Anda di halaman 1dari 26

Pengertian Diksi, Syarat dan Ketepatan,

Gaya Bahasa Idiom


Mata kuliah : Bahasa Indonesia Ekonomi

Dosen Pengampu : Hadi Suwito, SE., MM

Disusun Oleh

Kelas : AKT/1/B

Arafah 2017.62.000913

Febri Rahmadan Asnur 2017.62.000924

Maria 2017.62.000934

JURUSAN AKUNTANSI MALAM


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BALIKPAPAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan
Anugerah dari-Nya kami dapat menyelesaikan tugas tentang Pengertian Diksi, Syarat
Ketepatan Diksi, dan Gaya bahasa dan Idiom ini.

Tugas ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah yaitu Bahasa
Indonesia. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bpk . Hadi Suwito
selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang sudah memberikan kepercayaan kepada
kami untuk menyelesaikannya.

Kami sangat berharap tugas kami dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan pembaca mengenai apa itu diksi dan cara penerapannya dalam komunikasi
sehari-hari yang baik dan benar. Kami pun menyadari bahwa di dalam tugas ini masih
terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikkan tugas yang dibuat saat ini dan kedepannya.

Mudah-mudahan tugas kami yang sederhana ini dapat dipahami oleh para pembaca. Dan
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Balikpapan, 30 September 2017

Penyusun

2|Page
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................................... 2

Daftar Isi.............................................................................................................. 3

BAB I Pendahuluan

a. Latar belakang.................................................................................... 4
b. Rumusan masalah............................................................................... 4
c. Tujuan penulisan................................................................................. 4

BAB II Pembahasan

a. Pengertian Diksi 5
b. Syarat Ketepatan Diksi. 5-8
c. Gaya Bahasa dan Idiom 8-24

BAB III Penutupan

a. Kesimpulan......................................................................................... 25
b. Saran .................................................................................................. 25

Daftar Pustaka . 26

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi manusia di seluruh negara, karena dengan


bahasa kita dapat berinteraksi dengan orang lain sesuai lingkungan sekitar .
Terkadang kita mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan
benar baik dalam tulisan maupun lisan (komunikasi). Contohnya kita sebagai
mahasiswa setiap hari kita mengikuti perkuliahan, misalnya dalam menulis tugas
seperti ini maupun catatan-catatan serta kedepannya dalam pembuatan skripsi pasti
perlunya berbagai kosa kata yang baik dan benar agar dapat di mengerti dan di
pahami oleh pembaca. Karena dalam penulisan pemilihan kata yang tepat merupakan
salah satu syarat yang penting.
Maka dari itu, kami sangat menyadari betapa pentingnya dalam pemilihan kata
(Diksi) yang tepat dan cermat dalam konteks yang tepat dalam kehidupan sehari-hari.

1.2. Rumusan Masalah


1) Apa pengertian diksi atau pemilihan kata ?
2) Bagaimana syarat ketepatan diksi atau pemilihan kata ?
3) Apa itu gaya bahasa dan idiom ?

1.3. Tujuan Penulisan


1) Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
2) Untuk menambah wawasan baik kami sebagai penulis maupun pembaca
tentang diksi atau pemilihan kata, syarat ketepatannya serta gaya bahasa dan
idiom.
3) Dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik komunikasi
ataupun tulisan.

4|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Diksi

Dkisi adalah istilah yang di pakai dalam dunia sastra. Istilah diksi memiliki
bermacam-macam makna kata ataupun kalimat yang ada di dalam sastra . Diksi
biasanya di lakukan untuk membuat karya sastra menjadi lebih menarik, muda di
fahami, dan sesuai dengan apa yang di gambarkan pengarang sastra.
Singkatnya diksi di artikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras untuk
menyatakan dan mengungkapkan gagasan tertentu. Dalam KBBI (2002: 264) diksi di
artikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaanya untuk
mengungkapkan gagasan sehingga di peroleh efek tertentu seperti yang di harapkan.
Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karang-mengarang, hal
tulis-menulis, serta tutur sapa.
Penggunaan serta pemilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna
bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan
menggunakan sejumlah kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan yang
tepat sehingga dapat berkomunikasi secara jelas dan efektif. Selain itu, adapun fungsi
diksi atau pemilihan kata :
1) Dapat menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
2) Agar tidak menimbulkan interpretasi antara penulis dan pembaca dengan
pembaca dan pendengar
3) Jika dalam pembuatan karya sastra, dapat melambangkan ekspresi yang ada
secara verbal (tertulis atau pun lisan) dan membentuk expresi yang tepat
sehingga pembaca dan pendengar senang.

2.2. Syarat Ketepatan Diksi

Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang


sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan
oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha
secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan
tidak akan menimbulkan salah paham. Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas
komunikasi menuntut pesyaratan yang harus di penuhi oleh pengguna bahasa, yaitu
kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi. Dalam memilih
kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari

5|Page
kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-
kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.

Berikut merupakan syarat-syarat ketepatan pilihan kata:

1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Menggunakan kata


denotatif jika menginginkan pengertian dasar, menetapkan kata konotatif
yang sesuai sasaran agar menimbulkan reaksi emosional tertentu bagi
pembacanya.
Makna denotasi adalah makna kata sebenarnya, makna kata secara
wajar, atau pengertian dasar yang terdapat dalam kamus.
Pohon jeruk yang ditanamnya sudah mulai berbuah
(denotasi).
Makna konotasi adalah makna tambahan, yaitu bukan makna
sebenarnya.
Contoh kalimat :
Perilakunya menjadi buah bibir masyarakat (konotasi).

2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata


yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi.
Sebab itu, harus berhati hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk
menyampaikan apa yang diinginkannya.
Contoh : (cerdas, cerdik); (agung, raya, besar)

3) Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis tidak


mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka akan
mengakibatkan salah paham.
Contoh :
Bahwa bawah bawa
Korporasi koperasi
Intensif insentif

4) Hindari kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang


sesuai dengan perkembangan dalam masyarakat. Perkembangan bahasa
berawal dari pertumbuhan jumlah kata baru. Namun tidak berarti bahwa
setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Bila masyarakat
menerima kata baru itu, maka lama-kelamaan akan menjadi milik
masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan sebuah kata lama
dengan makna dan fungsi baru termasuk dalam kelompok ini.
Contoh :
Modern Canggih (secara subjektif)
Modern (dalam kamus) : terbaru atau muktahir.
Canggih (dalam kamus) : banyak cakap, suka menggangu, banyak
mengetahui, bergaya intelektual.

6|Page
5) Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing, terutama kata-kata asing yang
mengandung akhiran asing tersebut.
Contoh : Sejarawan bukan sejarahwan.

6) Menggunakan kata ungkapan idiomatik dengan tepat. Ungkapan idiomatik


adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satunya tidak
dapat dihilangkan atau diganti.
Contoh :

7) Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Kata khusus lebih
tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum.
Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau
kelompok yang luas bidang lingkupnya.
Kata khusus adalah kata yang mengacu kepada pengarahan-
pengarahan yang khusus dan kongkret. Kata-kata yang konkret dan
khusus akan menyajikan lebih banyak informasi kepada para pembaca
dan juga memberi sugesti yang jauh mendalam sehingga tidak
menimbulkan salah paham.
Contoh :
Kata Umum : Melihat
Kata Khusus : Melotot, membelalak, melirik, mengintai, dan
mengamati.

8) Mempergunakan kata-kata indra yang menunjukkan persepsi yang khusus.


Kata indra adalah kata-kata yang menyatakan dan menggambarkan
pengalaman-pengalaman yang di recap oleh pancaindra, yaitu cerapan praba,
prasa, penciuman, pendengaran, penglihatan. Pada umumnya tiap indra
memiliki kata-kata yang khusus untuk mengungkapkan pengalaman atau
penghayatan melalui masing-masing indria.
Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra disebut
kata abstrak. Contoh : kebijakkan, usulan, dan impian.
Jika acuannya semakin mudah diserap oleh panca indra disebut kata
konkrit. Contoh : Lemari, kursi, mobil, dan tampan.

9) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah


dikenal.
Contoh :
Isu (Inggris issue) berarti publikasi, perkara.
Isu (Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin,
desas-desus.

10) Memperhatikan kelangsungan pilihan kata. Yang dimaksud dengan


kelangsungan pilihan kata adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa,
sehingga maksud dan pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan
ekonomis.

7|Page
11) Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan
berhomografi.
Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna yang sama atau
mirip. Contoh : muka, paras, wajah, tampang.
Homofon adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan bunyi,
tetapi tulisan berbeda dan maknanya pun berbeda.
Contoh : Bank(tempatmenyimpan uang), bang(kakak laki-laki)
Homograf adalah kempok kata yang mempunyai kesaman huruf,
tetapi pengucapannya berbeda dan maknanya berbeda.
Contoh :
Teras (inti) dengan teras (halaman rumah),
Sedan (isak) dengan sedan (sejenis mobil).
Tahu (paham) dengan tahu (sejenis makanan).

2.3. Gaya Bahasa dan Idiom

2.3.1. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah penggunaan kata kiasan dan perbandingan yang


tepat untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran dengan maksud tertentu
serta berguna untuk menimbulkan kesan-kesan keindahan dalam sebuah karya
sastra atau dalam berbicara biasanya. Gaya bahasa biasanya di sebut juga
dengan majas.
Faktor yang mempengaruhi komunikator dalam berkomunikasi dengan
mitranya :
1) Cara dan media komunikasi : lisan atau tulisan, langsung atau tidak
langsung, media cetak atau media elektronik.
2) Bidang ilmu : filsafat, sastra, hokum, teknik, dan kedokteran
3) Situasi : resmi, tidak resmi, setengah resmi.
4) Ruang atau konteks : seminar, kuliah, ceramah pidato
5) Khalayak : dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa,
orang tua), jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), tingkat pendidikan
dan status sosial (rendah, menengah, tinggi).
6) Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor, dan informasi.

8|Page
I. Jernis-jenis Gaya Bahasa
I. Segi Non Bahasa
Dilihat dari segi non bahasa, gaya bahasa sebagai hasil dari
bermacam-macam unsur sebagai berikut :
1) Berdasarkan Pengarang
Gaya yang disebut sesuai dengan nama
pengarang dikenal berdasarkan ciri pengenal yang
digunakan pengarang atau penulis dalam karangannya.
Seorang pengarang dapat mempengaruhi orang-orang
sejamannya atau pengikut-pengikutnya sehingga
membentuk sebuah aliran. Kita mengenal gaya Chairil
dan gaya Takdir

2) Berdasarkan Masa
Gaya bahasa yang didasarkan pada masa dikenal
dengan ciri-ciri tertentu yang berlangsung dalam satu
kurun waktu tertentu. Misalnya gaya lama, kaya klasik,
gaya sastra, gaya modern dan sebagainya.

3) Berdasarkan Medium
Gaya bahasa medium yang dimaksud dengan
medium adalah bahasa dalam arti alat komunikasi. Tiap
bahasa, karena struktur dan situasi sosial pemakainya,
dapat memiliki corak tersendiri. Sebuah karya yang
ditulis dalam bahasa Jerman akan memiliki gaya yang
berlainan, maupun bila ditulis dalam bahasa Indonesia,
Prancis atau Jepang.

4) Berdasarkan Subyek
Subyek yang menjadi pokok pembicaraan dalam
sebuah karangan dapat mempengaruhi pula gaya bahasa
karangan. Berdasarkan hal ini kita mengenal gaya
filsafat, ilmiah (hukum, teknik, sastra), popular, dan
didaktik.

5) Berdasarkan Tempat
Gaya ini mendapat namanya dari lokasi
geografis, karena ciri-ciri kedaerahan mempengaruhi
uangkapan atau ekspresi bahasanya. Ada gaya Jakarta,
gaya Jogja, ada yang Medan, maupun gaya Balikpapan.

6) Berdasarkan Hadirin
Seperti halnya dengan subyek, maka hadirin
atau jenis pembaca juga mempengaruhi gaya yang

9|Page
dipergunakan seorang pengarang. Ada gaya popular
atau haya demagog yang cocok untuk rakyat banyak.
Ada gaya sopan yang cocok untuk lingkungan istana
atau lingkungan yang terhormat. Ada pula gaya intim
(familiar) yang cocok dengan lingkungan keluarga atau
untuk orang yang akrab.

7) Berdasarkan Tujuan
Gaya berdasarkan tujuan memperoleh namanya
dari maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang, di
mana pengarang ingin mencurahkan gejolak emotifnya.
Ada gaya sentimental, gaya sarkastik, gaya diplomatis,
gaya agung atau gaya luhur, gaya tknis atau
informasional dan gaya humor.

II. Segi Bahasa


Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang
digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan
titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu :
1) Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata;
2) Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam
wacana;
3) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
4) Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna.

A. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa


mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai
untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat
tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan
pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain,
gaya bahasa mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian
dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.

Dalam bahasa standar (bahsa baku) dapatlah di bedakan


menjadi 3, yaitu :

a) Gaya Bahasa Resmi


Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa
dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang

10 | P a g e
dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan
resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka
yang diharapkan mempergunakannya dengan
baik dan benar. Seperti amanat kepresidenan,
pidato-pidato yang penting, dan lain-lain.

Contoh : Text Proklamasi

b) Gaya bahasa Tak resmi


Gaya bahasa tak resmi merupakan gaya
bahasa yang dipergunakan dalam bahasa
standar, khususnya dalam kesempatan yang
tidak formal atau kurang formal.
Contoh : artikel, karya tulis.

c) Gaya Bahasa Percakapan


Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya
adalah kata-kata yang popular dan kata-kata
percakapan. Namun disini harus ditambahkan
segi-segi morfologinya atau sintaksis, yang
bersama-sama membentuk gaya bahasa
percakapan ini.

B. Gaya Bahasa Berdasarkan Nada


Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada
sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang
terdapat dalam sebuah wacana. Sering kali sugesti ini
akan lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dari
pembicaraan, bila sajian yang dihadapi adalah bahasa
lisan.
Karena nada itu lahir dari rangkaian kata-kata,
sedangkan rangkaian kata-kata itu tunduk pada kaidah-
kaidah sintaksis yang berlaku. Maka dari itu gaya
bahasa dapat dilihat dari sudut nada yang terkandung
dalam sebuah wacana yaitu :

Gaya Sederhana
Gaya ini sangat cocok untuk memberi instruksi,
perintah, pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya.
Sebab itu untuk mempergunakan gaya ini secara
efektif, penulis harus memiliki kepandaian dan
pengetahuan yang cukup.

11 | P a g e
Gaya Mulia dan Bertenaga
Sesuai dengan namanya, gaya ini penuh dengan
vitalitas dan energi, dan biasanya dipergunakan
untuk menggerakkan sesuatu. Tidak hanya
menggunakan tenaga tetapi dapat juga
menggunakan nada keanggunan dan kemuliaan.

Gaya Menengah.
Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan
kepada usaha untuk menimbulkan suasana
tenang dan damai, karena tujuannya adalah
menciptakan suasana senang dan damai, maka
nadanya pun juga bersifat lemah-lembut, penuh
kasih sayang, dan mengandung humor yang
sehat.

C. Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat


Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan
landasan untuk menciptakan gaya bahasa, yang
dimaksud dengan struktur kalimat disini adalah kalimat
bagaimana sebuah unsur kalimat yang dipentingkan
dalam kalimat tersebut.
Berdasarkan dengan sifatnya periodik, kalimat yang
bersifat kendur, dan kalimat yang bersifat berimbang.
Dari ketiga macam struktur kalimat diatas maka dapat
di peroleh gaya bahasa sebagai berikut :

Klimaks
Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat
yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam
gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan
fikiran yang setiap kali semakin meningkat
kepentingannya dari gagasan sebelumnya.
Contoh :
Kesengsaraan membuahkan kesabaran,
kesabaran pengalaman, dan pengalaman
harapan.

Antiklimaks
Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang
berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai
gaya bahasa merupakan suatu acuan yang

12 | P a g e
gagasannya diurutkan dari yang terpenting ke
gagasan yang kurang penting.\
Contoh :
Pembangunan lima tahun telah dilancarkan
serentak di Ibu kota negara, ibu kota-ibu kota
provinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa
diseluruh Indonesia.

Paralelisme
Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang
berusaha mencapai kesejajaran dalam
pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang
menduduki fungsi yang sama dalam bentuk
gramatikal yang sama. Kesejajaran itu juga
dapat berbentuk anak kalimat yang bergantung
pada sebuah induk kalimat yang sama.
Contoh :
Baik golongan yang tinggi maupun yang rendah,
harus diadili kalau bersalah.

Antitesis
Anitesis adalah sebuah gaya bahasa yang
menandung gagasan-gagasan yang bertentangan,
dengan mempergunakan kata-kata atau
kelompok kata yang berlawanan.
Contoh :
Mereka sudah kehilangan banyak dari harta
bendanya, tetapi mereka juga telah banyak
memperoleh keuntungan dari padanya.

Repetesi
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata,
kata atau bagian kalimat yang dianggap penting
untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks
yang sesuai.
Contoh :
Atau maukah kau pergi bersama serangga-
serangga tanah, pergi bersama kecoak-kecoak,
pergi bersama mereka menyusupi tanah,
menyusupi alam?

13 | P a g e
D. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari
langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang
dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya
atau sudah ada penyimpangan.
Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini
biasanya disebut sebagai trope atau figure of speech.
Gaya bahasa yang disebut trope atau figure of speech
dalam uraian ini dibagi atas dua kelompok yaitu:

Gaya Bahasa Retoris adalah gaya bahsa yang


berupa kalimat Tanya yang memerlukan
jawaban.
Macam-macam Gaya bahasa retoris yaitu
sebagai berikut :

o Aliterasi
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa
yang berwujud perulangan konsonan
yang sama. Biasanya dipergunakan
dalam puisi, prosa, untuk perhiasan atau
untuk penekanan.
Contoh :
Keras-keras kerak kena air lembut juga.

o Asonansi
Asonansi adalah semacam gaya bahasa
yang berwujud pengulangan bunyi vokal
yang sama untuk memperoleh efek
penekanan atau sekedar keindahan.
Contoh :
Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak
tahu.

o Anastrof
Anostrof atau inversi adalah semacam
gaya retoris yang diperoleh dengan
pembalikan susunan kata yang biasa
dalam kalimat.
Contoh :
Pergilah ia meninggalkan kami melihat
perangainya. Bersorak-sorak orang ditepi
jalan memukul bermacam-macam bunyi-

14 | P a g e
bunyian melalui gerbang dihiasi bunga
dan panji berkibar.

o Apofasis atau Preterisio


Apofasis atau Preterisio merupakan
sebuah gaya dimana penulis atau
pengarang menegaskan sesuatu, tetapi
tampaknya menyangkal.
Contoh :
Saya tidak mau mengungkapkan dalam
forum ini bahwa saudara telah
menggelapkan ratusan juta rupiah uang
Negara.

o Apostrof
Apostrof adalah semacam gaya yang
berbentuk pengalihan amanat dari para
hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir
seperti orang-orang yang telah
meninggal, atau kepada sesuatu objek
yang abstrak.
Contoh :
Hai kamu dewa-dewa yang berada di
surga, datanglah dan bebaskanlah kami
dari belenggu pembebasan.

o Asindeton
Asindeton adalah gaya yang berupa
acuan, yang bersifat padat dan mampat
dimana beberapa kata, frasa, atau klausa
yang sederajat tidak dihubungkan dengan
kata sambung.
Contoh :
Dan kesesakan, kepedihan. Kesakitan,
seribu derita detik-detik penghabisan
orang melepaskan nyawa.

o Polisindeton
Polisindeton adalah suatu gaya yang
merupakan kebalikan dari asideton.
Beberapa kata, frasa atau klausa yang
berurutan dihubungkan satu sama lain
dengan kata sambung.

15 | P a g e
Contoh :
Dan ke manakah burung-burung yang
gelisah dan tak berumah dan tak
menyerah pada gelap dan dingin yang
bakal merontokkan bulu-bulunya?

o Kiasmus
Kiasmus adalah semacam acuan atau
gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian,
baik frasa atau klausa yang sifatnya
berimbang dan dipertentangkan satu
sama lain, tetapi susunan frasa atau
klausanya itu terbalik bila dibandingkan
dengan frasa atau klausa yang ada.
Contoh :
Semua sebaran kami sudah hilang,
lenyap sudah ketekunan kami untuk
melanjutkan usaha itu.

o Elipsis
Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud
menghilangkan suatu unsur kalimat yang
dengan mudah dapat diisi atau
ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau
pendengar, sehingga struktur gramatikal
atau kalimatnya memenuhi pola yang
berlaku.
Contoh :
Masihkah kau tidak percaya bahwa dari
segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu
sehat; tetapi psikis.

o Eufemismus
Euremismus artinya mempergunakan
kata-kata dengan arti yang baik atau
dengan tujuan yang baik yang berarti
tidak menyinggung perasaan orang lain.
Contoh :
Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah
mereka (mati)

16 | P a g e
o Litotes
Litotes adalah semacam gaya bahasa
yang dipakai untuk menyatakan sesuatu
dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh :
Kedudukan saya ini tidak ada artinya
sama sekali.

o Histeron Proteron
Histeron Proteron adalah gaya bahasa
yang merupakan kebalikan dari sesuatu
yang logis atau ebalikan dari sesuatu
yang wajar.
Contoh :
Jendela ini telah memberi sebuah kamar
padamu untuk dapat berteduh dengan
tenang.

o Plenasma dan Tautologi


Plenasma dan Tautologi adalah acuan
yang mempergunakan kata-kata lebih
banyak dari pada yang diperlukan untuk
menyatakan satu pikiran atau gagasan.
Contoh :
Saya telah mendengar hal itu
dengan telinga saya sendiri.
Saya telah melihat kejadian itu
dengan mata kepala saya sendiri.
Darah yang merah itu melimuri
seluruh tubuhnya.

Ungkapan diatas adalah pleonasme,


karena semua acuan itu tetap utuh
dengan makna yang sama, walaupun
dihilangkan kata-kata : dengan telinga
saya, dengan mata kepala saya, dan yang
merah itu.

o Perifrasis
Perifrasis adalah gaya yang mirip dengan
pleonasme, yaitu mempergunakan kata
lebih banyak dari yang diperlukan.

17 | P a g e
Contoh :
Ia telah beristirahat dengan damai
(meninggal).

o Prolepsisi atau Antisipasi


Prolepsisi atau Antisipasi adalah
semacam gaya bahasa dimana orang
mempergunakan lebih dahulu kata-kata
atau sebuah kata sebelum peristiwa atau
gagasan yang sebenarnya terjadi.
Contoh :
Almarhum Pardi pada waktu itu
menyatakan bahwa ia tida mengenal
orang itu.

o Erotesis atau Pertanyaan Retoris


Erotesis atau Pertanyaan retoris adalah
semacam pertanyaan yang dipergunakan
dalam pidato atau tulisan dengan tujuan
untuk mencapai efek yang lebih
mendalam dan penekanan yang
wajar,dan sama sekali tidak
menghendaki adanya suatu jawaban.
Contoh :
Terlalu banyak komisi dan oerantara
yang masing-masing menghendaki pula
imbalan jasa. Herankah saudara kalau
harga-harga sudah terlalu tinggi?

o Silepsis dan Zeugmen


Silepsis dan Zeugmen adalah gaya
dimana orang mempergunakan dua
konstruksi rapatan dengan
menghubungkan sebuah kata dengan dua
kata lain yang sebenarnya hanya salah
satunya mempunyai hubungan dengan
kata pertama.
Contoh :
Ia sudah kehilangan topi dan
semangatnya.

o Koreksio atau Epanortosis


Koreksio atau Epanortosis adalah suatu
gaya bahasa yang berwujud, mula-mula

18 | P a g e
menegaskan sesuatu, tetapi kemudia
memperbaikinya.
Contoh :
Sudah empat kali saya mengunjungi
daerah itu, ah bukan, sudah lima kali.

o Hiperbola
Hiperbola adalah semacam gaya bahasa
yang mengandung suatu pernyataan yang
berlebihan, dengan membesar-besarkan
suatu hal.
Contoh :
Kemarahanku sudah menjadi-jadi
hingga hampir-hampir meledak
aku.
Tawanya menggelegar hingga
membelah bumi.

o Paradoks
Paradoks adalah semacam gaya bahasa
yang mengandung pertentangan yang
nyata dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh :
Musuh sering merupakan kawan yang
akrab.

o Oksimoron
Oksimoron adalah suatu acuan
yang berusaha untuk menggabungkan
kata-kata untuk mencapai efek yang
bertentangan.
Contoh :
Keramah-tamahan yang bengis.

Gaya Bahasa Kiasan adalah gaya bahasa atau


perbandingan di bentuk dengan membandingkan
sesuatu dengan hal lain yang mempunyai ciri
yang sama.
Macam-macam gaya bahasa kiasan yaitu
sebagai berikut :

o Persamaan atau Simile


Persamaan atau simile adalah
perbandingan yang bersifat eksplisit.

19 | P a g e
Maksudnya ia langsung menyatakan
sesuatu sama dengan hal yang lain.
Contoh :
Kikirnya sama kepiting batu

o Metafora
Metafora adalah gaya bahasa yang dibuat
dengan kalimat atau kata tidak berarti
sebenarnya tapi mewakili suatu kata atau
maksud lain yang didasari pada
perbandingan atau persamaan.
Contoh :
Usaha ayah Alfa bangkrut karena modal
yang digunakannya berasal dari
pinjaman lintah darat. Lintah darat disini
adalah renternir.

o Alegori, Parabel,dan Fabel


Alegori adalah suatu cerita
singkat yang mengandung kiasan.
Parabel adalah suatu singkat
dengan tokoh-tokoh biasanya
manusia, yang selalu
mengandung tema moral
Fabel adalah suatu metafora
berbentuk cerita mengenai dunia
binatang, dimana binatang-
binatang bahkan makhluk-
makhluk yang tidak bernyawa
bertindak seolah-seolah manusia.

o Personifikasi atau Prosopopoeia


Personifikasi atau Prosopopoeia adalah
semacam gaya bahasa kiasan yang
menggambarkan benda-benda mati atau
barang-barang yang tidak bernyawa
seolah-olah memiliki sifat-sifat
kemanuasiaan.
Contoh :
Angin yang meraung ditengah malam
yang gelap itu menambah lagi ketakutan
kami.

o Alusi
Alusi adalah semacam acuan yang
berusaha mensugestikan kesamaan
antara orang, tempat, atau peristiwa.
Biasanya, alusi ini adalah suatu referensi
yang eksplisit atau implisit kepada
peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau

20 | P a g e
tempat dalam kehidupan nyata, mitologi,
atau dalam karya-karya sastra terkenal.
Contoh :
Kartini kecil itu turut memperjuangkan
persamaan haknya.

o Eponim
Eponim adalah suatu gaya dimana
seseorang yang namanya begitu sering
dihubungkan dengan sifat-sifat tertentu,
sehingga nama itu dipakai untuk
menyatakan sifat itu.
Contoh :
Hercules dipakai untuk menyatakan
kekuatan ; Hellen dari Troya untuk
menyatakan kecantikan.

o Epitet
Epitet adalah semacam acuan yang
menyatakan suatu sifat atau ciri yang
khusus ciri yang khusus dari seseorang
atau sesuatu hal. Keterangan itu adalah
suatu frasa deskriptif yang menjelaskan
atau menggantikan nama seseorang atau
suatu barang.
Contoh :
Lonceng pagi untuk ayam jantan.

o Sinekdoke
Sinekdoke adalah suatu istilah yang
diturunkan dari kata yunani yang berarti
menerima bersama-sama. Sinekdoke
adalah semacam bahasa figuratif yang
mempergunakan sebagian dari sesuatu
hal untuk menyatakan keseluruhan atau
mempergunakan keseluruhan untuk
menyatakan sebagian.
Contoh :
Setiap kepala dikenakan sumbangan
sebesar Rp 1.000,-

o Metonimia
Metonimia adalah suatu gaya bahsa yang
mempergunakan sebuah kata untuk
menyatakan suatu hal lain, karena
mempunyai pertalian yang sangat dekat.
Contoh :
Saya minum satu gelas, ia dua gelas.

21 | P a g e
o Antonomasia
Antonomasia adalah merupakan sebuah
bentuk khusus dari sinekdoke yang
berwujud penggunaan sebuah epitela
untuk menggantikan nama diri, atau
gelar resmi.
Contoh :
Yang mulia tak dapat menghadiri
pertemuan ini.

o Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa
dimana sebuah kata tertentu
dipergunakan untuk menerangkan
sebuah kata, yang seharusnya dikenakan
pada sebuah kata yang lain.
Contoh :
Ia berbaring di atas sebuah bantal yang
gelisah (yang gelisah adalah manusianya,
bukan bantalnya)

o Ironi, Sinisme, Dan Sarkosme


Ironi atau sindiran suatu acuan
yang ingin mengatakan sesuatu
dengan makna atau maksud yang
berlainan dari apa yang
terkandung dalam rangkaian
kata-katanya. Contoh : tidak
diragukan lagi bahwa andalah
orangnya, sehingga semua
kebijaksanaan terdahulu harus
dibatalkan seluruhnya!
Sinisme adalah suatu sindiran
yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap
keikhlasan dan ketulusan hati.
Contoh : tidak diragukan lagi
bahwa andalah orangnya,
sehingga semua kebijaksanaan
akan lenyap bersamamu!
Sarkasme adalah suatu acuan
yang lebih kasar dari ironi dan
sinisme. Ia adalah acuan yang
mengandung kepahitan dan
celaan yang getir. Contoh : mulut
kau harimau kau.

22 | P a g e
o Sutire
Satire adalah ungkapan yang
menertawakan atau menolak sesuatu.
Sutire mangandung kritik tentang
kelemahan manusia. Tujuan utamanya
adalah agardiadakan perbaikan secara
etis maupun estetis.

o Inuendo
Inuendo adalah semacam sindiran
dengan mengecilkan kenyataan yang
sebenarnya.
Contoh :
Setiap kali ada pesta, pati ia akan sedikit
mabuk karena terlalu kebanyakan
minum.

o Antifrasis
Antifrasis adalah semacam ironi yang
berwujud penggunaan sebuah kata
dengan makna kebalikannya, yang bisa
saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau
kata-kata yang dipakai untuk menangkal
kejahatan dan sebagainya.
Contoh :
Lihatlah sang raksasa telah tiba
(maksudnya si cebol)

o Pun atau Paranomasia


Pun atau Paranomasia adalah kiasan
dengan mempergunakan kemiripan
bunyi. Ia merupakan permainan kata
yang didasarkan pada kemiripan bunyi,
tetapi terdapat perbedaan besar dalam
maknanya.
Contoh :
Engkau orang kaya! Ya, kaya monyet!

23 | P a g e
2.3.2. IDIOM
Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak
secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut
Badudu, idiom adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata
yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan
makna. Secara sederhana Idiom ungkapan kata adalah dimana gabungan kata
membentuk arti baru dan tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya.

Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak


boleh dihilangkan. Setiap idiom sudah tepatri sedemikian rupa sehingga para
pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakaiannya.
Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata, misalnya :
Gulung tikar tidak boleh dibalik tikar gulung.
Adu domba tidak boleh dibalik domba adu.
Muka tembok tidak boleh dibalik tembok muka.

Jadi dalam hal pemakaian kata ada kalanya kita perlu memperhatikan kata
berpasangan karena dua kata itu secara bersama dapat menciptakan ungkapan
indomatik.

24 | P a g e
BAB III
PENUTUP
Kesimpulannya :
Diksi adalah pemilihan pilihan kata yang tepat dan selaras untuk menyatakan dan
mengungkapkan gagasan tertentu
Diksi pun memiliki fungsi dalam sebuah komunikasi dan dalam pembuatan karya
tulis.
Dalam membuat sebuah karya pun kita harus memilih sebuah kata yang baik dan
benar dan disini kita bias mengetahui apa saja syarat ketepatan diksi tersebut
Gaya bahasa adalah penggunaan kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk
mengungkapkan perasaan serta pikiran dengan maksud tertentu.
Kita dapat mengetahui Gaya Bahsa baik dari segi non bahasa maupun segi bahasa.

Saran :

25 | P a g e
Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. Diksi dan gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. 2006
Mihardja, Ratih. Buku Pintar-Sastra Indonesia. Jakarta: Laskar Aksara,2012
Google
Wikipedia
KBBI

26 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai