BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem pelayanan kesehatan di Amerika sangat terpadu dan selalu mengalammi perubahan. Banyak
variasi pelayanan yang tersedia dari berbagai disiplin kesehatan profesional, tetapi untuk memperoleh
pelayanan tersebut sangat sulit untuk kalangan yang mempunyai asuransi pelayanan kesehatan yang
terbatas. Sedangkan, mereka yang tidak mempunyai asuransi sering datang pada saat penyakit telah
bertambah berat, sehingga membutuhkan biaya yang lebih mahal. Perkembangan teknologi dan
pengobatan baru yang terus berlangsung menyebabkan masa perawatan (length of stay, LOS) menjadi
lebih singkat dan berdampak pada biaya pelayanan kesehatan yang juga menjadi meningkat. Akibatnya,
institusi pelayanan kesehatan menjadiken pelayanan kesehatan lebih sebagai suatu bisnis daripada
sebagai suatu organisasi pelayanan. Tantangan pelayanan bagi penyelenggara pelayanan kesehatan
adalah mengurangi biaya pelayanan kesehatan dengan tetap menyediakan perawatan berkualitas tinggi
untuk kliennya. Penyelenggara pelayanan kesehatan memulangkan klien lebih cepat dari rumah sakit,
sehingga lebih banyak klien yang membutuhkan perawatan rumah atau pelayanan rumah. Biasanya
keluarga menyediakan perawatan untukk orang yang mereka sayangi dirumah. Perawat juga
menghadapi tantangan yang signifikan untuk mencegah terjadinya celah dalam pelayanan kesehatan
pada berbagai jenis tempat pelayanan kesehatan, sehingga individu tetap sehat dan sejahtera dalam
rumah dan komunitas mereka.
Keperawatan adalah suatu disiplin pelayanan. Nilai-nilai profesi keperawatan bertujuan menolong orang
mendapatkan kembali, mengelola, atau memperbaiki kesehatan; mencegah penyakit; serta
memperoleh kenyamanan dan kepercayaan diri. Sistem pelayanan kssehatan pada era milenium ini
lebih berorientasi pada bisnis daripada pelayanan karena adanya keinginan untuk menghemat biaya.
Keperawatan terus memimpin perubahan dan menjaga nilai dalam perawatan klien serta menghadapi
tantangan terhadap adanya peran dan tanggung jawab yang baru.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Melalui
sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan efektif, efisien dan tepat sasaran.
B. SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Keberhasilan sistem pelayanan keehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam
pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Sistem terdiri dari: input, proses, output, dampak, umpan balik dan lingkungan.
1. Input
Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistem. Input
pelayanan kesehatan meliputi: potensi masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan sebagainya.
2. Proses
Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang diharapkan dari sistem
tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
3. Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan kesehatan dapat berupa
pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan sehat.
4. Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang relatif lama. Dampak
sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematian menurun.
5. Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah sistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas
tenaga kesehatan.
6. Lingkungan
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam
sistem ini terdapat tingkat, lembaga, lingkup dan faktor yang mempengaruhi dalam terlaksananya
sistem pelayanan kesehatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2. Salemba Medika: Jakarta.
Perry, Potter. 2009. Fundamental Keperawatan,Buku 1, Edisi 7. Salemba Medika: Jakarta.
Potter,Patricia.Perry,Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Volume 1.
EGC: Jakarta
Muharram,Aziz Rizky. 2009. Sistem Pelayanan Kesehatan.
http://laskargaluh.blogspot.com/2009/10/sistem-pelayanan-kesehatan.html
PENDAHULUAN
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan suatu spektrum manifestasi klinis yang bervariasi
antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile illness), dengue fever, dengue haemorrhagic
fever (DHF) dan dengue shock syndrome (DDS); yang terakhir dengan mortalitas tiggi yang disebabkan
renjatan dan perdarahan hebat. Gambaran manifestasi klinis yang bervariasi ini dapat disamakan
dengan sebuah gunung es. Dhf dan DDS sebagai kasus-kasus yang dirawat di rumah sakkit merupakan
puncak gunung es yang kelihatan diatas permukaan laut, sedangkan kasus-kasus dengue ringan (demam
dengue dan silent dengue infection) merupakan dasar gunung es. Diperkirakan untuk setiap kasus
renjatan yang dijumpai di rumah sakit, telah terjadi 150 200 kasus silent dengue infection.
DBD masih merupakan penyakit yang sering menimbulkan keresahan dan kepanikan masyarakat, karena
selain sering menimbulkan KLB, tingkat kematiannya cukup tinggi, terutama apabila pengobatan
terhadap penderita terlambat dilakukan dan penderita sudah dalam keadaan shock.
Masih banyaknya kasus DHF yang ada dimasyarakat itulah yang mendorong penulis untuk meyusun
asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis DHF di Rumah Sakit Tk. II Dr Soedjono
Magelang.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu malakukan pengkajian dan tindakan keperawatan pada pasien dengan Debgeu
Haemoragic Fever (DHF).
a) Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit Dengue Hamoragic Fever (DHF)
b) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Dengue Hamoragic Fever (DHF)
dalam asuhan keperawatan
c) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Dengue Hamoragic
Fever (DHF) dalam asuhan keperawatan.
d) Mahasiswa mampu menetapkan intervensi keperawatan pada psien dengan Dengue Hamoragic
Fever (DHF) dalam asuhan keperawatan.
e) Mahasiswa mampu mengimplementasikan intervensi pada pasien dengan Dengue Hamoragic Fever
(DHF) dalam asuhan keperawatan.
f) Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan pada pasien dengan Dengue Hamoragic Fever (DHF)
dalam asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus
yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(betina) (Seoparman , 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick
manson,2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan
oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
2.2 Etiologi
Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan
di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat
wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif
terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang
paling banyak.
2.3 Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi
dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan
fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah ,
menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic ,
renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh
darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi
anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.
Sakit kepala.
Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary
refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari meningginya
nilai hematokrit sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematokrit pada masa konvalesen.
Ditemukannya 2 atau 3 patokan klinis pertama dissertai trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah
cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF. Dengan patokan ini 87% penderita yang tersangka DHF
ternyata diagnosisnya tepat, yang dibuktikan oleh pemeriksaan serologis dan dapat dihindari dibuatnya
diagnosis berlebihan.
Telah diterangkan bahwa manifestasi perdarahan yang paling sering ditemukan pada DHF ialah
perdarahan kulit, uji torniquet positif, memar dan perdarahan pada tempat pengambilan darah ven.
Petekia halus yang tersebar di anggota gerak, muka, aksila seringkali ditemukan pada masa dini demam.
Harus diingat juga bahwa perdarahan dapat terjadi di setiap organ tubuh. Epistaksis dan perdarahan gusi
lebih jarang dijumpai, sedangkan perdarahan saluran pencernaan hebat lebih jarang lagi dan biasanya
timbul setelah renjatan yang tidak dapat diatasi. Perdarahan lain seperti perdarahan subkonungtiva;
kadang-kadang ditemukan. Pada masa konvalen seringkali ditemukan eritema pada telapak tanngan
atau telapak kaki.
Tanda-tanda yang sering ditemukan pada pemeriksaan darah adalah penurunan trombosit, hemoglobin
meningkat lebih dari 20%, hematokrit meningkat lebih dari 20%, leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke
3, protein darah rendah, ureum Ph bisa meningkat, natrium dan klorida rendah.
Sedangkan pada pemeriksaan serologi (hemaglutination inhibition test) dapat ditemukan efusi pleura
melalui pemeriksaan rontgen thorax, dan uji torniquet positif.
2.6 Komplikasi
Perdarahan luas
Effuse pleura
Penurunan kesadaran
2.7 Klasifikasi
a) Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.
b) Derajat II
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti peteki,
hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c) Derajat III
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi
berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.
d) Derajat IV
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang
berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan, kemudian dikelompokkan dan
difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul sebagai contoh diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada kasus DHF diantaranya:
2.9 Intervensi
Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada masalah diagnosa
keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa diberikan menurut tindakan yang
bersifat mandiri dan kolaborasi. Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip rencana tindakan
keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan :
Kriteria hasil :
Intervensi :
R/ Takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat mengidentifikasikan kekurangan volume cairan atau
ketidakseimbagan elektrolit.
R/ untuk mencegah vasodilatasi, trkumpulnya darah di ekstremitas, dan berkurangnya volume darah
sirkulasi.
Instruksikan kepada pasien untuk tidak duduk atau berdiri jika sirkulasi terganggu.
R/ untuk mengganti mengganti cairan dan kehilangan darah serta mempermudah pergerakan cairan ke
dalam ruang intravaskular.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Berikan kompres dingin pada aksila dan dahi, seka dengan air hangat
R/ untuk meningkatkan kenyamanan dan menurunkan temperatur tubuh.
Anjurkan pasien untuk minum sebanyak mungkin air jika tidak dikontraindikasikan.
R/ untuk menghindari kehilanggan air, natrium klorida dan kalium yang berlebihan. Mengatasi dehidrasi.
Kriteria hasil :
Intervensi :
R/ untuk mengkaji zat gizi yang dikonsumsi dan suplemen yang diperlukan
Anjurkan kepada keluarga pasien untuk memberi makan dengan porsi sedikit tapi sering
Kriteria hasil :
Intervensi :
RESUME KASUS
An. D(6)masuk rumah sakit diantar oleh keluarganya pada tanggal 9 Mei 2012 tinggal di Magelang Jl.
Oerip Soemohardjo Blok H-12 keseharianya sebagai Pelajar dan beragama islam masuk di bangsal
flamboyan dengan nomor Rekam Medis 23.0046.0069 saat masuk rumah sakit suhu badan An D panas
dengan suhu 39C, Ibu klien mengatakan klien panas 5 hari, badan teraba hangat, dan kulit kemerahan.
Klien BAB 3x sehari dengan konsistensi lembek. Klien mengatakan tidak nafsu makan. Uji torniquet
(+).Ibu klien mengatakan klien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.menurut Ibu klien keluarga
tidak ada yag menderita penyakit menular, tetapi nenek klien menderita hipertensi.ibu klien
mengatakan An D alergi terhadap udang, pada saat ini Nadi 120x/menit, RR 26x/menit, Suhu 39C, TB
120 cm, BB 25 kg, IMT 17,36
Keluarga klien mengatakan sebelum sakit klien BAB 1x sehari dengan konsistensi padat dan bau khas.
BAK 3x sehari dengan warna kuning jernih dan bau khas. Keluarga klien mengatakan selama sakit BAB 3x
sehari dengan konsistensi lembek dan BAK 3x sehari. Menurut keluarga klien sebelum sakit klien makan
3X sehari dengan porsi cukup dan minum 4X sehari (@200 cc).Saat sakit klien makan 3x sehari hanya
menghabiskan 1/3 porsi makan dari RS dan minum sedikit. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan
sulit menelan.Ibu klien mengatakan BB klien turun 5 kg, dengan berat badan sebelum sakit 30 kg.
Orang tua klien merasa cemas terhadap penyakit yang dialami anaknya. Klien mengatakan takut akan
penyakitnya. Ibu klien terlihat cemas dan selalu menunggui klien, Ibu klien mengatakan sbelum sakit
klien tidur 9 jam sehari dan nyenyak dan saat sakit tidur menjadi 7 jam sehari.Klien mengatakan tidur
tidak nyenyak.Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien aktif bermain dan bersekolah.Klien mengatakan
saat sakit tidak bisa bermain dengan teman dan tidak berangkat ke sekolah,Saat malam hari klien
terlihat tidak bisa tidur dan sering terbangun. Ibu klien memahami penyakit anaknya setelah mendapat
penjelasan dari dokter. Hubungan klien dengan keluarga baik terlihat dari banyaknya keluarga dan
teman klien serta teman orang tua klien yang datang menjenguk.Klien belum mengalami menstruasi. Ibu
klien mengatakan selalu menemani klien karena klien takkut akan penyakitnya. Ibu klien mengatakan
sebelum klien sakit, klien sering diajak mengikuti kegiatan keagamaan yang diadakan di daerahnya
setiap 1 minggu sekali. Saat sakit klien diajarkan oleh orang tua untuk berdoa meminta kesembuhan.
Tersedia selimut untuk mengatasi cuaca dingin. Disamping klien terdapat guling untuk menjaga agar
kien tidak jatuh.
Klien mengatakan sakit di perut bagian ulu hati, seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 7. Klien
mengatakan nyeri sering hilang dan timbul. Klien juga mengatakan tenggorokan sakit untuk menelan.
Ibu klien mengatakan sejak klien lahir tidak terdapat gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
An D nampak lemah kesadaran compos mentis,pada bagian kepala dan leher tidak ada post
trauma,rambut lurus dan berwarna hitam kecoklatan,distribusi rambut merata.mata klien normal masih
bisa menanggapi rangsang cahaya dan tidak terdapat skler,telinga klien bersih tidah terdapat
serumen,tidak terpasang alat bantu pernafasan dan tidak nampak cuping hidung,tidak ada gangguan
atau luka pada bibir tetapi tampak kering,tidak ada gangguan pada leher
Pada pemeriksaan leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Pada paru paru dan jantung normal.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil peristaltik usus 15x/menit kulit elastis. Ekstremitas atas
terpasang infus RL 20 tpm. Pada pemeriksaan ekstremitas bawah tidak terdapat edema, akral dingin,
kekuatan otot lemah.
Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Mei 2012 didapatkan hasil trombosit: 98.10
mm3, hemoglobin 18,3 g/dl, hematokrit 62,1 L%, leukosit 2,5.103/mm3.
Terapi yang diberikan pada tanggal 1o Mei 2012 adalah infus RL 20 tpm, ceftriaxin (IV) 2x0,1 mg,
paracetamol (oral) 3x125 mg, dan domperidone (oral) diminum saat mual.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Semester/tingkat : II/ I
A. DATA UMUM
2. Umur : 6 tahun
4. Pekerjaan : Pelajar
5. Agama : Islam
Alasan masuk RS :
Ibu klien mengatakan klien panas 5 hari dengan suhu 39C, badan teraba hangat, dan kulit kemerahan.
Klien BAB 3x sehari dengan konsistensi lembek. Klien mengatakan tidak nafsu makan. Uji torniquet (+).
Ibu klien mengatakan klien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yag menderita penyakit menular, tetapii nenek klien menderita
hipertensi.
Vital Sign : Nadi 120x/menit, RR 26x/menit, Suhu 39C, TB 120 cm, BB 25 kg, IMT 17,36
1. Health Promotion
Klien mengatakan bellum memahami tentang kesehatan karena klien masih kecil.
2. Nutrition
Keluarga klien mengatakan sebelum sakit klien makan 3X sehari dengan porsi cukup dan minum 4X
sehari (@200 cc). Saat sakit klien makan 3x sehari hanya menghabiskan 1/3 porsi makan dari RS dan
minum sedikit. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan sulit menelan. Ibu klien mengatakan BB klien
turun 5 kg, dengan berat badan sebelum sakit 30 kg.
Klien terlihat menghabiskan 1/3 porsi makan yang diberikan dari RS. Bb klien saat sakit: 25 kg
3. Elimination
Keluarga klien mengatakan sebelum sakit klien BAB 1x sehari dengan konsistensi padat dan bau khas.
BAK 3x sehari dengan warna kuning jernih dan bau khas. Keluarga klien mengatakan selama sakit BAB 3x
sehari dengan konsistensi lembek dan BAK 3x sehari.
Klien BAB 3x sehari dengan konsistensi lembek, bau khas, dan tidak terdapat lendir. Klien BAK 3x sehari
dengan warna kuning jernih, bau khas.
4. Activity/Rest
Ibu klien mengatakan sbelum sakit klien tidur 9 jam sehari dan nyenyak dan saat sakit tidur menjadi 7
jam sehari. Klien mengatakan tidur tidak nyenyak. Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien aktif
bermain dan bersekolah. Klien mengatakan saat sakit tidak bisa bermain dengan teman dan tidak
berangkat ke sekolah.
Saat malam hari klien terlihat tidak bisa tidur dan sering terbangun.
5. Perception
Ibu klien memahami penyakit anaknya setelah mendapat penjelasan dari dokter.
6. Self Perception
Orang tua klien merasa cemas terhadap penyakit yang dialami anaknya. Klien mengatakan takut akan
penyakitnya. Ibu klien terlihat cemas dan selalu menunggui klien,
7. Role Relationship
Hubungan klien dengan keluarga baik terlihat dari banyaknya keluarga dan teman klien serta teman
orang tua klien yang datang menjenguk.
8. Sexulity
9. Coping/stres Tolerance
Ibu klien mengatakan selalu menemani klien karena klien takkut akan penyakitnya.
Ibu klien mengatakan sebelum klien sakit, klien sering diajak mengikuti kegiatan keagamaan yang
diadakan di daerahnya setiap 1 minggu sekali. Saat sakit klien diajarkan oleh orang tua untuk berdoa
meminta kesembuhan.
11. Safety/Protection
Tersedia selimut untuk mengatasi cuaca dingin. Disamping klien terdapat guling untuk menjaga agar
kien tidak jatuh.
12. Comfort
Klien mengatakan sakit di perut bagian ulu hati, seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 7. Klien
mengatakan nyeri sering hilang dan timbul. Klien juga mengatakan tenggorokan sakit untuk menelan.
13. Growth/Development
Ibu klien mengatakan sejak klien lahir tidak terdapat gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
b) Mata
Pupil isokor : ya
c) Telinga
d) Hidung
Nafas cuping hidung : tidak
Sianosis : tidak
Sariawan : tidak
f) Leher
4. Thorax :
a) Pre-kordium
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
- Redup (nomal) : ya
Auskultasi
b) Pulmonal
Inspeksi
- Retraksi : tidak
- Krepitasi : tidak
Perkusi
- Sonor : ya
Auskultasi
- Wheezing/mengi : tidak
- Ronchi : tidak
- Vesikuler : ya
5. Abdomen :
a) Inspeksi
Datar : ya
b) Auskultasi
Peristaltik : 15x/menit
c) Palpasi
d) Perkusi
Timpani : tidak
6. Ekstremitas
a) Superior (atas):
Palmar : kemerahan
Kekuatan otot : lemah
Terpasang infus : ya
b) Inferior (bawah):
Akral : dingin
7. Pengkajian Nutrisi
a) A (Antropometri)
BB : 25 kg
TB : 120 cm
IMT : 17,36
b) B (Biochemical)
c) C (Clinical)
d) D (Diet)
Diet selama di sumah sakit adalah bubur, roti dan buah jambu biji.
e) E (Energy)
f) F (Factor)
Klien dirawat karena panas selama 5 hari dengan suhu 39C. Setelah dilakukan pemeriksaan ditetapkan
diagnosa medis klien adalah DHF.
Jenis
Tanggal/jam Hasil Pemeriksaan Interpretasi
Pemeriksaan
ANALISA DATA
Tanggal Data
dan Jam Data Subyektif Data Obyektif
IMT: 17,36
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Data Obyektif:
Suhu: 39C
Nadi: 120x/menit
RR: 26 x/menit
Data Obyektif
Data Obyektif:
IMT: 17,36
DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
Tujuan &
Diagnosa Intervensi
No. Tanggal/jam Kriteria Hasil Rasional
Keperawatan (NIC)
(NOC)
Kolaborasi Untuk
dengan dokter meningkatkan
dalam memberikan
antiemetik asimilasi
Kolaborasi Untuk
dengan tim gizi menentukan diit
dalam penentuan yang tepat bagi
diet klien.
Anjurkan Untuk
keluarga pasien mengganti cairan
untuk memberikan dan kehilangan
cairan (minum) darah serta
mempermudah
banyak pergerakan cairan
ke dalam rung
intravaskular.
Suhu tetap
normal
Tidak
terhadi
kejang
Kolaborasi Untuk
pemberian menurunkan
antipiretik demam.
IMPLEMENTASI
RESPON
DIAGNOSA
NO TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI (DATA SUBY
KEPERAWATAN
DATA OBYEK
1. 10 Mei 2012 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Melakukan observasi dan Keluarga klie
10.00 WIB kebutuhan tubuh berhubungan dengan melakukan pencatatan asupan mengatakan
ketidakmampuan menelan pada pasien makan men
Nafsu maka
meningkat
RR: 26x/men
RR: 26x/men
P: lanjutkan intervensi
P:lanjutkan intervensi
Betz. L. Cecily. 1997. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Alih bahasa Jan Tamboyang. Jakarta:
EGC
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak.FKUI. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. JIlid I. Jakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI
Suriadi, Rita Y. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta: Fajar Interpratama
Wong Donna L. 1996. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Edisis 4. Jakarta: EGC
International,NANDA. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasfikasi 2009-2011. Alih bahasa
Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar. Jakarta: EGC
Arsip Blog
2013 (4)
Juni (4)
2012 (5)
Oktober (1)
Mei (4)
Arina Wahyu Srnaningsih adalah nama yang saya banggakan, karena nama tersebut adalah pemberian
orang tua dengan harapan baik.. :)