Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk ciptaan Alloh yang paling sempurna, karena manusia dibekali

dengan berbagai kelebihan dibanding dengan makhluk lain, yaitu nafsu (sifat dasar iblis),

taat/patuh/tunduk (sifat dasar malaikat) dan akal (sifat keistimewaan manusia). Ketiga hal tersebut

membuat manusia memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan-Nya, jika manusia dapat mengatur

ketiganya dan dapat memposisikan diri sebagaimana yang dititahkan oleh sang Robb.

Dalam Al quran surat Az-Zariyat (51) ayat 56, Alloh swt telah berfiman yang artinya kurang

lebih demikian; Aku (Alloh swt) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka

beribadah kepada-Ku. Dari tafsir tersebut terlihat jelas bahwa jin dan manusia diciptakan untuk

beribadah kepada Alloh swt. Namun, banyak dari golongan manusia yang tidak dapat melakukan

sebagaimana yang diharapkan oleh sang pencipta (Alloh SWT), malah manusia berbuat sebaliknya

dan mengingkari apa yang telah dikaruniakan. Itu karena manusia belum memahami betul hakikat

dirinya diciptakan dan diturunkan dibumi dilihat dari segi agama islam.

Dengan adanya akal, membuat manusia selalu ingin tahu tentang apapun. Untuk memenuhi

rasa ingin tahu itu manusia menggunakan jalur pendidikan. Melalui pendidikan manusia

memperoleh berbagai ilmu baru dan dapat mengembangkan ilmu tersebut.

Filsafat merupakan cabang ilmu pengetahuan yang selalu menggunakan pemikiran mendalam,

luas, radikal (sampai keakar-akarnya), dan berpegang pada kebijakansanaan dalam melihat suatu

problem. Dengan kata lain, filsafat selalu mencoba mencari hakikat atau maksud dibalik adanya

sesuatu tersebut.
Dalam makalah ini, penulis mencoba membahas sedikit tentang hakekat hubungan filsafat

pendidikan dan manusia. Sebenarnya untuk apa manusia hidup, bagaiman ia harus hidup, dll. Yang

nantinya, dengan melihat hakekat manusia tersebut, apa kaitanya dengan proses pendidikan.

Mengingat manusia merupakan makhluk yang istimewa dan tidak akan pernah cukup

membahas tentang manusia yang luas hanya dengan satu makalah, maka penulis sangat mengharap

saran dan kritikan yang membangun dari peserta ketika nanti dalam makalah ini terdapat banyak

kesalahan (bauk pernyataan maupun penulisan) atau masih ada yang belum lengkap (kurang).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori kebenaran sumber kebenaran dan meode kebenaran ?

2. Bagaimana system nilai dan filosofi kehidupan manusia ?

3. Bagaimana hubungan filsafat dengan pendidikan dan pentingnya bagi manusia ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori kebenaran Sumber kebenaran dan Metode Kebenaran

1. Teori Kebenaran

Dalam kehidupannya di dunia, manusia selalu mencari kebenaran. Karena, dengan

menemukan kebenaran tersebut, manusia akan mendapatkan ketenangan dalam dirinya. Dalam

pencarian kebenaran itu manusia menggunakan berbagai cara yang setiap individunya berbeda.

Kebenaran menurut tiap individu dapat berbeda-beda, tergantung sudut pandang dan metode yang

digunakan oleh individu tersebut. Manusia sebagai makhluk pencari kebenaran dalam

perenungannya akan menemukan tiga bentuk eksistensi, yaitu agama, ilmu pengetahuan, dan

filsafat. Agama mengantarkan dalam kebenaran, dan filsafat membuka jalan untuk mencari

kebenaran.

Dalam ilmu pengetahuan, kebenaran diperoleh dengan cara metode ilmiah. Untuk menemukan dan

merumuskan sebuah teori atau rumus, harus sampai pada kebenaran yang benar-benar valid. Nah,

yang menjadi permasalahan adalah bahwa dalam menemukan kebenaran tersebut ada perbedaan

dari setiap individu baik cara maupun metode yang digunakan. Sehingga muncul sebuah perbedaan

pula mengenai kriteria kebenaran.

Filsafat dipahami sebagai suatu kemampuan berfikir mengguakan rasio dalam menyelidiki suatu

objek atau mencari kebenaran yang ada dalam objek yang menjadi sasaran. Kebenaran itu sendiri

belum pasti melekat dalam objek. Terkadang hanya dapat dibenarkan oleh persepsi-persepsi

belaka, tanpa mempertimbangkan nilai-nilai universal dalam filsafat.

Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan sedikit mengenai teori kebenaran.
a). Teori Kebenaran Korespondensi

Kebenaran korespondesi adalah kebenaran yang bertumpu pada relitas objektif. Kesahihan

korespondensi itu memiliki pertalian yang erat dengan kebenaran dan kepastian indrawi. Sesuatu

dianggap benar apabila yang diungkapkan (pendapat, kejadian, informasi) sesuai dengan fakta

(kesan, ide-ide) di lapangan. Contohnya: ada seseorang yang mengatakan bahwa Provinsi

Yogyakarta itu berada di Pulau Jawa. Pernyataan itu benar karena sesuai dengan kenyataan atau

realita yang ada. Tidak mungkin Provinsi Yogyakarta di Pulau Kalimantan atau bahkan Papua.

Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran

menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-

anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa

yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak

di dalam tingkah lakunya.

b). Teori Kebenaran Koherensi

Teori ini disebut juga dengan konsistensi, karena mendasarkan diri pada kriteria

konsistensi suatu argumentasi. Makin konsisten suatu ide atau pernyataan yang dikemukakan

beberapa subjuk maka semakin benarlah ide atau pernyataan tersebut. Paham koherensi tentang

kebenaran biasanya dianut oleh para pendukung idealisme, seperti filusuf Britania F. H. Bradley

(1846-1924). Teori ini menyatakan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan,

pendapat kejadian, atau informasi) akan diakui sahih atau dianggap benar apabila memiliki

hubungan dengan gagasan-gagasan dari proporsi sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan

secara logis sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan logika.[1][7] Sederhannya, pernyataan itu

dianggap benar jika sesuai (koheren/konsisten) dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap

benar. Contohnya:
Setiap manusia pasti akan mati. Soleh adalah seorang manusia. Jadi, Soleh pasti akan mati.

Seluruh mahasiswa PAI, Fakultas Tarbiyah dan keguruan IAIN Mataram mengikuti perkuliahan

Filsafat Ilmu. Edy adalah mahasiswa PAI, Fakultas Tarbiyah dan keguruan IAIN Mataram. Jadi,

Edy harus mengikuti kegiatan perkuliahan Filsafat ilmu.

c). Teori Kebenaran Pragmatik/Pragmatisme

Artinya, suatu pernyataan itu benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan

itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Teori pragmatis ini pertama kali

dicetuskan oleh Charles S. Peirce (1839-1914) dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878

yang berjudul How to Make Our Ideas Clear. Dari pengertian diatas, teori ini (teori Pragmatik)

berbeda dengan teori koherensi dan korespondensi. Jika keduanya berhubungan dengan realita

objektif, sedangkan pragmamtik berusaha menguji kebenaran suatu pernyataan dengan cara

menguji melalui konsekuensi praktik dan pelaksanaannya. Pegangan pragmatis adalah logika

pengamatan. Aliran ini bersedia menerima pengalaman pribadi, kebenaran mistis, yang terpenting

dari semua itu membawa akibat praktis yang bermanfaat.

d). Teori Kebenaran Performatik

Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang

otoritas tertentu. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama,

pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa

kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan

sebagainya. Namun, dismping itu juga masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak

terbiasa berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti

kebenaran dari pemegang otoritas.


Contohnya; mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian umat muslim di Indonesia mengikuti fatwa

atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama

tertentu atau organisasi tertentu.

e). Teori Kebenaran Struktural Pardigmatik

Suatu teori itu dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif

tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut.

Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota suatu masyarakat sains atau

dengan kata lain masyarakat sains adalah orang-orang yang memiliki suatu paradigma bersama.

Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Dengan

kekuatan paradigma dan masyarakat sains pendukungnya, diharapkan kebenaran struktural

paradigmatik dapat menjawab berbagai problema kehidupan manusia di masa depan. Krisis global

berupa krisis lingkungan dan krisis kemanusiaan yang selama ini telah dialami oleh manusia

karena Sains Modern, cepat atau lambat akan dijawab oleh konsensus baru dengan paradigma yang

menghasilkan metode yang lebih tepat dalam mengantisipasi krisis global tersebut.

2. Sumber kebenaran

Alkitab mengajarkan bahwa ada tiga sumber kebenaran disamping Alkitab yang disediakan bagi

manusia.

a. Pernyataan Allah yang Sejati

Sumberpertama adalah pernyataan Allah yang mula-mula kepada Adam, manusia

pertama.Paulus mengatakan bahwa dari "satu orang saja Ia telah menjadikan semuabangsa" (Kisah

Para Rasul 17:26; lihat juga Roma 5:12-21). Hal inimenunjukkan bahwa Adam adalah Bapa dari
semua suku bangsa manusia. Alkitabmengajarkan bahwa Allah mempunyai hubungan pribadi

yang hangat dengan Adam. Inihanya dapat dimungkinkan apabila Allah telah menyatakan kunci

kebenaranmengenai jati diri-NYa kepada Adam.

Karenakejatuhan manusia dalam dosa, hakekat manusia rusak dan ketidakbenaran

memasukipikirannya. Paulus menulis, "Sebab mereka menggantikan kebenaran Allahdengan

dusta dan memuja serta menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanyayang harus dipuji

selama-lamanya" (Roma 1:25). Jadi agama manusia telahmengalami kemerosotan.

Tetapipenyataan yang mula-mula diberikan kepada Adam tidak seluruhnya dihilangkanoleh

umat manusia. Di dalam diri manusia terdapat apa yang disebut"pengetahuan yang mengingatkan".

Dalam pengetahuan yangmengingatkan ini terdapat kebenaran tentang Allah.

Pendapatmengenai kemerosotan agama ini tidak diterima oleh banyak kelompok pada saatini.

Orang lebih suka mengatakan perkembangan sejarah agama dengan istilahevolusi (perkembangan

membaik) daripada istilah devolusi (kemerosotan).

TeoriEvolusi menyatakan bahwa agama adalah usaha manusia untuk menjawab pertanyaandan

tantangan tertentu yang mereka hadapi. Sejak jaman dahulu manusiamemerlukan penjelasan

bagaimana dunia dengan segala kerumitannya ini terjadi.Manusia merasa tidak aman karena

ketidakmampuannya dalam mengendalikan alam,sehingga manusia mulai mencari sesuatu yang

dianggap lebih mampu dari dirinyauntuk memperoleh perlindungan dan berkat. Manusia

membutuhkan perlengkapan darisumber tertentu untuk melindungi dirinya dari ketidak

beruntungan yangdihadapi. Perlahan-lahan manusia "menciptakan" hantu, roh-roh, jin,dan dewa-

dewa untuk menjawab pertanyaannya. Terdapat dewa-dewa dengan fungsiyang berbeda-beda dan

melindungi tempat-tempat yang berlainan. Sehinggamuncullah politeisme.


Denganadanya perkembangan masyarakat yang diikuti teori evolusi, manusia

menyadaribahwa dengan mempunyai seorang penguasa tertinggi atas suatu daerah yang luassecara

politis akan lebih efektif dari pada mempunyai banyak pimpinan daerah,maka muncullah kerajaan.

Ide tentang penguasa tertinggi ini meluas sampai kebidang keagamaan yang menghasilkan

kepercayaan adanya seorang allah tertinggi.Puncak dari proses ini adalah monotheisme,

kepercayaan terhadap satu allah yangtertinggi.

Alkitabmenyatakan hal yang bertolak belakang dari pandangan evolusi ini. Alkitabmenyatakan

bahwa manusia pertama mempunyai kepercayaan tunggal kepada Allahtertinggi yang kemudian

kepercayaan itu rusak sesudah kejatuhan manusia dalamdosa, yang akhirnya mengakibatkan

politeisme dan animisme (penyembahan terhadaproh-roh).

Carl F.H.Henry menganggap penjelasan evolusi tentang sejarah agama sebagai ciri

khaspemikiran manusia pada jaman sekarang. Dia mengatakan, "Pada setiap jamanfilsuf-filsuf

mencari prinsip yang dapat menjelaskan segala sesuatu." Diamenunjukkan bahwa "dalam jaman

modern ini prinsip tersebut telah menjadikategori evolusi." Sehingga perkembangan agama juga

dijelaskan dalambentuk teori evolusi.

Meskipundemikian, studi antropologi yang dilakukan pada abad ini telah memberikan

buktiyang meyakinkan dari sudut pandang Alkitab, yang melihat keragaman agamasebagai

kemerosotan dari pernyataan yang sejati. Don Richardson telah membuatpengertian yang

mendalam dari antropologi yang ada dengan sudut pandang nonteknis dalam bukunya "Eternity in

Their Hearts" (Kekekalan dalam HatiMereka). Dia memperlihatkan bagaimana ide tentang satu

Allah yang baik dantertinggi yang terdapat dalam ribuan kebudayaan primitif yang sudah

dipelajaridalam abad ini.


Richardsonmenunjukkan bagaimana penemuan-penemuan ini membuat malu banyak

antropologkarena mereka terus menentang pendapat mutakhir tentang sejarah keagamaan.Mereka

mengharapkan pemikiran yang "tidak maju" tentang ilahi. Apayang disebut kemajuan pemikiran

mengenai Allah yang tertinggi merupakanpenemuan yang paling tidak diharapkan, sebab

kebudayaan primitif ini tidakberpikiran untuk mengembangkan ide semacam itu. Richardson

melaporkan bahwa"mungkin 90% atau lebih dari agama rakyat di bumi ini berisi pengakuanyang

jelas mengenai keberadaan satu Allah yang Mahatinggi."

Ketikamisionaris pergi dan mengabarkan Injil kepada budaya ini, pendengaran

merekaseringkali secara otomatis menggambarkan Allah orang Kristen dengan Allahmereka yang

tertinggi, suatu kenyataan yang telah mempermudah tugas penerjemahAlkitab. Pendeta Lesslie

Newbigin mencatat bahwa "hampir dalam semua kasusdimana Alkitab telah diterjemahkan ke

dalam bahasa-bahasa orang-orang yangnon-Kristen yang ada di berbagai bangsa di dunia, kata

dalam Perjanjian Baru'Theos' (kata Yunani untuk Tuhan) telah diterjemahkan dengan nama

yangdiberikan oleh orang-orang non-Kristen kepada Seseorang yang mereka sembahsebagai yang

Tertinggi. Newbigin mengutip pernyataan konsultan terbesarpenerjemah Alkitab, Eugene Nida,

yang telah menunjukkan bahwa dimana paratranslator mencoba untuk menghindari berita dengan

mempermudahkan dalammenerjemahkan kata dalam bahasa Yunani atau Ibrani, para penginjil

akanmenjelaskan kata asing yang terdapat dalam teks Alkitab dengan menggunakanistilah yang

dipakai oleh orang setempat yang berarti Allah.

Inilahsumber pertama kebenaran pada sistem kepercayaan non Kristen-Pernyataan Allahyang

sejati. Walaupun pernyataan ini telah dirusak oleh dosa, beberapakebenaran tetap masih ada, dan

kebenaran itu bisa dinyatakan dan digunakansebagai batu loncatan dalam mengabarkan Injil.
b. Citra Allah Dalam Diri Manusia

Sumberkebenaran yang ada selain dari Alkitab adalah sifat asli manusia. Manusiamerupakan

mahkluk yang sangat rohani. Seorang theolog Belanda, J.H. Bavinck,menunjukkan bahwa "tidak

berarti bahwa setiap manusia yang memiliki sifatkerohanian berada pada tingkat yang sama."

Beberapa orang lebih rohanidibanding yang lain. Tetapi kalau kita meninjau umat manusia

secarakeseluruhan, kita harus setuju dengan pendapat Bavinck bahwa "kita tidakdapat menyangkal

bahwa kerohanian merupakan hal yang tepat bagi manusia."Bavinck mengatakan, "Walaupun

manusia memalingkan diri dari tradisi agamadimana mereka dibesarkan dan menyebut dirinya

sendiri sebagai seorang atheis,ia tetap berakar pada kecenderungan agamanya. Ia tidak akan pernah

secara penuhmenyangkal dirinya dari hal tersebut."

Agama,seperti Budha, menyangkal kebutuhan manusia yang berhubungan dengan

mahkluksupranatural apapun. Tetapi kebanyakan pengikut agama seperti itu secara umumtidak

dapat dikaitkan pada hal- hal yang tidak berhubungan dengan agama secarakaku. Budha Mahayana

merupakan cabang terbesar dari agama Budha. Budha Mahayanaini banyak terdapat di Jepang,

China, Korea dan Tibet. Orang-orang BudhaMahayana ini menyembah Sang Budha dan

Bodhisatwa dan menyerahkan doanya kepadamereka karena Sang Budha dan Bodhisatwa ini akan

menjadi dewa. Sedangkan BudhaHinayana terdapat di negara-negara seperti Sri Langka, Birma,

Thailand, dan Kamboja.Aliran ini menyembah Budha Hinayana sendiri agar lebih dekat pada

pengajaranBudha dan Kitab Suci Budha pada jaman dahulu (Pali). Pengikut Budha Hinayanaini

juga melibatkan faktor keilahian dalam praktek keagamaanya. Banyak pengikutBudha di Sri

Langka mendewakan Budha secara harafiah, meskipun secara praktekbertentangan. Pengikut

Budha ini sering membicarakan tentang dewa- dewa yangmelindungi mereka. Koran pagi pada

saat saya menulis buku ini memberitakansuatu pernyataan dari pemimpin tertinggi dari kuil
terkenal di Sri Langka. Diamenyatakan bahwa kuil "dipersembahkan bagi Budha dan dewa-

dewa."Pengikut Budha ini pada waktu mendapatkan masalah seringkali berusaha

untukmendapatkan bantuan dari para dewa dan roh-roh.

PahamKomunis mencoba untuk menghapus agama dengan kekuatan rasional dan

pendekatanmaterialisnya. Tetapi saat ini agama tumbuh subur di negara komunis,

walaupunmereka harus menghadapi diskriminasi dan penganiayaan.

Kerohanianmanusia yang tidak dapat dihilangkan dari dalam diri manusia merupakansisa-sisa

Citra Allah dalam diri manusia (lihat Kejadian 1:26, 27). Citra initernoda sebagai akibat dari

jatuhnya manusia ke dalam dosa sehingga tidak adabagian dalam diri manusia yang tidak ternoda

dan tercemar oleh dosa. Tetapimanusia masih tetap memiliki beberapa karakter dan kemampuan

alami yang telahTuhan tanamkan dalam diri manusia. Sifat pembawaaan ini tercermin dalam

halyang baik dan buruk, hal inilah yang menyebabkan mengapa manusia senantiasamerasa haus

akan keilahian. Kitab Pengkotbah 3:11 mengatakan bahwa Tuhan telah"menaruh kekekalan dalam

hati manusia." Hal itu berarti manusia masihmemiliki sisa-sisa dari gambar Allah. Meskipun

demikian hal itu berarti bahwamanusia "tidak dapat menyelami pekerjaan Allah dari awal

sampaiakhir", sebagai akibat dari jatuhnya manusia ke dalam dosa. Apa yangdiketahui manusia

tentang Tuhan Allah karena kecenderungan alaminya terhadapkeagamaan dinyatakan oleh para

theolog sebagai "pengetahuan dalam hatinyatentang Tuhan."

Sehingga kita dapat menemukan bahwa manusiadapat berpikir secara rasional. Manusia

memiliki perasaan mengenai keilahianyang diungkapkan secara rohani. Manusia memiliki rasa

kebenaran, keindahan, dankebaikan. Manusia memiliki kemampuan untuk berkreatifitas. Manusia

memilikiperasaan kekekalan yang membuat dia ingin mengatasi keterbatasannya akan ruangdan

waktu. Hal-hal inilah yang merupakan kualitas dengan kemampuan yangdigunakan dalam
melayani kebenaran bagi keuntungan manusia. Tetapi hal-hal ini jugadigunakan dengan cara yang

membahayakan manusia. Sehingga kita juga menemukanadanya penyelesaian seni, literatur dan

musik yang jahat. Kita memilikibangunan kuno yang indah yang dianggap sebagai keajaiban dunia

yang dibangunoleh budak- budak dengan cara yang sangat tidak manusiawi.

Seorang Kristen bagaimanapun juga dapat menikmati musik dari Ravi Shankar atau

dapattertantang dengan kepahlawanan Mahatma Gandi. Kita boleh saja belajar dariLiteratur

Yunani. Kita dapat mengatakan demikian sebab hal tersebut merupakanbentuk citra Allah dalam

diri manusia, bentuk-bentuk keindahan dalam ciptaanini berasal dari beberapa sifat Allah. Tetapi

kita juga mengetahui bahwa merekayang menciptakan hal ini tidak mengenal Allah, dan hal ini

membuat kita tidakingin menguasai sistem kehidupan yang biasa mereka lakukan. Semasa muda

sayaselalu mengikuti upacara agama Hindu selama berjam- jam, tergetar jiwa sayaoleh suara

musik, tetapi sangat terganggu oleh apa yang menyebabkan parapemusik memainkan alat musik

yang mereka mainkan.

c. Rencana Allah bagi Dunia

Sumberpengetahuan ketiga di luar pewahyuan Allah yang dinyatakan dalam Alkitab

adalah"Rencana Allah bagi dunia". Dengan melihat dunia, manusia dapatmembuat kesimpulan

tentang Penciptanya. Kita dapat menyebutnya sebagai"kesimpulan pengetahuan tentang Allah."

Pemazmur mengatakan,"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan

pekerjaantangan-Nya." (Mazmur 19:1)

Paulusmenjelaskan pengetahuan tentang Allah secara lebih jelas lagi: "Karena apayang dapat

mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telahmenyatakannya kepada mereka.

Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitukekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya,
dapat nampak kepada pikiran darikarya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat

berdalih."(Roma 1:19, 20)

Dalampidatonya di Listra dan Athena, Paulus mengatakan bahwa rencana

penciptaanmerupakan suatu kesaksian pada Tuhan, yang menyebabkan manusia mempunyai

keinginanuntuk mengetahui lebih dalam lagi tentang Dia (Kisah Para Rasul 24:17;17:26,27).

Denganmeneliti keagungan penciptaan Tuhan, manusia dibimbing untuk mengetahuikebesaran

Penciptanya. Dengan meneliti hukum alam, manusia sampai pada suatutitik tentang pentingnya

usaha untuk hidup yang aman. Hal ini pada gilirannyaakan menjadi dasar dalam menciptakan

hukum yang diberlakukan pada masyarakat.

3. Metode Kebenaran

a. Prinsif metode kebenaran dalam pandangan filsafat

Filsuf adalah pemburu kebenaran dan kebenaran yang di buru adalah kebenaran hakiki

tentang realitas dan setiap hal yang dapat di persoalkan, oleh sebab itu bisa di katakan berfilsafat

berarti berburu kebenaran tentang segala sesuatu.

Termasuk dalam menemukan kebenaran yang absoult, dengan demikian, terlihat bahwa

salah satu sifat dari filsafat adalah senantiasa mencari kebenaran demi kebenanran itu sendiri serta

meyakinkan dan lebih pasti. Menurut pandangan dari filsafat, yang mencari kejelasan untuk

menghilangkan keraguan. Ada filsuf mengatakan bahwa filsafat berarti berupaya mendapatkan

kejelasandan penjelasan mengenai seluruh realitas.

Sebuah kebenaran menurut filasafat adalah merupakan hasil dari pikiran dan analisis

sehingga menjadi bukti yang rill, tanpa menggunakan mitos, maupun agama pemahaman yang

benar-bener menggunakan akal dan pikiran ( rasional ), serta melakukan pembuktian yang benar-

benar bisa di terima secara nyata.


b. Pandangan Iqro dalam menemukan kebenaran yang absolut

Falsafah berasal dari bahasa Arab. Padanan dalam bahasa Indonesia di ucapkan filsafat.

Kata ini, berasal dari bahasa Yunani philos yang berarti cinta dan sophos yang berarti

kebijaksanaan (wisdom). Yang dimaksud kebijaksanaan di sini adalah kebenaran. Artinya, filsafat

adalah cinta kebenaran. Orang yang cinta kebenaran disebut filosof. Orang yang memiliki

pengetahuan banyak, di lingkungan masyarakatnya disebut sebagai alim. Semakin banyak ilmu

seorang alim disebut allamah. Komunitas orang-orang alim disebut ulama. Karena falsafah dasar

dalam Islam adalah iqra (bacalah), maka kebenaran asasi dalam Islam menghendaki bahwa setiap

umat Islam seharusnya menjadi orang yang rajin membaca, harus menjadi orang alim, dan harus

menjadi allamah. Bacalah dengan (menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang

mengajar manusia dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya (Q.S. al-Alaq :1-5). Dapat disimpulkan bahwa perintah membaca (iqra) dalam

permulaan wahyu kemudian diikuti dengan perintah-perintah lain yang masih dalam cakupan

pengertian membaca. Harap segera disadari bahwa keseluruhan perintah membaca (iqra)

bertujuan agar setiap hamba Allah yang mengindahkan perintah itu menjadi orang yang selamat,

dan bahagia, baik secara individu maupun kelompok, di dunia maupun di akhirat.

Jadi kalau kita melihat pandangan dari Iqro yang dalam artian luas apa saja bisa di baca, di

pahami tentang kebenaaran dan kebesaran yang di cipatakan oleh yang maha kuasa yaitu Allah

SWT. Dan Allah memberi jalan untuk manusia membaca kebesaran serta kebenaran atas apa yang

di imani oleh orang beriman. Allah telah menurunkan air(hujan) dari langit, maka mengalirlah air

dari lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan

dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula)
buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan

bagi yang bathil. Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tidak ada harganya; adapun

yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikian Allah membuat

perumpamaan-perumpamaan (Q.S. 13 : l7).

Dalam pandangan ini bukan berarti tidak di buktikan secara rill seprti dalam pandangan

filsafat, namun kebenaran itu sudah teruji dan adanya keprcayaan dalam mengetahui kebenrannya,

dan bisa di buktikan kebenarannya.

B. Sistem Nilai dan Filosofi Kehidupan Manusia


Sistim nilai dalam satu masyarakat itu adalah aturan-aturan yang memberikan petunjuk yang

telah disepakati oleh masyarakatnya itu sendiri . Petunjuk-petunjuk tentang mana yang patut dan

mana yang tidak patut , mana yang dianggap elok mana yang tidak elok , mana yang etis dan mana

yang tidak etis hingga sampai pada mana yang benar dan mana yang tidak dibenarkan. Sistim nilai

yang kemudian dikenal sebagai etika , adalah Hukum non tekstual yang berperan mendampingi

Hukum normatif tekstual (hukum positif) yang diatur dalam sistim perundangan didalam pranata

HUKUM satu Negara yang Demokratis.

Dilemasi sistim politik di negeri ini , adalah tidak adanya ETIKA yang memandu perilaku para

politisi2nya itu sendiri , Etika sebagai Hukum non tekstual yang seharusnya mengawasi dan

menjaga agar mereka tetap berada dijalur kepantasan , kepatutan , dan lain-lainnya sebagaimana

dijelaskan diatas. Dalam beberapa dirkursus yang sering kita temui , hampir seluruh politisi

Indonesia bahkan mereka yang menyandang gelar Professor sebagai kaum akademisi/intelektual ,

selalu mengatakan bahwa, dimensi ETIKA berada diluar ranah Hukum .Artinya , ketika mereka

mencoba mengurai berbagai persoalan-persoalan pelanggaran ETIKA , selalu berkecenderungan


untuk hanya melihat dari aspek materi Hukum dan prosedur hukum serta aspek-aspek Politik

pragmatis sebagai satu-satunya jalan/upaya yang bisa ditempuh.

Kehidupan secara lebih baik merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh manusia dalam

kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik manusia perlu untuk dibentuk atau

diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat melalui pendidikan atau ilmu yang mempengaruhi

pengetahuan tentang diri dan dunianya, melalui kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama.

Dalam makalah ini akan membahas tentang unsur-unsur pembentuk manusia yang dapat

membantu manusia untuk hidup lebih baik. Pembentukan manusia yang lebih baik bukan dalam

arti moral; baik buruknya manusia, tetapi dalam arti pembentukan manusia sebagai makhluk yang

hidup dan berbudaya, yakni hidup yang lebih bijaksana, dan lebih kritis.

Filsafat bukanlah ilmu positif seperti fisika, kimia, biologi, tetapi filsafat adalah ilmu kritis

yang otonom di luar ilmu-ilmu positif. Kelompok mencoba mengangkat tiga unsur pembentukan

manusia.

Ketiga unsur pembentuk itu antara lain:

I. Pengetahuan Manusia Tentang Diri Sendiri Dan Lingkungannya

II. Manusia Dalam Hubungannya Dengan Hidup Komunitas

Pengetahuan menjadi unsur yang penting dalam usaha membentuk manusia yang lebih baik.

Dengan pengetahuan yang memadai manusia dapat mengembangkan diri dan hidupnya. Apa yang

diketahui secara lebih umum dalam pengetahuan, dalam ilmu diketahui secara lebih masuk akal.

Dalam hal ini ilmu lebih kritis daripada hanya menerima apa yang didapat dari pengetahuan.

Sekalipun demikian kelompok megangkat pengetahuan untuk memahami hidup manusia dan

secara kritis dilihat oleh ilmu. Pengetahuan yang dimaksud di sini lebih pada pengetahuan manusia

tentang diri sendiri dan dunianya. Ketika manusia mengetahui dan mengenal dirinya secara penuh,
ia akan hidup secara lebih sempurna dan lebih baik dalam dunia yang adalah dunianya. Berkaitan

dengan itu manusia juga membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan atau dunianya. Dengan

pengetahuan yang ia miliki tentang dunia atau lingkungannya, manusia dapat mengadaptasikan

dirinya secara cepat dan lebih mudah.

Manusia ternyata tidak hidup sendirian dalam dunianya. Ia hidup dalam hubungan dengan dan

membutuhkan manusia lain, yang menunjukkan hakikat dari manusia, yaitu sebagai makhluk

sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat membentuk dan mengembangkan dirinya

sehingga dapat hidup secara lebih baik; lebih bijaksana dan lebih kritis. Dengan demikian manusia

pada hakikatnya hidup bersama dengan orang lain atau hidup dalam suatu komunitas tertentu,

mengalami kehidupan polis. Jadi, kebersamaannya dengan orang lain dalam suatu komunitas

inilah yang turut menentukan pembentukan yang memperkenankan manusia itu hidup atas cara

yang lebih baik dan lebih sempurna dalam dunianya.

Unsur lain yang menurut kelompok dapat membantu membentuk manusia sehingga manusia

dapat hidup secara lebih baik, lebih bijaksana adalah agama. Dengan kata lain, agama mengandung

nilai-nilai universal yang pada hakikatnya mengajarkan yang baik bagi penganutnya.

I. Manusia mengetahui dirinya dan dunianya

Pengetahuan merupakan salah satu unsur yang penting dalam hubungan dengan pembentukan

manusia untuk hidup secara lebih baik dan lebih sempurna. Manusia adalah makluk yang sadar

dan mempunyai pengetahuan akan dirinya. Selain itu juga manusia juga mempunyai pengetahuan

akan dunia sebagai tempat dirinya bereksistensi.


Dunia yang dimaksudkan di sini adalah dunia yang mampu memberikan manusia kemudahan

dan tantangan dalam hidup. Dunia di mana manusia bereksistensi dapat memberikan kepada

manusia sesuatu yang berguna bagi pembentukan dan pengembangan dirinya. Pengetahuan

merupakan kekayaan dan kesempurnaan bagi makhluk yang memilikinya. Manusia dapat

mengetahui segala-galanya, maka ia menguasai makhluk lain yang penguasaannya terhadap

pengetahuan kurang.

Dalam lingkungan manusia sendiri seseorang yang tahu lebih banyak adalah lebih baik bila

dibandingkan dengan yang tidak tahu apa-apa. Pengetahuan menjadikan manusia berhubungan

dengan dunia dan dengan orang lain, dan itu membentuk manusia itu sendiri. Namun, pengetahuan

manusia begitu kompleks. Pengetahuan manusia menjadi kompleks karena dilaksanakan oleh

suatu makhluk yang bersifat daging dan jiwa sekaligus, maka pengetahuan manusia merupakan

sekaligus inderawi dan intelektif.

Pengetahuan dikatakan inderawi lahir atau luar bila pengetahuan itu mencapai secara

langsung, melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba, kenyataan yang

mengelilingi manusia. Sementara, pengetahuan itu dikatakan inderawi batin ketika pengetahuan

itu memperlihatkan kepada manusia, dengan ingatan dan khayalan, baik apa yang tidak ada lagi

atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauan manusia. Pengetahuan

intelektif merupakan watak kodrati pengetahuan manusia yang lebih tinggi.

Lalu bagaimana pengetahuan yang dimiliki manusia tentang dirinya dan dunianya dapat

membentuk manusia untuk hidup secara lebih baik? Manusia mengetahui dirinya berarti mengenal

dengan baik kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Sementara, manusia mengetahui

duninya berarti menusia mengenal secara baik apa yang ada atau terkandung dalam dunianya itu,
baik potensi yang dapat memudahkan manusia itu sendiri maupun tantangan yang diperhadapkan

kepadanya.

Kekurangan manusia dapat diatasi dengan apa yang ada dalam dunianya. Tentu saja melalui

suatu relasi, baik relasi dengan orang lain maupun relasi dengan alam. Pengetahuan dan

pengenalan atas diri dan dunianya membantu manusia untuk mengarahkan dirinya kepada hidup

yang lebih baik. Salah satu cara manusia mengetahui dirinya dan lingkungannya adalah melalui

pendidikan. Dan pendidikan di sini tentu saja pendidikan yang diharuskan untuk seni yang baik,

yang khas hanya untuk manusia, dan yang membedakannya dari semua binatang.

II. Manusia dalam hidup komunitas

Secara umum komunitas dapat diartikan sebagai suatu perkumpulan atau persekutuan manusia

yang bersifat permanen demi pencapaian suatu tujuan umum yang diinginkan. Dan umumnya

tujuan yang hendak dicapai itu didasarkan atas kesatuan cinta dan keprihatinan timbal balik satu

dengan yang lain. Jadi, secara tidak langsung hidup komunitas dapat dimengerti sebagai suatu

kehidupan dimana terdapat individu-individu manusia yang membentuk suatu persekutuan guna

mancapai suatu tujuan bersama. Dan tujuan yang dicapai itu selalu merunjuk pada nilai-nilai

tertentu yang diinginkan bersama.

Misalnya, nilai kebaikan, keindahan, kerja sama dan sebagainya. Selanjutnya, dalam

mencapai tujuan bersama itu setiap individu saling berinteraksi atau bekerjasama satu dengan yang

lain guna tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Akan tetapi serentak pula tak dapat disangkal

bahwa melalui kehidupan komunitas kepribadian manusia dapat dibentuk melalui proses sosialisai

dan internalisasi. Artinya, melalui nilai-nilai yang dicapai dalam hidup komunitas itu disampaikan

kepada setiap individu. Selanjutnya, nilai-nilai itu dijadikan oleh pegangan dalam diri setiap

individu.
C. Hubungan Filsafat Dengan Pendidikan dan Pentingnya bagi Manusia

1. Hubungan filsafat dengan pendidikan

Filsafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa merupakan

asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa, termasuk aspek

pendidikan. Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang dianut oleh

satu bangsa. Sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam menanamkan

dan mewariskan nilai-nilai filsafat itu sendiri. Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi

menanamkan dan mewariskan sistem-sistem norma tingkah laku yang didasarkan pada dasar-dasar

filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk

menjamin upaya pendidikan dan proses tersebut efektif, dibutuhkan landasan-landasan filosogis

dan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan.

Menurut Jhon Dewey, filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari semua

pemikiran umum mengenai pendidikan. Dalam kaitan ini, hasan langgulumg berpebdapat bahwa

filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang pengalaman

manusia yang disebutkan pendidikan. Selanjutnya Al-Syaibani secara teperinci menjelaskan

bahwa filsafat pendidikan merupakan usaha mencari konsep-konsep di antara gejala yang

bermacam-macam, meliputi :

Proses pendidikan sebagai rancangan terpadu dan menyeluruh.

Menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang semua istilah pendidkan.

Pokok-pokok yang menjadi dasar dari konsep pendidikan dalam kaitannya dengan bidang

kehidupan manusia.
Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia

menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas

pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan,

menyelaraskan, mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai.

Jadi, terdapat kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman manusia.

Filsafat menetapkan ide-ide, idealisme, dan pendidikan merupakann usaha dalam

merealisasikan ide-ide tersebut menjadi kenyataan, tindakan, tingkah laku, bahkan membina

kepribadian manusia. Kilpatrik mengatakan, berfilsafat dan mendidik adalah adalah dua face

dalam satu usaha; berfilsafat ialah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita

yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha mereliasasikan nilai-niali dan cita-cita itu dalam

kehidupan, dalam kepribadian manusia.mendidik ialah mewujudkan nilai-nilai yang dapat

disumbangkan filsafat, dimulai dengan generalisasi muda, untuk membimbing rakyat, membina

nilai-nilai dalam kepribadian mereka, demi menemukan cita-cita tertinggi suatu filsafat dan

melembagakannya dalam kehidupan mereka.

Lebih lanjut, Burner dan Bruns mengatakan secara tegas bahwa tujuan pendidikan adalah

tujuan filsafat yaitu untuk membimbing ke arah kebijaksanaan. Oleh kerena itu, dapat dikatakan

bahwa pendidikan adalah reliasi dari ide-ide filsafat; filsafat memberi asas kepastian bagi peranan

pendidikan sebagai wadah pembinaan manusia yang telah melahirkan ilmu pendidikan, lembaga

pendidikan dan aktivitas pendidikan jadi, filsafat pendidikan merupakan jiwa dan pedoman dasar

pendidikan.

Dari uraian di atas, diperoleh hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan

berikut:
Filsafat, dalam arti filosofis, merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam

memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teorinpendidikan oleh para ahli.

Filsafat, berfungsi memberi arah begi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat

tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan yang nyata. Filsafat, dalam hal ini filsafat

pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-

teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan. Menurut Ali Saifillah, filsafat pendidikan, dan teori

pendidikan terdapat hubungan yang suplementer: filsafat pendidikan sebagai suatu dua fungsi

tugas normatif ilmiah yaitu: Kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan, konsep

tentang hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan.

Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi politik pendidikan,

kepemimpinan pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi

dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat.

Dari uraian di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa antara filsafat pendidikan dan

pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tak terpisahkan. Filsafat pendidikan

mempunyai peranan yang amat penting dalam sistem pendidikan karena filsafat merupakan

pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan

landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

2. Kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia

Dengan befikir filsafat, kita dapat mengatasi kemelut hidup. Hal ini dapat terjadi karena

dengan memahami apa itu filsafat, maka kita dapat menggunakannya atau menerapkannya didalam

kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mengarah kepada jalur yang tidak pernah diharapkan

sebelumnya.
Beragam masalah di Indonesia tidak akan bisa selesai dengan pendekatan-pendekatan

teknis, seperti pendekatan ekonomi teknis, pendekatan politik teknis, pendekatan teknologi teknis,

ataupun pendekatan budaya teknis. Beragam masalah tersebut bisa selesai dengan sendirinya, jika

setiap orang Indonesia mau berfilsafat, yakni menjadikan filsafat sebagai jalan hidup, apapun

profesi sehari-hari mereka. Jalan hidup filsafat menawarkan pencerahan yang menggairahkan.

Filsafat timbul karena kodrat manusia. Manusia mengerti bahwa hidupnya tergantung dari

pengetahuannya. Pengetahuan itu digunakan untuk menyembpurnakan kehidupannya. Karena

konsekuensi dari pandangan filsafat itu sangat penting dan menentukan sikap orang terhadap

dirinya sendri, terhadap orang lain, dunia, dan tuhannya. Tingkah laku manusia berlainan sekali

dengan tingkah laku hewan, manusia adalah merdeka,ia dapat mengerti, menciptakan kebudayaan,

ilmu pengetahuan. Filsafat itu berhubungan erat dengan sikap orang dan pandangan hidup

manusia, justru karena filsafat mempersoalkan dan menanyakan sebab sebab ya ng terakhir dari

kesmua yang ada. Apabila filsafat dijadikan suatu ajaran hidup maka ini berarti bahwa orang

mengharapkan dari filsafat itu dasar dasar ilmiah yang dibutuhkannya nuntuk hidup. Filsafat

diharapkan memberikan petunjuk petunjuk tentang bagaimana kita harus hidup untuk menjadi

manusia sempurna, baik, susila dan bahagia

BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem

Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan dan dengan dasar

yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu


Disamping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam tiap-tiap

ilmu pengetahuan

Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau menepati syarat-syarat yang telah ditentukan

oleh filsafat. Artinya tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan

dengan meninggalkan syarat yang telah ditentukan oleh filsafat

Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada tiap ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai