatan mencipta dan mengolah musik, menggunakan
berbagai instrument dan suara manusia, sebagai cara untuk membantu seseorang
Dr. Raynond Bahr, pemimpin lembaga jantung di rumah sakit St. Agnes,
klasik memiliki efek psikis yang sama dengan minum 10 miligram valium.
bahwa musik klasik bisa menenangkan kondisi psikis seseorang. Terapi musik
merupakan jenis terapi psikofisika yang berdampak langsung pada psikis maupun
fisik, dua aspek yang tak terpisahkan satu sama lain, sebab badan dan jiwa
27
merupakan satu kesatuan. Musik sejak lama sudah dianggap sebagai perangkat
Getaran udara (vibrasi) yang dihasilkan oleh alat musik mempengaruhi getaran
udara yang ada di sekeliling kita. Harmonisasi nada dan irama musik
mempengaruhi kesan harmoni di dalam diri. Jika harmoni musik setara dengan
sebaliknya jika harmoni musik tidak setara dengan irama internal tubuh, maka
Bunyi musik mengalir dalam gelombang elektromagnetik melalui udara dan dapat
diukur berdasarkan frekuensi dan intensitas bunyi. Frekuensi musik mengacu pada
tinggi rendahnya nada dan tinggi rendahnya kualitas suara yang diukur dalam
Hertz yaitu jumlah daur perdetik dimana gelombang bergetar. Frekuensi suara
yang dapat didengar oleh telinga normal manusia antara 20-20.000 Hertz (Guyton
merangsang jantung, otak, dan emosi. Sedangkan bunyi yang keluar dengan
yang keluar dari alat musik yang dimainkan oleh seseorang yang menguasai alat
musik, memiliki nada yang beraturan dan irama tertentu. Bunyi tersebut dikenal
28
dengan musik. Alunan suara yang terdengar oleh telinga manusia ternyata mampu
dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya. Musik memiliki kekuatan
untuk mengobati penyakit dan ketidakmampuan yang dialami oleh setiap orang.
spiritual dari setiap individu karena musik memiliki beberapa kelebihan seperti
terapi musik dapat mengubah secara efektif ambang otak kita yang dalam keadaan
satu terapi non farmakologi dengan munggunakan musik dan aktivitas musik
untuk mengatasi masalah dalam aspek fisik, psikologis, emosi, kognitif, dan
kebutuhan sosial seseorang. Dalam hal ini musik sangat mempengaruhi sistem
saraf parasimpatis atau sistem saraf otonom, baik secara langsung maupun tidak
pendengaran. Di kalangan pemain musik, suara yang terlalu keras dan terus
tinnitus atau telinga berdenging. Karena itu jika ingin mendapat manfaat dari
bermain musik, pastikan suaranya tidak terlalu keras dan ada cukup waktu bagi
Terapi musik untuk pasien presbikusis sebaiknya diberikan dalam frekuensi 50-
8.000Hz, sesuai dengan frekuensi yang menurun pada lansia, dengan intensitas 55-
70 dB, karena intensitas percakapan normal 60-70 dB dan nilai ambang batas
intensitas kebisingan adalah 85 dB (Arnon dalam Sari, 2006). Hal ini didukung
pula oleh pernyataan Sherwood (2001) beberapa otot halus telinga tengah akan
berkontraksi secara reflek sebagai respon terhadap suara keras lebih dari 70 dB,
didengarkan pada jarak 1-2 meter dari telinga pasien (Arnon dalam Sari, 2006).
Jenis musik yang tepat sebagai terapi sebaiknya yang sederhana, menenangkan,
dan mempunyai tempo yang teratur. Musik jazz yang rumit dan heavy rock bukan
merupakan pilihan yang cocok. Musik yang baik dan cocok untuk pendengaran
pasien presbikusis adalah jenis musik klasik. Menurut Sudargo, (2012) seorang
musisi dan pendidik mengatakan dasar-dasar musik klasik secara umum berasal
dari ritme denyut nadi manusia, sehingga ia berperan besar dalam perkembangan
otak, pembentukan jiwa, karakter bahkan raga manusia. Suatu jenis musik yaitu
jenis musik klasik mengandung komponen nada berfluktuasi antara nada tinggi
Musik klasik merupakan istilah luas yang biasanya mengacu pada musik yang
dibuat atau berakar dari tradisi kesenian Barat, musik kristiani, dan musik
orkestra. Musik klasik memiliki perangkat musik yang beraneka ragam, sehingga
Variasi bunyi pada musik klasik jauh lebih kaya daripada variasi bunyi musik
30
yang lainnya, karena musik klasik meyediakan variasi stimulasi yang sedemikian
luasnya bagi pendengar. Musik klasik memiliki keunggulan akan kemurnian dan
musik klasik merangsang pendengaran dan memberi rasa nyaman tidak saja di
telinga tetapi juga pada jiwa yang mendengarnya. Ketukan untuk musik klasik
Peneliti tertarik menggunakan jenis musik klasik tradisional Bali jenis rindik
dalam penelitian ini karena jenis musik ini sudah familiar bagi masyarakat Bali
dan memiliki alunan suara yang khas dan tidak menimbulkan kebisingan, sesuai
dengan yang dibutuhkan pasien lansia yang mengalami presbikusis. Bunyi yang
dihasilkan alat musik rindik adalah bunyi-bunyi alam. Apabila dimainkan secara
apik dan rapi musik rindik akan menghasilkan suara yang merdu, indah, dan
harmonis yang dapat membuat pecinta rindik menikmati ketenangan apabila benar-
Musik rindik merupakan sebuah alat musik tradisional Bali yang terbuat dari
bambu yang berlaraskan slendro yang terdiri dari 5 nada (ndang, nding, ndong,
ndeng, ndung). Rindik terdiri dari sebuah badan (disebut dengan bumbung) dan
sumber bunyinya berasal dari don atau bilah bambu yang setengah berlubang
biasanya berjumlah 11 hingga 12 bilah dalam satu bumbung. Paling kiri pada
posisi kita memainkannya, bilah bambu terlihat sangat panjang dan lebar, namun
makin ke kanan, bilah bambu semakin pendek dan mungil. Bila dipukul dari kiri
ke kanan maka akan menghasilkan nada dari rendah semakin tinggi. Bagian musik
31
rindik ada satu yang dipasang sedikit lebih tinggi dari yang lainnya, inilah yang
Rindik dimainkan dengan dua atau tiga pemukul, satu dipegang di tangan kiri, dan
satu atau dua di tangan kanan. Biasanya tangan kiri membawa melodi dan tangan
kanan memainkan pola yang saling menciptakan konfigurasi antara dua bagian
kanan (Suryanatha, 2013). Permainan dari pada rindik lebih menekankan sistem
Ketukan dalam alat musik rindik tergantung dari jenis musik yang dimainkan,
biasanya untuk rindik dari bambu dengan 11 bilah dengan iringan biasa
merupakan salah satu terapi non farmakologi dengan menggunakan musik dan
aktivitas musik klasik rindik yang merupakan musik tradisional Bali yang terbuat
dari bambu berjumlah 11-12 bilah, yang berlaraskan slendro terdiri dari 5 nada
dengan ketukan dimulai dari 30 ketukan / menit, untuk mengatasi masalah aspek
Musik sebagai gelombang suara diterima dan dikumpulkan oleh daun telinga
timpani bersama rantai osikule dengan aksi hidrolik dan mengungkit, energi bunyi
cair perilimfe dan endolimfe, setelah itu getaran diteruskan hingga organ Corti
32
dalam koklea dimana getaran akan diubah dari sistem konduksi ke sistem saraf
Impuls elektris musik masuk melalui saraf dari ganglion spiralis corti menuju ke
nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak pada bagian atas medulla.
Pada titik ini semua sinaps serabut dan neuron tingkat dua diteruskan terutama ke
sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior.
inferior, tempat semua atau hampir semua serabut ini berakhir. Setelah itu impuls
terutama terletak pada girus superior lobus temporalis (Adams et al, 1994).
kehilangan pendengaran pada pasien lainnya, hal ini dapat menyebabkan masalah
mudah frustasi, depresi dan menarik diri dari lingkungan (introvert), merasa
emosi.
secara psikis. Jika vibrasi dan harmoni musik yang digunakan tepat, pendengar
akan merasa nyaman. Jika pendengar merasa nyaman ia akan merasa tenang. Jika
Musik dalam bidang kedokteran memiliki hubungan sejarah yang erat dan
panjang. Sejak zaman Yunani kuno musik digunakan sebagai sarana untuk
mengobati penyakit dan ketidakmampuan yang dialami oleh setiap orang. Ketika
spiritual dari setiap individu karena musik memiliki beberapa kelebihan seperti
terapi musik dapat mengubah secara efektif ambang otak kita yang dalam keadaan
stres menjadi fisiologis lebih adaptif. Musik memiliki sifat yang universal dan
sangat mudah diterima oleh organ pendengaran dan tidak dibatasi pula oleh fungsi
intelektual. Pada sistem saraf otonom yang berisi saraf simpatis dan parasimpatis,
musik dapat memberikan rangsangan pada kedua sistem saraf tersebut untuk
Dr. Baroody menyatakan bahwa ada musik acid (asam) dan alkaline (basa).
Musik yang menghasilkan acid di antaranya adalah hard rock dan rap, yang
membuat seseorang merasa marah, bingung, mudah terkejut atau tidak bisa
musik klasik yang lembut, musik instrumental, meditatif, apa yang membuat
34
seseorang merasa rileks, puas dan bahagia. Suara yang harmonis, termasuk musik
alkaline, mensinkronkan sistem saraf, organ tubuh dan kelenjar kita. Penelitian
tubuh dengan menyerap pasang surutnya gelombang emosi tubuh kita. Musik
menguatkan kita secara fisik dan emosional. Musik memberi kita kedamaian dan
harapan serta cinta, dan lebih daripada yang lain, kita memerlukan sifat-sifat yang
sangat manusiawi itu untuk menjaga kesehatan sistem kekebalan tubuh kita
Hasil penelitian Chunagi (1996) dan Siegel (1999) yang didasarkan atas teori
neuron (sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan bahwa neuron akan
menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan,
Musik juga berperan dalam proses pematangan hemisfer otak kanan, walaupun
berpengarauh ke hemisfer kiri oleh karena adanya corpus collosum sebagai cross-
over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras
seseorang. Hal ini didukung pula oleh teori plastisitas pendengaran dimana sistem
pendengaran. Contoh teori plastisitas korteks yaitu pada pemain musik , dimana
pada mereka terdapat peningkatan luas area auditorik yang terangsang oleh nada-
35
nada musik. Pemain musik juga memiliki serebelum yang lebih besar dari pada
Penelitian lain mengatakan musik di kalangan tuna netra juga memiliki pengaruh
mempengaruhi beberapa sistem tubuh seperti : sistem imun, sistem saraf, sistem
(Muhammadi, 2012).
Getaran suara musik yang merupakan rangsangan elektris dihantarkan lewat liang
telinga dan telinga tengah ke telinga dalam melalui stapes, menimbulkan suatu
suara musik tersebut. Bila suara musik frekuensi tinggi mengaktivasi membran
basilaris di dekat basis koklea, dan bila frekuensi rendah akan mengaktivasi
pendengaran pada lobus temporalis (Adams et al, 1994). Pada sisi lain oleh
36
adanya rangsangan elektris tadi dapat menciptakan potensial aksi pada serabut-
serabut saraf pendengaran untuk meningkatkan aliran darah pada stria vaskularis
Penggunaan Terapi musik dapat dilakukan dalam berbagai cara, mulai dari
musik yang digunakan dan hasil yang diinginkan. Pada penentuan jenis musik
perlu perhatian yang cermat, musik yang digunakan dalam intervensi dicari musik
yang bersifat terapi yaitu memiliki irama yang teratur, pitch yang tidak ekstrim
atau dinamis serta bunyi melodi yang lembut dan mengalun-alun (Djohan, 2009).
kaset atau Compack Disk yang akan dibawa pulang oleh responden untuk
terapi musik seperti lagu-lagu relaksasi, lagu popular, maupun lagu atau musik
klasik. Musik dengan tempo konstan, melodi sederhana yang diulang secara
teratur, dan banyak ruang untuk masuknya frekuensi alami sangatlah penting.
menyenangkan karena jika tidak, hal itu tidak akan mendatangkan efek yang
37
2000).
Peneliti tertarik menggunakan jenis musik klasik tradisional Bali jenis rindik
dalam penelitian ini karena jenis musik ini sudah familiar bagi masyarakat Bali
dan memiliki alunan suara yang khas dan tidak menimbulkan kebisingan, sesuai
yang dianjurkan sekitar 50-8.000 Hz sesuai dengan frekuensi yang menurun pada
Musik klasik rindik diberikan pada intensitas 55- 70 dB, karena intensitas
percakapan normal 60-70 dB dan nilai ambang batas intensitas kebisingan adalah
85 dB (Arnon dalam Sari, 2006). Hal ini didukung pula oleh pernyataan Sherwood
(2001) beberapa otot halus telinga tengah akan berkontraksi secara reflek sebagai
respon terhadap suara keras lebih dari 70 dB, yang menyebabkan membran timpani
perangkat sensorik dari kerusakan. Suara musik didengarkan pada jarak 1-2 meter
c. Siapkan peralatan yang akan digunakan dan pastikan semua dalam keadaan
baik.