Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI BEROBAT PASIEN MORBUS

HANSEN DI RS KHUSUS KUSTA LAULENG KOTA PAREPARE

Jumiati1, Erna Kadrianti2, Suarnianti3


1
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
2
STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
STIKES Nani Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Morbus Hansen adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh organisme
Mycobacterium leprae. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan
motivasi berobat pasien Morbus Hansen. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan rancangan
cross sectional, populasi pada penelitian ini adalah pasien Morbus Hansen yang berobat di RSK
Kusta Lauleng Parepare dengan Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling,
didapatkan 30 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner. Analisa data mencakup analisa univariat dan analisa bivariat menggunakan uji chi-square
(<0,05). Hasil uji statistik menunjukkan hubungan signifikan antara pengetahuan dengan motivasi
berobat pasien Morbus Hansen (p=0.001). Pasien Morbus Hansen yang berobat di RS Khusus Kusta
Lauleng kota Parepare sebagian besar memiliki pangetahuan yang baik dan motivasi berobat yang
tinggi.

Kata kunci : Pengetahuan, Motivasi Berobat, Morbus Hansen.

PENDAHULUAN Hansen. Menurut data WHO Tahun 2009,


Morbus Hansen adalah suatu penyakit angka penemuan penderita Morbus Hansen di
kronis yang disebabkan oleh organisme dunia yaitu sebanyak 213.036 kasus. Kasus
Mycobacterium leprae. Awalnya, kuman ini paling banyak terdapat diregional Asia
menyerang susunan saraf tepi, lalu (120.689), kemudian diikuti dengan regional
menyerang kulit, mukosa, saluran napas, Pasifik (9.754), Amerika (47,069), Afrika
sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, (30.557) dan sisanya berada diregional dunia
dan testis (Amiruddin, 2012). Morbus Hansen lainnya (Amiruddin 2012).
yang biasa juga dikenal dengan Kusta atau Berdasarkan data Kementerian
Lepra merupakan salah satu penyakit menular Kesehatan, pada tahun 2010 jumlah kasus
yang masih menimbulkan masalah yang baru penyakit Morbus Hansen tercatat
sangat kompleks. Masalah yang dimaksud sebanyak 10.706 penderita dan jumlah kasus
bukan hanya dari segi medis, tetapi meluas terdaftar sebanyak 20.329 orang dengan
sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, prevalensi 0,86 per 10.000 penduduk. Angka
keamanan dan ketahanan nasional. Morbus itu menurun jika dibandingkan dengan Tahun
Hansen pada umumnya terdapat di negara 2009 yang mencatat kasus baru sebanyak
negara yang sedang berkembang sebagai 17.260 penderita dan kasus terdaftar
akibat keterbatasan kemampuan negara itu sebanyak 21.026 penderita. Meskipun jumlah
dalam memberi pelayanan yang memadai Kasus Morbus Hansen di Indonesia telah
dalam bidang kesehatan, pendidikan, mengalami penurunan tetapi Indonesia masih
kesejahteraan sosial dan ekonomi pada berada pada posisi ketiga di dunia setelah
masyarakat. Morbus Hansen sampai saat ini India dan Brasil (Tempo, 2011).
masih ditakuti masyarakat, keluarga, termasuk Sejauh ini 17 provinsi di Indonesia,
petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih masih tergolong sebagai daerah endemis
kurangnya pengetahuan/pengertian, (terpapar) Morbus Hansen. Kebanyakan di
kepercayaan yang keliru terhadap penyakit daerah Indonesia Timur, seperti Papua,
Morbus Hansen dan kecacatan yang Kalimantan, Halmahera, Maluku, dan Sulawesi
ditimbulkannya (Depkes RI, 2008). Selatan. Sedangkan yang terbanyak adalah
Penderita penyakit Morbus Hansen propinsi Jawa Timur (Yayasan Transformasi
tersebar diseluruh dunia dan diperkirakan dua Lepra Indonesia, 2010)
hingga tiga juta orang menderita Morbus

Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 81


Jumlah penderita Morbus Hansen di penelitian untuk mengetahui sejauh mana
Sulawesi Selatan Pada tahun 2010 terdapat pengetahuan klien Morbus Hansen dalam
682 penderita. Jumlah penderita Morbus hubungannya dengan motivasi berobat di RSK
Hansen telah mengalami penurunan bila Kusta Lauleng kota Parepare.
dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu
sebanyak 1.495 penderita. Meskipun demikian BAHAN DAN METODE
jumlah tersebut masih tergolong tinggi Lokasi, populasi, dan sampel penelitian
sehingga diperlukan adanya peningkatan Jenis penelitian yang di gunakan
kegiatan untuk memutus mata rantai peneliti adalah metode penelitian deskriptif
penularan penyakit tersebut (DinKes SulSel, analitik dengan pendekatan cross sectional
2011). study, dimana pengukuran variabel subjek
Melihat data di atas maka morbus dilakukan secara bersamaan dalam satu
hansen perlu mendapat perhatian sehingga populasi, yang bertujuan untuk mendapatkan
penemuan dan pengobatan penderita sampai gambaran pengetahuan dan motivasi berobat
sembuh merupakan salah satu kunci pasien Morbus Hansen serta hubungan antara
pemberantasan Morbus Hansen. Untuk pengetahuan dengan motivasi berobat pasien
mencapai kesembuhan penyakit Morbus Morbus Hansen di Rumah Sakit Khusus Kusta
Hansen diperlukan keteraturan atau Lauleng Parepare. Penelitian dilaksanakan di
kepatuhan berobat bagi setiap penderita. RS Khusus Kusta Lauleng kota Parepare yang
Sementara kendala pengobatan morbus merupakan rumah sakit khusus Kusta di kota
hansen yaitu kepatuhan menjalani pengobatan Parepare pada 26 Desember 2012.
masih rendah sehingga banyak penderita yang Populasi adalah subjek penelitian
drop out dari pengobatan tersebut. yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
Pengobatan Morbus Hansen yang (Nursalam, 2009). Populasi dalam penelitian
memerlukan jarak lama antara 6 12 bulan, ini mengambil populasi terjangkau yaitu semua
biasanya memiliki resiko tinggi dalam penderita Morbus Hansen yang berobat di
ketidakpatuhan berobat (Subakti, 2009). Rumah Sakit Khusus Kusta lauleng Parepare
Ketaatan atau kepatuhan berobat pada bulan Desember sampai dengan Januari
pada pasien morbus hansen dipengaruhi oleh 2013, dimana jumlah penderita yang terdaftar
lamanya masa pengobatan sehingga sebanyak 90 orang.
diperlukan keuletan dan ketekunan. Timbul Pengambilan sampel pada penelitian
rasa bosan, adanya perasaan sudah sembuh ini menggunakan non-probability sampling
mengakibatkan penderita menghentikan dengan metode purposive sampling yaitu
pengobatan sebelum masa akhir pengobatan teknik penetapan sampel dengan cara memilih
selesai. Tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sampel diantara populasi sesuai dengan yang
motivasi penderita masih rendah. dikehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut
Pengetahuan dan motivasi seseorang dapat mewakili karakteristik populasi yang
mempunyai peranan yang sangat penting telah dikenal sebelumnya, didapatkan 30
dalam kepatuhan berobat. Dengan demikian responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.
pengetahuan dan motivasi sangatlah penting 1. Kriteria inklusi
untuk merubah perilaku, sehingga diharapkan a) Pasien Morbus Hansen yang melakukan
paham betul terhadap bahaya apabila tidak pengobatan di RS Lauleng Parepare.
mengikuti program pengobatan Morbus b) Pasien Morbus Hansen yang masih aktif
Hansen secara paripurna (Nukman, 2007). berobat.
Rumah Sakit Lauleng Parepare c) Pasien Morbus Hansen baik yang rawat
merupakan Rumah Sakit khusus kusta di kota jalan maupun yang rawat inap.
Parepare. Data di RSK Lauleng kota Parepare d) Pasien Morbus Hansen yang bersedia
dari bulan Januari sampai akhir bulan Oktober menjadi responden.
2012 tercatat jumlah klien Morbus Hansen 2. Kriteria esklusi
yang melakukan pengobatan sejumlah 90 a) Pasien Morbus Hansen yang dinyatakan
orang, dimana Jumlah pasien yang melakukan drop out.
pengobatan secara rutin sebanyak 54 orang. b) Pasien Morbus Hansen dengan
Jumlah penderita yang tidak melakukan kunjungan baru.
kontrol secara rutin sebanyak 20 orang. c) Pasien Morbus Hansen yang dirujuk
sedangkan jumlah pasien yang drop out kembali ke puskesmas.
sebanyak 16 orang (Data register program d) Pasien Morbus Hansen yang telah
MDT RSK Kusta Lauleng Parepare tahun dinyatakan RFT.
2012 ). e) Pasien Morbus Hansen yang menolak
Berdasarkan uraian dari latar untuk dijadikan responden.
belakang masalah ini penulis ingin melakukan

82 Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721


Pengumpulan dan pengolahan data
Cara pengumpulan data merupakan Umur
Jumlah Persen
cara yang dilakukan peneliti untuk ( Tahun)
mengumpulkan data dalam penelitian. 16 30 6 20,0
Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu 31 45 12 40,0
dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat 46 60 10 33,3
memperkuat hasil penelitian. Alat ukuran 61 75 2 6,7
pengumpulan data tersebut antara lain dapat Total 30 100
berupa kuesioner/angket, observasi, Sumber : Data primer Januari 2013
wawancara atau gabungan ketiganya
(Hidayat,A.A, 2008). Berdasarkan Tabel 1, dapat
Pada penelitian ini, peneliti diketahui bahwa sebagian besar responden
melakukan pengumpulan data dengan berumur 31- 45 tahun sebanyak 12 orang
menggunakan kuesioner/angket yang (40,0%), kemudian umur 46 - 60 tahun
dibagikan kepada pasien Morbus Hansen sebanyak 10 orang (33,3%), umur 16 30
yang datang berobat di RS Lauleng Parepare. tahun sebanyak 6 orang (20,0%), dan umur
Data yang telah terkumpul, 61 75 tahun sebanyak 2 orang (6,7%).
dikelompokan dan diberi kode sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan peneliti, kemudian Tabel 2 : Distribusi frekuensi responden
dipindahkan kedalam kartu tabulasi. berdasarkan jenis kelamin di RSK Kusta
Perhitungan data untuk keperluan analisis Lauleng Kota Parepare
menggunakan uji statistik menggunakan Jenis
program komputerisasi. Jumlah Persen
Kelamin
Laki laki 18 60,0
Analisa Data Perempuan 12 40,0
Analisa data dalam penelitian ini Total 30 100
menggunakan metode sebagai berikut : Sumber : Data primer Januari 2013
a. Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan terhadap tiap Berdasarkan Tabel 2, dapat
variabel dari hasil penelitian. Pada diketahui bahwa responden dengan jenis
umumnya dalam analisis ini hanya kelamin Laki-laki sebanyak 18 orang
menghasilkan distribusi dan presentase (60,0%) dan Perempuan sebanyak 12
dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2007). orang (40,0%).
Analisis univariat bermanfaat untuk melihat
apakah data sudah layak untuk dilakukan Tabel 3 : Distribusi frekuensi responden
analisis, melihat gambaran data yang berdasarkan pendidikan di RSK Kusta
dikumpulkan dan apakah data optimal Lauleng Kota Parepare
untuk analisis lebih lanjut. Pendidikan Jumlah Persen
b. Analisis Bivariat Tidak
Analisis bivariat digunakan untuk 5 16,7
Sekolah
mencari hubungan dan membuktikan 19 63,3
SD
hipotesis dua variabel. Dalam penelitian ini 4 13,3
SMP
digunakan uji Chi-Square untuk 2 6,7
SMA
menghubungkan variabel terikat dengan Total 30 100
variabel bebas. Batas kemaknaan = 0,05, Sumber : Data primer Januari 2013
H0 ditolak jika < (0,05) dan H0 diterima
jika > (0,05). Uji statistik dengan Berdasarkan Tabel 3, dapat
menggunakan teknik komputerisasi dengan diketahui bahwa pendidikan responden
uji yang sesuai. paling tinggi adalah SMA. Responden
paling banyak berpendidikan SD yaitu 19
HASIL PENELITIAN orang (63,3%), kemudian tidak sekolah
1. Hasil Analisis Univariat sebanyak sebanyak 5 orang (16,7%), SMP
Tabel 1 : Distribusi frekuensi responden sebanyak 4 orang (13,3%), dan SMA
berdasarkan umur di RSK Kusta Lauleng sebanyak 2 orang (6,7%).
Kota Parepare

Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 83


hubungan antar variabel independen yaitu
Tabel 4 : Distribusi frekuensi responden pengetahuan dengan variabel dependen
berdasarkan pekerjaan di RSK Kusta yaitu motivasi berobat pasien Morbus
Lauleng Kota Parepare Hansen
Pekerjaan Jumlah Persen
Tidak Bekerja 4 13,3 Tabel 7 : Hubungan pengetahuan dengan
IRT 7 23,3 motivasi berobat pasien Morbus Hansen di
Wiraswasta 5 16,72 RSK Kusta Lauleng Kota Parepare
Petani 8 26,7 Motivasi
Total
Nelayan 3 10,0 Pengetahuan Tinggi Rendah
Buruh Harian 2 6,7 n % n % n %
Tukang parkir 1 3,3 Baik 21 70,0 0 0 21 70,0
Total 30 100 Kurang 4 13,3 5 16,7 9 30,0
Sumber : Data primer Januari 2013
Total 25 83,3 5 16,7 30 100,0
p = 0.001
Dari Tabel 4, dapat diketahui bahwa
Sumber : Data primer Januari 2013
sebagian besar responden bekerja sebagai
Petani yaitu 8 orang (26,7%), IRT sebanyak
Pada tabel 7 diatas, memperlihatkan
7 orang (23,3%), Wiraswasta sebanyak 5
bahwa ada sebanyak 4 responden (13,3%)
orang (20%), tidak bekerja sebanyak 4
yang berpengetahuan kurang tetapi
orang (13,3%), nelayan sebanyak 3 orang
motivasi berobatnya tinggi, 5 orang (16,7%)
(10,0%), buruh harian sebanyak 2 orang
memiliki pengetahuan kurang dan motivasi
(6,7%) dan tukang parkir sebanyak 1 orang
rendah. sedangkan diantara 21 responden
(3,2%).
(70,0%) yang berpengetahuan baik tidak
ada yang bermotivasi rendah. Hasil uji
Tabel 5 : Distribusi frekuensi responden
statistik Chi-Square didapatkan nilai
berdasarkan pengetahuan pasien Morbus
Fishers Exact Test ( = 0,001) yang berarti
Hansen di RSK Kusta Lauleng Kota
lebih kecil dari 0,05, maka dapat
Parepare
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
Pengetahuan Jumlah Persen
bermakna antara pengetahuan dengan
Baik 21 70,0 motivasi berobat pasien Morbus Hansen di
Kurang 9 30,0 RS Khusus Kusta Lauleng Parepare.
Total 30 100
Sumber : Data primer Januari 2013 PEMBAHASAN
1. Hubungan Pengetahuan dengan Motivasi
Tabel 5 di atas menunjukkan jumlah berobat pasien Morbus Hansen di RS
responden yang berpengetahuan baik Khusus Kusta Lauleng Parepare
sebanyak 21 orang (70,0%) dan yang Pada hasil analisis bivariat
berpengetahuan kurang sebanyak 9 orang menunjukkan bahwa semua responden
(30,0%). yang berpengetahuan baik memiliki motivasi
yang tinggi dan ada 4 responden (13,3%)
Tabel 6 : Distribusi frekuensi responden yang berpengetahuan kurang tetapi motivasi
berdasarkan motivasi berobat pasien berobatnya tinggi, hal ini disebabkan karena
Morbus Hansen di RSK Kusta Lauleng
banyak faktor meliputi keyakinan akan
Kota Parepare sembuh sangat tinggi dan dukungan dari
Motivasi Jumlah Persen keluarga serta lingkungan sosialnya.
Tinggi 25 83,3 Hasil uji Chi-Square dengan Fishers
Rendah 5 16,7 Exact Test didapatkan nilai = 0,001 yang
Total 30 100 berarti lebih kecil dari 0,05, maka dapat
Sumber : Data primer Januari 2013 disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan motivasi berobat
Tabel 6 diatas menunjukkan jumlah pasien Morbus Hansen. Hal ini sesuai
responden yang memiliki motivasi tinggi dengan pendapat Notoatmodjo (2009), yang
sebanyak 25 orang (83,3%) dan yang mengatakan bahwa pengetahuan atau
memiliki motivasi rendah sebanyak 5 orang kognitif merupakan domain yang sangat
(16,7%). penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang (upaya pengobatan penyakitnya).
2. Hasil Analisis Bivariat Sesuai dengan pendekatan yang
Analisis bivariat ini dilakukan digunakan dalam mempelajari motivasi yaitu
dengan maksud untuk mempelajari pendekatan kognitif, motivasi adalah

84 Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721


merupakan produk dari pikiran, harapan dan seseorang mengetahui tentang pentingnya
tujuan seseorang ( Feldman, 2007 yang penyakit yang dideritanya, maka seseorang
dikutip oleh Notoatmodjo, 2009 ). Menurut tersebut akan mengerti tentang rencana
Notoatmodjo (2009 ), mengungkapkan tindakan dan pengobatan yang akan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku diberikan padanya. Adanya pengetahuan
baru dalam diri orang tersebut terjadi proses merupakan tahap awal dalam proses
pengetahuan yang berurutan . Dimana perubahan perilaku, sehingga pengetahuan
proses tersebut diawali dengan awareness merupakan faktor internal yang
atau kesadaran, dimana orang tersebut mempengaruhi perubahan perilaku. Menurut
menyadari atau mengetahui adanya Sarlito dalam Fatma (2009), pengetahuan
stimulus atau obyek. Kemudian interest atau akan membentuk sikap, dan sikap akan
merasa tertarik terhadap stimulus. Tahap mempengaruhi perilaku. Berdasarkan teori-
berikutnya adalah evaluation atau teori tersebut dapat diketahui bahwa tinggi
menimbang nimbang terhadap apa yang atau rendahnya pengetahuan pasien
baik dan tidaknya stimulus tersebut, Morbus Hansen tentang penyakit Morbus
selanjutnya adalah trial atau mencoba Hansen mempengaruhi pengertian pasien
melakukan sesuatu sesuai dengan yang tentang rencana tindakan dan pengobatan
dikehendaki oleh stimulus sampai akhirnya yang akan diberikan padanya sehingga
pada tahap terakhir yaitu adaption atau menyebabkan pasien tersebut membentuk
subyek telah berperilaku baru sesuai sikap menerima atau menolak terhadap
dengan pengetahuan dan kesadaran serta pengobatannya. Sikap yang telah dibentuk
sikapnya terhadap stimulus. Sehingga oleh pasien Morbus Hansen tersebut akan
diperlukan suatu Teori Penguatan, yaitu mempengaruhi perilaku pengobatannya atau
suatu teori dimana seseorang akan mempengaruhi motivasinya dalam berobat.
termotivasi apabila dia memberikan respon
pada rangsangan pola tingkah laku yang KESIMPULAN
konsisten sepanjang waktu (Notoatmodjo, Berdasarkan hasil penelitian tentang
2009). Dengan demikian seorang pasien hubungan pengetahuan dengan motivasi
akan melalui tahapan proses pengetahuan berobat pasien Morbus Hansen di RSK Kusta
tersebut sehingga akhirnya pasien tersebut Lauleng kota Parepare, maka dapat ditarik
termotivasi untuk melakukan pengobatan. kesimpulan sebagai berikut:
Hal ini didukung oleh penelitian yang 1. Pada umumnya pasien Morbus Hansen di
dilakukan oleh Sari (2008) yang menyatakan RS Khusus Kusta Lauleng kota Parepare
bahwa terdapat pengaruh antara memiliki pengetahuan yang tinggi tentang
pengetahuan tentang penyakit Morbus konsep penyakit Morbus Hansen.
Hansen dengan pengobatan penyakit 2. Pada umumnya pasien Morbus Hansen di
Morbus Hansen. Menurut Sari (2008), RS Khusus Kusta Lauleng kota Parepare
pengetahuan merupakan domain atau faktor memiliki motivasi berobat yang tinggi..
yang sangat penting untuk menimbulkan 3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan
tindakan seseorang terutama pada orang motivasi berobat pasien Morbus Hansen di
dewasa. Terbentuknya kesadaran (over RS Khusus Kusta Lauleng kota Parepare
behavior) adanya bahaya penyakit dimulai
dari pemberian informasi yang jelas dan Saran
benar melalui pemberian pengetahuan, 1. Bagi Rumah Sakit Khusus Kusta Lauleng
sehingga mempunyai peluang terhadap kota Parepare agar dapat terus
kepatuhan seseorang dalam pengobatan. meningkatkan pelayanannya kepada
Tingkat pengetahuan yang rendah pasien Morbus Hansen karena mereka
mempunyai peluang untuk lebih besar tidak masih memiliki harapan-harapan untuk
patuh terhadap pengobatan dibanding sembuh, setidaknya cacat yang dialami
pengetahuan yang tinggi, sehingga tingkat tidak berlanjut atau tidak semakin parah.
pengetahuan tentang penyakit Kusta Para petugas rumah sakit sebagai pemberi
berhubungan dengan kepatuhan berobat pelayanan kesehatan sangat penting terus
pada pasien Kusta. melakukan komunikasi interpersonal,
Adanya hubungan yang signifikan karena turut berperan dalam proses
antara tingkat pengetahuan tentang penyakit penyembuhan dan pencegahan cacat lebih
Morbus Hansen dengan kepatuhan berobat lanjut.
pada pasien Morbus Hansen juga sesuai 2. Bagi Institusi agar dapat dijadikan acuan
dengan pendapat Suyatmi (2007). Menurut bagi peneliti-peneliti selanjutnya sehingga
Suyatmi (2007) secara teori, apabila dapat memperkaya kahsanah ilmu

Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 85


pengetahuan dengan motivasi berobat tempat pelayanan penderita Morbus
pasien Morbus Hansen. Hansen agar dapat tetap memberikan
3. Hasil penelitian ini berguna bagi peneliti pelayanan prima secara komprehensif
agar dapat dijadikan pengalaman dalam kepada penderita-penderita Morbus
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh Hansen.
dan memperluas wawasan mengenai 5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
hubungan pengetahuan dengan motivasi memperkaya khasana ilmu pengetahuan
berobat penderita Morbus Hansen. dan merupakan salah satu bahan bacaan
4. Hasil penelitian ini menambah informasi dan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya
bagi profesi keperawatan khususnya bagi yang ingin melakukan penilitian yang
para perawat yang bekerja di tempat- serupa dengan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul azis,H. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika : Surabaya.

Amiruddin MD. 2012. Penyakit Kusta Sebuah Pendekatan Klinis.Brilian Internasional : Surabaya.

Antara News. 03 maret, 2011. Penderita Kusta di Indonesia Terus Bertambah. hlm 1

Budiarto E. 2009. Metodologi Penelitian kedokteran : Sebuah Pengantar. EGC : Jakarta.

Dahlan M.S. 2012. Langkah-Langkah Membuat Proposal Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Sagung Seto :
Jakarta.

Depkes RI. 2006. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Jakarta.

Fajar, NA. 2008. Analisis Faktor Sosial Budaya dalam Keluarga yang Mempengaruhi Pengobatan Dini dan
Keteraturan Berobat pada Penderita Kusta (Studi pada Keluarga Penderita Kusta di Kabupaten
Gresik). Program Pasca Sarjana, Universitas Airlangga, (online).
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2002-fajar2c-1309 kusta&PHPSESSID=
229689f77d1 ef457b7f73499dd887c63 diakses tanggal 30 Oktober 2012.

Fakultas Psikologi UNM, 2008. Achievement Motivation. Makassar

FKUI. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius : Jakarta.

Handayani S. 2009. Ulasan Eliminasi Kusta Pada Tahun 2000, Pusat penelitian Penyakit Menular, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta, (online),
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06EliminasiPenyakitKustaTahun2000.pdf/06EliminasiPenyakit
KustaTahun2000.html, diakses 28 Oktober 2012.

Harahap M. 2009. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta.

Harjo. 2009. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakteraturan Berobat Penderita Kusta di Kabupaten
Majalengka Tahun 1998-2000. Perpustakaan Universitas Indonesia UI Tesis S2 (online).
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/16/a0bf19a20f6619a23796510e6489793be3b4c56b.pdf,
diakses tanggal 28 oktober 2012.

Hiswani. 2011. Kusta Salah Satu Penyakit Menular Yang Masih Dijumpai di Indonesia. FK-USU2001 Digitalized
By Usu Digital Library. (online). http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani2.pdf, diakses tangal
28 Oktober 2012.

Juanda, A, Hamzah M, Aisah S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI : Jakarta.

Mahmud Irjan. 2009. Hubungan Derajat Cacat Kusta dengan Motivasi Berobat Penderita Kusta di Rumah Sakit
Dr. Tajuddin Chalid Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar : Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran - Unhas.

Martono Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder . Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Modus Aceh. 02 april, 2009. Sejarah Kusta. hlm 1

86 Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721


Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Rineka Cipta : Jakarta

Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

Pelupessy Samuel. 2010 . Analisa Hubungan Body Image dengan Mekanisme Koping yang Digunakan pada
Pasien Kusta di Rumah Sakit Dr. Tajuddin Chalid Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar :
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Unhas.

Prasetyo B. & Jannah LM. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. PT.Raja Grafindo Persada : Jakarta

Sastroasmoro S. 2012. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. JCV. Sagung Seto: Jakarta.

Setiadi. 2012. Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Sofianty D. 2009. Jangan Kucilkan Penderita Kusta, Tapi Dukung Untuk Lakukan Pengobatan. Surabaya
eHealth. (online). http://www.surabaya-ehealth.org/ dkksurabaya/berita/kunjungan-nippon-foundation-
seputar-kusta-di-indonesia -dan-jawa-timur diakses tanggal 25 oktober 2012

. 2009. Kusta Dapat Disembuhkan, Bukan Kutukan Tuhan ataupun Penyakit Keturunan. Memahami
Seluk Beluk Kusta, (online). http://www.surabaya-ehealth.org/administrator/berita/memahami-
selukbeluk-penyakit-kusta, diakses tanggal 25 Oktober 2012

Subakti E.B. 2009. Lepra siapa takut?. Bekasi, Yayasan Transformasi Lepra Indonesia (YTLI)

Subdirektorat Kusta & Frambusia, 2008. Modul Pelatihan P2 Kusta Bagi Puskesmas. Jakarta

Sudarianto, 2011. Derajat Kesehatan di Sulsel Tahun 2010. Data dan Informasi Kesehatan. (online).
http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/07/22/derajat-kesehatan-di-sulsel-tahun-2010/, diakses
tanggal 15 oktober 2012.

Sudrajat, A. 2008. Teori-teori motivasi. Psikologi Pendidikan. (online). http:// akhmadsudrajat.wordpress.com


/2008/02/06/teori-teori-motivasi/, diakses tanggal 06 Juli 2012

Sunanti Z, Soejoeti, 2008. Konsep Sehat Sakit dan Penyakit Dalam Konteks Sosial Budaya. Pusat Penelitian
Ekologi Kesehatan Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Depkes RI, Jakarta. (online).
Diakses tanggal 25 november 2012.

Wabula Nursia. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita Kusta dalam Upaya Pencegahan
Kecacatannya di Rumah Sakit Dr. Tajuddin Chalid Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Unhas.

Zulkifli, A. 2012. Epidemiologi Teori dan Aplikasi. Masagenapress : Makassar.

Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN : 2302-1721 87

Anda mungkin juga menyukai