Definisi
Kata vitiligo berasal dari bahasa latin, vitellus, yang memiliki arti 'veal'
(pucat, merah jambu). Penyakit ini adalah penyakit yang depigmentasi terbatas
yang didapat, dan ditemukan pada semua ras (Hunter et al., 2002). Kata vitiligo
mungkin berasal dari bahasa Yunani, vitelius, yang berarti bercak putih pada
lembu (Habif, 2003). Vitiligo adalah kehilangan pigmen yang didapatkan dan
ditegakkan dengan pemeriksaan histologi dimana didapati tidak adanya melanosit
epidermal (Habif, 2003). Vitiligo adalah penyakit hipomelanosis idiopatik yang
didapat dengan adanya gejala klinis berupa makula putih yang dapat meluas dan
dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit, misalnya
rambut dan mata (Soepardiman, 2011).
Penyebab dari vitiligo belum diketahui dengan pasti dan terdapat berbagai
faktor pencetus yang sering dilaporkan sebagai penyebab vitiligo, misalnya krisis
ekonomi dan trauma fisis (Soepardiman, 2011). Selain dilihat dari etiologinya,
menurut Soepardiman dalam buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (2011),
vitiligo juga memiliki 2 bentuk yang memiliki ciri khas masing-masing, yaitu:
1. Lokalisata, yang dapat dibagi lagi menjadi: a. fokal: satu atau lebih
makula pada satu area, namun tidak segmental, b. segmental: satu atau lebih
makula pada satu area dengan distribusi sesuai dermatom, misalnya pada satu
tungkai, c. mukosal: hanya terdapat pada membran mukosa.
Epidemiologi
Patogenesis
Gejala Klinis
Penegakan Diagnosis
Sistem penilaian dari Vitiligo European Task Force, VETFa, terdiri dari
luas lesi, stadium penyakit (staging), dan progresivitas penyakit (spreading). Luas
lesi dinilai menggunakan metode rule of nine, staging dinilai berdasarkan
pigmentasi pada kulit dan rambut dan dibagi menjadi stadium 0-3, sedangkan
spreading digunakan untuk menilai progresivitas penyakit dan dibagi menjadi +1
(progresif), 0 (stabil), -1 (regresif) (Taieb dan Picardo, 2007; Kawakami dan
Hashimoto, 2011). Skor VASI diperkenalkan oleh Hamzavi dkk dan merupakan
metode yang telah terstandarisasi serta sensitif untuk mengukur derajat dan
persentase dari depigmentasi dan repigmentasi.
Skor VASI ini secara konseptual analog dengan skor psoriasis area severity
index (PASI) yang digunakan pada psoriasis. Menurut Alghamdi dkk, skor VASI
bersama penggunaan lampu wood dan rule of nine merupakan metode yang paling
baik yang tersedia untuk menilai lesi pigmentasi dan mengukur luas serta derajat
vitiligo baik secara klinis maupun dalam penelitian dan uji klinis (Alghamdi dkk.,
2012). Dalam penghitungan skor VASI tubuh penderita dibagi menjadi 5 bagian
yaitu tangan, ekstrimitas atas (tidak termasuk tangan), badan, ekstrimitas bawah
(tidak termasuk kaki), dan kaki. Regio aksila dimasukkan dalam ekstrimitas atas
sedangkan regio inguinal dan bokong dimasukan dalam ekstrimitas bawah. Satu
hand unit, yang mencakup telapak tangan dan permukaan volar dari jari tangan
diperkirakan sebanyak 1% dan digunakan untuk menilai jumlah area yang terlibat
di setiap regio.
Penatalaksanaan
Prognosis