Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS EROSI PADA SUBDAS LEMATANG HULU

Usna Fahliza1*, Dinar Dwi Anugerah P2, Sarino3


1,2,3
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
*Korespondensi Penulis: usna.fahliza@yahoo.co.id

Abstract

At upland areas erosion often occurwhich is caused by soil erosion due to rainfall kinetic energy and other
influences such as sensitivity of soil erosion , land use , length and slope of river. The purpose of this study is to
calculate the erosivity index and determine the amount of erosion in the sub watershed Lematang Hulu , which is
a hilly area in South Sumatra.
In this study, the model RUSLE ( Revised Universal Soil Loss Equation ) was used to estimate the amount of
erosion caused by kinetic energy that work on the area.
The results show the maximum erosion is 5904.146 Tons/Ha/Year,the minimum erosion is 4.168
Tons/Ha/Year, while the average erosion is 2904.157 Tons/Ha/Year. In general, the average erosion rate in the
study area is 4,168 Tons/ Ha/Year.

Keywords: erosion, RUSLE, erosivity index

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1.3. Tujuan Penelitian
Erosi tanah adalah suatu proses alam yang terjadi Penelitian ini bertujuan :
secara alami, tetapi pada umumnya dipercepat oleh 1) Untuk menganalisis Indeks Erosivitas pada sub
berbagai aktivitas-aktivitas manusia seperti kegiatan DAS Lematang Hulu.
bercocok tanam yang tidak sesuai (Risser, 1981). Efek 2) Untuk mengetahui besarnya erosi yang terjadi
negatif dari erosi tanah dinyatakan dalam dua akibat, akibat faktor-faktor yang mempengaruhi.
yaitu di lokasi terjadinya erosi dan di luar tempat
kejadian erosi, yang sangat mempengaruhi kondisi 1.4. Ruang Lingkup Penulisan
perekonomian suatu negara, karena akan membutuhkan Berdasarkan pada permasalahan di atas ruang
biaya besar untuk mengatasinya. Efek di lokasi lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada
terjadinya erosi tanah adalah kerugian terhadap penggambaran besar erosi pada sub DAS Lematang
hilangnya lapisan subur permukaan tanah untuk hulu.
kegiatan pertanian, dan terjadinya penggerusan lapisan
tanah. Sementara efek di luar lokasi terjadinya erosi II. TINJAUAN PUSTAKA
adalah lepasnya partikel tanah yang menyebabkan 2.1. Proses Terjadinya Erosi
terjadinya sedimentasi ke arah muara sesuai arah aliran Erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya
sungai dan dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas lapisan permukaan tanah atas, baik disebabkan oleh
aliran sungai, meningkatkan resiko terjadinya banjir, pergerakan air maupun angin (Suripin, 2004). Erosi
dan mempercepat penuhnya reservoir (Morgan, 2005). merupakan tiga proses yang berurutan, yaitu pelepasan
Aliran sungai selain berperan dalam transportasi (detachment), pengangkutan (transportation), dan
muatan sedimen juga berpengaruh pada terjadinya pengendapan (deposition) bahan-bahan tanah oleh
erosi tebing sungai sehingga menambah jumlah muatan penyebab erosi (Asdak, 1995).
sedimen yang terangkut. Di daerah-daerah tropis yang lembab seperti di
Material yang dierosi atau material sedimentasi Indonesia maka air merupakan penyebab utama
dari kemiringan bukit sebagian di endapkan kembali di terjadinya erosi, sedangkan untuk daerah-daerah panas
dalam sistem kemiringan lereng dan sebagain dialirkan yang kering maka angin merupakan faktor penyebab
ke sungai, sesuai dengan perbandingan kemiringan utamanya.
lereng yang ada (Phillips, 1991). Dengan demikian Erosi adalah penghapusan partikel tanah atau
jumlah kehilangan material dari sistem kemiringan batuan oleh agen-agen alami seperti air dan angin, dan
lereng akan menghasilkan pola spasial dari erosi dan diperparah oleh aktivitas manusia. Faktor utama erosi
pengendapan sedimentasi. tanah yang mengilangkan partikel tanah karena air
hujan ada dua proses utama yaitu pelepasan yang
1.2. Perumusan Masalah disebabkan oleh hujan jatuh pada tanah dan limpasan.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah Erosi ini juga diperburuk oleh tekanan di atas tanah,
diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam khususnya pertanian ( Boardman, 2001dalam Suripin,
penelitian ini adalah menghitung berapa besar erosi 2004).
yang terjadi pada sub DAS Lematang Hulu akibat
faktor-faktor yang mempengaruhinya.

ISSN: 2355-374X Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol. 1, No. 1, Desember 2013
32
Fahliza,U., dkk.: Analisis Erosi Pada SubDAS Lematang Hulu
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Erosi DAS sungai Lematang hulu dengan input curah hujan
Erosi lempeng dari tanah tergantung pada sifat yang diberikan.
hujan, tahanan tanah terhadap pukulan hujan serta Model iniberangkat darirata-
gerakan air diatas permukaan tanah sebagai limpasan ratapersamaankehilangan tanahtahunanRUSLE(
permukaan. Berikut pengertian erosivitas, erodibilitas Renard etal, 1996 dalamNarcisa.G.Pricope, 2009).
serta kecepatan penggerusan (Soemarto, 1987) :
 =  (4)
1) Erosivitas Dimana :
Erosivitas merupakan sifat curah hujan ; hujan E = kehilangan tanah (ton/ ha/ taun)
dengan intensitas rendah jarang menyebabkan R=indeks erosivitas curah hujan,
erosi, tetapi hujan yang lebat dengan periode yang K = faktorerodibilitas tanah,
panjang maupun pendek dapat menyebabkan LS=panjanglerengdankecuraman,
adanya limpasan yang besar dan kehilangan C = faktormanajementutupan lahan, dan
tanah. Sifat curah hujan yang mempengaruhi P = faktorpraktekdukungan / pengendalian erosi.
erosivitas dipandang sebagai energi kinetik butir-
butir hujan yang menumbuk permukaan tanah. NilaiR, K, C, dan P adalah faktor yang nilainya
Curah hujan yang jatuh secara langsung atau tidak tetap dandapatditentukan secara empiris(Renard
langsung dapat mengikis permukaan tanah secara danFreimund, 1993, Wischmeierdan Smith, 1978,
perlahan dengan pertambahan waktu dan Zaluskidkk., 2003).
akumulasi intensitas hujan tersebut akan
mendatangkan erosi (Kironoto, 2000) dalam Faktor Tanaman Penutup Lahan dan
Suripin, 2004) Manajemen Tanaman (C) dan Faktor Konservasi
Praktis (P)
Energi Kinetik Besaran nilai CP ditentukan berdasarkan
Energi kinetik dihitung menurut persamaan: keanekaragaman bentuk tata guna lahan dilapangan
1
 =   (1) (berdasarkan peta tata guna lahan dan orientasi
2 lapangan). Nilainya ditentukan berdasarkan hasil
Dimana : penelitian yang telah ada atau modifikasinya. Sebagai
EK = Energi Kinetik (Joule) standart penentuan faktor C dan P berikut disajikan
m = Massa butir hujan (Kg) nilai factor C dan P, maupun CP dari hasil penelitian
v = Kecepatan jatuh hujan (m/det) seperti pada Table 1.
Smith dan Weischmeier dalam Soemarto
(1987) mengemukakan persamaan untuk Tabel 1. Nilai Untuk Berbagai Jenis Tanaman dan
mendapatkan energi hujan : Pengolahan Tanaman.
 = 210,3 + 89  (2) Konservasi dan Pengelolaan Tanaman Nila
Dimana : i CP
E = Energi kinetik hujan (ton-meter/ha.cm Hutan :
hujan) a. Tak terganggu 0,01
I = Intensitas hujan (cm/jam) b. Tanpa tumbuhan bawah, disertai 0,05
 = ( 10 ) (3) seresah
Dimana : c. Tanpa tumbuhan bawah, tanpa 0,50
EI30 = Indeks erosivitas hujan seresah
E = Total energi kinetik hujan (Joule/m2) Semak :
I30 = Intensitas hujan max selama 30 menit a. Tak terganggu 0,01
b. Sebagian berumput 0,10
2) Erodibilitas Kebun :
Erodibilitas merupakan ketidak sanggupan tanah a. Kebun-talun 0,02
untuk menahan tumbukan butir-butir hujan. b. Kebun-pekarangan 0,20
Tanah yang tererosi cepat pada saat ditumbuk Perkebunan :
oleh butir-butir hujan mempunyai erodibilitas a. Penutup lahan sempurn 0,01
mempunyai erodibilitas yang tinggi. b. Penutup lahan sebagian 0,07
Perumputan :
2.1. Formulasi Model Analisis RUSLE (Revised a. Penutup lahan sempurna 0,01
Universal Soil Loss Equation )
Perumputan :
Model RUSLE (Revised Universal Soil Loss
b. Penutup lahan sempurn 0,01
Equation) merupakan pengembangan dari Model
c. Penutup lahan sebagian; 0,02
USLE yang juga merupakan model impiris yang
ditumbuhialang-alang
meprediksi erosi lembar dan alur yang dihubungkan
d. Alang-alang; pembakaran sekali 0,06
dengan aliran permukaan.
setahun
Penelitian ini mencobauntuk mengidentifikasi
e. Serai wangi 0,65
danmemprediksipola spasialerosi tanahserta
Tanaman Pertanian :
memprediksi distribusi spasial tingkat erosi pada sub

ISSN: 2355-374X Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol. 1, No. 1, Desember 2013
33
Fahliza,U., dkk.: Analisis Erosi Pada SubDAS Lematang Hulu
a. Umbi-umbian 0,51 Podsolik Kuning dan Hidromorf 0,249
b. Biji-bijian 0,51 Kelabu
c. Kacang-kacangan 0,36 Podsolik Merah 0,166
d. Campuran 0,43 Podsolik Merah Kekuningan 0,166
e. Padi irigasi 0,02 Regosol 0,301
Perladangan : Regosol Kelabu dan Litosol 0,290
a. 1 tahun tanam 1 tahun bero 0,28 (Sumber : Puslitbang Pengairan bandung, 1985 )
b. 1 tahun tanam 2 tahun bero 0,19
Pertanian dengan konservasi : Faktor Panjang-Kemiringan lereng (LS)
a. Mulsa 0,14 FaktorLSuntuk kekuatan/erosivitasdarilimpasan
b. Teras bangku 0,04 permukaan dandinyatakan sebagairasiokerugiantanah
c. Contour cropping 0,14 di bawahlerengkecuramantertentu
Lahan Terbuka 1,00 danpanjanguntukkehilangan tanah
Permukiman 1,00 darikondisistandarkemiringanSo(9%), dan
Pertambangan 0,35 panjang22,13m(Wischmeier danSmith, 1978 dalam
Badan Air 0,01 Soewarno (1991) ):
(Sumber : Asdak 1995 & 2002 )

 = * + ,(65,4 ./0 21 + 4,56 ./01 + 0,00654)(6)
Faktor Erodibilitas Tanah (K) 22,13
Erodibilitas tanah (ketahanan tanah) dapat
ditentukan dengan aturan rumus perhitungan nilai K = panjang lereng dalam meter (proyeksi horizontal
dapat dihitung dengan persamaan (Weischmeier, et all, panjang lereng dalam meter),
1971). = sudut kemiringan (derajat),
t = eksponen panjang yang tergantung pada
 2,713 !","#(10# )(12 %) + 3,25(' 2) + 2,5(( 3)) kemiringan lereng (dengan nilai 0,5 untuk lereng
= (5)
100
melebihi 5%, 0,4 selama 3-5% lereng, dan 0,3
Dimana : untuk lereng kurang dari 3% lereng).
K = Faktor erodibilitas tanah Skor berdasarkan kemiringan lerengnya dapat
M= ukuran partikel (% pasir sangat halus+ % debu dilihat dalam Tabel 3 berikut.
x (100-% liat) % pasir sangat halus = 30 %
dari pasir (Sinukaban dalam Sinulingga,1990) Tabel 3. Skor Kemiringan Lereng
a = kandungan bahan organik (% C x 1,724) Kemiringan Lereng Nilai Skor
b = harkat struktur tanah Kelas 1 : 0 8 % ( Datar ) 20
c = harkat permeabilitas tanah Kelas 2 : 8 15 % ( Landai ) 40
Salah satu cara untuk mengetahui Indeks Kelas 3 : 15 25 % ( Agak Curam ) 60
erodibilitas tanah (K) dapat dilakukan dengan Kelas 4 : 25 45 % ( Curam ) 80
menentukan jenis tanah terlebih dahulu seperti pada Kelas 5 : > 45 % ( Sangat Curam ) 100
Tabel 2. (Sumber : Asdak, 2004 : 415)

Tabel 2.Jenis-jenis Tanah


III. METODOLOGI PENELITIAN
Nilai K
Jenis Tanah ( Type of Soil)
( K Index) 3.1. Studi Pustaka
Alluvial 0,156 Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan
Andosol 0,278 pembelajaran terhadap bahan-bahan yang berhubungan
Andosol Coklat Keuningan 0,298 dengan permasalahan yang akan diteliti. Bahan-bahan
Andosol dan Regosol 0,271 tersebut berupa bahan yang didapat dari tulisan-tulisan
Granusol 0,176 ilmiah, diktat-diktat, buku-buku maupun internet yang
Latosol 0,075 berkaitan dengan masalah yang diteliti. Informasi yang
Latosol Coklat 0,175 didapat dari studi pustaka ini dapat digunakan sebagai
Latosol Coklat dan Latosol Coklat 0,091 acuan dalam pelaksanaan penelitian ini.
Kekuningan
3.2. Pengumpulan Data
Latosol Coklat dan Regosol 0,186
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data-
Latosol Coklat Kemerahan 0,062
data yang akan mendukung pelaksanaan penelitian pola
Latosol Coklat Kemerahan dan 0,067
spasial transport sedimen pada sub DAS Lematang
Latosol Coklat
Hulu.
Latosol Coklat Kemerahan dan 0,061 Data-data yang diperlukan meliputi :
Latosol Merah 1. Peta Topografi skala 1 : 50.000, wilayah
Latosol Coklat Kemerahan, Latosol 0,046 penelitian
Merah Kekuningan dan Litosol 2. Citra Satelit wilayah Penelitian
Podsolik Kuning 0,107 3. Peta Tanah

ISSN: 2355-374X Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol. 1, No. 1, Desember 2013
34
Fahliza,U., dkk.: Analisis Erosi Pada SubDAS Lematang Hulu
4. Peta Tata Guna Lahan Tabel 4. Nama Sub Das Beserta Luas Area
5. Data curah hujan harian 10 tahunan Nama Sub DAS Luas Area ( Ha )
Sub DAS Lematang Hulu 1 88420,50
3.3. Analisis Data Sub DAS Lematang Hulu 2 52214,51
Setelah semua data telah terkumpul serta telah Sub DAS Lematang Hulu 3 79865,58
diketahui metode-metode yang akan digunakan maka Sub DAS Lematang Hulu 4 54325,88
data tersebuyt siap untuk dianalisis. Berikut ini tahapan Sub DAS Lematang Hulu 5 45397,04
analisis yang dilakukan :
1. Analisis data DEM untuk mendapatkan 1. Perhitungan EI 30 Menit
pembagia Sub DAS Lematang Hulu Setelah dilakukan perhitungan rencana hujan
2. Analisis curah hujan (I30 ) dan analisis indek dengan menggunakan dua cara, yaitu perhitungan
erosivitas (EI30) hujan harian)dan perhitungan hujan menit-menitan,
3. Analisis data peta jenis tanah pada sub DAS maka dipilih satu satu metode dengan hasil yang paling
Lematang Hulu (Indek nilai K) rasional. Maka yang digunakan adalah hasil
4. Analisis data peta tata guna lahan pada sub perhitungan hujan rencana jangka pendek (menit-
DAS Lematang Hulu (Indek nilai CP) menitan).
5. Analisis Data Lereng untuk mendapatkan Dimana : I60 = 49,381mm/jam=4,9381cm/jam
kemiringan serta panjang lereng (Faktor LS) I30 =71,863mm/jam=7,1863cm/jam
6. Analisis Erosi berdsarkan metode RUSLE Dengan menggunakan rumus , yaitu :
Semua proses tersebut di atas dilakukan dengan Untuk Energi Hujan :
bantuan perangkat lunak ILWIS dan juga MAP Info.
Adapun untuk analisis curah hujan dilakukan dengan E = 210,3 + 89 Log I
membandingkan curah hujan rencana harian dengan E = 210,3 + 89 Log (4,9381cm/jam)
menggunakan rumus Mononobe dan curah hujan jam- = 271,026 (ton-meter/ha.cm hujan)
jaman dengan rumus Talbot, Sherman dan Ishiguro, Untuk Indek Erosifitas Hujan :
kemudian dipilih curah hujan yang akan digunakan EI30 = E x ( I30 x 10-2)
kemudian dilanjutkan dengan perhitungn indek E = 271,026 x (7,1863cm/jam x 10-2)
erosivitas dengan rumus Smith & Weischmeier. = 19,477
Selanjutnya proses analisis peta menggunakan
bantuan perangkat lunak ILWIS dan Map Info samapi 2. Menganalisis peta untuk mendapatkan faktor
pada analisa erosi dengan metode RUSLE dengan cara erodibilitas (K, CP, dan LS)
mengoverlaykan peta hasil analisis sebelumnya.
a) Hasil Analisis Peta Jenis Tanah (Indek K)
3.4. Pembahasan Adapun jenis tanah yang ada pada daerah sub DAS
Membahas hasil yang diperoleh dari tiap proses Lematang Hulu dapat dilihat pada Gambar 2 berikut
tahapan analisis yang dilakukan antara lain analisis ini.
indeks erosivitas tanah dan analisis erosi tanah.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Analisa Perhitungan

Gambar 2. Peta Jenis Tanah


( Sumber : Pengolahan Atribut Peta DAS Lematang
Hulu)

Berikut ini adalah tabel jenis tanah pada Sub DAS


Lematang Hulu berdasarkan peta jenis tanah di atas.
Gambar 1. Batas Sub DAS Lematang Hulu
( Sumber : Pengolahan Atribut Peta DAS Lematang
Hulu)

ISSN: 2355-374X Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol. 1, No. 1, Desember 2013
35
Fahliza,U., dkk.: Analisis Erosi Pada SubDAS Lematang Hulu
Tabel 5. Jenis Tanah Sub Das Lematang Hulu Kering Primer
Area Hutan Lahan
Jenis Tanah % Nilai_K 27660,085 8,63 0,500
(Ha)
Kering Sekunder
A. Podsolik Merah
10427 3,59 0,166 PLK Campur
Kekuningan 177031,144 55,24 0,430
Podsolik Coklat Semak
2512 0,87 0,166
Kekuningan Lahan Terbuka 160,459 0,05 0,350
Podsolik Merah
Kekuningan
17337 5,97 0,166 Perkebunan 2088,594 0,65 0,100
A. Litosol & Latosol Permukiman 4020,74 1,25 0,200
2151 0,74 0,091
Coklat Kuning Sawah 17274,654 5,39 0,020
A. Podmerkun & Podsolik Semak Belukar 32211,849 10,05 0,700
34704 11,96 0,166
Coklat Kuning
A. Podsolik Cokla t&
Pertambangan 5147,945 1,61 0,350
17096 5,89 0,166 Pertanian Lahan
Podsolik
3452,672 1,08 0,630
A. Podsolik
15131 5,21 0,107
Kering (PLK)
Kuning&Podsolik Tubuh Air 834,783 0,26 0,010
Podsolik Kuning 753 0,26 0,107
(Sumber: Pengolahan Atribut Peta Penggunaan Lahan
A. Podosolik Merah
12683 4,37 0,166 Dengan MapInfo)
Kuning & Podsolik
A. Podsolik Kuning &
2300 0,79 0,249
Hidro c) Hasil Analisis Peta Lereng (Indek LS)
Podsolik Coklat Faktor kemiringan dan panjang lereng (LS) terdiri
5473 1,89 0,166
Kemerahan
dari dua komponen, yakni faktor kemiringan dan faktor
A. Podsolik Coklat &
Litosol
57681 19,88 0,166 panjang lereng.
Kombinasi Adapun pembagian daerah lereng pada sub DAS
Podcok&Regosol Coklat 1938 0,67 0,290 Lematang hulu ini adalah sebagai berikut:
Kuning
A. Andosol Coklat &
99068 34,14 0,298
Regoso
A. Latosol Coklat &
6518 2,25 0,270
Regosol Coklat Kuning
A. Aluvial Coklat 4387 1,51 0,156

b) Hasil Analisis Peta Tata Guna Lahan (Indek


CP)
Adapun pembagian daerah penggunaan lahan pada
sub DAS Lematang hulu ini adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Peta Lereng


( Sumber : Pengolahan Atribut Peta DAS Lematang
Hulu)

Berikut ini adalah tabel kemiringan lereng sub


DAS Lematang Hulu berdasarkan peta lereng di atas.

Tabel 7. Kemiringan lereng Sub Das Lematang Hulu


Kemiringan Keterangan Luas (Ha) %
(%)
Gambar 3. Peta Tata Guna Lahan
0-8 Datar 68748,012 21,54
( Sumber : Pengolahan Atribut Peta DAS Lematang
8-15 Landai 67870,174 21,27
Hulu)
15-25 Agak Curam 94769,459 29,70
Berikut ini adalah tabel tata guna lahan wilyah 25-45 Curam 68660,025 21,52
sub DAS Lematang Hulu berdasarkan peta tata guna 45-100 Sangat Curam 19056,919 5,97
lahan di atas. (Sumber: Pengolahan Atribut Peta Lereng Dengan MapInfo)

Tabel 6. Tata Guna Lahan Sub Das Lematang Hulu


Tata Guna Lahan Area (ha) % Nilai C
Hutan Lahan 50581,933 15,78 0,030

ISSN: 2355-374X Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol. 1, No. 1, Desember 2013
36
Fahliza,U., dkk.: Analisis Erosi Pada SubDAS Lematang Hulu
d) Peta Besar Erosi Hasil Analisis Model RUSLE 4.2. Pembahasan
Setelah semua peta telah siap maka dapat Penelitian ini pada dasarnya untuk menganalisis
dilakukan proses overlay dengan menggunakan indeks erosivitas serta mengetahui besarnya erosivitas
bantuan perangkat lunak ILWIS. berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti
Berikut adalah Peta hasil overlay yang dilakukan jenis tanah, tata guna lahan, serta kemiringan lereng .
dengan mengunakan Rumus RUSLE : Nilai erosi dengan besar yang cukup tinggi yaitu
2904,157 Ton/Ha/Tahun sampai 4354,152
Ton/Ha/Tahun terdapat pada daerah dengan jenis tanah
Andosol dan Podsolik yang merupkan jenis tanah yang
peka terhadap erosi, jika di skor berdasarkan kepekaan
tanah terhadap erosi menurut Asdak (2004) (Tabel 2.2)
maka tanah ini berada pada Kelas 4 dengan nilai skor
60. Artinya benar bahwa faktor jenis tanah
berpengaruh terhadap besar erosi.
Jika dilihat berdasarkan peta tata guna lahan dapat
dilihat bahwa nilai erosi dengan besar cukup tinggi
yaitu 2904,157 Ton/Ha/Tahun sampai 4354,152
Ton/Ha/Tahun terdapat pada lahan dengan tata guna
lahan sebagai lahan terbuka dan sawah, nilai CP untuk
kedua tata guna lahan menurut Asdak (1995&2002)
Gambar 5. Peta Erosi Yang Terjadi Pada Sub DAS (Tabel 2.3) adalah 1 dan 0,02. Nilai 1 adalah nilai
Lematang Hulu terbesar dalam tata guna lahan, itu artinya tata guna
lahan juga mempengaruhi besar erosi yang terjadi.
Dari peta tersebut dapat ditabulasikan besarnya Dan jika dilihat berdasarkan peta kemiringan
erosi pada setiap sub DAS Lematang Hulu seperti lereng dapat dilihat bahwa nilai erosi dengan besar
dalam Tabel 8 berikut : cukup tinggi yaitu 2904,157 Ton/Ha/Tahun sampai
4354,152 Ton/Ha/Tahun terdapat pada daerah dengan
Tabel 8. Besar Erosi Pada Sub DAS Lematang Hulu ketinggian 25-45% hingga >45%. Jika di skor
Luas Sub Besar Erosi Makimum berdasarkan kemiringan lereng menurut Asdak (2004)
Nama Sub DAS
DAS (Ha) (Ton/Ha/Tahun) (Tabel 2.1) maka tanah ini berada pada Kelas 4 dengan
Sub Das L Hulu 1 88420,5 5.804 kondisi curam dan nilai skor 80 hingga Kelas 5 dengan
Sub Das L Hulu 2 52214,51 4.207 kondisi sangat curam dan nilai skor 100. Artinya benar
Sub Das L Hulu 3 79865,58 5.804 bahwa faktor kemiringan lereng juga sangat
Sub Das L Hulu 4 54325,88 2.902 berpengaruh terhadap besar erosi.
Sub Das L Hulu 5 45397,04 2.902
(Sumber: Analisis Erosi Dengan Menggunakan
ILWIS) V. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil peta-peta yang didapatkan dari 5.1. Kesimpulan
pengolahan data sebagai indek parameter yang Setelah dilakukan analisis erosi pada Sub DAS
digunakan dalam overlay analisis erosi yaitu peta jenis Lematang Hulu dengan menggunakan ditarik
tanah Gambar 2 , peta tata guna lahan Gambar 3 , peta kesimpulan :
kemiringan lereng Gambar 4, serta peta indek 1. Dari hasil analisis yang telah dilakukan nilai
erosivitas Gambar 5. Dan apabila diamati pada peta Indek Erosivitas (EI30) yang diperoleh yakni
hasil analisis erosi Gambar 6 dapat diyatakan bahwa sebesar 194,77 .
besarnya erosi sangat terpengaruh oleh faktor-faktor 2. Berdasarkan hasil analisis erosi dengan
diatas. Dapat dilihat pada Gambar7 berikut ini. menggunakan rumus RUSLE ditarik
kesimpulan bahwa nilai erosi maksimum pada
sub DAS Lematang Hulu yaitu sebesar
Besar Erosi Makimum <4354,152 - 5904,146 Ton/Ha/Tahun, nilai
7,000 erosi minimum sebesar <4,168 Ton/Ha/Tahun
6,000
5,000 sedangkan nilai erosi rata-rata sebesar
4,000
3,000 2904,157 Ton/Ha/Tahun. Dari peta tersebut
2,000 sebagian besar wilayah penelitian mengalami
1,000
0 erosi yang paling minimum namun juga
88420,5 52214,51 79865,58 54325,88 45397,04 terdapat daerah yang mengalami erosi yang
cukup tinggi dan dari foto lapangan diketahui
Sub Das L Sub Das L Sub Das L Sub Das L Sub Das L kondisi itu benar terjadi.
Hulu 1 HuluBesar
2 Erosi
HuluMakimum
3 Hulu 4 Hulu 5
5.2. Saran
Berdasrkan penelitian yang telah dilakukan
(Sumber : Analisis Dengan Ms.Excel)
berikut saran yang dapat penulis sampaikan:
|Gambar 7. Persentasi Luas Area Erosi Berasarkan
Besar Erosinya

ISSN: 2355-374X Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol. 1, No. 1, Desember 2013
37
Fahliza,U., dkk.: Analisis Erosi Pada SubDAS Lematang Hulu
1. Pada daerah-daerah yang teridentifikasi 19) Survey Hidrologi Monitoring Pengelolaan DAS.
sebagai wilayah yang rawan terhadap erosi Direktorat sungai dengan Direktorat penyelidikan
perlu diadakan tindakan konservasi tanah dan masalah air, Puslitbang Air, Bandung, 1985.
perbaikan pengolahan lahan. Dan untuk 20) Guzmn, Rafael Hernndez, dkk, Evaluation of
daerah lain yang tergolong relatif aman, perlu total runoff for the Rio San Pedro sub-basin
juga untuk tetap memperhatikan kegiatan (Nayarit, Mexico) assessing their hydrologic
pengolahan dan konservasi tanah, agar tingkat response units, Journal of Spatial Hydrology
bahaya erosi tidak menjadi lebih berat. Vol.9, N0.2 Fall 2009.
2. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut 21) Herawati, Tuti. ANALISIS SPASIAL TINGKAT
untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal BAHAYA EROSI DI WILAYAH DAS CISADANE
dalam prediksi erosi dan sedimentasi. KABUPATEN BOGOR (Spatial Analysis of
Erosion Danger Level at Cisadane Watershed
DAFTAR PUSTAKA Area Bogor District), Pusat Litbang Hutan dan
1) ________., Konservasi Tanah dan Air.Institut Konservasi Alam, 2010.
Pertanian Bogor Press. Bogor. 2000. 22) Kalyanapu,Alfred J. dkk, Effect of land use-based
2) ________. Konservasi Tanah dan Air.Institut surface roughness on hydrologic model
Pertanian Bogor Press, Bogor, 2006. output,Journal of Spatial Hydrology Vol.9, No.2
3) Asdak, C., Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Fall, 2009.
Aliran Sungai. Gajah Mada University Press, 23) Machairiyah, Analisis Curah Hujan Untuk
Yogyakarta, 2002. Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode
4) Arsyad, S., Konservasi Tanah dan Air. Institut Rasional Pada DAS Percut Kabupaten Deli
Pertanian Bogor Press, Bogor, 1989. Serdang, 2007.
5) Budi Sulistioadi, Y., Buku Panduan Pelatihan
FREE/OPEN SOURCE GIS: ILWIS 3.4 UNTUK
PENGELOLAAN SUMERDAYA AIR DAN
DAERAH ALIRAN SUNGAI. Lab. Konsevasi
Tanah & Air, Fakulta Kehutanan, Universitas
Mulawarman, Samarinda, 2008.
6) Faisol, Arif dan Indarto, Konsep Dasar Analisi
Spasial,Penerbit : ANDI, Yogyakarta, 2012.
7) Hardjowigeno, S., Ilmu Tanah. Akademika
Presindo, Jakarta, 2003.
8) Modul Pelatihan SIG (Sistem Informasi Geografi)
ArtGIS. PT Geomatik-Konsultan,Makasar, 2010.
9) Penuntun Praktikum Fisika Tanah. Departemen
Ilmu Tanah, FP- USU, 2003.
10) Prahasta, Eddy., Konsep Konsep Dasar Sistem
Informasi Geografi, Informatika, Bandung. 2001.
11) Soemarto, CD., Hidrologi Teknik, Penerbit
Erlangga, Jakarta. 1999.
12) Soemarto, CD., HIDROLOGI TEKNIK. Penerbit
Usaha Nasional, Surabaya, 1987.
13) Soewarno, HIROLOGI PENGUKURAN DAN
PENGELOLAHAN DATA ALIRAN SUGAI
(HIDROMETER). Penerbit : NOVA, Bandung,
1991.
14) Sosrodarsono, Suyono dan Kensaku Takeda,
Hidrologi Untuk Pengairan. Penerbit : Pradnya
Pramita, Jakarta, 1999.
15) Suripin, Drainase Perkotaan yang Berkelanjuta.,
ANDI OFFSET, Yogyakarta. 2004.
16) Utomo, W. H., Konservasi Tanah di Indonesia.
Suatu Rekaman dan Analisa Rajawali Pers,
Jakarta. 1989.
17) Wardiyatmoko, K. Goegrafi SMA Kelas X.
Penerbit: Erlangga. Jakarta, 1991.
18) Deginet, Moges Desalegn, Land Surface
Representation for Regional RainFall-RunOff
Modelling, Upper Blue Nile, Ethiop. International
Institute for Geo-Information Science and Earth
Observation Anschede, The Netherlands, 2008.

ISSN: 2355-374X Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol. 1, No. 1, Desember 2013
38
Fahliza,U., dkk.: Analisis Erosi Pada SubDAS Lematang Hulu

ISSN: 2355-374X Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan


Vol. 1, No. 1, Desember 2013
39

Anda mungkin juga menyukai