Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring bertambahnya jumlah penduduk Kota Pontianak tiap tahun
menyebabkan terjadinya peningkatan kendaraan pribadi yang dimana akan
membuat peluang usaha yang menguntungkan bagi industri bengkel. Hal tersebut
didukung berdasarkan hasil informasi PT Indomina Pusaka yang merupakan
pemasok resmi oli pertamina cabang Kota Pontianak bahwa terdapat sebanyak
kurang lebih 323 bengkel yang menyuplai oli pertamina. Hal tersebut menunjukan
bahwa jumlah usaha bengkel pada Kota Pontianak cukup banyak.
Akan tetapi, dengan meningkatnya kegiatan perbaikan, perawatan, dan
perakitan kendaraan bermotor telah menimbulkan potensi dampak negatif pada
lingkungan sekitarnya, terutama akibat yang ditimbulkan oleh limbah cair yang
dihasilkan dari kegiatan bengkel tersebut. Salah satu limbah cari bengkel yang
dihasilkan yaitu limbah cuci tangan serta bekas cuci suku cadang yang belum
memiliki penanganan khusus.
Berdasarkan penelitian Arini (2017) diketahui bahwa parameter Minyak
lemak, COD, dan Pb pada limbah cair bengkel berturut - turut adalah 34,38;
6190,5; dan 0,078 mg/L. Hasil tersebut menunjukkan bahwa limbah cair bengkel
sudah berada diatas baku mutu menurut PP DKI Jakarta No 69 Tahun 2013 pada
limbah bengkel dimana untuk nilai parameter minyak lemak, COD, dan Pb
berturut - turut adalah 5, 150, dan 0,1 mg/L. Berdasarkan hasil tersebut maka
diketahui bahwa limbah bengkel cair berpotensi dalam menurunkan kualitas
badan perairan sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi kualitas
lingkungan dan diperlukan alat untuk pengolahan limbah bengkel cair sebelum
dibuang kedalam badan air.
Pengolahan limbah cair bengkel dapat dilakukan dengan pengolahan
limbah cair secara fisik. Berdasarkan Pratiwi dan Joni (2014) menjelaskan bahwa
pengolahan parameter minyak dapat secara efektif dihilangkan dengan
sedimentasi. Sedangkan berdasarkan Arini (2017) menunjukkann bahwa dengan

1
sistem baffle channel dapat menurunkan kadar minyak pada limbah bengkel cair
sebesar 99,43%. Penelitian Arsawan,dkk (2007) juga menunjukkan bahwa
penginjeksian udara kedalam limbah berminyak dapat menurunkan kandungan
minyak sebesar 63,51%. Penelitian Dahlan,dkk (2014) juga menunjukkan bahwa
dengan sistem filtrasi dapat menurunankan parameter limbah berminyak.
Berdasarkan hal tersebut maka akan dibuat kombinasi alat dengan 4 sistem
pengolahan yaitu dengan menggunakan sistem sedimentasi, oil catcher, flotasi,
dan filtrasi dengan skala laboratorium.
Paremeter yang harus diolah pada limbah bengkel cair mengacu pada
Permen LH Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah untuk industri
yang belum ditetapkan dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 69 Tahun 2013
tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Dan/Atau Usaha dimana pada
peraturan tersebut disebutkan bahwa parameter - parameter yang terdapat dalam
limbah bengkel cair adalah timbal (Pb), Minyak Lemak, COD, dan TSS.

1.2 Perumusan Masalah


Perumusan masalah pada perencanaan ini adalah sebagai berikut :
1. Berapa efektivitas alat pengolahan limbah cair bengkel pada tahap
sedimentasi?
2. Berapa efektivitas alat pengolahan limbah cair bengkel pada tahap
aerasi?
3. Berapa efektivitas alat pengolahan limbah cair bengkel pada tahap
filtrasi?
4. Berapa efektivitas alat pengolahan limbah cair bengkel total?

1.3 Tujuan
Tujuan dari perencanaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui efektivitas alat pengolahan limbah cair bengkel pada tahap
sedimentasi
2. Mengetahui efektivitas efektivitas alat pengolahan limbah cair bengkel
pada tahap aerasi

2
3. Mengetahui efektivitas alat pengolahan limbah cair bengkel pada tahap
filtrasi
4. Mengetahui efektivitas alat pengolahan limbah cair bengkel total

1.4 Manfaat Perencanaan


Manfaat dari perencanaan adalah dapat menerapkan alat yang sudah
dirangcang terutama kepada bengkel bengkel kecil yang masih belum ada
pengolahan limbah atau limbah yang dihasilkan langsung dibuang kedalam
saluran air.

1.5 Sistematika Penulisan


Berikut adalah sistematika penulisan yang digunakan dalam proporsal
penelitian :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang permasalahan akibat limbah bengkel cair,
perumusan masalah yang ingin diselesaikan, tujuan dari melakukan
penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang tinjauan - tinjauan ilmiah yang berkaitan dengan
permasalahan akibat permasalahan limbah bengkel cair.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisi tentang metode - metode yang digunakan dalam penelitian
termasuk waktu dan lokasi penelitian, pengambilan sampel, dan
analisa sampel. Pada BAB ini juga berisi prosedur kerja dari penelitian
yang dilakukan dimulai dari persiapan alat dan bahan hingga operasi
alat.

Anda mungkin juga menyukai