MAKALAH
Oleh:
Atikah Mawardhani Putri
160112160057
Pembimbing
drg. Erna Herawati, M. Kes
i
ii
BAB IVPEMBAHASAN......................................................................................21
PENDAHULUAN
Ulser adalah kerusakan lokal, atau ekskavasi permukaan organ atau jaringan,
yang ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan nekrotik radang (Dorland, 1998). Ulser
atau ulkus adalah suatu luka terbuka dari kulit atau jaringan mukosa yang
(Greenberg and Glick, 2003). Ulser pada rongga mulut dapat menyebabkan rusak
atau hilangnya sambungan pada permukaan epitelium atau membran mukosa yang
meluas hingga lamina propria. Penyebab ulser pada rongga mulut antara lain faktor
lokal; yaitu trauma, radiasi/kemoterapi, dan injuri kimia maupun termal, recurrent
aphtous stomatitis, infeksi bakteri, virus, dan fungal, serta faktor sistemik (Babu, et
al, 2017).
Ulser yang disebabkan trauma disebut ulser traumatik. Ulser traumatik pada
rongga mulut biasanya disebabkan gigi yang tajam, gigi tiruan yang tidak pas dan
iritasi, tambalan yang kasar, restorasi yang fraktur, pemakaian alat ortodontik, dan
tergigit (Babu, et al, 2017). Ulser traumatik dapat terjadi pada berbagai tingkatan usia
dan jenis kelamin. Ulser ini biasanya terdapat pada lidah, mukosa bukal, palatum,
Lesi traumatik dibedakan menjadi ulser akut dan kronis. Ulser akut biasanya
disertai rasa sakit dan memberikan gambaran klinis berupa lesi berwarna putih
1
3
tidak disertai rasa sakit yang hebat bahkan tidak menimbulkan rasa sakit serta
memberikan gambaran klinis berupa lesi berwarna putih kekuningan dengan batas
kortikosteroid topikal dapat dilakukan terutama untuk menghilangkan rasa sakit dan
Makalah laporan kasus ini akan membahas mengenai lesi traumatik pada seorang
pasien yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi
BAB II
LAPORAN KASUS
Usia : 55 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
2.1.2 Anamnesa
bagian gusi depan bawah dan dekat gusi belakang kanan atas. Sariawan tersebut
muncul secara bersamaan sekitar 3 hari yang lalu. Pasien mengaku bahwa luka
tersebut muncul saat pasien mencoba gigi tiruan dan bagian tersebut tertekan pada 4
3
hari yang lalu. Awalnya sariawan tersebut tidak terasa sakit, tetapi sekarang terasa
sakit saat disentuh. Tidak terdapat gejala lain yang menyertai. Pasien belum pernah
Pasien mengaku tidak ada riwayat sering mengalami sariawan. Pasien ingin sariawan
Hipertensi : YA/TIDAK
Asma/Alergi : YA/TIDAK
Hamil : YA/TIDAK
Kontrasepsi : YA/TIDAK
Lain-lain : Thyroid
3
Disangkal
Suhu : Afebris
Pernafasan : 20 x / menit
Nadi : 70 x / menit
Kelenjar Limfe
Wajah : Simetri/Asimetri
alas cekung
Frenulum : Normal
normal
2.1.8 Odontogram
2.1.10 Diagnosa
D/ Traumatic ulcer et causa trauma fisik gigi tiruan a.r gingiva anterior rahang bawah
1. Menjelaskan kepada pasien untuk lebih sering minum air putih dan
Farmakologis
2 dd 1 garg
Cara pakai:
a b
Gambar 2.1 Lesi traumatik pada gingiva rahang bawah (Gambar a) dan
Usia : 55 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
2.2.1 Anamnesis
Pasien datang untuk kontrol 7 hari setelah sariawan dirawat. Pasien telah
Pasien mengaku sariawan telah menghilang setelah 4 hari menggunakan obat kumur
tersebut. Tidak ada lagi mengeluhkan rasa sakit pada tempat bekas sariawan. Pasien
Kelenjar Limfe
Wajah : Simetri/Asimetri
Kebersihan mulut :
0 - 1 0 0 0
46 31 36 46 31 36
- - - 0 0 0
DI = 1/2 = 0,5 CI = 0
Frenulum : Normal
2.2.5 Diagnosis
1
3
2. Menjelaskan kepada pasien untuk lebih sering lagi minum air putih dan
a b
Gambar 2.2 Lesi traumatik pada gingiva anterior rahang bawah (gambar a) dan
15
3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Ulser merupakan defek pada lapisan epitelium, lesi ini ditandai dengan adanya
depresi (cekung) dan batas pinggir lesi jelas, serta terdapat kehilangan lapisan
epidermal (Greenberg dan Glick, 2003). Ulser pada rongga mulut merupakan lesi
yang paling banyak dikeluhkan pada mukosa oral. Terdapat berbagai penyebab
terjadinya ulserasi pada rongga mulut, salah satu penyebab ulser yaitu trauma
(mekanis, kimia, dan termal) (Babu, et al, 2017). Ulser yang disebebkan karena
3.2 Etiologi
Ulser traumatik dapat disebabkan oleh trauma mekanis, kimia, termal, atau
radiasi. Ulser traumatik akibat trauma mekanis merupakan lesi oral yang paling
sering ditemukan. Penyebab ulser taumatik akibat mekanis gesekan pada bagian gigi,
restorasi, dan makhota yang tajam, gigi tiruan yang tidak baik, penggunaan kawat
ortodonti, tergigitnya mukosa mulut. Ulser traumatik akibat gigi tiruan yang tidak
baik biasanya terdapat di sulkus lingual atau bukal. Ulser yang disebabkan gigi patah
yang tajam biasanya terdapat pada lidah atau mukosa bukal. Anestesi lokal pada
perawatan dental juga merupakan penyebab ulserasi yang disebabkan rasa kebal yang
ditimbulkan sehingga pasien menggigit mukosa pipi atau bibir terus-menerus. Ulser
16
3
traumatik pada anak-anak yang memiliki kebiasaan menghisap ibu jari dan terdapat
Trauma termal biasanya disebabkan dari makan makanan yang panas. Sensasi
sakit yang normal tidak ada, yang ada hanya rasa terbakar. Rasa terbakar ini biasanya
muncul pada bagian palatum atau mukosa bukal posterior dan terlihat zona eritem
Trauma kimia dapat disebabkan oleh keasaman atau kebasaan suatu substansi
yang bertindak sebagai iritan atau alergen kontak. Substansi ini memliki konsentrasi
yang cukup kuat dan berkontak pada mukosa mulut dalam jangka waktu yang
panjang. Contohnya yaitu aspirin burns, yang terjadi ketika aspirin berkontak dengan
mukosa. Perluasan lesi bergantung pada durasi dan banyaknya aspirin yang
menyentuh mukosa. Medikasi yang diletakkan dalam kavitas gigi, terutama yang
mengandung fenol, dapat menyebabkan ulser iatrogenik. Agen pengetsa juga dapat
menyebabkan lesi luka bakar pada mukosa. Prosedur bleaching endodontic maupun
vital, yang menggunakan agen pengoksidasi seperti hidrogen peroksida 30%, juga
dapat menyebabkan burning sensation (Soames, 2005; Langlais, 2000; Regezi, 2003)
Ulser traumatik juga dapat berupa ulserasi faksisius yang merupakan trauma self-
inflicted (disebabkan diri sendiri) dan manifestasi dari stres, kecemasan, atau
macam tergantung pada penyebabnya. Penyebab yang paling sering terjadi yaitu
karena menggigit bibir, pipi atau lidah, dan kerusakan pada mukosa (misalnya
gingiva) yang disebabkan trauma oleh kuku yang tajam. Gangguan emosional yang
17
3
observasi setelah rujukan ke rumah sakit dan diperlukan penilaian khusus dari bagian
Gambaran klinis ulser traumatik beragam tergantung intensitas dan ukuran agen
traumatik. Ulser akut menunjukkan gejala klinis berupa rasa sakit, memiliki dasar
yang agak cekung dan berbentuk oval. Tepi ulser pada awalnya eritem yang akan
semakin memudar karena adanya proses keratinisasi. Bagian tengah ulser biasanya
berwarna abu-abu kekuningan karena dilapisi oleh membran fibrin yang berwarna
Ulser kronis tidak begitu menyebabkan rasa sakit atau bahkan tidak menimbulkan
rasa sakit. Ulser berwarna kuning dan dikelilingi oleh batas dengan permukaan lebih
Bentuk ulser yang tidak biasa yaitu granuloma traumatik (traumatic ulcerative
granuloma with stromal eosinophilia) biasanya dikaitkan dengan luka mukosa yang
dalam (pada otot). Ulser berbentuk kawah ini berdiameter 1-2 cm, dan sembuh dalam
beberapa minggu. Ulser ini biasanya terjadi pada lidah dan merupakan lesi kronis,
dengan batas jelas dan mirip seperti karsinoma sel squamosa. (Regezi, 2003; Soames,
2005)
18
3
Gambar 3.1. Ulser akut (kiri), ulser kronis (kanan), dan granuloma traumatik (bawah)
(Regezi, 2003; Soames, 2005)
3.4 Patofisiologi
Pada awal lesi terdapat infiltrasi limfosit yang diikuti oleh kerusakan epitel dan
merah, yang dalam waktu singkat bagian tengahnya berubah menjadi jaringan
nekrotik dengan epitelnya hilang sehingga terjadi lekukan dangkal. Ulser akan
ditutupi oleh eksudat fibrin kekuningan yang dapat bertahan selama 10-14 hari. Bila
19
3
dasar ulser berubah warna menjadi merah muda tanpa eksudat fibrin, menandakan
3.5 Histopatologi
dimulai dari tepi ulser, dengan sel-sel yang berproliferasi bergerak sepanjang dasar
Ulser kronik memiliki dasar jaringan granulasi, dengan jaringan parut pada
lapisan yang lebih dalam. Infiltasi sel inflamatori campuran terlihat pada jaringan
20
3
Gambar 3.3 Ulser kronis menunjukkan fibrin yang melapisi dasar jaringan granulasi
yang terinflamasi (Regezi, 2003)
otot skeletal yang terdekat, dan terdapat infiltrasi makrofag yang tebal serta
didominasi oleh makrofag, tetapi bukan merupakan granuloma yang terjadi pada
3.6 Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada latar belakang dan pemeriksaan klinis. Ada beberapa
kriteria yang menentukan diagnosis ulser traumatik, yaitu: (1) penyebab trauma dapat
diidentifikasi; (2) penyebabnya harus sesuai dengan tempat, ukuran, dan bentuk ulser;
21
3
waktu kurang lebih 3 hari. Ulser akut akan dengan mudah dicari hubungan sebab-
akibatnya melalui pemeriksaan klinis dan anamnesa. Penyebab ulser kronis tidak bisa
banding. Kondisi lain yang perlu dipertimbangkan adalah infeksi (sifilis, tuberkulosis,
infeksi jamur) dan keganasan. Jika lesi tersebut disebabkan karena trauma, maka
penyebabnya harus dicari dan dihilangkan. Jika ulser tidak menunjukkan adanya
penyembuhan dalam 10 hari, maka indikasi untuk dilakukan biopsi. (Soames, 2005)
dengan karakteristik ulser yang timbul berulang pada pasien yang tidak
mayor, dan ulser herpetiform. Ulser minor terjadi pada 80% kasus RAS,
karakteristik ulser minor adalah berdiameter 1 cm, dan sembuh tanpa ada
scars. Ulser mayor mempunyai karakteristik ulser dengan diameter lebih dari
oral (Greenberg dan Glick, 2003). Etiologi dari RAS adalah herediter,
22
3
trauma, stress psikologis, rasa cemas, serta alergi makanan. Manifestasi klinis
dari RAS adalah pada 2-48 jam awal sebelum munculnya ulser, pasien
merasakan rasa terbakar, selama periode inisial area lokal eritema, kemudian
dalam beberapa jam muncul papula kecil berwarna putih dan dalam aktu 48-
3.8 Perawatan
kortikosteroid topikal dapat dilakukan terutama untuk menghilangkan rasa sakit dan
mempercepat penyembuhan lesi. Umumnya ulser traumatik dapat hilang dalam waktu
2 minggu, tetapi jika dalam waktu tersebut ulser belum hilang, maka perlu dilakukan
23
3
BAB IV
PEMBAHASAN
berdasarkan anamnesis terdapat sariawan di bagian gusi depan bawah dan dekat gusi
belakang kanan atas. Sariawan tersebut muncul secara bersamaan sekitar 3 hari yang
lalu karena pasien mencoba gigi tiruan dan bagian tersebut tertekan. Berdasarkan
literatur, ulser traumatik dapat timbul disebabkan oleh trauma mekanis, termal,
elektrikal dan kimia. Trauma mekanis dapat dipicu karena tergigit, iritasi akibat
restorasi atau gigi yang fraktur, serta penggunaan gigi tiruan dan alat ortodontik
Berdasarkan pemeriksaan klinis terdapat 2 buah lesi ulser, yaitu pada 1 buah lesi
ulser pada gingiva regio anterior rahang bawah sebelah kanan bawah berwarna putih
kedalaman 0,5 mm, alas cekung dan 1 buah lesi ulser lain pada regio mucobucofold
posterior rahang atas kanan berwarna putih kekuningan, berbentuk bulat regular, tepi
kemerahan, diameter 1,5 2 mm, kedalaman 0,5 mm, alas cekung. Gambaran lesi
tersebut sesuai dengan literatur bahwa ulser traumatik tampak sebagai 1 atau 2 buah
lesi ulser dengan permukaan berwarna putih-kekuningan dan tepi eritem (Greenberg
and Glick, 2008). Selain itu ulser terlihat memiliki dasar yang cekung dengan lesi
berbentuk oval dan sering menimbulkan rasa sakit pada pasien (Langlais, et al, 2009).
24
3
Gambaran klinis ulser traumatik memiliki kesamaan dengan lesi ulser pada
recurrent apthous stomatitis (RAS). Hal yang membedakan antara lesi traumatik
dengan RAS adalah faktor penyebab, rekurensi kejadian, serta bentuk lesi. Gambaran
klinis ulser traumatik terkadang sulit dibedakan dengan lesi ulser pada RAS minor.
Lesi ulser pada RAS minor cenderung berbentuk lebih simetris dan bersifat rekuren
atau berulang umumnya setiap bulan sehingga dapat dibedakan dengan ulser
traumatik ditinjau dari riwayat penyakit pasien (Langlais, et al, 2009). Berdasarkan
kasus ini, tidak dipenuhi kriteria pada pasien tersebut karena pasien hanya mengalami
ulser oral yang disebabkan oleh trauma, ulser terasa sakit, dan tidak terasa keras saat
di palpasi.
Ulser traumatik dapat disebabkan oleh beberapa jenis trauma. Trauma mekanis
dapat terjadi karena tergigit, iritasi akibat restorasi atau gigi yang fraktur, penggunaan
protesa atau alat orthodonti dapat menyebabkan lesi ulser traumatik (Langlais, et al.,
2009). Selain trauma mekanis, trauma termal dapat terjadi akibat mengonsumsi
makanan dan minuman yang panas atau berkontak dengan instrumen dental yang
terlalu panas pada mukosa. Trauma kimia akibat menghisap atau mengunyah obat
yang seharusnya ditelan seperti aspirin, dapat menyebabkan lesi ulser yang parah
(Glick and Feagans, 2015). Berdasarkan kasus ini, faktor penyebab terjadinya ulser
disebabkan oleh trauma mekanis yaitu karena penggunaan gigi tiruan lepasan.
pengobatan (Cawson dan Odell, 2008). Perawatan yang dapat dilakukan pada ulser
25
3
2006). Pada pasien ini diinstruksikan untuk tetap menjaga kebersihan dan kesehatan
digunakan sebagai pilihan medikamentosa pada pasien dengan frekuensi ulser rendah,
dan kesulitan dalam akses ulser. Kortikosteroid dapat bekerja menurunkan sirkulasi
leukosit, eosinofil, basophil dan monosit pada jaringan serta efek antiinflamasi obat
ini bekerja menekan reaksi inflamasi seperti kemerahan, panas, nyeri, dan
pembengkakan (Cawson dan Odell, 2008 ; Shanbhag, et al., 2014). Obat kumur
pembunuh bakteri, virus, atau jamur yang dapat menginfeksi ulser sehingga dapat
sariawan sudah tidak terasa sakit lagi. Pada hari ke-7 sariawan pada gingiva anterior
rahang bawah dan muccobuccofold posterior rahang atas kanan sudah tidak terdapat
keluhan lagi. Masa penyembuhan yang dibutuhkan sariawan tergolong cepat karena
sariawan sembuh setelah 6 hari dari waktu terkena gigi tiruan. Berdasarkan literatur,
ulser traumatik akan sembuh secara spontan dalam waktu 7 10 hari (Cawson dan
Odell, 2008). Pasien tetap diinstruksikan untuk menjaga oral hygiene supaya
26
3
BAB V
KESIMPULAN
ulser traumatik pada gingiva bukal anterior dan di muccobuccofold rahang atas kanan
posterior. Pada kasus ini ulser traumatik disebabkan karena gesekan antara mukosa
dengan permukaan gigi tiruan yang tajam. Terapi yang diberikan kepada pasien
Pada kunjungan kontrol 7 hari kemudian, ulser sudah hilang serta tidak ada
keluhan sakit. Pasien mengikuti intruksi yang diberikan secara baik, sehingga ulser
mengindikasikan diagnosis dan terapi yang diberikan tepat, serta didukung oleh sikap
kooperatif pasien.
27
3
DAFTAR PUSTAKA
Babu, et al. 2017. Ulcerative lessions of the oral cavity an overview. Biomed. &
Pharmacol. J., Vol. 10(1), 401-405 (2017)
Cawson, R.A. and Odell, E.W. 2008.Cawsons Essentials of Oral Pathology and
Oral Medicine. The University of Michigan : Churchill Livingstone.
Van Loon LA, Bos JD, Davidson CL (1992) Clinical evaluation of fifty-six patients
referred with symptoms tentatively related to allergic contact stomatitis. Oral
Surg Oral Med Oral Pathol 74, 572-575
Greenberg, M.S. and Glick, M. 2003. Burkets Oral Medicine: Diagnosis and
Treatment 10th ed. Ontario : BC Decker Inc. p.51 ; 63 68.
Langlais, R.P and C.S Miller. 2000. Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang
Lazim. Alih Bahasa oleh Budi Setyo.Jakarta : Hipokrates. hal.94.
Pindborg, J.J. 1995. Atlas of Diseases of The Oral Mucosa. New Jersey: Wiley-
Blackwell.
Regezi, J.A. ; Sciubba, J.J. ; and Jordan, R.C.K. 2003. Oral Pathology : Clinical
Pathologic Correlations 4th Ed. USA : Saunders Elsevier Science.
Soames, J.V. and Sotham, J.C. 2005. Oral Pathology 4th ed. New York: Oxford
University Press Inc.
Haveles, Elena, 2000, Delmars Dental Drug Reference, Delmar, Virginia, hlm.156-
157.
28