Disusun Oleh :
DEKA AULIA SEPTA YOFI PARMAR
260110160083
SHIFT C
II. Prinsip
Titrasi Kompleksometri
(Skoog, 2013).
Ion logam yang ada dalam larutan Zinc Oxide dititrasi langsung dengan
larutan Na2EDTA. Etilendiamin tetraasetat (EDTA) berperan sebagai titran yang
digunakan. EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan semua
logam kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Untuk deteksi titik akhir
titrasi digunakan indikator zat warna yang ditambahkan pada larutan logam pada
saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna
dengan sejumlah kecil logam. Pada titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan
EDTA) maka komples indikator logam akan pecah dan menghasilkan warna yang
berbeda. Indikator yang digunakan pada titrasi ini adalah indikator EBT
(Eriochrom Black T), yang akan menghasilkan perubahan warna dari ungu
menjadi biru.
(Valcarcel, 2000).
Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang
membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati
(Khopkar, 1990).
Titrasi Kompleksometri dapat digunakan untuk menguji kadar apapun.
Salah satunya adalah penentuan kadar kalsium. Prinsipnya adalah zat
pembentukan kompleks yang dipakai berupa garam Na EDTA yang dalam
titrasi dapat bereaksi dengan logam Ca dengan bantuan indicator murexid
pada pH 10 11 maka larutan tersebut berwarna merah sindur. Titik akhir
titrasi ditandai dengan perubahan warna dari merah muda rmenjadi merah
ungu (Miefthawati, 2013).
(Watson, 2009).
VI. Metode
6.1 Pembuatan Reagen
a. Larutan H2SO4 2 N
H2SO4 96% sebanyak 2,78 ml dimasukkan ke dalam beaker dan di
add hingga 50 ml
b. Dapar amonia pH 10 (FI IV)
Amonium klorida (NH4Cl) sebanyak 5,4 gram dilarutkan dalam 70 ml
larutan ammonium hidroksida (NH4OH) 5 M dan diencerkan dengan
aquades hingga 100 ml
c. Larutan NH4OH 5 M
NH4OH 25% diambil sebanyak 37 ml dan ditambahkan aquadest
hingga 100 ml
d. Indikator EBT 1% b/b (Modul)
Ditimbang EBT sebanyak 0,5 mg dan larutkan dalam 50 ml aquadest
e. Larutan ZnSO4.7H2O (FI IV)
ZnSO4 ditimbang sebanyak 1,44 gram dan dilarutkan dalam 100 ml
aquades dalam labu ukur
f. Larutan di-Na-EDTA 0,05 M
Ditimbang di-Na-EDTA sebanyak 0,93 gram lalu dilarutkan dalam
aquades 5 ml. Kemudian diad hingga 50 ml dalam botol coklat.
6.2 Pembakuan Larutan (FI IV)
a. Pembakuan di-Na-EDTA
Larutan ZnSO4. 7H2O 0,05 M sebanyak 100 ml dimasukkan ke dalam
gelas kimia. Ditambahkan 5 ml buffer salmiak dan dicek pH larutan.
Larutan tersebut diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Indikator EBT 1% ditambahkan sebanyak 1 ml kemudian
dititrasi dengan larutan di-Na-EDTA hingga terjadi perubahan warna
dari merah violet menjadi biru (lakukan secara triplo). Normalitas
dihitung.
6.3 Penentuan Kadar (Modul)
No Perlakuan Hasil
A. Larutan HCl 2 N
1 H2SO4 96% sebanyak 2,78 ml Didapatkan larutan H2SO4 2 N
dimasukkan ke dalam beaker dan di
add hingga 50 ml
C. Larutan NH4OH 5 M
1 NH4OH 25% diambil sebanyak 37 Didapatkan larutan NH4OH 5 M
ml dan ditambahkan aquadest hingga
100 ml
V1 : 7,6 ml
V2 : 7,5 ml
V3 : 8,0 ml
Vrata-rata : 7,7 ml
Vdi-Na-EDTA x Mdi-Na-EDTA = VZnSO4 x MZnSO4
7,7 ml x Mdi-Na-EDTA = 10 x 0,05
Mdi-Na-EDTA = 0,065 M
Penentuan Kadar Bahan Baku ZnO
V1 : 1,3 ml
V2 : 1,0 ml
V3 : 1,5 ml
Vrata-rata : 1,26 ml
%= x 100%
%= x 100%
% = 4,76 %
VIII. Pembahasan
Sebelum memulai pengujian, alat - alat yang akan digunakan harus dicuci
dan dikeringkan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar pada saat pengujian, tidak
ada kotoran dan zat - zat lain yang dapat mengganggu pengujian sehingga hasil uji
nya dapat akurat.
Pada percobaan uji pemeriksaan mutu ZnO oinment dibutuhkan larutan Na-
EDTA yang merupakan larutan baku sekunder dimana konsentrasinya tidak dapat
diketahui dengan cara menimbang zat kemudian melarutkannya untuk
memperoleh volum tertentu. Namun harus dibakukan terlebih dahulu dengan
larutan ZnSO4 yang merupakan larutan baku primer. Na-EDTA dititrasi dengan
ZnSO4 dengan menggunakan bantuan indikator eriochrome black T (EBT) untuk
penentuan titik akhir titrasi.
Jenis titrasi pada pemeriksaan bahan baku ZnO yang dilakukan adalah titrasi
komplesometri secara langsung, dimana ion logam yang ada dalam larutan
dititrasi langsung dengan larutan dinatrium-EDTA dengan menggunakan
indikator eriochrome black T (EBT).
Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada
pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian
sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks
dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah
spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu
harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan
diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu
harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada
titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke
kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara
indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah
diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM)
sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen.
Karena sampel merupakan sediaan salep, maka harus dilebur terlebih dahulu
hingga terbentuk 2 fase yaitu residu kuning dan residu putih. Kemudian, lelehan
salep tersebut dilarutkan dengan H2SO4 2N karena kelarutan ZnO yang praktis
tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, tetapi larut dalam asam mineral
encer dan dalam larutan alkali hidroksida. Kemudian untuk menetralkan kembali
larutan agar tidak terlalu asam, ditambahkan dapar salmiak sebagai pembasa.
Ketika campuran dinetralkan dengan NH4OH, larutan sampel perlahan-lahan
membentuk massa yang keruh dan tidak larut dalam air. Ion logam Zn diduga
berikatan dengan OH dari NH4OH membentuk Zn(OH)2 yang tidak larut dalam
air sehingga membentuk massa berwarna putih yang mengendap. Setelah
ditambahkan dengan buffer ammonia pH 10, massa putih yang terbentuk menjadi
hilang dan menjadi larutan bening. Hal ini terjadi karena ion NH3- dari NH4OH
mensubstitusi ion OH- sehingga ion hidroksida terlepas dan terbentuk Zn(NH3)2
yang larut dalam air.
Selama titrasi, ZnO akan berikatan dengan indikator EBT membentuk
kompleks logam indikator dan menghasilkan warna ungu. Ketika EDTA
ditambahkan ke dalam sistem maka terdapat reaksi yang kompetitif antara ion
logam bebas dan EDTA. Karena ikatan kompleks logam-indikator lebih lemah
dibandingkan kompleks kelat logam-EDTA maka EDTA mengkelat ion logam
bebas dan ion logam yang ada pada kompleks indikator logam. Ketika terjadi titik
akhir titrasi, EDTA membentuk kompleks dengan semua ion logam yang terdapat
di larutan. Dan warna indikator berubah dari warna ungu violet karena terbentuk
kompleks menjadi warna indikator yang terbebas dari logam yaitu warna biru. Na-
EDTA diberikan dan seketika warna berubah menjadi biru dan selang beberapa
menit warna kembali berubah menjadi seperti awal. Hal ini dapat terjadi karena
titran belum sepenuhnya berikatan dengan logam yang ada dan menjadi kurang
stabil seharusnya perubahan warna yang awalnya merah keunguan yang
disebabkan oleh EBT berikatan dengan logam pada saat diberikan EDTA logam
akan cenderung berikatan dengan EDTA dan melepaskan ikatanya dengan EBT
dan EBT akan mengeluarkan warna aslinya, yaitu biru
Pada saat titrasi, pH larutan harus tetap dijaga oleh karenanya diberikan
larutan dapar salmiak pH 10. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perubahan
warna indikator logam yang digunakan eriochrome black T (EBT) adalah
tergantung pada proses serah terima proton pada gugus asam sulfonat yang akan
menghasilkan perubahan warna yang berbeda pada pH tertentu. Oleh karenanya
dilakukan pemberian larutan dapar salmiak pH 10 agar perubahan warna dari
ungu menjadi biru tua (yang dijadikan sebagai titik akhir titrasi) dapat tercapai.
Selain itu, pH larutan dijaga agar tetap basa, dikarenakan kompleks EDTA akan
mencapai kestabilan dengan ion logam divalen (Zn2+ adalah logam divalen) pada
suasana basa atau sedikit asam. Selain itu fungsi dapar adalah untuk
mempertahankan pH dengan penambahan sedikit asam atau sedikit basa. Namun,
penambahan dapar salmiak tidak boleh terlalu banyak hingga menyebabkan
larutan sangat basa. Hal ini dikarenakan jika terlalu basa biasanya larutan akan
membentuk endapan dari logam yang bereaksi dan endapan ini didapat dari
bergesernya kesetimbangan ke arah kanan secara berlebihan dan membentuk
endapan sebagai produk secara berlebihan pula.
Dari titrasi pembakuan Na2EDTA, didapat hasil konsentrasinya adalah 0,065
M. Sedangkan volume hasil titrasi penetapan kadar adalah 1,0 ml; 1,3 ml; dan 1,5
ml dengan rata-rata volumenya 1,26 ml. D\-engan perhitungan, didapat banyak
ZnO dari sampel adalah 602,246 mg dan kadarnya 120,38%
Kadar yang didapat sebesar 4,76%. Hasil tersebut jauh dibawah dari kadar
ketika pembuatan salep. Salep yang digunakan sebagai sampel merupakan salep
dari praktikum teknologi formulasi dengan formula 200 gram ZnO untuk 1000
gram salep. Dari perhitungan ini, seharusnya kadar salep yang didapat adalah
20%. Ketidaksesuaian kadar ini dapat disebabkan karena beberapa hal seperti pH,
kualitas salep, dan pemanasan salep hingga meleleh.
Ketika pemanasan, lelehan sampel mulanya hanya berfase 1 yaitu putih.
Kemudian, setelah beberapa lama barulah residu kuning muncul residu kuning
merupakan fase yang mengandung ZnO. Diduga, sampel tidak dipanaskan dengan
cukup sehingga masih ada banyak ZnO yang belum terpisah dan tidak terhitung
ketika analisis.
Dan kemungkinan lain adalah pH dari larutan buffer. Setelah dicek kembali,
pH larutan buffer berubah menjadi 11. Semakin tinggi pH maka konsentrasi NH3
dari NH4OH menjadi lebih besar dan mempengaruhi kesetimbangan stoikiometri
sistem. EDTA yang diperlukan menjadi lebih banyak sehingga kadar akhir juga
menjadi lebih besar.
Faktor-faktor kesalahan yang mungkin menyebabkan ketidaksesuaian hasil
tersebut dengan pustaka adalah :
Sampel yang terlalu tua
Kurang teliti dalam penimbangan
Kesalahan dalam titrasi
Kurang teliti mengamati titik akhir titrasi
Titran yang sudah tidak bagus
IX. Kesimpulan
Science. Vol.63
Day, R.A, dan Underwood A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Penerbit erlangga
Nugroho, Papto. 2010. Massa Depan Cerah dari ZnO. Tersedia online di
http://tatok.staff.ugm.ac.id/?p=318 [Diakses tanggal 7 Oktober 2017)
Setyaningtyas. 2008. Molekul Potensi Humin Hasil Isolasi Tanah Hutan Damar
Baturraden Dalam Menurunkan Kesadahan Air. Jurnal Sains. Vol. 3. No. 2
: 77- 84
Suyata dkk. 2015. Penggunaan ESI LA Untuk Penentuan Ion Lantanum Secara
Titrasi Potensiometri Dengan EDTA. Tersedia online di
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Suyanta,%20M.Si.,%20Dr.
%20/Jurnal.UNY_.Titrasi.Pot_.pdf [Diakses tanggal 7 Oktober 2017].