Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

ANALISIS KASUS

Anemia pada kehamilan adalah wanita hamil atau dalam masa nifas memiliki kadar
hemoglobin dibawah 10 mg/dl. Dengan hasil anamnesis didasarkan atas gejala klinis yang
dialami pasien anemia walaupun pada kehamilan biasanya tidak spesifik, kecuali anemia berat.
Kelelahan adalah gejala yang paling umum. Pasien mungkin mengeluh pucat, sakit kepala,
kelemahan, palpitasi, pusing, dan dyspnoea. Dan dari pemeriksaan fisik dapat dijumpai adanya
keadaan umum pasien yang tampak pucat, pucat pada palmar, konjungtiva tampak anemis.
Pada kasus ini dari hasil anamnesis didapatkan keluhan berupa badan terasa lemas dan
kepala terasa pusing yang menunjukkan gejala dari anemia. Selain itu dari hasil pemeriksaan
fisik juga di dapatkan konjungtiva anemis (+/+) dan ekstremitas (akral) pucat. Dan dari hasil
pemeriksaan hematologi di dapatkan hasil hemoglobin 3.4 mg/dl. Sehingga diagnosis anemia
bisa di tegakkan. Pada pemeriksaan laboratorium juga di dapatkan eritrosit 1.9 (menurun) yang
menunjukkan sel darah merah menurun. MCV 61, MCH 18 dan MCHC yang menunjukkan
anemia hipokrom mikrositik berdasarkan teori anemia hipokromik mikrositik dengan mean
corpuscular volume (MCV) < 80 fl dan mean corpuscular haemoglobin (MCH)< 27 pg yang di
dapatkan pada talasemia dan juga ditemukan pada anemia defisiensi besi namun biasanya
disertai penurunan kadar red blood cell (RBC) dan peningkatan red cell distribution width
(RDW). Pada hapusan darah tepi didapatkan eritrosit Anisopoikiloisitosis dan Target cell ++
yang mendukung diagnosis thalasemia dimana berdasarkan teori, pada talasemia mayor
mempunyai sifat mikrositik hipokrom, pada gambaran sediaan darah tepi akan ditemukan
retikulosit, poikilositosis, basophilic stippling, sel tear drops dan sel target.
Tatalaksana anemia berat e.c thalassemia dilakukan transfuse dimana berdasarkan teori
pada dasarnya pengobatan yang diberikan pada penderita thalasemia bersifat simptomatik dan
suportif. Secara garis besar, pengobatan thalssemia terdiri dari pengobatan terhadap penyakitnya
dan pengobatan terhadap komplikasi. Pengobatan terhadap penyakitnya meliputi transfusi darah,
splenektomi, induksi sintesa rantai globin, transplantasi sumsum tulang dan terapi gen.

44
Pengobatan terhadap komplikasi meliputi mencegah kelebihan dan penimbunan besi,
pemberian kalsium, asam folat, imunisasi dan pengobatan terhadap komplikasi lainnya.
Transfusi darah pada penderita thalassemia bertujuan untuk mengatasi anemia yang
menyebabkan anoksia jaringan dan mengancam hidup penderita; supresi eritropoesis yang
berlebih-lebihan, dan menghambat peningkatan absorbsi besi di usus. Beberapa pendapat
mengusulkan agar kadar Hb dipertahankan sama atau diatas 10 g/dl.
Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tiba-tiba yang dapat
disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas. Pada umumnya serangan
kejang didahului terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,
mual, nyeri di daerah epigastrium, dan hiperrefleksia.
Tanpa memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang biasanya dimulai dari daerah
mulut sebagai bentuk kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemuadian seluruh tubuh menjadi
kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini dapat berlangsung 10 sampai 15 detik.
Pada saat yang bersamaan rahang akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga hal ini
akan terjadi pada kelopak mata, otot-otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami
kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat. Keadaan ini kadang-kadang
begitu hebatnya sehingga dapat mengakibatkan penderita terlempar dari tempat tidurnya, bila
tidak dijaga. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot-otot rahang. Fase ini dapat
berlangsung sampai satu menit, kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi semakin
lemah dan jarang dan pada akhirnya penderita tak bergerak.
Sedangkan pada pasien dari hasil anamnesis didapatkan keluhan berupa kejang, awalnya
kejang pada bagian wajah dan kemudian kejang seluruh tubuh sehingga pasien kelojotan. Kejang
berlangsung 5 menit. Pasien mengaku tidak sadar saat mengalami kejang. Ini menunjukkan
terjadinya eklampsi.
Kemudian sebelum kejang os mengeluh sakit kepala, terus menerus, seperti di tusuk-
tusuk. mual namun tidak muntah ini menunjukkan gejala awal terjadinya kejang / eklampsia atau
disebut sebagai impending eklampsia.
Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah pada saat kejang 170 / 110 mmHg
(hipertensi), pada pemeriksaan fisik didapatkan edema tungkai, dan pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan protein urine +++ yang menunjukkan terjadi nya preeclampsia berat.
Sesuai dengan teori bahwa kriteria preeclampsia berat yaitu Tekanan darah sistolik/diastolik >

45
160/110 mmHg sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak
menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring.
Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin sewaktu yang dikumpulkan
paling sedikit empat jam sekali. Trombosit didapatkan 100.000 yang berarti trombositopenia
berdasarkan teori termasuk pada dampak preeclampsia pada ibu yang mengenai darah dimana
kebanyakan pasien preeklampsia mengalami koagulasi intravaskular (DIC) dan destruksi pada
eritrosit. Trombositopenia merupakan kelainan yang sangat sering, biasanya jumlahnya kurang
dari 150.000/l.

46

Anda mungkin juga menyukai