TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk :
1. Menentukan panjang gelombang optimum untuk menentukan
konsentrasi larutan CuSO4 dan Rhodamin B.
2. Membuat kurva kalibrasi absorbansi versus konsentrasi untuk
larutan CuSO4 dan Rhodamin B.
3. Menentukan konsentrasi larutan CuSO4 x ppm dan Rhodamin
B y ppm menggunakan spektrofotometer UV-Visible.
Gambar
Gamb1.arSkema Kerja
1. Skema Spektrofotometri
KerjaSpektrofotometri
(Skoog, 1985)
5
2. Memenuhi Hukum Lambert-Beer dengan pembuktian bentuk
kurva kalibrasi berupa garis linier.
3. Apabila dilakukan pengulangan percobaan, maka kesalahan
relatif kecil dan data yang didapat akurat.
4. Pengukuran zat dengan konsentrasi rendah tetap akan
terdeteksi karena memenuhi Hukum Lambert-Beer (Rohman,
2007)
Kurva kalibrasi dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi larutan yang tidak diketahui konsentrasinya. Cara
menentukannya adalah dengan menyatakan hubungan antara
absorbansi dan konsentrasi pada kurva kalibrasi dalam bentuk
persamaan linier, kemudian melakukan perhitungan dengan
memasukkan absorbansi larutan dengan konsentrasi x ppm yang
sudah diukur ke dalam persamaan linier.
Dalam percobaan ini, spektofotometri digunakan untuk
menganalisis larutan CuSO4 dan Rhodamin B. Ada beberapa
alasan yang mendasari penggunaan spektofotometri UV-Visible
dalam analisis kedua larutan tersebut, antara lain :
1. Karena absorbansi radiasi pada larutan CuSO4 dan Rhodamin
B dalam bentuk molekul.
Jika dalam bentuk atom, maka menggunakan metode
Atomic Absorption Spectroscopy.
2. Karena spektrofotometer UV-Visible dapat menentukan kadar
atau konsentrasi zat organik atau anorganik dalam larutan.
Rhodamin B adalah zat organik dan CuSO4 adalah zat
anorganik. Selain itu, biasanya metode AAS cenderung untuk
anorganik dan FTIR cenderung untuk zat organik saja.
3. Karena absorbansi maksimum kedua larutan tersebut terletak
pada panjang gelombang optimum yang kisarannya pada 190-
380 nm atau 380-900 nm (kisaran gelombang sinar UV dan
cahaya tampak).
6
Selain itu, untuk metode FTIR panjang gelombang yang
digunakan di antara 1000-4000 nm.
4. Karena pada Rhodamin B dan larutan CuSO4 sama-sama
memiliki ikatan pi yang dapat menyerap energi ultraviolet dan
atau cahaya tampak yang digunakan untuk eksitasi elektron ke
orbital yang lebih tinggi.
5. Karena spektrofotometri memiliki sensitivitas yang tinggi,
dengan pembuktian dapat digunakan untuk mengukur larutan
konsentrasi rendah (dalam percobaan ini larutan Rhodamin B
dan CuSO4 konsentrasinya rendah).
Selain untuk menguji absorbansi larutan CuSO4 dan
Rhodamin B, metode spektrofotometri UV-Visible dapat
diaplikasikan pada berbagai hal, di antaranya :
1. Penetetapan Fe(II) sebagai kompleks dengan o-fenantrolin
(Vis) dengan analisis kuantitatif.
2. Penetapan nitrat dalam makanan daging olahan dengan
analisis kuantitatif.
3. Penetapan kafein dalam berbagai kemasan minuman kaleng
dengan analisis kuantitatif (Anna, 2011)
Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari terdapat contoh
aplikasi nyata metode spektofotometri, yaitu penyerapan cahaya
polikromatik pada matahari oleh pigmen warna tumbuhan
(klorofil) yang kemudian digunakan pada saat reaksi cahaya.
Klorofil yang merupakan zat warna hijau pada daun ternyata
efektif menyerap gelombang pada spektrum warna biru dan merah,
sehingga cahaya yang direfleksikan ke mata manusia berwarna
hijau. Klorofil yang sensitif terhadap sinar menghasilkan makanan
melalui fotositesis, melalui reaksi terang dan reaksi gelap. Cahaya
putih polikromatik yang menyinari daun akan diserap spektrum
merah dan biru yang kemudian dapat mentransmisikan warna
7
hijau, dimana sinarnya digunakan untuk reaksi-reaksi cahaya
(Hartiwi, 2009).
b. Alat
Keterangan :
Keterangan:
1. Spektrofotometer
1. Spektrofotometer
2. Tempat
2. Tempat cuvet
Cuvet
3. Kabel USB
3. Kabel USB
4. Laptop
(3)
C
(4) 4. Laptop
(1)
(2)
Gambar2.RangkaianAlatSpektrofotometerUV-Visible
Gambar 2. Rangkaian Alat Spektrofotometer UV-Visible
c. Cara Percobaan
1. Pembuatan Larutan CuSO4 10.000 ppm
Kristal CuSO4 1,0009 gram ditimbang dengan
menggunakan gelas arloji dalam neraca analitis digital.
Gelas beker 250 mL diisi dengan aquadest, lalu kristal
CuSO4 dilarutkan ke dalam gelas beker berisi aquadest dan
diaduk dengan gelas pengaduk hingga semua kristal terlarut.
Larutan tersebut dituang ke dalam labu ukur 100 mL dengan
menggunakan corong gelas, kemudian diisi dengan aquadest
8
menggunakan botol semprot hingga tanda batas, lalu digojog
hingga homogen.
2. Pengenceran Larutan CuSO4 yang Akan Diuji
Larutan CuSO4 10.000 ppm yang ada di dalam labu
ukur 100 mL diambil 25,0000 mL dengan pipet volume 25
mL dan dimasukkan ke dalam gelas beker I. Labu ukur diisi
aquadest sampai tanda batas, lalu ditutup dan digojog
hingga homogen, sehingga menghasilkan larutan CuSO4
7.500 ppm. Larutan diambil 60,0000 mL dengan pipet
volume 25 mL dan 10 mL dan dimasukkan ke dalam gelas
beker II. Labu ukur diisi aquadest sampai tanda batas, lalu
ditutup dan digojog hingga homogen sehingga
menghasilkan larutan CuSO4 3.000 ppm. Larutan diambil
50,0000 mL dengan pipet volume 25 mL dan dimasukkan
ke dalam gelas beker III. Labu ukur diisi aquadest sampai
tanda batas, lalu ditutup dan digojog hingga homogen
sehingga menghasilkan larutan CuSO4 1.500 ppm. Larutan
diambil 50,0000 mL dengan menggunakan pipet volume 25
mL dan dimasukkan ke dalam gelas beker IV. Labu ukur
diisi dengan aquadest sampai tanda batas, lalu ditutup dan
digojog hingga homogen sehingga menghasilkan larutan
CuSO4 750 ppm.
3. Pembuatan Kurva Kalibrasi CuSO4
Kabel USB dan spektrofotometer dihubungkan ke
laptop dan Software Logger Lite dibuka. Cuvet diisi dengan
aquadest sampai batas tempat cuvet, lalu dimasukkan ke
dalam tempat cuvet pada spektrofotometer. Pada bagian
toolbar, dipilih Experiment Calibrate Spectrometer 1.
Proses kalibrasi ditunggu hingga selesai, lalu diklik Finish
Calibration, OK. Apabila pengkalibrasian telah selesai,
cuvet dikeluarkan dan aquadest dibuang. Cuvet lalu dicuci
9
dengan larutan CuSO4 yang akan diuji, dan larutan CuSO4
yang akan diuji dimasukkan ke dalam cuvet, kemudian
cuvet dimasukkan ke tempat cuvet pada spektrofotometer.
Tombol Collect diklik, lalu diklik stop, maka akan
ditampilkan tabel pada sebelah kiri Windows. Pajang
gelombang optimum dengan nilai absorbansi maksimum
dipilih, kemudian tombol wave diklik dan dipilih
Absorbance vs Concentration, lalu panjang gelombang
yang tercheklist dilihat. Nilai absorbansi yang diperoleh
lalu dicatat dan percobaan diulangi dengan konsentrasi
7.500, 3.000, 1.500 dan 750 ppm secara berurutan dari
konsentrasi yang terendah. Plot data absorbansi versus
konsentrasi di Microsoft Excel.
4. Penentuan Konsentrasi Larutan CuSO4 x ppm
Cuvet dicuci dan diisi dengan aquadest, lalu cuvet
dimasukkan ke dalam tempat cuvet pada spektrofotometer.
Nilai absorbansinya diamati hingga menunjukkan 0,000.
Cuvet dikeluarkan dan aquadest dibuang. Cuvet dicuci
dengan larutan CuSO4 x ppm, kemudian cuvet diisi dengan
larutan CuSO4 x ppm. Cuvet dimasukkan ke dalam tempat
cuvet pada spektrofotometer. Tombol Collect diklik, lalu
diklik stop. Nilai absorbansi yang ditunjukkan dicatat dan
diplotkan ke dalam kurva kalibrasi.
5. Pengenceran Larutan Rhodamin B yang Akan Diuji
Labu ukur 100 mL diisi sedikit aquadest, lalu
ditambahkan dengan 5,0000 mL larutan Rhodamin B 100
ppm yang diambil dari botol penyimpanan dengan
menggunakan pipet volume 5 mL. Labu ukur diisi dengan
aquadest sampai tanda batas, lalu ditutup dan digojog
hingga homogen sehingga dihasilkan larutan Rhodamin B 5
ppm. Larutan dalam labu ukur diambil sebanyak 60,0000
10
mL dengan menggunakan pipet volume 25 mL dan 10 mL
dan dimasukkan ke dalam gelas beker V. Labu ukur
kemudian diisi dengan aquadest sampai tanda batas, lalu
ditutup dan digojog hingga homogen sehingga dihasilkan
larutan Rhodamin B 2 ppm. Larutan dalam labu ukur
diambil sebanyak 50,0000 mL dengan menggunakan pipet
volume 25 mL dan dimasukkan ke dalam gelas beker VI.
Labu ukur kemudian diisi dengan aquadest sampai tanda
batas, lalu ditutup dan digojog hingga homogen sehingga
menghasilkan larutan Rhodamin B 1 ppm. Larutan dalam
labu ukur diambil sebanyak 75,0000 mL dengan
menggunakan pipet volume 25 mL dan dimasukkan ke
dalam gelas beker VII. Labu ukur diisi dengan aquadest
sampai tanda batas, lalu ditutup dan digojog hingga
homogen sehingga dihasilkan larutan Rhodamin B 0,25
ppm. Larutan dalam labu uur diambil 60,0000 mL dengan
menggunakan pipet volume 25 mL dan 10 mL dan
dimasukkan ke dalam gelas beker VIII. Labu ukur
kemudian diisi dengan aquadest sampai tanda batas, lalu
ditutup dan digojog hingga homogen sehingga dihasilkan
larutan Rhodamin B 0,1 ppm.
6. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Rhodamin B
Cuvet diisi dengan aquadest, lalu cuvet dimasukkan
ke dalam tempat cuvet pada spektrofotometer. Pada bagian
toolbar, diklik Experiment Calibrate Spectrometer 1.
Proses pengkalibrasian ditunggu hingga selesai, kemudian
diklik Finish Calibration, OK. Cuvet dikeluarkan dan
aquadest dibuang. Larutan Rhodamin B 100 ppm yang
sudah diencerkan menjadi 5 ppm digunakan untuk mencuci
cuvet, kemudian cuvet diisi dengan larutan Rhodamin B 5
ppm dan dimasukkan ke dalam tempat cuvet pada
11
spektrofotometer. Tombol Collect diklik, maka akan
muncul tabel pada sebelah kiri Windows, lalu diklik stop.
Panjang gelombang optimum larutan Rhodamin B yang
menunjukkan nilai absorbansi maksimum dipilih pada tabel
di sebelah kiri. Tombol wave diklik lalu dipilih Absorbance
vs Concentration dan dicentang panjang gelombang
optimum yang sesuai, lalu diklik OK. Nilai absorbansi yang
ditunjukkan pada bagian kiri bawah dicatat. Pengukuran
absorbansi dilakukan dengan konsentrasi 2 ; 1 ; 0,25 ; dan
0,1 ppm secara berurutan dari konsentrasi terendah. Kurva
kalibrasi absorbansi versus konsentrasi dibuat pada
Microsoft Excel.
7. Pengenceran Larutan Rhodamin B y ppm
Labu ukur 100 mL diisi sedikit aquadest, lalu
ditambahkan 5,0000 mL larutan Rhodamin B y ppm yang
diambil dari botol penyimpanan dengan menggunakan pipet
volume 5 mL. Labu ukur kemudian diisi dengan aquadest
smapai tanda batas, lalu ditutup dan digojog hingga
homogen.
8. Penentuan Konsentrasi Larutan Rhodamin B y ppm
Cuvet diisi dengan aquadest, lalu dimasukkan ke
dalam tempat cuvet pada spektrofotometer. Nilai
absorbansinya diamati hingga menunjukkan 0,000. Cuvet
dikeluarkan dan aquadest dibuang. Larutan Rhodamin B y
ppm yang sudah diencerkan dua puluh kali digunakan untuk
mencuci cuvet, lalu cuvet diisi dengan larutan pengenceran
Rhodamin B y ppm dan cuvet dimasukkan ke dalam tempat
cuvet pada spektrofotometer. Tombol Collect diklik, lalu
diklik stop. Nilai absorbansi yang ditunjukkan dicatat dan
diplotkan ke dalam kurva kalibrasi.
12
d. Analisis Data
1. Larutan CuSO4
a) Penentuan Panjang Gelombang Optimum
Panjang gelombang optimum merupakan panjang
gelombang yang ditunjukkan saat absorbansi yang
terbaca bernilai paling besar (maksimum).
b) Penentuan Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi merupakan plot kurva hubungan
absorbansi dan konsentrasi larutan CuSO4. Konsentrasi
larutan CuSO4 dapat dihitung dengan persamaan :
vlarutan
dengan keterangan : mCuSO4 = masa CuSO4 (g)
vlarutan = volume larutan (mL)
Sedangkan untuk memperoleh larutan CuSO4
dengan berbagai konsentrasi, dilakukan pengenceran
dengan persamaan :
V1 . M1 = V2 . M2 (3)
dengan keterangan :
V1 = volume larutan CuSO4 mula-mula (mL)
V2 = volume larutan CuSO4 setelah pengenceran (mL)
M1 = konsentrasi larutan CuSO4 mula-mula (ppm)
M2 = konsentrasi larutan CuSO4 setelah pengenceran
(ppm)
Kemudian dibuat plot grafik hubungan absorbansi
versus konsentrasi larutan CuSO4.
c) Penentuan Kurva Hubungan antara Absorbansi dan
Konsentrasi
Hubungan antara absorbansi dan konsentrasi dapat
dinyatakan dengan persamaan :
13
y = ax + b (4)
dengan keterangan :
y = absorbansi larutan CuSO4
x = konsentrasi larutan CuSO4 (ppm)
a,b = konstanta
dengan regresi linier (least-square method) diperoleh :
a = nxy - xy (5)
nx2 (x)2
b = y - ax (6)
n
2. Larutan Rhodamin B
a) Penentuan Panjang Gelombang Optimum
Panjang gelombang optimum merupakan panjang
gelombang yang ditunjukkan saat absorbansi yang
terbaca bernilai paling besar (maksimum).
b) Penentuan Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi merupakan plot kurva hubungan
absorbansi dan konsentrasi larutan Rhodamin B. Untuk
memperoleh larutan Rhodamin B dengan berbagai
konsentrasi, dilakukan pengenceran dengan persamaan :
V1 . M1 = V2 . M2 (7)
14
dengan keterangan :
V1 = volume larutan Rhodamin B mula-mula (mL)
V2 = volume larutan Rhodamin B setelah pengenceran
(mL)
M1 = konsentrasi larutan Rhodamin B mula-mula (ppm)
M2 = konsentrasi larutan Rhodamin B setelah
pengenceran (ppm)
Kemudian dibuat plot grafik hubungan absorbansi
versus konsentrasi larutan Rhodamin B.
c) Penentuan Kurva Hubungan antara Absorbansi dan
Konsentrasi
Hubungan antara absorbansi dan konsentrasi dapat
dinyatakan dengan persamaan :
y = ax + b (4)
dengan keterangan :
y = absorbansi larutan Rhodamin B
x = konsentrasi larutan Rhodamin B (ppm)
a,b = konstanta
dengan regresi linier (least-square method) diperoleh :
a = nxy - xy (5)
nx2 (x)2
b = y - ax (6)
n
15
Persamaan (4) yaitu x = y-b sehingga dapat
dihitung konsentrasi a larutan Rhodamin B
y ppm.
0.4 7500
Data Percobaan
Absorbansi
2222.589
Data CuSO4 x
0.3
ppm
0.2
0.1
0
0 5000 10000 15000
Konsentrasi (ppm)
17
Jika kita lihat pada kurva kalibrasi terdapat nilai R2 = 0,999,
dimana R squared value (R2) atau yang disebut juga dengan
koefisien determinasi merupakan hasil ukur dari persamaan regresi
linier yang memberikan proporsi atau presentase variasi total
dalam variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai R2
berkisar antara 0-1, dimana apabila R2 mendekati 1 maka
kesesuaian hasil dinyatakan lebih baik. R2 akan meningkat
bersamaan dengan meningkatnya jumlah variabel, namun relatif
kecil hingga bisa diabaikan. Berdasarkan R2 pada kalibrasi yang
bernilai 0,9991 , berarti kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variabel terikatnya adalah 99,91%. Nilai tersebut
dikategorikan baik karena mendekati 100%.
Sedangkan untuk pengukuran absorbansi pada larutan
Rhodamin B 5 ppm diperoleh absorbansi sebesar 0,893 , larutan
Rhodamin B 2 ppm absorbansinya sebesar 0,390 , larutan
Rhodamin B 1 ppm absorbansinya sebesar 0,224 , larutan
Rhodamin B 0,25 ppm absorbansinya sebesar 0,080 dan larutan
Rhodamin B 0,1 ppm absorbansinya sebesar 0,062.
Absorbansi larutan Rhodamin yang berwarna merah
keunguan diukur pada panjang gelombang optimum larutan
Rhodamin B yakni 552,6 nm.
Jika kita lihat, panjang gelombang optimum pada larutan
CuSO4 dan larutan Rhodamin B berbeda. Hal ini berkaitan dengan
spektrum warna yang diserap oleh larutan. Larutan CuSO4 yang
memiliki warna biru, dimana warna tersebut sebenarnya
merupakan komplemen dari warna sinar yang diserap yakni merah.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa larutan CuSO4 yang berwarna
biru menyerap sinar berwarna merah yang memiliki panjang
gelombang berkisar 610 nm ke atas. Sedangkan larutan Rhodamin
B yang berwarna merah keunguan dapat menyerap sinar dengan
warna komplemennya yakni hijau kekuningan yang memiliki
18
panjag gelombang berkisar antara 530-559 nm. Hal ini sesuai,
karena diketahui panjang gelombang optimum larutan CuSO4
adalah 831,3 nm dan panjang gelombang optimum larutan
Rhodamin B adalah 552,6 nm. Pada intinya, perbedaan nilai
gelombang optimum suatu larutan berwarna dipengaruhi oleh
spektrum warna larutan itu sendiri yang akan mempengaruhi
penyerapan sinar dan panjang gelombangnya.
Dari data hasil pengukuran absorbansi, dapat dinyatakan
hubungan antara konsentrasi larutan Rhodamin B dan absorbansi
dalam bentuk kurva kalibrasi seperti berikut ini.
1
0.9 R = 0.9997
0.8 y = 0.17x + 0.0459
Keterangan :
0.7
Absorbansi
0.6 0.1
Data Percobaan
0.5 0.9771
Data Rhodamin
0.4 B y ppm
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6
Konsentrasi (ppm)
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil percobaan dan pembahasan
praktikum, dapat diambil beberapa poin penting, di antaranya :
1. Spektrofotometri adalah metode analisis dengan mengukur
radiasi energi berupa cahaya yang diserap oleh larutan
20
berwarna. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer UV-
Visible.
2. Panjang gelombang optimum ditunjukkan pada saat
absorbansi maksimum. Panjang gelombang optimum larutan
CuSO4 adalah 831,3 nm dan larutan Rhodamin B 552,6 nm.
3. Panjang gelombang optimum yang berbeda dikarenakan
spektrum warna larutan yang berbeda sehingga mempengaruhi
penyerapan sinar dengan warna dan panjang gelombang
tertentu.
4. Kurva kalibrasi larutan CuSO4 dan Rhodamin B menyatakan
hubungan antara absorbansi yang berbanding lurus dengan
konsentrasi seperti pada Hukum Lambert-Beer (A = .b.c).
Semakin besar absorbansinya, semakin besar pula
konsentrasinya dan semakin kecil nilai absorbansinya,
semakin kecil pula konsentrasi larutannya.
5. Persamaan linier yang menyatakan hubungan antara
absorbansi dan konsentrasi larutan CuSO4 adalah y =
5,4486.10-5x + 0,0089 dan persamaan linier yang menyatakan
hubungan antara absorbansi dan konsentrasi larutan Rhodamin
B adalah y = 0,1700x + 0,0459.
6. Konsentrasi larutan CuSO4 x ppm adalah sebesar 2222,5890
ppm dan konsentrasi larutan Rhodamin B y pm adalah
19,5420 ppm.
21
VI. DAFTAR PUSTAKA
Basset J et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EEC. Jakarta.
diakses dari sekara08.student.ipb.ac.id>2010/06/18 pada Senin, 11
April 2016 pukul 20.23 WIB
F.S, Rizka. 2015. Hasil Penelitian Spektrofotometri UV-VIS.
Universitas Jember. Jember.
diakses dari http://www.rizkafs.web.unej.ac.id>sites>2015/04 pada
Selasa, 22 Maret2016 ukul 22.37 WIB
Hartiwi, Etti. Trihandaru, Suryasatriya. 2009. Pengukuran
Spektrum Klorofil Daun Suji Menggunakan
Spektrofotometer Sederhana. Fakultas Sains dan
Matematika UKSW. Salatiga.
diakses dari
http://repository.uksw.wdu>bitstream>PROS_Hartiwi.Trih
andaru_pengukuran_spektrum_klorofil_fulltext.pdf pada
Senin, 11 April 2016 pukul 19.56 WIB.
Harvey. 2000. Modern Analytical Chemistry. The McGraw Hill
Companies. New York.
Http://kovalen.fkip.uns.ac.id/tipe-dan-analisis-spektrofotometri-uv-
vis/
diakses pada Senin, 21 Maret 2016 pukul 14.16 WIB.
Http://www.infolabling.com/2014/03/linearitas-kurva-kalibrasi-
parameter.html?m=l
diakses pada Senin, 21 Maret 2016 pukul 14.05 WIB.
Http://www.perpustakaan.untirta.ac.id>download
diakses pada Selasa, 22 Maret 2016 pukul 10.35 WIB
Mulyono, P. 2001. Diktat Kuliah Analisis Dasar Instrumen Dalam
Teknik Kimia. Fakultas Teknik. Yogyakarta.
Permatasari, Anna. 2011. Spektrofotometri Serapan UV-VIS.
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
22
diakses dari http://www.anna-permatasari.staf.upi.edu pada Selasa,
22 Maret 2016 pukul 09.22 WIB.
Seran, Emil. 2011. Spektrofotometer Sinar Tampak (Visible).
Skoog, D.A. 1985. Principles of Instrumental Analysis 3rd.
Saunders College Publishing. Philadelphia.
Skoog, D.A, D.M. West, F.J. Holler. 1996. Fundamental of
Analytical Chemistry 7th ed. Saunders College Publishing.
23
VII. LAMPIRAN
a. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia
1. Identifikasi Hazard Proses dan Alat
Untuk prosesnya sendiri, karena bekerja dengan
spektrofotometer UV-Visible yang merupakan alat
elektronik dimana terdapat hantara listrik di dalamnya, maka
dipastikan tidak terkena air agar tidak rusak. Selain itu, perlu
kehati-hatian dalam proses pemasangan dan pelepasan alat.
Untuk alat seperti cuvet, apabila cuvet basah atau kotor
dinding luarnya sebaiknya dilap dengan lap kering atau tisu
agar pada saat dimasukkan ke dalam spektrofotometer UV-
Visible dapat diuji dengan akurat dan tidak menyebabkan
kerusakan pada spektrofotometer UV-Visible. Alat-alat
lainnya banyak yang berbahan kaca, sehingga perlu hati-hati
dalam memegang. Selain itu, apabila dirasa licin dalam
proses pencucian, gloves dapat dilepas. Selama praktikum
berlangsung diperlukan kehati-hatian dan fokus.
2. Identifikasi Hazard Bahan
a). Aquadest
Nama lain dari bahan ini adalah distillated water
yang memiliki rumus molekul H2O dengan berat molekul
18 gram/mol. Namun jenis aquadest yang digunakan
dalam Laboratorium Analisis Bahan adalah demineralized
water.
Aquadest merupakan cairan jernih tak berwarna, tak
berbau dan tak berasa. Aquadest tak memiliki resiko
bahaya, terlebih jika digunakan dalam kondisi suhu dan
tekanan ruang. Aquadest yang biasa digunakan sebagai
pelarut sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup untuk
menghindari tumpahan dan genangan.
24
b). Rhodamin B
Rhodamin B memiliki rumus molekul
C28H31N2O3Cl dengan berat molekul 479,02 gram/mol.
Rhodamin B merupakan padatan berupa serbuk berwarna
hijau atau violet kemerahan yang mudah larut di air.
Rhodamin B memiliki bahaya iritan, maka dari itu perlu
disimpan di tempat tertutup. Apabila terjadi kontak mata
cukup disiram dengan air selama lima belas menit dan
apabila terjadi kontak dengan kulit cukup dicuci dengan
air dan sabun.
c). Tembaga Sulfat (CuSO4)
Tembaga sulfat atau yang disebut cupric sulfate
memiliki rumus molekul CuSO4 dengan berat molekul
159,6 gram/mol. Tembaga sulfat memiliki karakteristik
berupa padatan berwarna biru yang mudah larut di air dan
sukar larut pada metanol. Zat yang bersifat stabil ini juga
bersifat iritan dan toxic (LD50 = 300 mg/kg), maka harus
disimpan di tempat tertutup, sejuk dengan ventilasi yang
baik. Apabila terjadi kontak mata, cukup disiram dengan
air selama lima belas menit, apabila terjadi kontak dengan
kulit cukup dicuci dengan air dan sabun dan jika tertelan
jangan dimasukkan apapun lagi.
c. Manajemen Limbah
Setiap limbah pasti diperlakukan dengan perlakuan yang
berbeda-beda. Seperti aquadest yang sisanya tetap dikembalikan
ke teko atau botol semprot. Sedangan limbah Rhodamin B
dibuang ke drum limbah halogen karena mengadung unsur
halogen, yaitu Cl. Limbah CuSO4 umumnya dibuang ke drum
logam berat karena mengandung unsur Cu, tetapi untuk
percobaan ini dibuang ke tempat yang telah disediakan yakni
botol limbah CuSO4 yang terdapat di dalam Laboratorium
Analisis Bahan.
d. Data Percobaan
1. Pembuatan larutan CuSO4 10.000 ppm
Massa CuSO4 : 1,0009 gram
Volume larutan : 100 mL
2. Pembuatan kurva kalibrasi larutan CuSO4
Panjang gelombang optimum = 831,3 nm
26
Daftar I. Data Percobaan Larutan CuSO4
27
5. Penentuan konsentrasi larutan Rhodamin B
Pengenceran : 20 kali
Absorbansi : 0,212
e. Perhitungan
1. Penentuan konsentrasi larutan CuSO4
Rumus : (2)
[CuSO4] = mCuSO4
vlarutan
[CuSO4] = 1,0009 g
100 mL
= 0,010009 M
= 10.009,0000 ppm
Untuk pegenceran larutan asumsi konsentrasi tetap
10.000 ppm.
No x (ppm) y x2 x.y
1 10.000 0,552 1,0000 x 108 5520,0000
2 7.500 0,422 5625,0000 x 104 3165,0000
3 3.000 0,169 9,0000 x 106 507,0000
4 1.500 0082 225,0000 x 104 123,0000
5 750 0,059 5625,0000 x 102 44,2500
22750,0000 1,2840 168062500,0000 9359,2500
29
nilai a = nxy - xy (5)
nx2 (x)2
a = 5,4486 x 10-5
nilai b = y - ax (6)
n
b = 1,2840 5,4486 x 10-5 (22750,0000)
5
= 0,0089
Maka persamaan liniernya :
y = 5,4486 x 10-5 + 0,0089
x = y 0,0089
5,4486 x 10-5
x = 0,130 0,0089
5,4486 x 10-5
x = 2222,5890 ppm
Jadi konsentrasi larutan CuSO4 x ppm adalah 2222,5890
ppm.
30
Jadi volume larutan Rhodamin B 100 ppm yang
dibutuhkan untuk pengenceran adalah sebanyak 5,0000
mL.
b). Pembuatan Larutan Rhodamin B 2 ppm
V1 . M1 = V2 . M2 (3)
V1 . 5 ppm = 100 mL . 2 ppm
V1 = 40,0000 mL
Jadi volume larutan Rhodamin B 5 ppm yang dibutuhkan
untuk pengenceran adalah sebanyak 40,0000 mL.
c). Pembuatan Larutan Rhodamin B 1 ppm
V1 . M1 = V2 . M2 (3)
V1 . 2 ppm = 100 mL . 1 ppm
V1 = 50,0000 mL
Jadi volume larutan Rhodamin B 2 ppm yang dibutuhkan
untuk pengenceran adalah sebanyak 50,0000 mL.
d). Pembuatan Larutan Rhodamin B 0,25 ppm
V1 . M1 = V2 . M2 (3)
V1 . 1 ppm = 100 mL . 0,25 ppm
V1 = 25,0000 mL
Jadi volume larutan Rhodamin B 1 ppm yang dibutuhkan
untuk pengenceran adalah sebanyak 25,0000 mL.
e). Pembuatan Larutan Rhodamin B 0,1 ppm
V1 . M1 = V2 . M2 (3)
V1 . 0,25 ppm = 100 mL . 0,1 ppm
V1 = 40,0000 mL
Jadi volume larutan Rhodamin B 0,25 ppm yang
dibutuhkan untuk pengenceran adalah sebanyak 40,0000
mL.
x = y 0,0459
0,1700
x = 0,212 0,0459
0,1700
x = 0,9771 ppm
Jadi konsentrasi larutan Rhodamin B y ppm setelah
pengenceran adalah 0,9771 ppm
b). Konsentrasi Rhodamin B y ppm sebenarnya
V1 . M1 = V2 . M2 (3)
5 mL . M1 = 100 mL . 0,9771 ppm
M1 = 19,5420 ppm
Jadi nilai konsentrasi Rhodamin B y ppm yang
sebenarnya adalah 19,5420 ppm.
33