Abstract
j
.L. !
N. Laily, Atariansyah, D. Nurani, S. Istini, I. Susanti, L. I-iartoto, Kinctika Fcrmcntasi Produksi Sclulosa Baktcri Olch
Acetobacter pasteurianum Pada Kultur Kocak
selulosa bakteri menggunakan kultur tergoyang (ORION model nOA), autoclave, Laminar air
dan kultur teraduk. Berdasarkan hasil penelitian flow beserta perlengkapannya (bunsen, jarum Ose
Toyosaki et al., (1995) selulosa bakteri yang dan lampu UV), inkubator, shaker (T-Verter N2-
diproduksi secara tergoyang menggunakan galur series), penangas air, oven pengering,
A. pasteurianum ATCC 10245 pada media CSL- spektrofotometer (Hitachi U-200 I), Multispeed
Fru lebih rendah dibandingkan A. xylinum subsp. Refrigerated Centrifuge (ALC model PK '2' R),
sucrofermentan BPR 200 I. Perbedaan perolehan magnetic stirrer, desikator, cool chamber dan
selulosa bakteri antar galur dapat disebabkan oleh refrigerator.
beberapa faktor, antara lain komposisi media
kultivasi dan kecepatan agitasi atau pengadukan. 2.3. Tempat penelitian
Menurut Toyosaki et al., (1995) selulosa Penelitian dilakukan di Laboratorium
bakteri yang diperoleh menggunakan kultur Teknologi Bioindustri, P3Teknoiogi Bioindustri,
tergoyang erat hubungannya dengan jenis media BPPT Kawasan Puspiptek Serpong.
kultivasi yang digunakan. Media CSL-Fru
merupakan jenis media kultivasi yang telah 2.4. Metode Penelitian
terbukti mampu menghasilkan selulosa bakteri
dalam jumlah besar pada kultur tergoyang dan Produksi selulosa bakteri pada kultllr kocok.
kultur teraduk. Namun media tersebut relatif Media kultivasi yang digunakan adalah media
mahal, karena banyak menggunakan bah an kultivasi optimum hasil penelitian terdahulu yaitu
sintetik, seperti campuran vitamin, campuran terdiri dari air kelapa sebagai pelarut, KH 1 P04 0, I
garam dan CSL (Corn Steep Liquor). Oleh karena % b/v, MgS04 .7H 20 0,25 % b/v, sukrosa 3,83 %
itu, diperlukan modifikasi media CSL-Fru b/v dan (NH 4 )zS04 0,73 % b/v. Sedangkan
menggunakan bahan-bahan yang murah dan kecepatan agitasi optimum diperoleh pad a
mudah didapat. kecepatan 0 rpm (diam) untuk propagasi seJ dan
Penelitian ini bertujuan untuk kecepatan 140 rpm. Analisa yang dilakukan
mendapatkan parameter kinetika kultivasi meliputi rendemen selulosa bakteri murni kering,
menggunakan media kultivasi dan kecepatan OD (densitas optik) media kultivasi, bobot
agitasi optimum. biomassa kering dan kadar gula sisa. Pengambilan
sampel dilakukan selama 10 hari. Hari pertama
sampel diambil setiap 4 jam sekali. Hari ke-2
II. BAHAN DAN METODE sampai hari ke-4, sampel diambil setiap 6 jam
sekali. Hari ke-5, setiap 8 jam sekali. Kemudian
2.1. Mikroba had ke-6 sampai hari ke- J 0 setiap 12 jam sekali.
Mikroba yang digunakan adalah A.
pasterianus koleksi Labolatorium Teknologi AnaUsis rendemen selulosa bakteri mumi kering.
Bioindustri (LTB), Pusat Penelitan Pengkajian Selulosa yang terbentuk di dalam media kultivasi
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), dikumpulkan dan dicuci dengan air destilata.
Serpong, Setelah dicuci, selulosa direndam dalam larutan
NaOH 0, I N pada suhu 60C selama 2 jam.
2.2. Bahan dan alat Kemudian selulosa dicuci kembali dengan air
Air kelapa, (NH4)2S04 (MERCK), destilata untuk menghilangkan sisa-sisa alkali dan
MgS0 4.7H 20 (MERCK), KH 2P04 (J. T Baker), sel-sel bakteri. SeJulosa murni tersebut
K 2 HP0 4 (J. T Baker), ekstrak khamir (OXOID), dikeringkan didalam oven pada suhu 70 - 80C
agar bacteriological (OXOID), sukrosa sampai kering dan selulosa memiliki bobot
(MERCK), glukosa (MERCK). Bahan-bahan konstan.
untuk analisis antara lain NaOH 0, I N, aquades,
NaHP0 4 10 %, H2S04 pekat, fenol 5 %, PbO 5 % Analisis OD (densitasi optik) media kultivasi.
dan Pb-asetat 7,5 %. Densitasi optik media kultivasi diukur
Alat yang digunakan terdiri dari labu mcnggunakan spektrofotometer pada panjang
erlenmeeyer 300 ml, pipet mikro ukuran 5000 Jll, gelombang 660 nm (Masaoka et aI., 1993).
termometer, timbangan analitik, ph-meter
I
I
Jurnal AI A:har Indonesia, YoU, No.3, September 2004,07-13 ISSN 1412-8659
Analisi Bobot biomassa kering. Setelah inkubasi III. HASIL DAN PEMBAHASAN
selesai, labu erlenmeyer digoyang cukup kuat
untuk melepaskan sel yang terjerat pada jaringan Penentuan parameter kinetika dilakukan
atau serat selulosa. Kemudian selulosa yang menggunakan media optimum hasil penelitian
berada dalam media kultivasi dipisahkan dari sebelumnya. Komposisi media kultivasi terdiri
cairan media kultivasi dengan saringan. Cairan dari air kelapa, KH 2 P0 4 0, I % b/v, MgS0 4.7HzO
media kultivasi akhir yang diperoleh disentrifus 0,25 % b/v, sukrosa 3,83 % b/v dan (NH 4)zS04
pada kecepatan 4000 rpm dan suhu 4C. Setelah 0,73 % b/v. Media kultivasi tersebut digunakan
sentrifus, endapan yang terbentuk dipisahkan dari untuk propagasi sel dan produksi selulosa bakteri.
cairan media kultivasi dan dibersihkan dad media Sedangkan kondisi proses (kecepatan agitasi)
yang masih melekat dengan air destilata. yang digunakan adalah kecepatan agitasi optimum
Kemudian endapan tersebut dikeringkan yaitu kecepatan agitasi propagasi 0 rpm atau diam
menggunakan oven pengering pada suhu 50C dan kecepatan agitasi produksi 140 rpm.
selama 24 jam atau sampai bobotnya tetap. Pertumbuhan sel dicirikan dengan waktu
yang dibutuhkan untuk menggandakan massa atau
Analisis kadar gula sisa. Kadar gula sisa diukur jumlah sel. Umumnya pertumbuhan sel
sebagai kadar gula total menggunakan metode dinyatakan melalui massa sel, karena lebih
fenol. Pelaksanaan pengujian mengikuti prosedur mudah, cepat dan sederhana. Massa sel dalam
penentuan gula total metode fenol Apriyantono et penelitian 101 dianalisa melalui kerapatan
aI., (1989). optiklkekeruhan cairan media kultivasi dan bobot
biomassa kering. Pengamatan terhadap
Analisa Statistik. Data (Rendemen selulosa pertumbuhan sel pada tahap ini terdiri dad
bakteri mumi kering) dianalisa menggunakan kerapatan optik dan bobot biomassa. Hasil
analisa ragam (Anova). Kemudian perbedaan rata- pengamatan kerapatan optik cairan media
rata rendemen antar perlakuan diuji menggunakan kultivasi (Optical Density) dan bobot biomassa
uji wilayah berganda Duncan. kering dapat dilihat pada Gambar 1.
.
2.~ 3.00
2.00
1.80
..----
.............
. ......
Bo
2.50 bo
t
1.60 2.00 Bi
o
o
1.40
1.20
1.00
0.80
-... --
o
1.50 m
as
sa
1.00 (g)
0.60
0.40
0.20
.......... 0.50
0.00 0.00
o .1
o
-00 --- Biomassa
Kurva kerapatan optik (00) pada terjadi sampai jam ke-30. Hal ini terlihat dari
Gambar I menunjukkan bahwa fase adaptasi kekeruhan cairan kultivasi yang stabi!. Pada fase
9
N. Laily, Atariansyah, D. Nurani, S. Istini, I. Susanti, L. Bartolo, Kinetika Fermentasi Produksi Selulosa Baktcri
Oleh Acetobacter pasleurianum Pada Kultur Kocok
awal terjadi sintesis enzim oleh sel yan~ berkurangnya bobot biomassa kering. Fase
diperlukan untuk metabolisme metaboltt kematian disebabkan karen a ketahanan hidup sel
(Suryani dan Mangunwidjaja, 2000). S~telah menu run akibat akumulasi berbagai produk
fase adaptasi, pertumbuhan sel memasukt fase metabolit dan inhibitor, sehingga terjadi lisis sel
eksponensial yang terjadi n:u.1ai ja.m ke-3~ dan massa sel berkurang.
sampai jam ke-l04. Hal Inl terhhat dan Penentuan laju pertumbuhan spesifik (11)
peningkatan kekeruhan cairan kultivasi yang berkaitan dengan fase eksponensial. Pad a fase
tinggi. Setelah jam ke-l04 kekeruhan cairan ini, laju pertumbuhan spesifik adalah tetap
berkurang dan akhirnya stabil sampai jam ke- dengan keadaan pertumbuhan yang mantap.
144. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan Berdasarkan persamaan linier kurva penentuan 11
sel telah memasuki fase stasioner. Kekeruhan dapat diketahui bahwa nilai 11 adalah 0,0251
cairan kultivasi akan berkurang semakin cepat /jam. Waktu ganda sel untuk memperbanyak diri
mulai jam ke-156 sampai jam ke-240. dua kali dari jumlah atau bobot sel semula, yaitu
Pola pertumbuahan sel yang sarna sebesar 27,62 jam. Sedangkan laju pertumbuhan
ditunjukkan pula oleh kurva bobot biomassa spesifik maksimum (Ilmaks) besarnya sarna
kering. Kurva bobot biomassa diatas dengan niIai 11, karena nilai 11 pada fase
menunjukkan bahwa fase adaptasi terjadi sampai eksponensial adalah konstan.
jam ke-4S. Kemudian pertumbuhan sel Pembentukan selulosa bakteri pada kultur
memasuki fase eksponensial mulai jam ke-54 tergoyang dinyatakan dengan rendemen selulosa
sampai jam ke-104 dengan bobot biomassa bakteri murni kering. Hasil pengamatan
tertinggi (Xmaks) sebesar 2,57 gil. Kemudian rendemen selulosa bakteri murni kering dapat
setelah jam ke-104 pertumbuhan sel memasuki dilihat pada Gambar 2.
fase kematian yang terlihat dengan
-~--~~.~~-----~~~~~----~- ............ -~
6,00 .-~~~-~~--~~-~~~~---~---,
-
5,00
:::::
~ 4,00
c:
<I>
E 3,00
~
c!
fB
.....
Jam ke-
Gambar 2. Kurva Rendemen Selulosa Bakteri Murni Kering
Kurva di atas menunjukkan bahwa dengan laju yang tinggi. Kemudian setelah jam
selulosa bakteri terbentuk setelah jam ke-S. Hai ke-112, rendemen yang dihasilkan tidak
ini disebabkan karena sel-sel sedang aktif mengalami peningkatan lagi dan cenderung
memproduksi enzim-enzim yang diperlukan stabil. Kurva rendemen selulosa bakteri murni
untuk metabolismenya. Kemudian mulai jam ke- kering memiliki kecenderungan pola yang sarna
12 sampai jam ke-54, mulai terbentuk selulosa dengan kurva bobot biomassa kering, seperti
bakteri dengan laju produksi rendah. Mulai jam yang tersaji pada Gambar 3.
ke-60 sampai jam ke-112, rendemen meningkat
10
d
Jurnal AI A:har Indonesia, Vol.3, No.3, September 2004 , 07-13 ISSN 1412-8659
8.00 3.00
7.00
2.50
6.00
. '1,
~c:
200 Ci
5.00
til
II)
Q)
E 4.00 1.50 II)
til
Q)
'C E
c: 3.00 0
1.00 CO
&
2.00
~ ......... 0.50
1.00
0.00
0
0 co co N co co
0.00
N v ~ (D N Jam ke-
""" ~ N
Perbedaan kedua kurva diatas terjadi produksi selulosa bakteri berasosiasi dengan
seteiah fase eksponensial. Rendemen seluloa pertumbuhan sel pad a kultur tergoyang, karena
bakteri rnurni kering rnenunjukkan fase memiliki kecenderungan pola yang sarna. Selain
selanjutnya adalah fase stasioner, sedangkan itu, waktu inkubasi atau kultivasi optimum juga
bobot biomassa kering terjadi fase kematian, Hal dapat diketahui, yaitu selama 112 jam.
ini terjadi karena sel-sel mengalami lisis, Bersamaan dengan produksi selulosa
sehingga massa sel berkurang dan selulosa bakteri, substrat akan mengalami penurunan
bakteri tidak dapat diproduksi lagi. Oleh karena secara cepat. Substrat yang diamati adalah kadar
itu, rendemen selulosa bakteri murni kering gula total yang dikonsumsi oleh sel. Penurunan
yang diperoleh adalah konstan. Kedua kurva kadar gula total dapat dilihat pada Gambar 4.
tersebut juga menunjukkan bahwa pertumbuhan
90,00
80,00
-
:::::
70,00
-
~
Ol 60,00
::::J
50,00
Ol
~
40,00
0
t-
30,00
20,00
10,00
0,00
0
Jam ke-
11
I
1
N. Laily, Atariansyah, D. Nurani, S. lstini, I. Susanti, L. Hartoto, Kinetika Fcrmentasi Produksi Selulosa Baktcri
Oleh Acelobacler pasleurianum Pada Kultur Koeok
Kurva penurunan kadar gula total diatas digunakan dikonversi menjadi massa sel dan
menunjukkan penurunan yang cepat mulai dari metabolit-metabolit. Setiap konversi tersebut I
jam ke-30 sampai jam ke-I 04. Penurunan kadar dapat dikuantitasikan oleh suatu koefisien hasi
gula total tersebut terjadi sejalan dengan fase yang dinyatakan sebagai massa sel atau produk
eksponensial massa sel dan produksi selulosa yang terbentuk per unit massa nutrien yang
(rendemen selulosa bakteri murni kering). dikonsumsi, yakni Yx/s untuk sel dan Yp/s
Setelah itu, penurunan kadar gula total terjadi untuk produk. Selain itu, koefisien hasil/efisiensi
dengan laju yang rendah. juga dapat pula dinyatakan sebagai produk yang
Pertumbuhan dan pembentukan produk terbentuk per unit biomassa, yaitu Yp/s. Hasil
oleh mikroba merupakan proses-proses perhitungan parameter-parameter kinetika secara
biokonversi, yaitu nutrien kimiawi yang lengkap tersaji pada Tabel I.
12
1
JI/rnal Al A::.har Indonesia, Vol.3, No.3, September 2004,07-13 [SSN 1412-8659
13