Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Jika mikroorganisme gagal menyebabkan cedera yang serius
terhadap sel atau jaringan, infeksi ini disebut asimptomatik. Penyakit timbul jika
patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit
infeksi dapat ditularkan langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini
merupakan penyakit menular atau contagious. Infeksi adalah adanya suatu organisme
pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun
sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan
mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit
dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa
inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang
baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut
infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah
ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection
atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Tanda-tanda infeksi secara klinis dapat dilihat pada respon klinis lokal dan sistematik.
Tanda klinis lokal: rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit atau nyeri,
tumor (pembengkakan), dan fungtiolaesa (keterbatasan anggota gerak).
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian infeksi?
2. Apa pencegahan infeksi dan penularan pada pasien infeksi?
3. Bagaimana tindakan pencegahan infeksi?
4. Bagaimana pengendalian infeksi silang?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian infeksi
2. Untuk mengetahui pencegahan infeksi dan penularan pada pasien infeksi
3. Untuk mengetahui bagaimana tindakan pencegahan infeksi
4. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian infeksi silang
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Infeksi
Menurut ((Potter & perry 2005: 933) Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen
atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Jika mikroorganisme gagal
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan, infeksi ini disebut
asimptomatik. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan
pada jaringan normal. Jika penyakit infeksi dapat ditularkan langsung dari satu orang
ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagious.
Menurut (Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998) Infeksi
merupakan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh, terutama yang
menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi
intra selular,atau respon antigen-antibodi.
Menurut Utama 2006, Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau
cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang
muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan
suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda
infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah
terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala
setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar
tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah
ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection
atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
B. Pencegahan dan Penularan pada Pasien Infeksi

Tanda-tanda infeksi secara klinis dapat dilihat pada respon klinis lokal dan
sistematik. Tanda klinis lokal: rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit atau
nyeri, tumor (pembengkakan), dan fungtiolaesa (keterbatasan anggota gerak).

1. Prinsip Pencegahan infeksi antara lain


a. Antiseptik
Antiseptik adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
b. Aseptik
Aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan menyebabkan infeksi.
Tujuannya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme,
baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan
dapat digunakan dengan aman.
c. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan
medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan
cairan tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi
terhadap benda - benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau
cairan tubuh.
d. Desinfeksi
Tindakan yang tindakan menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
penyebab penyakit dari benda mati.
e. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Suatu proses yang menghilangkan mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus, atau
penggunaan desinfektan kimia.
f. Mencuci dan membilas
Suatu proses yang secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran, darah,
dan bagian tubuh lain yang tampak pada objek mati dan membuang sejumlah
besar mikro organisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh
kulit atau menangani benda tersebut (proses ini terdiri dari pencucian dengan
sabun atau deterjen dan air, pembilasan dengan air bersih dan pengeringan
secara seksama).
g. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri
pada benda-benda mati atau instrument.
h. Rantai Infeksi
Menurut Perry Potter, 2005 proses terjadinya infeksi seperti rantai yang
saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, Proses tersebut
melibatkan beberapa unsur diantaranya:
a) Reservoir
Merupakan habitat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme
dapat berupa manusia, binatang, tumbuhan, maupun tanah.
b) Jalan Masuk
Merupakan jalan masuknya mikroorganisme ketempat penampungan
dari berbagai kuman, seperti saluran pencernaan, pernapasan, pencernaan,
kulit dan lain-lain.
c) Inang (host)
Merupakan tempat berkembangnya suatu mikroorganisme yang dapat
didukung oleh ketahanan kuman.
d) Jalan Keluar
yang tempat keluarnya mikroorganisme dari reservoir, seperti sistem
pernapasan, sistem pencernaan, alat kelamin dan lain-lain.
e) Jalur Penyebaran
Merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman
mikroorganisme ke berbagai tempat, seperti air, makanan, udara dan lain-
lain.
2. Cara penularan
a) Agen Infeksius
Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme, termasuk
bakteri,virus,jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit dapat
merupakan flora residen atau transien. Organisme residen berkembang
biak pada lapisan kulit superfisial, namun 10-20% mendiami lapisan
epidermal. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak
dengan orang atau objek lain dalam aktifitas atau kehidupan normal.

Beberapa agen yang dapat menyebabkan infeksi,yaitu :

Bakteri, Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh


manusia yang sehat.Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam
melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen.Tetapi pada beberapa
kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut meniliki
toleransi yang rendah terhadap miikrooorganisme. Contohnya
Escherechia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi
saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan
infeksi secara aparodik maupun endemik. Contohnya :anaerobik
Grampositif, Clostridium yang menyebabkan gangrene
Bakteri Gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di
kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada
paru,tulang,jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah
resisten terhadap antibiotika.
Bakteri Gram-negatif: Enerobacteriacae,contohnya Escherechia coli,
Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas seringkali ditemukan
di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran
pencernaan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung
jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.
Serratia marcescens,dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas
jahitan,paru dan peritoneum.
b) Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai
macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan
dari tranfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus
(RSV), rotavirus dan enterovirus yang ditularkan dari kontak tangan ke
mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui
pemakaian jarum suntik, dan trasfusi darah. Rute penularan untuk virus
sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi
traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola,
influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat
ditularkan.
c) Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat dengan mudah menular
ke orang dewasa maupun anak-anak.Banyak jamur dan parasit dapat
timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan immunosupresan,
contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergiilus spp, Cryptococcus
neformans, Cryptosporidium.
d) Reservoar
Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat
atau tidak berkembang biak. Reservoir yang paling umum adalah tubuh
manusia.Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga
tubuh, cairan dan keluaran. Untuk berkembang biak dengan cepat
mkroorganismer memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk makanan,
oksigen, air, suhu yang tepat, pH dan cahaya.
Makanan
Mikroorganisme memerlukan untuk hidup, seperti Clostridium
perfringens, mikroba yang menyebabkan gangren gas, berkembang
pada materi organik lain, seperti E.coli mengkonsumsi makanan yang
tidak dicerna di usus. Organisme lain mendapat makanan dari
karbondioksida dan materi organik seperti tanah.
Oksigen
Bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan
multiplikasi secukupnya untuk menyebabkan sakit. Contohnya adalah
Staphylococcus aureus dan turunan organisme Streptococccus
sedangkan bakteri anaerob berkembang biak ketika terdapat atau tidak
ada tersedia oksigen bebas. Bakteri ini yang mampu menyebabkan
tetanus,gas gangrene dan botulisme.
Air

Kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air atau kelembaban


untuk bertahan hidup. Dan ada juga beberapa bakteri yang berubah
bentuk, disebut dengan spora, yang resisten terhadap kekeringan.

Suhu

Mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu terentu.


Namun beberapa dapat hidup dalam temperatur yan g ekstrem yang
mungkin fatal bagi manusia. Misalnya virus AIDS, resisten terhadap
air mendidih.

pH
Keasaman suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu
mikroorganisme. Kebanyakan organisme lebih menyukai lingkungan
dalam batasan pH 5-8.
Cahaya
Mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan yang gelap
seperti di bawah balutan dan dalam rongga tubuh. Sinar ultra violet
dapat efektif untuh membunuh beberapa bentuk bakteri.
e) Portal Keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan
berkembang biak, mereka harus menemukan jalan keluar jika mereka
masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat
keluar melalui berbagai tempat, seperti kulit dan membran mukosa, traktus
respiratoris, traktus urinarius, traktus gastrointestinal, traktus reproduktif
dan darah.
f) Cara Penularan
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke pejamu.
Penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum
melalui cara yang spesifik. Namun, mikroorganisme yang sama dapat
ditularkan melalui satu rute. Meskipun cara utama penularan
mikroorganisme adalah tangan dari pemberi layanan kesehatan, hampir
semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat penularan patogen.
Semua personel rumah sakit yang memberi asuhan langsung dan memberi
pelayanan diagnostik dan pendukung harus mengikuti praktik untuk
meminimalkan penyebaran infeksi.
g) Portal Masuk
Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama
dengan yang digunakan untuk keluar. Misalnya,pada saat jarum yang
terkontaminasi mengenai kulit klien, organisme masuk ke dalam tubuh.
Setiap obstruksi aliran urine memungkinkan organisme untuk berpindah ke
uretra. Kesalahan pemakaian balutan steril pada luka yang terbuka
memungkinkan patogen memasuki jaringan yang tidak terlindungi. Faktor-
faktor yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan
patogen masuk ke dalam tubuh.
h) Hospes Rentan
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan dan bergantung
pada derajat ketahanan individu terhadap patogen, meskipun seseorang
secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar,
infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadapjumlah
mikroorganisme tersebut. Makin banyak virulen suatu mikroorganisme
makin besar didapati muncul di lingkungan perawatan akut.
3. Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif, berat ringannya penyakit klien tergantung pada
tingkat infeksi, patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan pejamu. Didalam
proses infeksi memiliki tahapan tertentu yaitu :
a) Periode Inkubasi
Interfal antara masuknya patogen dalam tubuh dan munculnya gejala
utama.
b) Tahap Prodomal
Interpal dari awitan tanda gejala non spesifik (malaise, demam ringan,
keletihan) sampai gejala yang spesifik selama masa ini, mikroorganisme
tumbuh dan berkembang biak dan klien mampu menularkan ke orang lain.
c) Tahap Sakit
Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih
spesifik terhadap jenis infeksi.
d) Tahap Pemulihan
Interpal saat munculnya gejala akut infeksi, lama penyembuhannya
tergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien.
4. Pertahanan Terhadap Infeksi
Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi,yaitu;
a) Flora Normal
Flora normal tubuh dapat melindungi seseorang terhadap beberapa
patogen, normalnya tubuh mengandung mikroorganisme yang ada pada
lapisan permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral, dan
gastrointestinal. Flora normal dalam usus besar hidup dalam jumlah besar
tanpa menyebabkan sakit. Flora normal juga mensekresi substansi
antibakteri di dalam usus.
b) Pertahanan Sistem Tubuh
Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan tubuh yang unik
terhadap mikroorganisme. Setiap sistem organ memiliki mekanisme
pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan
fungsinya. Misalnya paru jalan masuk mikroorganisme dilapisi oleh
tonjolan seperti rambut atau silia yang secara ritmis bergerak unruk
memindahkan mukus dan organisme yang yang melekat di faring untuk di
ekshalasi.
c) Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskuler dengan menghantarkan
cairan, produk darah dan nutrient ke jaringan interstisial ke daerah
cedera. Proses tersebut mampu menetralisasi dan mengerliminasi patogen
atau jaringan mati dan memulai cara perbaikan sel dan jaringan tubuh.
d) Respon Imun
Saat mikroorganisme menginvasi memasuki tubuh, mikroorganisme
tersebut diserang pertama kali oleh monosit. Sisa mikroorganisme tersebut
kemudian memicu respon imun, materi yang tertinggal (antigen)
menyebabkan kerentanan respon yang mengubah susunan biologis tubuh
sehingga reaksi untuk paparan berikutnya berbeda dengan reaksi pertama,
respon yang berubah ini dikenal dengan respon imun.
C. Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang
1) Tindakan Pencegahan Infeksi
a) Cuci tangan
a. Pengertian Cuci Tangan
Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang
dilakukan perawat atau petugas kesehatan dalam memberikan
tindakan. Tindakan ini yang bertujuan untuk membersihkan tangan
dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang melalui tangan dan
persiapan bedah atau tindakan pembedahan agar miroorganisme yang
dapat mengakibatkan infeksi tidak berpindah ke pasien, pengunjung,
dan tenaga kesehatan. Sebaiknya waktu pencucian tangan dilakukan :
b. Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
Awal dan akhir dari perawatan persalinan bagi yang berada
dalam ruangan maternity, juga bagi perawatn pasien pre dan
post operasi
Sebelum menyediakan makanan dan menyuapi pasien
Setelah menyentuh alat yang terkontaminasi
Sebelum menyiapkan obat bagi pasien
c. Sebelum memegang alat steril bagi pasien, yaitu pasien telah
menggunakan urinal sebelum dan sesudah makan.
a) Teknik Mencuci Tangan
Adapun teknik teknik mencuci tangan ada 3:
Teknik mencuci biasa
Alat dan bahan:
a. air bersih
b. Handuk
c. Sabun
d. sikat lunak
Prosedur kerja:
a. lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti
cincin atau jam tangan.
b. Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian
sabuni dan sikat bila perlu.
c. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan
dengan handuk atau lap kering.
Teknik mencuci dengan desinfeksi
Alat dan bahan:
a. Air bersih
a. Larutan desinfektan lisol atau savlon
b. Handuk atau lap kering
Prosedur kerja:
a. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti
cincin atau jam tangan,
b. Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian
dengan larutan desinfektan (lisol atau savlon)dan sikat bila
perlu.
c. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan keringkan
dengan handuk atau lap kering.
Teknik mencuci steril
Alat dan bahan:
a. Air mengalir
b. Sikat steril dalam tempat
c. Alkohol 70%
d. Sabun
Prosedur kerja:
a. Lepaskan segala yang melekat pada daerah tangan,seperti
cincin atau jam tangan.
b. Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan air,kemudian
alirkan sabun(2-5 ml)ke tangan dan gosokkan tangan serta
lengan sampai 5 cm diatas siku,kemudian sikat ujung
jari,tangan lengan,dan kuku sebanyak kurang lebih 15 kali
gosokan,sedangkan telapak tangan 10 kali gosokan hingga
siku.
c. Bilas dengan air bersih yang mengalir
d. Setelah selesai tangan di bilas dan tetap diarahkan ke atas.
e. Gunakan sarung tangan steril.
b) Menggunakan Sarung Tangan Steril
a. Pengertian
Menggunakan sarung tangan merupakan komponen
kunci dalam meminimalkan penularan penyakit serta
mempertahankan lingkungan bebas infeksi.
b. Tujuan
a. Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bakterial dari
klien
b. Mencegah penularan flora kulit petugas pada klien
c. Mengurangi kontaminasi tangan petugas dengan
mikroorganisme yang dapat berpindah dari klien satu ke
klien yang lainnya.
c. Persiapan alat
a. Sarung tangan steril
b. Wastafel/air mengalir untuk cuci tangan
c. Handuk bersih
d. Sabun
d. Prosedur kerja
a. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
a. Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang
b. Lakukan cuci tangan
c. Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-
hati menyibakkannya ke samping
d. Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada
permukaan datar yang bersih tepat diatas ketinggian
pergelangan tangan.
e. Buka kemasan, pertahankan sarungtangan pada
permukaan dalam pembungkus.
f. Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Setiap sarung
tangan mempunyai manset kurang lebih 5 cm (2 inci).
Kenakan sarung tangan pada sarung tangan yang lebih
dominan.
g. Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan non
dominan, pegang tepi manset sarung tangan untuk
tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan dalam
sarung tangan.
h. Tarik sarung tangan pada tangan yang dominan,
lebarkan manset, pastikan bahwa manset tidak
menggulung pada tangan, pastikan juga ibu jari dan
jari-jari anda pada posisi yang tepat.
i. Dengan tangan yang telah memakai sarung tangan,
masukkan jari di bawah manset sarung tangan kedua.
j. Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non
dominan. Jangan biarkan jari-jari dan ibu jari sarung
tangan yang dominan menyentuh bagian tangan non
dominan yang terbuka. Pertahankan ibu jari sarung
tangan non dominan abduksi ke belakang
k. Jika sarung tangan kedua telah terpasang cakupkan
kedua tangan, manset biasanya terbuka saat
pemasangan. Pastikan untuk menyentuh bagian yang
steril.
c) Menggunakan gaun (celemek) pelindung
a. Pengertian gaun (celemek pelindung)
Gaun (dari kain) yang bersh atau disposable (dari bahan
sejenis kertas) atau apron (pakaian pelindung) plastic
digunakan saat seragam perawat kemungkinan akan kotor.
Umumnya, gaun disposable digunakan di rumah sakit.
Gaun harus mempunyai lapisan kedap air sehingga cairan
dan cairan tubuh tidak dapat tembus.
d) Memakai Gaun Bedah
a. Pengertian
Yaitu memakai atau memasang baju steril pada diri
sendiri atau orang lain setelah cuci tangan, dengan
prosedur tertentu agar lokasi pernbedahan bebas dan
mikroorganisme.
b. Tujuan:
Untuk menghindari kontaminasi.
Agar tidak terjadi path luka operasi
Agar lokal pembedahan dalam keadaan aseptik.
c. Pelaksanaan Memakai baju steril untuk baju sendiri
Cuci tangan dan pembedahan.
Buka bungkusan steril yang berisi baju steril oleh
perawat sirkulasi
Ambil baju steril secara aseptic yaitu pegang baju
pada garis leher bagian dalam dengan
menggunakan tangan kiri dan posisi tangan
kanan tetap setinggi bahu.
Buka lipatan baju dengan cara melepaskan bagian
yang terjepit tangan dan jangan sampai
terkontaminasi.
Tangan kiri tetap memegang bagian leher baju
kanan dan masukkan tangan kanan ke lubang
lengan baju kanan, diikuti dengan tangan kiri
dimasukkan ke lengan kiri.
Perawat sirkulasi berdiri dibelakangnya untuk
membantu mengikat tali baju dengan menarik
bagian belakang leher baju
Buka tali ikat pinggang, berikan salah satu ujung
tali tersebut pada perawat sirkulasi.
Dengan korentang tali tersebut terjepit, orang yang
memakai baju memutarkan badannya, kemudian
mengambil tali dan jepitan serta mengikat tali
tersebut. Pada saat rnemutar tidak boleh terjadi
kontaminasi.
e) Gaun untuk ruang isolasi
1. Pengertian
Menggunakan penutup, pelindung, seperti penutup kepala,
masker, gaun/ baraskot, dan sarung tangan sebelum perawat
masuk ke ruang isolasi.
2. Tujuan
a. Sebagai kewaspadaan untuk mengurangi penularan
mikroorganisme saat meraat pasien yang diisolasi
b. Melindungi perawat dari penularan penyakit
f) Jas Operasi Yang perlu diperhatikan
a. Keringkan kedua lengan sebelum memakai jas operasi
b. Tetap pegang bagian dalam jas operasi pada langkah pertama
c. Perhatikan tehnik aseptic pada setiap langkah
d. Ikuti prosedur yang telah ditetapkan uleh kamar operasi
1. Langkah memakai jas operasi
a. Ambil handuk atau lap tangan yang ada diatas jas
operasi
a. Keringkan kedua lengan
b. Ambil jas operasi pada bagian bawah sisi leher dan
juntai kebawah
c. Buka lipatan jas secara perlahan dan masukkan
kedua tangan kedalam kedua lengan jas
d. Perhatikan kedua tangan tetap dalam lengan jas,
sementara perawat sirkuler mengikat kedua tali
dimulai dengan tali atas kemudian tali bawah
2. Langkah melepas jas operasi
a. Dengan tetap memakai sarung tangan kendorkan
manset dan goyangkan kebawah sampai pergelangan
tangan. Tahan jas dibagian bahu kanan (buka ikatan
tali)
b. Tarik lengan jas dari tubuh dengan memfleksikan
siku
c. Pegang bahu lengan sebelah kiri dan tarik lengan
dengan posisi terbalik.
g) Mengenakan dan melepaskan masker
a) Pengertian
Pada kewaspadaan standar, masker digunakan untuk
mencegah masuknya material yang berpotensi infektif ke
dalam mulut, hidung, atau mata perawat selama prosedur
dilakukan apabila darah/ cairan tubuh lain dapat memecik
dekat muka perawat. Satu buah unit yang biasanya
digunakan terdiri dari masker kertas dengan pelindung
plastic jernih yang dapat ditarik ke atas dari masker untuk
melindungi mata.
b) Tujuan
a. Masker digunakan sebagai alatpengaman yang
menutup lubang hidung dan mulut.
b. Mencegah atau mengurangi transmisi
mikroorganisme melalui udara ( droplet infection )
saat merawat pasien yang diisolasi.
c. Melindungi perawat dari infeksi pernafasan, seperti
Tuberkulosis.
c) Persiapan alat
1) Menggunakan Masker
Prosedur kerja
a. Cuci tangan
b. Tenukan tepi atas masker ( masker biasanya
mempunyai strip logam tipis disalah satu tepinya
yang dapat ditekuk untuk disesuaikan dengan
pangkal hidung pengguna). Periksa kebijakan
institusi untuk menggunakan masker yang tepat.
c. Pegang masker pada kedua tali bagian tali. Ikat
kedua tali tersebut di belakang kepala dengan
tali di atas telinga.
d. Ikat kedua tali bawah di sekitar leher dengan
tepi masker bawah tepat di bawah dagu. Ada
juga jenis masker yang mempunyai tali elastic
yang dikaitkan di kedua telinga.
2) Melepas Masker
Prosedur
a. Bila menggunakan sarung tangan, lepaskan
terlebih dahulu sarung tangan kemudian masker,
baaru cuci tangan.
b. Lepaskan kedua ikatan dan lipat masker menjadi
setengahnya dengan permukaan dalam saling
beradapan.
c. Buang masker ke dalam tempat yang elah
disediakan ( masker sekali pakai harus dibuang ke
tong sampah infeksius yang berwarna kuning).
h) Tutup kepala pelindung
Reservoar potensial lain untuk infeksi luka pasca operatif
adalah rambut petugas. Walaupun rambut jarang disangka sebagai
reservoar, dilaporkan adanya dua letupan kasus yang disebabkan oleh
s. Aureus yang masing-masing ditemukan pada rambut seorang dokter
dan seorang perawat. Tidak terdapat bukti bahwa topi mencegah
penularan mikroorganisme dari rambut keluka operasi. Walaupun
pemakaian penutup kepala mungkin sesuai untk mencegah rambut
jatuh kelapangan operasi, namun keefektifan pelindung semacam itu
berkaitan dengan kemampuannya menutupi semua rambut dan kulit
kepala.
2) Pengendalian infeksi silang
1. Pengertian Infeksi Silang (Cross Infection)
Infeksi adalah reaksi tubuh atas masuknya mikroorganisme sebagai penyebab
penyakit. Perlu dibedakan istilah kontaminasi dan istilah infeksi silang.
Arti Kontaminasi adalah terpaparnya seseorang oleh mikroorganisme dan belum
menimbulkan infeksi. Infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada
orang lain, yang umumnya melalui suatu perantara. Media perantara penularan
mikroorganisme penyebab infeksi dapat terjadi melalui cara kontak langsung dengan
contohnya melalui cairan mulut dan darah. Kontak tidak langsung, dapat melalui
suatu objek yang tercemar mikroorganisme pathogen, yang umumnya terjadi karena
instrumen yang digunakan tidak steril.
a. Pengendalian infeksi silang
Pengendalian infeksi dapat melalui berbagai upaya yang dilakukan
untuk mengurangi kejadian infeksi yang di akibatkan oleh
mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi. Upaya tersebut
ditujukan pada pasien, klien dan tenaga kesehatan, dengan kata lain upaya
ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi semua dalam
pelayanan kesehatan, tanpa memperhatikan ukuran fasilitas maupun lokasi
pelayanan. Bila pengendalian infeksi tidak terlaksana dengan baik
kemungkinan makin besar kejadian infeksi dan resiko penyebaran melalui
fasilitas kesehatan juga meningkat. Maka semua alat terkontaminasi
seperti jarum, alat suntik dan perlengkapan lain dari pasien haerus
senantiasa ditangani sebagai benda terinfeksi. Pengendalian infeksi dapat
mengandalkan daerah barier antara penjamu dan mikroorganisme yang
tujuannya memutus rantai penyebaran pada beberapa tempat, misalnya
memalui proses fisik, merkanik atau kimia dalam mencegah penyebaran
infeksi dari penderita satu ke penderita yang lain.
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
infeksi antara lain:
1. Petugas
Bekerja hanya di waktu sehat, dilakukan pemeriksaan,
kesehatan secara teratur (tiap enam bulan) tidak bekerja bila
menderita menderita penyakit infeksi atau menular, bekerja
sesuai prinsif aseptic dan antiseptic, bekerja sesuai prosedur
yang benar, mencuci tangan dengan teknik yang benar,
memperhatikan hygiene perorangan yang baik, menjaga
kebersihan lingkungan, melakukan asuhan keperawatan yang
benar, isolasi dalam keadaan tertentu, bekerja sesuai peraturan
tata tertib yang berlaku.
2. Alat-alat
Selalu disimpan dalam keadaan kering, bersih, steril dan
disimpan dalam tempat khusus, tidak memakai alatbyang rusak,
tidak memakai alat yang diragukan sterilitasnya, linen harys
bersih, kering dan licin, satu set alat untuk satu tindakan, tidak
memakai alat yang kadaluwarsa, alat yang ada diluar keperawatan
seharusnya terbuat daro bahan yang mudah dibersihkan, tidak
terkontaminasi oleh penyakit tertentu.
3. Pasien
Melakukan isolasi pada penyakit yang menderita penyakit
menular, merawat personal hygine pasien, meberikan perhatian
khusus pada pasien dengan penyakit yang diyakini bisa
menularkan penyakit.
4. Lingkungan
Penerangan atau sinar matahari harus cukup, sirkulasi udara
harus cukup, menjaga kebersihan, menghindarkan serangga,
mencegah air menggenang, tempat sampah selalu dalam keadaan
tertutup, permukaan lantai rata dan tidak berlubang, dinding ruang
perawatan licin, mudah dibersihkan dan tidak bersudut, ruangan
dibersihkan secara rutin.
Upaya pencegahan infeksi bersifat multidisiplin, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian infeksi:
a. disipline, perilaku petugas kesehatan harus disadari disiplin yang tunggi
untuk mematuhi prosedur aseptic, teknik invansif, upaya profilaksi, dan
sebagainya.
b. Defece mechanism, melindungi pasien dengan mekanisme pertahanan diri
supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
c. Drug, pemakaian obat-obatan antiseptic, antibiotic, dan lain-lain yang
dapat mempengaruhi kejadian infeksi.
d. Design, rancang bangun ryang perawatan akan berpengaruh terhadap
risiko penularan infeksi, khusuhnya melalui udara(airbone), atau kontak
fisik yang dimungkinkan bila luas ruangan tidak cukup memadai.
e. Device, peralatan protektif diperlukan sebagai pengahalang penularan,
misalnya pakaian pelindung, masker, kaca, mata pelindung, sarung tangan
dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Jika mikroorganisme gagal menyebabkan cedera yang serius terhadap sel
atau jaringan, infeksi ini disebut asimptomatik. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan
menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit infeksi dapat ditularkan
langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular
atau contagious. Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Tanda-tanda infeksi secara klinis
dapat dilihat pada respon klinis lokal dan sistematik. Tanda klinis lokal: rubor (kemerahan),
kalor (panas), dolor (rasa sakit atau nyeri, tumor (pembengkakan), dan fungtiolaesa
(keterbatasan anggota gerak).
Prinsip Pencegahan infeksi antara lain yaitu antiseptic, aseptic, dekontaminasi,
desinfeksi, desinfeksi tingkat tinggi, mencuci dan membilas, dan strelisasi. Kemudian cara
penularan infeksi yaitu dengan agen infeksi, virus, parasite dan jamur, reservoir, portal
keluar, portal masuk da hospes rentan. Sedangkan tindakan pencegahan infeksi di mulai
dengan mencuci tangan, menggunakan saruang tangan steril, mengunakan gaun (celemek)
alat pelindung, menggunakan masker dan alat tutup kepala.
B. Saran
1. Sterilkan alat dengan benar sesuai dengan prosedur.
2. Jagalah alat dari kontaminasi lingkungan sekitar.
3.

Anda mungkin juga menyukai