Disusun Oleh
Kelas : AKT/1/B
Arafah 2017.62.000913
Maria 2017.62.000934
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan
Anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan tugas tentang Pengertian Diksi, Syarat
Ketepatan Diksi, dan Gaya bahasa dan Idiom ini.
Tugas ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah yaitu Bahasa
Indonesia. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bpk . Hadi Suwito
selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang sudah memberikan kepercayaan kepada
kami untuk menyelesaikannya.
Kami sangat berharap tugas kami dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan pembaca mengenai apa itu diksi dan cara penerapannya dalam komunikasi
sehari-hari yang baik dan benar. Kami pun menyadari bahwa di dalam tugas ini masih
terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikkan tugas yang dibuat saat ini dan kedepannya.
Mudah-mudahan tugas kami yang sederhana ini dapat dipahami oleh para pembaca. Dan
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Penyusun
2|Page
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................. 3
BAB I Pendahuluan
a. Latar belakang.................................................................................... 4
b. Rumusan masalah............................................................................... 4
c. Tujuan penulisan................................................................................. 4
BAB II Pembahasan
a. Pengertian Diksi 5
b. Syarat Ketepatan Diksi. 5-8
c. Gaya Bahasa dan Idiom 8-24
a. Kesimpulan......................................................................................... 25
b. Saran .................................................................................................. 25
Daftar Pustaka . 26
3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
4|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Dkisi adalah istilah yang di pakai dalam dunia sastra. Istilah diksi memiliki
bermacam-macam makna kata ataupun kalimat yang ada di dalam sastra . Diksi
biasanya di lakukan untuk membuat karya sastra menjadi lebih menarik, muda di
fahami, dan sesuai dengan apa yang di gambarkan pengarang sastra.
Singkatnya diksi di artikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras untuk
menyatakan dan mengungkapkan gagasan tertentu. Dalam KBBI (2002: 264) diksi di
artikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaanya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga di peroleh efek tertentu seperti yang di harapkan.
Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karang-mengarang, hal
tulis-menulis, serta tutur sapa.
Penggunaan serta pemilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna
bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan
menggunakan sejumlah kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan yang
tepat sehingga dapat berkomunikasi secara jelas dan efektif. Selain itu, adapun fungsi
diksi atau pemilihan kata :
1) Dapat menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
2) Agar tidak menimbulkan interpretasi antara penulis dan pembaca dengan
pembaca dan pendengar
3) Jika dalam pembuatan karya sastra, dapat melambangkan ekspresi yang ada
secara verbal (tertulis atau pun lisan) dan membentuk expresi yang tepat
sehingga pembaca dan pendengar senang.
5|Page
kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-
kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
6|Page
5) Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing, terutama kata-kata asing yang
mengandung akhiran asing tersebut.
Contoh : Sejarawan bukan sejarahwan.
7) Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Kata khusus lebih
tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum.
Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau
kelompok yang luas bidang lingkupnya.
Kata khusus adalah kata yang mengacu kepada pengarahan-
pengarahan yang khusus dan kongkret. Kata-kata yang konkret dan
khusus akan menyajikan lebih banyak informasi kepada para pembaca
dan juga memberi sugesti yang jauh mendalam sehingga tidak
menimbulkan salah paham.
Contoh :
Kata Umum : Melihat
Kata Khusus : Melotot, membelalak, melirik, mengintai, dan
mengamati.
7|Page
11) Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan
berhomografi.
Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna yang sama atau
mirip. Contoh : muka, paras, wajah, tampang.
Homofon adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan bunyi,
tetapi tulisan berbeda dan maknanya pun berbeda.
Contoh : Bank(tempatmenyimpan uang), bang(kakak laki-laki)
Homograf adalah kempok kata yang mempunyai kesaman huruf,
tetapi pengucapannya berbeda dan maknanya berbeda.
Contoh :
Teras (inti) dengan teras (halaman rumah),
Sedan (isak) dengan sedan (sejenis mobil).
Tahu (paham) dengan tahu (sejenis makanan).
8|Page
I. Jernis-jenis Gaya Bahasa
I. Segi Non Bahasa
Dilihat dari segi non bahasa, gaya bahasa sebagai hasil dari
bermacam-macam unsur sebagai berikut :
1) Berdasarkan Pengarang
Gaya yang disebut sesuai dengan nama
pengarang dikenal berdasarkan ciri pengenal yang
digunakan pengarang atau penulis dalam karangannya.
Seorang pengarang dapat mempengaruhi orang-orang
sejamannya atau pengikut-pengikutnya sehingga
membentuk sebuah aliran. Kita mengenal gaya Chairil
dan gaya Takdir
2) Berdasarkan Masa
Gaya bahasa yang didasarkan pada masa dikenal
dengan ciri-ciri tertentu yang berlangsung dalam satu
kurun waktu tertentu. Misalnya gaya lama, kaya klasik,
gaya sastra, gaya modern dan sebagainya.
3) Berdasarkan Medium
Gaya bahasa medium yang dimaksud dengan
medium adalah bahasa dalam arti alat komunikasi. Tiap
bahasa, karena struktur dan situasi sosial pemakainya,
dapat memiliki corak tersendiri. Sebuah karya yang
ditulis dalam bahasa Jerman akan memiliki gaya yang
berlainan, maupun bila ditulis dalam bahasa Indonesia,
Prancis atau Jepang.
4) Berdasarkan Subyek
Subyek yang menjadi pokok pembicaraan dalam
sebuah karangan dapat mempengaruhi pula gaya bahasa
karangan. Berdasarkan hal ini kita mengenal gaya
filsafat, ilmiah (hukum, teknik, sastra), popular, dan
didaktik.
5) Berdasarkan Tempat
Gaya ini mendapat namanya dari lokasi
geografis, karena ciri-ciri kedaerahan mempengaruhi
uangkapan atau ekspresi bahasanya. Ada gaya Jakarta,
gaya Jogja, ada yang Medan, maupun gaya Balikpapan.
6) Berdasarkan Hadirin
Seperti halnya dengan subyek, maka hadirin
atau jenis pembaca juga mempengaruhi gaya yang
9|Page
dipergunakan seorang pengarang. Ada gaya popular
atau haya demagog yang cocok untuk rakyat banyak.
Ada gaya sopan yang cocok untuk lingkungan istana
atau lingkungan yang terhormat. Ada pula gaya intim
(familiar) yang cocok dengan lingkungan keluarga atau
untuk orang yang akrab.
7) Berdasarkan Tujuan
Gaya berdasarkan tujuan memperoleh namanya
dari maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang, di
mana pengarang ingin mencurahkan gejolak emotifnya.
Ada gaya sentimental, gaya sarkastik, gaya diplomatis,
gaya agung atau gaya luhur, gaya tknis atau
informasional dan gaya humor.
10 | P a g e
dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan
resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka
yang diharapkan mempergunakannya dengan
baik dan benar. Seperti amanat kepresidenan,
pidato-pidato yang penting, dan lain-lain.
Gaya Sederhana
Gaya ini sangat cocok untuk memberi instruksi,
perintah, pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya.
Sebab itu untuk mempergunakan gaya ini secara
efektif, penulis harus memiliki kepandaian dan
pengetahuan yang cukup.
11 | P a g e
Gaya Mulia dan Bertenaga
Sesuai dengan namanya, gaya ini penuh dengan
vitalitas dan energi, dan biasanya dipergunakan
untuk menggerakkan sesuatu. Tidak hanya
menggunakan tenaga tetapi dapat juga
menggunakan nada keanggunan dan kemuliaan.
Gaya Menengah.
Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan
kepada usaha untuk menimbulkan suasana
tenang dan damai, karena tujuannya adalah
menciptakan suasana senang dan damai, maka
nadanya pun juga bersifat lemah-lembut, penuh
kasih sayang, dan mengandung humor yang
sehat.
Klimaks
Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat
yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam
gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan
fikiran yang setiap kali semakin meningkat
kepentingannya dari gagasan sebelumnya.
Contoh :
Kesengsaraan membuahkan kesabaran,
kesabaran pengalaman, dan pengalaman
harapan.
Antiklimaks
Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang
berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai
gaya bahasa merupakan suatu acuan yang
12 | P a g e
gagasannya diurutkan dari yang terpenting ke
gagasan yang kurang penting.\
Contoh :
Pembangunan lima tahun telah dilancarkan
serentak di Ibu kota negara, ibu kota-ibu kota
provinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa
diseluruh Indonesia.
Paralelisme
Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang
berusaha mencapai kesejajaran dalam
pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang
menduduki fungsi yang sama dalam bentuk
gramatikal yang sama. Kesejajaran itu juga
dapat berbentuk anak kalimat yang bergantung
pada sebuah induk kalimat yang sama.
Contoh :
Baik golongan yang tinggi maupun yang rendah,
harus diadili kalau bersalah.
Antitesis
Anitesis adalah sebuah gaya bahasa yang
menandung gagasan-gagasan yang bertentangan,
dengan mempergunakan kata-kata atau
kelompok kata yang berlawanan.
Contoh :
Mereka sudah kehilangan banyak dari harta
bendanya, tetapi mereka juga telah banyak
memperoleh keuntungan dari padanya.
Repetesi
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata,
kata atau bagian kalimat yang dianggap penting
untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai.
Contoh :
Atau maukah kau pergi bersama serangga-
serangga tanah, pergi bersama kecoak-kecoak,
pergi bersama mereka menyusupi tanah,
menyusupi alam?
13 | P a g e
D. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari
langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang
dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya
atau sudah ada penyimpangan.
Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini
biasanya disebut sebagai trope atau figure of speech.
Gaya bahasa yang disebut trope atau figure of speech
dalam uraian ini dibagi atas dua kelompok yaitu:
o Aliterasi
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa
yang berwujud perulangan konsonan
yang sama. Biasanya dipergunakan
dalam puisi, prosa, untuk perhiasan atau
untuk penekanan.
Contoh :
Keras-keras kerak kena air lembut juga.
o Asonansi
Asonansi adalah semacam gaya bahasa
yang berwujud pengulangan bunyi vokal
yang sama untuk memperoleh efek
penekanan atau sekedar keindahan.
Contoh :
Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak
tahu.
o Anastrof
Anostrof atau inversi adalah semacam
gaya retoris yang diperoleh dengan
pembalikan susunan kata yang biasa
dalam kalimat.
Contoh :
Pergilah ia meninggalkan kami melihat
perangainya. Bersorak-sorak orang ditepi
jalan memukul bermacam-macam bunyi-
14 | P a g e
bunyian melalui gerbang dihiasi bunga
dan panji berkibar.
o Apostrof
Apostrof adalah semacam gaya yang
berbentuk pengalihan amanat dari para
hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir
seperti orang-orang yang telah
meninggal, atau kepada sesuatu objek
yang abstrak.
Contoh :
Hai kamu dewa-dewa yang berada di
surga, datanglah dan bebaskanlah kami
dari belenggu pembebasan.
o Asindeton
Asindeton adalah gaya yang berupa
acuan, yang bersifat padat dan mampat
dimana beberapa kata, frasa, atau klausa
yang sederajat tidak dihubungkan dengan
kata sambung.
Contoh :
Dan kesesakan, kepedihan. Kesakitan,
seribu derita detik-detik penghabisan
orang melepaskan nyawa.
o Polisindeton
Polisindeton adalah suatu gaya yang
merupakan kebalikan dari asideton.
Beberapa kata, frasa atau klausa yang
berurutan dihubungkan satu sama lain
dengan kata sambung.
15 | P a g e
Contoh :
Dan ke manakah burung-burung yang
gelisah dan tak berumah dan tak
menyerah pada gelap dan dingin yang
bakal merontokkan bulu-bulunya?
o Kiasmus
Kiasmus adalah semacam acuan atau
gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian,
baik frasa atau klausa yang sifatnya
berimbang dan dipertentangkan satu
sama lain, tetapi susunan frasa atau
klausanya itu terbalik bila dibandingkan
dengan frasa atau klausa yang ada.
Contoh :
Semua sebaran kami sudah hilang,
lenyap sudah ketekunan kami untuk
melanjutkan usaha itu.
o Elipsis
Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud
menghilangkan suatu unsur kalimat yang
dengan mudah dapat diisi atau
ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau
pendengar, sehingga struktur gramatikal
atau kalimatnya memenuhi pola yang
berlaku.
Contoh :
Masihkah kau tidak percaya bahwa dari
segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu
sehat; tetapi psikis.
o Eufemismus
Euremismus artinya mempergunakan
kata-kata dengan arti yang baik atau
dengan tujuan yang baik yang berarti
tidak menyinggung perasaan orang lain.
Contoh :
Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah
mereka (mati)
16 | P a g e
o Litotes
Litotes adalah semacam gaya bahasa
yang dipakai untuk menyatakan sesuatu
dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh :
Kedudukan saya ini tidak ada artinya
sama sekali.
o Histeron Proteron
Histeron Proteron adalah gaya bahasa
yang merupakan kebalikan dari sesuatu
yang logis atau ebalikan dari sesuatu
yang wajar.
Contoh :
Jendela ini telah memberi sebuah kamar
padamu untuk dapat berteduh dengan
tenang.
o Perifrasis
Perifrasis adalah gaya yang mirip dengan
pleonasme, yaitu mempergunakan kata
lebih banyak dari yang diperlukan.
17 | P a g e
Contoh :
Ia telah beristirahat dengan damai
(meninggal).
18 | P a g e
menegaskan sesuatu, tetapi kemudia
memperbaikinya.
Contoh :
Sudah empat kali saya mengunjungi
daerah itu, ah bukan, sudah lima kali.
o Hiperbola
Hiperbola adalah semacam gaya bahasa
yang mengandung suatu pernyataan yang
berlebihan, dengan membesar-besarkan
suatu hal.
Contoh :
Kemarahanku sudah menjadi-jadi
hingga hampir-hampir meledak
aku.
Tawanya menggelegar hingga
membelah bumi.
o Paradoks
Paradoks adalah semacam gaya bahasa
yang mengandung pertentangan yang
nyata dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh :
Musuh sering merupakan kawan yang
akrab.
o Oksimoron
Oksimoron adalah suatu acuan
yang berusaha untuk menggabungkan
kata-kata untuk mencapai efek yang
bertentangan.
Contoh :
Keramah-tamahan yang bengis.
19 | P a g e
Maksudnya ia langsung menyatakan
sesuatu sama dengan hal yang lain.
Contoh :
Kikirnya sama kepiting batu
o Metafora
Metafora adalah gaya bahasa yang dibuat
dengan kalimat atau kata tidak berarti
sebenarnya tapi mewakili suatu kata atau
maksud lain yang didasari pada
perbandingan atau persamaan.
Contoh :
Usaha ayah Alfa bangkrut karena modal
yang digunakannya berasal dari
pinjaman lintah darat. Lintah darat disini
adalah renternir.
o Alusi
Alusi adalah semacam acuan yang
berusaha mensugestikan kesamaan
antara orang, tempat, atau peristiwa.
Biasanya, alusi ini adalah suatu referensi
yang eksplisit atau implisit kepada
peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau
20 | P a g e
tempat dalam kehidupan nyata, mitologi,
atau dalam karya-karya sastra terkenal.
Contoh :
Kartini kecil itu turut memperjuangkan
persamaan haknya.
o Eponim
Eponim adalah suatu gaya dimana
seseorang yang namanya begitu sering
dihubungkan dengan sifat-sifat tertentu,
sehingga nama itu dipakai untuk
menyatakan sifat itu.
Contoh :
Hercules dipakai untuk menyatakan
kekuatan ; Hellen dari Troya untuk
menyatakan kecantikan.
o Epitet
Epitet adalah semacam acuan yang
menyatakan suatu sifat atau ciri yang
khusus ciri yang khusus dari seseorang
atau sesuatu hal. Keterangan itu adalah
suatu frasa deskriptif yang menjelaskan
atau menggantikan nama seseorang atau
suatu barang.
Contoh :
Lonceng pagi untuk ayam jantan.
o Sinekdoke
Sinekdoke adalah suatu istilah yang
diturunkan dari kata yunani yang berarti
menerima bersama-sama. Sinekdoke
adalah semacam bahasa figuratif yang
mempergunakan sebagian dari sesuatu
hal untuk menyatakan keseluruhan atau
mempergunakan keseluruhan untuk
menyatakan sebagian.
Contoh :
Setiap kepala dikenakan sumbangan
sebesar Rp 1.000,-
o Metonimia
Metonimia adalah suatu gaya bahsa yang
mempergunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal lain, karena
mempunyai pertalian yang sangat dekat.
Contoh :
Saya minum satu gelas, ia dua gelas.
21 | P a g e
o Antonomasia
Antonomasia adalah merupakan sebuah
bentuk khusus dari sinekdoke yang
berwujud penggunaan sebuah epitela
untuk menggantikan nama diri, atau
gelar resmi.
Contoh :
Yang mulia tak dapat menghadiri
pertemuan ini.
o Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa
dimana sebuah kata tertentu
dipergunakan untuk menerangkan
sebuah kata, yang seharusnya dikenakan
pada sebuah kata yang lain.
Contoh :
Ia berbaring di atas sebuah bantal yang
gelisah (yang gelisah adalah manusianya,
bukan bantalnya)
22 | P a g e
o Sutire
Satire adalah ungkapan yang
menertawakan atau menolak sesuatu.
Sutire mangandung kritik tentang
kelemahan manusia. Tujuan utamanya
adalah agardiadakan perbaikan secara
etis maupun estetis.
o Inuendo
Inuendo adalah semacam sindiran
dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya.
Contoh :
Setiap kali ada pesta, pati ia akan sedikit
mabuk karena terlalu kebanyakan
minum.
o Antifrasis
Antifrasis adalah semacam ironi yang
berwujud penggunaan sebuah kata
dengan makna kebalikannya, yang bisa
saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau
kata-kata yang dipakai untuk menangkal
kejahatan dan sebagainya.
Contoh :
Lihatlah sang raksasa telah tiba
(maksudnya si cebol)
23 | P a g e
2.3.2. IDIOM
Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak
secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut
Badudu, idiom adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata
yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan
makna. Secara sederhana Idiom ungkapan kata adalah dimana gabungan kata
membentuk arti baru dan tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya.
Jadi dalam hal pemakaian kata ada kalanya kita perlu memperhatikan kata
berpasangan karena dua kata itu secara bersama dapat menciptakan ungkapan
indomatik.
24 | P a g e
BAB III
PENUTUP
Kesimpulannya :
Diksi adalah pemilihan pilihan kata yang tepat dan selaras untuk menyatakan dan
mengungkapkan gagasan tertentu
Diksi pun memiliki fungsi dalam sebuah komunikasi dan dalam pembuatan karya
tulis.
Dalam membuat sebuah karya pun kita harus memilih sebuah kata yang baik dan
benar dan disini kita bias mengetahui apa saja syarat ketepatan diksi tersebut
Gaya bahasa adalah penggunaan kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk
mengungkapkan perasaan serta pikiran dengan maksud tertentu.
Kita dapat mengetahui Gaya Bahsa baik dari segi non bahasa maupun segi bahasa.
Saran :
25 | P a g e
Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. Diksi dan gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. 2006
Mihardja, Ratih. Buku Pintar-Sastra Indonesia. Jakarta: Laskar Aksara,2012
Google
Wikipedia
KBBI
26 | P a g e