Oleh :
Nama : Rahma Adilah
NIM : B1A015074
Rombongan : II
Kelompok :7
Asisten : Arie Tri Pangestu Judanto
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah mampu melakukan uji sentivitas
senyawa antibiotik secara kualitatif dan kuantitatif.
.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu tabung reaksi, pinset,
cawan petri, rak tabung, drugalsky, penggaris, kertas cakram diameter 6 mm yang
mengandung 4 macam antibiotik (Amoksisilin, tetrasiklin, klindamisin eritromisin),
pipet ukur, dan api bunsen.
Bahan yang digunakan adalah kultul bakteri Gram negatif (Escherichia coli),
bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus), akuades steril, medium Nutrient Agar,
medium Nutrient Broth, amoxycillin, klindamicin, eritromicin dan tertracyclin.
B. Metode
Gambar 3.2 Hasil Uji Sensitivitas Antibiotik Metode MIC dengan Isolat E. coli
terhadap Antibiotik Amoxicillin
Hasil uji sensitivitas antibiotik metode MIC dengan isolat E. coli terhadap
antibiotik Amoxicillin yang diperoleh oleh kelompok 7 rombongan II yaitu diperoleh
nilai MIC dengan konsentrasi diatas 128 g/ml ditandai dengan masih adanya
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi tertinggi. Konsentrasi hambat minimum
(MIC) adalah konsentrasi antimikroba terendah yang benar-benar akan menghambat
pertumbuhan organisme setelah periode inkubasi yang ditentukan, biasanya 18
sampai 24 jam, dan digunakan oleh laboratorium mikrobiologi diagnostik untuk
menentukan kerentanan atau resistensi antimikroba (Howden, 2014).
Gambar 3.3 Hasil Uji Sensitivitas Antibiotik Metode MIC dengan Isolat S.
aureus terhadap Antibiotik Erythromycin
Hasil uji sensitivitas antibiotik metode MIC dengan isolat S. aureus terhadap
antibiotik Erythromycin yang diperoleh oleh kelompok 7 rombongan II yaitu
diperoleh nilai MIC dengan konsentrasi diatas 128 g/ml ditandai dengan masih
adanya pertumbuhan bakteri pada konsentrasi tertinggi. Hasil penelitian Ariyanti et
al (2015), menunjukkan bahwa tabung yang sudah mulai perubahan turbiditas
(Tabung jernih) yang berarti tidak ada pertumbuhan bakteri dan dikatakan sebagai
nilai MIC. Hal ini diperkuat oleh Pratiwi (2008) menyatakan bahwa apabila media
jernih berarti antibiotik efektif menghambat pertumbuhan bakteri.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif. Bakteri Gram positif
memiliki kepekaan terhadap antibakteri lebih baik dibandingkan Gram negatif karena
adanya perbedaan struktur dinding sel. Struktur dinding sel bakteri Gram negatif
relatif lebih kompleks, berlapis tiga yaitu lapisan luar yang berupa lipoprotein,
lapisan tengah yang berupa lipopolisakarida dan lapisan dalam berupa peptidoglikan.
Sedangkan struktur dinding sel mikroba gram positif relatif lebih sederhana sehingga
memudahkan senyawa antimikroba untuk masuk ke dalam sel dan menemukan
sasaran untuk bekerja (Amalia et al., 2014).
Gambar 3.4 Hasil Uji Sensitivitas Antibiotik Metode MIC dengan Isolat E. coli
terhadap Antibiotik Erythromycin
Hasil uji sensitivitas antibiotik metode MIC dengan isolat E. coli terhadap
antibiotik erythromycin yang diperoleh oleh kelompok 7 rombongan II yaitu tidak
diperoleh nilai MIC karena sampai pada tabung reaksi berisi medium dan antibiotik
erythromycin dengan konsentrasi 128 g/ml S. aureus masih dapat tumbuh. Namun,
menurut Kartika et al (2016), Perubahan warna pada uji MIC tidak dapat dijadikan
patokkan terhambat atau tidaknya bakteri karena hanya merupakan uji awal oleh
karena itu perlu dilanjutkan dengan uji Minimum Bactericidal Concentration (MBC).
Gambar 3.5 Hasil Uji Sensitivitas Antibiotik Metode MIC dengan Isolat S.
aureus terhadap Antibiotik Amoxicillin
Hasil uji sensitivitas antibiotik metode MIC dengan isolat S. aureus terhadap
antibiotik amoxicillin yang diperoleh oleh kelompok 7 rombongan II yaitu tidak
diperoleh nilai MIC karena sampai pada tabung reaksi berisi medium dan antibiotik
amoxicillin dengan konsentrasi 128 g/ml S. aureus masih dapat tumbuh. Menurut
Suryani dan Stepriyani (2007), pada bakteri Gram negatif, flavonoid harus dapat
menembus membran luar dan ruang periplasmik kemudian berinteraksi dengan
protein pengikat pada membran sitoplasma untuk menghambat pembentukan
peptidoglikan dan mengaktivasi autolisin akibatnya dinding sel sukar ditembus oleh
flavonoid sehingga dibutuhkan kadar yang lebih tinggi untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Gram negatif. Kadar Hambat Minimal (KHM) diperoleh
dengan mengamati tabung subkultur yang tidak menunjukkan adanya pertumbuhan
bakteri (jernih) dengan konsentrasi terendah.
Menurut Soleha (2015), metode dilusi seperti metode MIC memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari metode ini adalah memungkinkan
penentuan sensitivitas antibiotik secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan bersama-
sama. MIC dapat membantu dalam penentuan tingkat resistensi dan dapat menjadi
petunjuk penggunaan antibiotik. Kekurangan metode ini adalah tidak efisien karena
pengerjaannya yang rumit, memerlukan banyak alat dan bahan serta dalam
pengerjaannya memerlukan konsentrasi antibiotik yang bervariasi.
A. Kesimpulan
Amalia, S., Wahdaningsih, S & Untari, E. K. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi
n-Heksan Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Britton & Rose)
Terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923. Jurnal Fitofarmaka
Indonesia, 1(2), pp. 61-64.
Ariyanti, D. A.,K. Anam & K. Dewi. 2015. Aktivitas Senyawa Antibakteri Ekstrak
Herba Meniran (Phyllanthus niruri) terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella
dysenteriae secara in vitro. Jurnal kesehatan, 4(1), pp. 64 71.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Erlindawati, P. A., & Afghani J. 2015. Identifikasi dan Uji Aktivitas Antibakteri dari
Tiga Isolat Tanah Gambut Kalimantan Barat. JKK, 4(1), pp. 12-16.
Howden, B. P. 2014. Anitibiotics and Staphylococcus aureus more than meets the
MIC. Journal Mol. Med, 92(1), pp. 103-106.
Puspodewi, D., Darmawati, S., Maharani, E. T. 2015. Daya Hambat Daun Asam
Jawa (Tamarindus indica) Terhadap Pertumbuhan Salmonella typhi Penyebab
Demam Tifoid. The 2nd University Research Coloquium, 1(1), pp. 46-50.
Rahman, I.R. 2011. Uji stabilitas fisik dan daya antibakteri suspense eritromisin
dengan Suspending Agen Gummi Arabici. Pharmacon,12(2), pp. 44-49.
Suryani, L & Strepriyani, S. 2007. Daya Antibakteri Infusa Daun Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia coli.
Jurnal Mutiara Medika, 7(1), pp. 23-28.
Usmiati, S. 2012. Daging Tahan Simpan dan Bakteriosin. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 34(2), pp. 12-14.
Volk, W.A., & Wehler, M.F. 1997. Mikrobiologi Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM.