Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KOROSI

SEL GALVANIS KOROSI

Dosen Pengajar:
ERNIA NOVIKA DEWI, ST. MT.

Disusun oleh:
Sultan Rindang Alam (1631410095)
Nadia Desy

Program Studi D3 Teknik Kimia


Politeknik Negeri Malang
2017
BAB II
SEL GALVANIS KOROSI

1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan ini adalah memahami adanya proses reaksi redoks di
dalam sistem elektrokimia yang tersusun atas dua jenis logam berbeda.

1.2 Dasar Teori


Reaksi elektrokimia dapat dibagi menjadi dua kelas yang menghasilkan arus
listrik (proses yang terjadi dalam baterai) dan yang dihasilkan oleh arus listrik
yaitu elektrolisis. Tipe pertama reaksi bersifat serta merta, dan energi bebas sistem
kimianya berkurang. Sistem itu dapat melakukan kerja, misalnya menjalankan
motor. Tipe kedua harus dipaksa agar terjadi (oleh kerja yang dilakukan terhadap
sistem kimia), dan energi bebas sistem kimia bertambah. Sel volta adalah
penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang memberikan aliran elektron
lewat rangkaian luar lewat suatu zat kimia yang teroksidasi ke zat kimia yang
direduksi. Dalam sel volta, oksidasi berarti dilepaskannya elektron oleh atom,
molekul atau ion dan reduksi berarti diperolehnya elektron oleh partikel-partikel
ini. (Keenan,1980:29).

Sel elektrokimia yang dibicarakan menghasilkan listrik sebagai hasil


perubahan kimia spontan. Sel ini disebut sel galvani (galvanic) atau volta
(voltaic). Kemungkinan lain yang dibicarakan kemudian adalah produksi
perubahan kimia nonspontan melalui pemakaian listrik (Petruci,1985: 12). Sebuah
sel elektrokimia yang beroperasi secara spontan disebut sel galvani atau sel volta.
Sel ini mengubah energi kimia menjadi energi listrik yang dapat digunakan untuk
melakukan kerja (Oxtoby:1999). Hubungan listrik antara dua setengah-sel harus
dilakukan dengan cara tertentu. Kedua elektroda logam dan larutannya harus
berhubungan, dengan demikian lingkar arus yang sinambung terbentuk dan
merupakan jalan agar partikel bermuatan mengalir. Secara sederhana elektroda
saling dihubungkan dengan kawat logam yang memungkinkan aliran elektron.
Sel terdiri dari dua setengah sel yang elektrodanya dihubungkan dengan kawat
dan larutannya dengan jembatan garam (ujung jembatan garam disumbat dengan
bahan berpori yang memungkinkan ion bermigrasi, tetapi mencegah aliran cairan
dalam jumlah besar). Potensiometer mengukur perbedaan potonsial antara dua
elektrode (Petruci,1985:9). Elektrode mana yang disebut katode atau anode
didasarkan pada tipe reaksi kimia yang berlangsung pada permukaan elektrode
itu. Elektrode pada mana berlangsung reaksi oksidasi disebut anode dan pada
mana berlangsung reaksi reduksi disebut katode (Keenan,1980:32). Aliran listrik
antara dua larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal ini hanya dapat dilakukan
melalui larutan yang menjembatani kedua setengah-sel, tak dapat dihubungkan
dengan kawat biasa : hubungan ini disebut jembatan garam (salt bridge)
(Petrucci,1985:10).

1.3.1 Bahan
Tabel 1.1 Bahan bahan yang digunakan Praktikum
Air NaCl
Indikator Penolphtalein (PP)

1.3.2 Alat
Tabel 1.2 Alat alat yang digunakan Praktikum
Beaker Glass 250 ml Kabel
Batang Pengaduk Botol Semprot
pH Meter Penjepit Buaya
Beberapa batang logam Pipa U
Selotip

1.4 Prosedur Percobaan


1.4.1 Prosedur Kerja A
Siapkan larutan Garam dapur , NaCl kira-kira 0,5 gram dalam 100 ml liter air

Tambahkan beberapa tetes indicator pp dalam larutan tersebut

Masukkan larutan tersebutke dala sebuah pipa U, Kira - kira 1 cm dari ujung
pipa

Pasang/Tempelkan pipa U tersebut dengan menggunakan selotip di papan tulis


putihMasukkan batang seng di salah satu ujung pipa U, dan batang tembaga di
ujung yang lain, keduanya dihubungkan dengan kabel berpenjepit Buaya,

amati dan catat waktu yang diperlukan untuk mulai timbul warna merah di
permukaan dari salah satu elektroda

1.4.2 Prosedur kerja B

Siapkan larutan garam dalam gelas kimia (sisa pekerjaan A, langkah 1

MAsukkan dua logam yang berbeda pada sisi yang berbeda

Hubungkan kedua logam dengan kabel berpenjepit buaya

Masukkan probe pH meter kedalam larutan dekat/hampir nempel dengan


katoda

Catat perubahan pH setiap menit, mulai dari menit pertama, selama


paling tidak 30 Menit
1.5 Hasil dan Data Pengamatan
Elektroda pada alat ukur Beda Potensial
No.
Positif (Katoda) Negatif (Anoda) (Volt)
1. Tembaga Kuningan 0,0535
2. Kuningan Alumunium 0,4820
3. Karbon Kuningan 0,2490
4. Kuningan Besi 0,2310
5. Kuningan Seng 0,1452
6. Tembaga Seng 0,5720
7. Tembaga Besi 0,1556
8. Tembaga Alumunium 0,3765
9. Karbon Tembaga 0,3304
10. Besi Alumunium 0,1710
11. Karbon Alumunium 0,7290
12. Alumunium Seng 0,2314
13. Karbon Seng 0,2034
14. Karbon Besi 0,2416
15. Besi Seng 0,4560

1.6 Pembahasan
Dari hasil tabel tersebut memperlihatkan deret Galvanik untuk sejumlah
logam dengan Larutan Garam (NaCl) sebagai elektrolit. Potensial yang dilarutkan
didalam Larutan itu Potensial Korosi yang sangat Bebas, dan pada umumnya,
dapat ditafsirkan bahwa makin jauh letak dua logam dalam deret, makin parah
korosi yang mungkin dialami oleh logam dengan aktivitas lebih besar. Jadi
perbedaan aktivitas yang nyata antara Tembaga dan besi menjadi peringatan
tentang bahaya bila kita menggunakan kombinasi Logam bukan hanya di larutan
Garam saja tetapi di medium berpelarut lain. Meskipun jarang sekali
menggunakan kombinasi tersebut. Dengan pertimbangan lain bahwa Logam yang
dipakai menjadi Terhambat dalam laju Korosi
Bahan yang paling cenderung menjadi anoda dalam deret adalah Logam
Seng. Ini dikarenakan Logam seng mempunyai bahan yang Kerapatan Arusnya
menjadi faktor penentu lajur korosi dengan katoda logam yang lain. Disisi lain
logam Alumunium menjadi deret Galvanik anoda yang kedua ini dikarenakan
bahan tersebut termasuk bahan yang aktif dan dapat digunakan dalam berbagai
aplikasi dengan resiko Korosi galvanik yang berkurang dan banyak sekali bekas
lapisan oksida pada logam tersebut
1.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktikum dalam Galvanis Logam logam maka dapat
disimpulkan:

1.8 Daftar Pustaka


APPENDIX

Anda mungkin juga menyukai