Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit ISPA merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas
penyakit menular di dunia (WHO, 2007). ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan yang
menyebabkan kematian paling sering pada anak-anak usia di bawah lima tahun (Eliyana dan
Candra, 2009).
Penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) saat ini masih merupakan masalah
kesehatan utama. World Healt Organization (WHO), menyebutkan bahwa 3,9 juta orang yang
meninggal setiap tahun disebabkan oleh ISPA (WHO, 2013a), 1,4 juta anak diantaranya
meninggal karena pneumonia yang merupakan kelanjutan dari ISPA yang berlarut-larut (Kemkes
RI, 2009) dan salah satu panyebab utama kematian anak-anak di Negara berkembang (WHO,
2013b).
Episode penyakit batuk pilek pada anak usia dibawah lima tahun (balita) di Indonesia
diperkirakan sebesar 2 sampai 3 kali setiap tahun (Kemkes RI, 2012). Pada banyak Negara
berkembang, lebih dari 50% kematian pada umur anak-anak balita disebabkan karena infeksi
saluran pernafasan akut, yakni infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru. Salah satu yang
termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, radang tenggorokan,
dan influenza (BPOM RI, 2013).
Indonesia sebagai Negara berkembang yang sedang membangun, menghadapi banyak
masalah kesehatan masyarakat. Penyakit infeksi dan kurang gizi masih termasuk penyebab
kematian balita, terutama ISPA merupakan penyakit yang termasuk dalam daftar 10 penyakit
utama. Berdasarkan laporan Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
Republik Indonesia 2004 menyatakan bahwa ISPA menempati peningkat pertama 10 penyakit
utama pasien rawat jalan di Rumah Sakit dengan presentase 15,1% (Depkes RI, 2007).
Angka kematian balita (AKB) berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012 adalah 32 per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut menunjukan penurunan
yang lambat dibandingkan AKB pada tahun 2007, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup (Kemkes RI,
2013). AKB di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,75/1000 kelahiran hidup, meningkat
dibandingkan tahun 2011 sebesar 10,34/1000 kelahiran hidup (Dinkes Jawa Tengah, 2012). Hal
ini berlawanan dengan tujuan MDGs yang seharusnya turun, namun angka ini sudah memenuhi
angka target MDGs ke-4, dimana tahun 2015 yaitu AKB sebesar 23/1000 kelahiran hidup
(Bappenas RI, 2004).
Kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi DPT menyebabkan banyaknya balita
terkena ISPA, Iimunisasi DPT yakni imunisasi yang diberikan agar balita tidak rentan terkena
Infeksi Saluran Pernafasan . Diperkirakan kasus pertusis sejumlah 51 juta dengan jumlah
kematian lebih dari 600.000 orang, namun hanya 1,1 juta penderita dilaporkan dari 163 negara
dalam tahun 1983. Hampir 80% anak-anak yang tidak di imunisasi menderita sakit pertusis
sebelum umur 5 tahun. Kematian karena pertusis, 5 0% terjadi pada bayi (umur < 1 tahun)
(WHO, 2007).
Mengingat masih banyak adanya balita dengan ISPA ringan yang masih tinggi dan untuk
mengurangi jumlah balita dengan ISPA ringan, maka penulis tertarik untuk melaksanakan studi
kasus dengan judul Asuhan Kebidanan pada An. Z Umur 11 bulan dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) ringan di Jagakarsa, Kelurahan Srengseng Sawah RW 13/RT 5.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis mampu melaksankan asuhan kebidanan pada An. Z umur 11 bulan dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Ringan, dengan menggunakan manajemen
kebidanan 7 langkah Varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Penulis Mampu
1). Melakukan pengkajian data pada An. Z umur 11 bulan dengan ISPA ringan.
2). Mengiterprestasikan data yang meliputi diagnose kebidanan, masalah dan
kebutuhan pada An. Z umur 11 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
ringan.
3). Menentukan Diagnosa potensial yang timbul pada An. Z umur 11 bulan dengan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ringan.
4). Menerapkan antisipasi/tindakan segera pada An. Z umur 11 bulan dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ringan.
5). Menyusun rencana asuhan kebidanan pada AN> Z umur 11 bulan dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ringan.
6). Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada An. Z umur 11 bulan dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ringan sesuai pelayanan secara efesien dan aman.
7). Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah dicapai pada kasus An. Z umur 11
bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ringan.
b. Menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan termasuk faktor
pendukung dan penghambat An. Z umur 11 bulan dengan Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) ringan.
c. Memberikan alternatif pemecahan masalah pada An.Z umur 11 bulan dengan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ringan.
1.3 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam praktek di lahan, serta
memperoleh pengalaman secara langsung dalam masalah memberikan asuhan kebidanan
pada balita dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ringan.

2. Bagi Profesi
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) ringan dan menekan angka kesakitan maupun angka kematian.
3. Bagi Institusi
a. BPS
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan kebidanan pada balita sakit
dengan Infeksi Saluran Pernafasan Ringan (ISPA) ringan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan di BPS.
b. Pendidikan
Dapat sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
kebidanan khusunya dalam asuhan kebidanan balita dengan Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) ringan.
c. Bagi keluarga Pasien
Untuk menambah tentang pengetahuan tanda dan gejala anak dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) ringan sehingga segera dapat mencari bantuan kepada tenaga
kesehatan untuk menghindari kegawatdaruratan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ringan pada Balita


2.1.1 Balita
a. Pengertian
Menurut Ferry (2007), balita adalah semua anak bayi baru lahir yang berusia 0 sampai
menjelang 5 tahun.
Menurut Nursalam (2005), balita adalah masa anak berusia 2 - 3 tahun.
Sedangkan menurut Depkes RI (2005), balita adalah anak usia 12 59 bulan.
b. Tahap Perkembangan Balita
Menurut Depkes RI (2005), tahapan perkembangan balita ada 6 tahapan yaitu :
1). Umur 9 12 bulan
Mengangkat badannya keposisi berdiri, berdiri selama 30 detik atau
berpegangan di kursi, dapat berjalan dengan di tuntun, mengelurkan lengan/badan
untuk meraih mainan yang diinginkan, memegang erat pensil, memasukan benda ke
mulut, mengulang menirukan bunyi yang didengar, menybut 2 -3 suku kata yang sama
tanpa arti, mengekplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja, bereaksi
terhadap suara yang perlahan atau bisikan, senang di ajak bermain Ci, Luk, Ba,
mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum di kenal.
2). Umur 12 18 bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan, membukuk memungut mainan kemudian
berdiri kembali, berjalan mundur 5 langkah, memanggil ayah dengan papa, memanggil
ibu dengan kata mama, menepuk 2 kubus, memasukan kubus di kotak, menunjuk apa
yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bias mengeluarkan suara yang
menyenangkan atau menarik tangan ibu, memperlihatkan rasa cemburu/bersaing.
3). Umur 18 24 bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik, berjalan tanpa terhuyung-huyung,
bertepuk tangan, melambai-lambai, menepuk 4 buah kubus, memungut benda kecil
dengan ibu jari dan jari telunjuk, mengelindingkan bola kearah sasaran, menyebut 3 6
kata yang mempunyai arti, membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga, memegang
cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri.
4). Umur 24 36 bulan
Jalan naik tangga sendiri, dapat bermain dan menendang bola kecil, mencoret-
coret pensil dan kertas, bicara dengan baik menggunakan 2 kata, dapat menunjukan 1
atau lebih bagian tubuhnyaketika diminta, melihat gambar dan dapat menyebut dengan
benar nama 2 benda atau lebih, membantu memungut mainannya sendiri atau
membantu mengangkat piring jika diminta, makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah,
melepas pakaiannya sendiri.
5). Umur 36 48 bulan
Berdiri 1 kaki 2 detik, melompat kedua kaki diangkat, mengayuh sepeda roda
tiga, menggambar garis lurus,menepuk 8 buah kubus, mengenal warna 2 -4 warna,
menyebut nama, umur, tempat, mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan,
mendengarkan cerita, mencuci dan mengeringkan tangan sendiri, mengenakan
sepatu sendiri, mengenakan celana panjang, kemeja, dan baju.
6). Umur 48 60 bulan
Berdiri 1 kaki 6 detik, melompat-lompat 1 kaki, menari, menggambar tanda silang,
menggambar lingkaran, menggambarorang dengan 3 bagian tubuh, mengancing baju atau
pakaian boneka, menyebut nama lengakap tanpa dibantu, senang menyebut kata-kata baru,
senang bertanya tentang sesuatu, menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar,
bicaranya mudah dimengerti, bias membandingka/membedakan sesuatu dari ukuran dan
bentuknya, menyebut angka menghitung jari, menyebut nama-nama hari, berpakaian
sendiri tanpa dibantu, bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.

c. Penyakit yang umum diderita bayi dan balita


Untuk menangani bayi dan balita sakit, WHO memperkenalkan manajemen
terpadu balita sakit (MTBS) pada tahun 1996. MTBS merupakan suatu sistem untuk
mempermudah serta meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas. Beberapa penyakit
yang termasuk MTBS yaitu infeksi, diare, icterus, BBRL, dan permasalahan dalam
pemberian ASI (Marmi dan Rahardjo, 2012).
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak ditemui pada masyarakat.
Pembagian penyakit infeksi dasar utamanya adalah dasar penyebabnya.
Adapun faktor penyebabnya adalah :
1). Bakteri misalnya pada penyakit Difteri, Tetanus, TBC, Typus.
2). Virus misalnya pada penyakit Demam Berdarah, Influenza.
3). Jamur misalnya pada anak-anak yang menderita ganguan imunologis tanda-
tandanya warna putih pada mulut anak, bias juga terjadi pada anak-anak yang
menderita penyakit lama yang menyebabkn daya tahan tubuh menurun.
Penyakit infeksi yang dimaksud dalam MTBS yaitu salah satunya adalah ISPA.

2.1.2 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


a. Pengertian
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ dari hidung sampai gelembung
paru. Beserta organ-organ disekitar sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru ispa
hanya bersifat ringan seperti batuk dan pilek (Rasmaliah, 2007).
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini meliputi tiga unsur yakni
infeksi, saluran pernafasan dan akut. Dengan pengertian infeksi adalah masuknya
kuman atau mikro organisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit. saluran pernafasan adalah organ dari hidung hingga
alvioalveolia organ adneksanya seperti sinus-sinus rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan atas (Depkes RI, 2007).
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau disertai
radang parenkim paru (Vietha, 2009).

b. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri dan rickettsia serta jamur.
Virus penyebab ISPA antara lain golongan Miksovirus (termasuk didalamnya virus
influenza, virus parainfluenza), Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus. Bakteri penyebab ISPA antara lain Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofilus Influenza, Bordetella pertusis, Korinebakterium differia. Bakteri
dan virus yang paling sering menjadi penyebaran ISPA adalah bakteri Stafilokokus dan
Streptokokus serta virus influenza yang berada diudara bebas masuk dan menempel
pada saluran pernafasan bagian atas (Wijayaningsih, 2013).
Faktor lain yang menyebabkan ISPA mudah menjangkit adalah lemah dan belum
sempurnanya kekebalan tubuh bayi, sehingga lebih mudah terjangkit ISPA. Rendahnya
asupan gizi, status gizi kurang dan buruknya sistem sanitasi lingkungan juga diperkirakan
berkontribusi dalam kejadian ISPA. Terlebih lagi pada peralihan musim kemarau ke
musim hujan (Wijayaningsih, 2013).

c. Patofisiologi
ISPA disebabkan oleh lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan ricketsia. Virus
merupakan penyebab tersering infeksi saluran nafas. Pada paparan pertama vrus akan
menyebabkan mukosa membengkakdan menghasilkan banyak lendir sehingga akan
menghambat aliran udara melalui saluran nafas. Batuk merupakan mekanisme pertahan
tubuh untuk mengeluarkan lendir keluar dari saluran pernafasan. Bakteri dapat
berkembang dengan mudah dalam mukosa yang terserang virus, sehingga hal ini
menyebabkan infeksi sekunder, yang akan menyebabkan terbentuknya nanah dan
memperburuk penyakit (Nurhidayah, dkk, 2008).

d. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1). Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian bawah atau nafas
cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6x per menit
atau lebih.
2). Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas
cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:
a). Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari
volume yang biasa diminum)
b). Kejang
c). Kesadaran menurun
d). Stridor
e). Wheezing
f). Demam / dingin.

b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun

1). Pneumonia Berat


Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian bawah dalam
pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang, tidak menangis atau meronta).
2). Pneumonia Sedang
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
a). Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
b). Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3). Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas
cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :
a). Tidak bisa minum
b). Kejang
c). Kesadaran menurun
d). Stridor
e). Gizi buruk

klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :


a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan
sesak.
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390C dan bila
bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan
menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.
e. Penyebab penyakit ISPA
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah satu
penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya yang
digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan
masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu tangga selalu melakukan aktifitas
memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas, maupun minyak. Timbulnya
asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak
masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan
bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Drybasis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur,
Nitrogen, dan Oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2002).

f. Tanda dan Gejala ISPA


Menurut Wijayaningsih (2013), adapun pembagian tanda dan gejala ISPA
sebagai berikut :
1). ISPA ringan
Di tandai dengan satu atau lebih gejala berikut :
a). Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit
b). Hidung tersumbat atau berair
c). Telinga berair
d). Tenggorokan merah
2). ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan di tambah satu atau lebih gejala berikut :
a). Pernafasan cepat tanpa stridor
b). Gendang telinga merah
c). Sakit/keluar cairan dari telinga kurang dari 2 minggu
d). Faringitis purulent dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan.
3). ISPA berat
Meliputi gejala ISPA sedang/ringan tambah satu atau lebih gejala berikut :
1). Pernafasan cepat dan stridor
2). Membrane keabuan di faring
3). Bibir/kulit kebiruan (sianosis).
4). Kejang, apnea, dehidrasi berat

g. Faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhi ISPA


Menurut Kemkes RI (2012), faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhi
peningkatan morbiditas dan mortalitas ISPA antara lain :
1). Usia
Anak yang usianya lebih mudah, kemungkinan menderita atau terkena penyakit
ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya
tahanya lebih rendah (Wijayaningsih, 2013).
2). Status gizi balita
Asupan gizi seseorang dapat mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap infeksi.
Balita merupakan kelompok yang rentan terhadap berbagai permasalahan kesalahan
dan apabila asupan gizinya kurang maka akan sangat mudah terserang oleh infeksi.
3). Imunisasi
Imunisasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kekebalan tubuh agar
terhindar dari infeksi. Imunisasi yang lengkap terdiri dari vaksin polio, vaksin campak,
vaksin BCG, vaksin DPT, dan vaksin Toxoid Difret. Imunisasi yang tidak lengkap dapat
menjadi salah satu faktor resiko terjadinya penyakit ISPA karena tubuh balita menjadi
lebih rentan.
4). Polusi udara dan lingkungan
Polusi udara dapat menimbulkan penyakit ISPA dan dapat memperberat kondisi
seseorang yang sudah menderita pneumonia, terutama pada balita. Asap dapur yang
masih menggunakan kayu bakar dapat menjadi faktor penyebab polusi apabila
ventilasi rumah kurang baikdan tata letak rumah yang kurang sesuai. Selain itu asap
rokok yang terdapat pada udara rumah juga dapat menjadi salah satu faktor
penyebab ISPA. Pajanan didalam ruangan terhadap polusi udara sangat penting
karena anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dirumah.
5). Perilaku bersih dan sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat menjadi salah satu kebutuhan dasar yang
penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kondisi sehat dapat
dicapai dengan mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan
menciptakan lingkungan sehat dirumah tangga. Kelurga yang melaksanakan PHBS
dapat meningkatkan derajat kesehatan keluarga tersebut dan anggota keluarganya
menjadi tidak mudah sakit.

h. Upaya pencegahan penyakit ISPA


Bagian terpenting dalam pencegahan dan peanggulangan penyakit menular
adalah dengan memutus rantai penularan. Pemutusan rantai penularan dapat dilakukan
dengan menghentikan kontak agen penyebab penyakit dengan penjamu.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada
anak antara lain (Wijayaningsih, 2013) :
1). Mengusahkan agar anak memperoleh gizi yang baik diantanya dengan cara
memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
2). Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap
penyakit baik.
3). Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
4). Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satunya adalah dengan
memakai penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau
orang yang sedang menderita penyakit ISPA.
i. Upaya penatalaksanaan penyakit ISPA
Menurut Maryunani (2010), penanganan terhadap ISPA disesuaikan dengan
tingkatannya antara lain :
1). Penanganan ISPA berat
Penderita ISPA berat harus dirawat di Rumah Sakit dan yang harus dilakukan adalah
dengan memberikan antibiotik parental dan oksigen.
2). Penanganan ISPA ringan
Pengobatan dan perawatan penderita ISPA ringan dapat dilakukan dirumah. Jika anak
menderita ISPA ringan maka yang harus dilakukan adalah :
a). Tanpa pemberian antibiotik, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional,
misalnya pengobatan dengan jeruk nipis atau kencur atau obat batuk lain yang
tidak mengandung zat yang tidak merugikan seperti kodein, dekstromertofan dan
antihistamin.
b). bila demam diberikan obat penurun panas. Untuk anak yang dibawah umur 6
tahun menggunakan paracetamol, ibuprofen atau asetosal.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 PENKAJIAN
Klien An. Z berusia 11 bulan, beragama islam, suku bangsa Jawa, ibu bernama Ny. N berusia
28 tahun, pendidikan terakhir D III kebidanan, pekerjaan ibu rumah tangga, beragama islam,
suku bangsa Jawa, dan ayah bernama Tn. S berusia 31 tahun, pendidikan terakhir SMA,
pekerjaan TNI, suku bangsa Jawa. Ke tiganya tinggal serumah ASr. Yon Zikon 13 kelurahan
srengseng sawah RT 5 RW 13.
3.1.1 Keluaga Binaan Kunjungan Pertama
Kontak pertama An. Z dengan penulis, penulis melakukan kunjungan kelurga binaan
dengan tujuan untuk memberikan konseling tentang ISPA kepada ibu klien Ny. N
dikarenakan An. Z sering batuk, pilek.
Kunjungan pertama tanggal 18 Juli 2017 pukul 11.00 WIB
klien kontak pertama kali dengan penulis tanggal 18 Juli 2017 di Rumah An. Z untuk
memberikan konseling tentang ISPA kepada ibu klien Ny. N dikarenakan An. Z sering batuk,
pilek . Dari hasil pengkajian dan anamnesa, diperoleh keterangan bahwa klien An. Z jenis
kelamin perempuan, anak ke dua dari dua bersaudara, dalam 3 hari belakangan ini klien
batuk, pilek dan rewel sehingga susah tidur.
Berdasarkan keterangan ibu klien Ny. N bahwa klien An. Z imunisasinya telah lengkap,
pola mkn klien 3 hari sehari, baik sebelum atau selama sakit tidak ada perubahan pola
nutrisi, dengan nutrisi yang di berikan sehari-hari ASI, bubur, lauk, sayur, buah, susu
formula dan kadang diberikan biscuit. Klien buang air besar 2 kali sehari biasanya pada pagi
dan sore hari. Warna kotoran kuning gelap/kuning tua, lembek. Sedangkan buang air kecil 6
- 7 kali sehari berwarna kuning jernih. Aktifitas personal hygine klien mandi sehari 2 kali
pada pagi dan sore hari, hanya sja waktu nya agak sedikit berbeda sebelum dan selama
sakit. Lama klien tidur sebelum sakit 1 -2 jam pada siang hari, malam 9 -10 jam dan selama
sakit siang hari 1 jam, malam hari 8 9 jam dikarenakan pasien rewel dan menjadi susah
tidur.
Ibu klien Ny. N mengatakan bahwa klien AN. Z tidak pernah menderita penyakit menular
lainnya seperti TBC, Asma dan lain-lain. Dalam kelurga tidak terdapat penyakit keturunan.
Serta tidak kebiasaan anggota keluarga merokok, minum alcohol atau pun minum obat-
obatan. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik keadaan klien An. Z baik, kesadaran
composimentis, nadi 110 kali/menit, respirasi 32 kali/menit, suhu 370C. Berat badan 10 kg,
dengan tinggi badan 98 cm. Pemeriksaan yang dibentuknya mesochepal, kulit kepala bersih,
rambut hitam, tidak ada benjolan di kepala. Muka bersih tidak ada oedema. Mata simetris,
conjungtiva merah mudah, sclera putih. Telinga simetris, bersih tidak ada serumen. Hidung
simetris, terdapat cairan/lendir berwarna jernih dan encer, kulit hidung bagian luar tampak
kemerahan. Mulut bibir berwarna merah mudah, lidah bersih, tidak ada stomatis, gusi tidak
bengkak, tengorokan kemerahan. Leher tidak ada benjolan dan tidak ada pembesaran
kelenjar limfe dan thyroid. Dada simetris, tidak ada tarikan dinding saat bernafas, tidak ada
bunyi stridor dan tidak ada bunyi weezing. Perut tidak ada benjolan, tidak kembung.
Ekstremitas simetris kanan kiri, jari-jari lengkap, gerakan aktif. Tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang.
Perencanaan yang akan dilakukan pada An. Z adalah bina hubungan baik dan saling
percaya antara bidan dengan klien dan keluarga klien, beritahu ibu klien Ny. Z mengenai
hasil pemeriksaan bahwa klien An. Z menderita ISPA ringan, jelaskan pengertian ISPA,
tanda dan gejala ISPA ringan, faktor resiko yang dapat mempengaruhi terjadinya ISPA,
pencegahan ISPA, dan penatalaksanaan ISPA. Beritahu antisipasi terapi secara mandiri
dengan memberi obat batuk dan pilek. Beritahu ibu klien Ny. N bahwa akan dilakukan
kunjungan keluarga binaan berikutnya.
Penatalaksanaan yang diberikan pada klien An. Z adalah membina hubungan yang baik
dengan klien dan keluarga klien, agar tercipta hubungan saling percaya dan terbuka,
memberitahu ibu klien Ny. N mengenai hasil pemeriksaan bahwa klien An. Z menderita ISPA
ringan, menjelaskan ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang berlangsung sampai
14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ dari hidung sampai
gelembung paru. Beserta organ-organ disekitar sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru
ispa hanya bersifat ringan seperti batuk dan pilek. Menjelaskan ISPA ringan di tandai dengan
satu atau lebih gejala berikut : batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit,
hidung tersumbat atau berair, telinga berair,tenggorokan merah. Menjelaskan Faktor resiko
yang dapat mempengaruhi terjadinya ISPA yaitu usia, status gizi balita, imunisasi, polusi
udara dan lingkungan, prilaku hidup bersih dan sehat. Menganjurkan ibu klien untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi yang seimbang pada anaknya yaitu makanan yang
mengandung karbohidrat (nasi), protein (lauk pauk), mineral (sayuran), lemak ( minyak
kelapa dan minyak ikan) dan vitamin (buah dan sayur) dan cairan secukupnya.
Menganjurkan ibu klien untuk menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan yaitu dengan
mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang anak dan membersihkan lingkungan di
sekitar rumah agar terbebas dari penyakit. Menganjurkan ibu klien untuk membersihkan
hidung jika klien An. Z pilek menggunakan tissue dan kain bersih. Menganjurkan ibu klien
untuk menenangkan klien agar dapat beristirahat cukup yaitu tidur siang 2 jam dan tidur
malam 10 jam. Beritahu ibu klien untuk antisipasi terapi secara mandiri dengan memberi
obat batuk dan pilek yaitu satu sendok teh Amox syrup 3 X 1 sehari dan satu sendok teh
peacedine syrup 3 X 1 sehari. Beritahu ibu klien rencana kunjungan rumah yaitu pada
tanggal 20 Juli 2017.
Hasil evaluasi ibu mengetahui hasil pemeriksaan klien An. Z, ibu bersedia untuk
memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi yang seimbang pada klien An. Z, ibu bersedia untuk
menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan, ibu bersedia membersihkan hidung jika
klien An. Z pilek, ibu bersedia menenangkan klien An. Z agar dapat beristrahat cukup, ibu
bersedia untuk memberikan antisipasi terapi secara mandiri di rumah dengan memberi obat
batuk dan pilek pada klien An. Z, dan ibu bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah ulang
berikutnya pada tanggal 20 Juli 2017 dan hasil kunjungan tersebut telah di dokumentasi.
Kunjungan kedua tanggal 20 Juli 2017
Datang ke rumah klien An. Z untuk melakukan kunjungan rutin yang kedua pada tanggal
20 Juli 2017, pukul 11.00 WIB.
Ibu klien mengatakan bahwa klien An. Z masih batuk dan pilek, ibu mengatakan sudah
memberikan obat kepada klien An. Z, ibu mengatakan klien An. Z makan dalam porsi yang
sedang(bubur, lauk, sayur, dan buah), ibu mengatakan klien An. Z ASI, minum susu formula
dan air putih. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, nadi 110 kali/menit, respirasi 33 kali/menit, suhu 36,80C, berat badan 10 kg,
tinggi badan 98 cm. Mata simetris, conjungtiva merah mudah, sclera putih, agak sembab.
Hidung simetris, terdapat cairan/lendir berwarna jernih dan encer, kulit hidung bagian luar
tampak kemerahan dan tidak ada benjolan.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diagnose An. Z umur 11 bulan, jenis kelamin
perempuan dengan dengan ISPA ringan hari ke tiga.
Setelah pemeriksaan penulis memberitahu ibu klien tentang hasil pemeriksaan bahwa
klien An. Z masih mengalami ISPA ringan, menganjurkan ibu untuk tetap menjaga nutrisi dan
asupan cairan untuk klien An. Z, menganjurkan ibu untuk terus memberikan terapi oral
untuk klien An. Z, menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan personal klien An. Z
khusunya hidung jika meler, memberitahu ibu untuk membuat klien An.Z tenang dan banyak
istirahat, memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan rumah berikutnya yaitu tanggal
22 Juli 2017.
Hasil evaluasi ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan klien An. Z, ibu bersedia untuk
tetap menjaga nutrisi dan asupan cairan klien An. Z, ibu bersedia untuk tetap memberikan
terapi obatnya hingga habis, ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan personal klien
An. Z, ibu bersedia untuk menenangkan klien An. Z agar banyak istirahat, ibu sudah
mengetahui dan bersedia untuk dilakukan kunjungan rumah berikutnya yaitu pada tanggal
22 Juli 2017.
Kunjungan ketiga tanggal 22 Juli 2017
Datang ke rumah klien An. Z untuk melakukan kunjungan rutin yang ketiga pada tanggal
22 Juli 2017, pukul 11.00 WIB.
Ibu mengatakan klie An. Z sudah tidak rewel dan aktif bermain, batuk pilek klien An. Z
berkurang, klien An. Z makan porsi sedang ( bubur, sayur, dan lauk pauk) buah dan biscuit,
klien An. Z minum ASI, air putih dan dua botol susu formula. Kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik keadaan umum baik, kesadran composmentis, nadi 111 kali/menit,
respirasi 32 kali/menit, suhu 36,50C, berat badan 10 kg, tinggi badan 98 cm. Mata simetris,
conjungtiva merah mudah, sclera putih. Hidung simetris, terdapat cairan/ lendir berwarna
jerni dan encer, kulit hidung bagian luar tampak kemerahan.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diagnose An. Z umur 11 bulan, jenis kelamin
perempuan dengan riwayat ISPA ringan hari kelima.
Setelah pemeriksaan penulis memberitahu ibu klien tentang hasil pemeriksaan bahwa
pada klien An. Z ISPA yang dialami klien sudah lebih baik. Tetap menganjurkan ibu menjaga
kebersihan personal pada klien An. Z, menganjurkan ibu klien untuk memberikan sisa
obatnya hingga habis, menganjurkan ibu untuk membawa klien ke tenaga kesehatan jika
terjadi kekambuhan, memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan rumah tanggal 25 Juli
2017.
Hasil evaluasi ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan klien An.Z bahwa ISPA yang
diderita klien sudah membaik, ibu bersedia untuk tetap menjaga daerah kebersihan
personal pada klien An. Z, ibu bersedia untuk tetap memberikan sisa obat yang diberikan,
ibu bersedia membawa klien An. Z jika terjadi kekambuhan, ibu tahu dan bersedia dilakukan
kunjungan terakhir pada tanggal 25 Juli 2017.
Kunjungan keempat tanggal 25 Juli 2017
Datang ke rumah klien An. Z untuk melakukan kunjungan rutin yang keempat pada
tanggal 25 Juli 2017, pukul 18.30 WIB.
Ibu mengatakan klien An. Z sudah bermain sendiri lagi, ibu mengatakan batuk pilek klien
An. Z sudah sembuh, ibu mengatakan klien An.Z makan porsi sedang (bubur, sayur, lauk dan
buah), minum ASI, air putih, 4 botol susu formula. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik
keadaan umum baik, kesadaran composmentis, nadi 111 kali/menit, respirasi 32 kali/menit,
suhu 36,50C, BB 10 kg, TB 98 cm. Mata simetris, conjungtiva merah mudah, sclera putih.
Hidung simetris, tidak terdapat cairan/lendir berwarna jernih dan encer dan tidak ada
benjolan pada hidung.
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diagnose An. Z umur 11 bulan, jenis kelamin
perempuan dengan riwayat ISPA ringan.
Setelah pemeriksaan penulis memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan pada anaknya
bahwa klien An. Z sudah sembuh, menganjurkan ibu untuk menjaga waktu istirahat klien An.
Z, menganjurkan ibu untuk membawa klien An. Z ketenaga kesehatan jika terjadi
kekambuhan.
Hasil evaluasi ibu sudah mengetahui bahwa klien An. Z sudah sembuh, ibu bersedia
untuk menjaga waktu istirahat bagi klien An. Z, ibu bersedia membawa klien An. Z ke tenaga
kesehatan jika terjadi kekambuhan.
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

4.1 Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ringan


Hasil keluarga binaan pada An. Z umur 11 bulan dengan jenis kelamin perempuan, penulis
melakukan asuhan kebidanan komunitas kelurga binaan yang di mulai tanggal 18 Juli 2017 sampai
25 Juli 2017 dengan 4 kali kunjungan keluarga binaan.
Hal ini sesuai dengan teori klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah ISPA ringan
seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak.
Kontak pertama An. Z dengan penulis, penulis melakukan kunjungan keluarga binaan dengan
tujuan memberikan konseling tentang ISPA ringan dikarenakan An. Z sering batuk, pilek. Maka dari
itu penulis memberikan konseling tentang apa itu ISPA.
Karena An. Z dengan Infeksi saluran pernafasan Akut (ISPA) ringan harus dilakukan pencegahan
agar tidak berlanjut menjadi ISPA sedang atau berat, maka dilakukan dengan memberikan
kecukupan cairan dan nutrisi yang seimbang pada klien yaitu makanan yang mengandung
karbohidrat (nasi), protein (lauk pauk), mineral (sayuran), lemak ( minyak kelapa dan minyak ikan)
dan vitamin (buah dan sayur) dan cairan secukupnya. Menganjurkan ibu klien untuk menjaga
kebersihan perorangan dan lingkungan yaitu dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah
memegang anak dan membersihkan lingkungan di sekitar rumah agar terbebas dari penyakit.
Menganjurkan ibu klien untuk membersihkan hidung jika klien An. Z pilek menggunakan tissue dan
kain bersih. Menganjurkan ibu klien untuk menenangkan klien agar dapat beristirahat cukup yaitu
tidur siang 2 jam dan tidur malam 10 jam.
Menurut Wijayaningsih (2013), Bagian terpenting dalam pencegahan dan peanggulangan
penyakit menular adalah dengan memutus rantai penularan. Pemutusan rantai penularan dapat
dilakukan dengan menghentikan kontak agen penyebab penyakit dengan penjamu
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan yaitu kunjungan kelurga binaan pada An. Z
sebagai klien dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ringan yang di mulai dari tanggal 18
Juli 2017 sampai 25 Juli 2017 ditempat kediaman An. Z berjalan dengan lancar dan baik,
sehingga masalah yang diderita An. Z bias teratasi.

B. SARAN
1. Untuk Masiswa
Diharapkan agar lebih kritis dalam menggali ilmu dan memperluas pengetahuan
sehingga dapat mengaplikasikan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak serta pelayanan
kesehatan lainnya yang optimal dan bekerja lebih baik.

2. Untuk Institusi Pendidikan


Diharapkan agar terus membimbingdan mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat
kepada mahasiswa sebagai upaya untuk membentuk generasi penerus yang tangguh dan
kompeten dibidangnya.
LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN
KOMUNITAS MAHSISWA DIPLOMA IV KEBIDANAN
DI RT 05 RW 013
KELURAHAN SRENGSENG SAWAH
KECAMATAN JAGAKARSA
JAKARTA SELATAN

Disusun Oleh :
Nama : Suci Rahmawati wally
NPM : 07160100304

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGIILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Individu Keluarga Binaan Komunitas Mahasiswa Diploma IV Kebidanan
Di RT 05 RW 013 Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan
Tahun 2017
Disusun oleh :
Nama : Suci Rahmawati Wally
NPM : 07160100304

Telah Disahkan Di Jakarta


Pada Tanggal

Mengesahkan,
Ketua Program Studi D IV Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Hidayani, Am.Keb.SKM.MKM
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Individu Keluarga Binaan Komunitas Mahasiswa Diploma IV Kebidanan


ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT PADA An. Z UMUR 11 BULAN
DENGAN ISPA RINGAN DI RT 05 RW 013
KELURAHAN SRENGSENG SAWAH
KECAMATAN JAGAKARSA
JAKARTA SELATAN

DIsusun Oleh :
Nama : Suci Rahmawati Wally
NPM : 07160100304

Telah disetujui di Jakarta,


Juli, 2017

Menyetujui,
Dosen Pamong RT 05 RW 013

Istiana K, S.ST, M.Kes


DAFTAR PUSTAKA

1. BPOM RI. 2013. Informasi tentang Infeksi Saluran Pernafasan.


http://www.pom.go.id/pom/poblikasi/artikel102.html diakses 30 November 2014
2. Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia2005. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
3. Hartono, R. dan D. Rahmawati. 2012 ISPA: Gangguan Pernafasan pada Anak, Panduan bagi
Tenaga Kesehatan dan Umum. Yogyakarta: Nuhu Medika.
4. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 149/Menkes/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
5. Kementrian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
6. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
7. Engel, 2005. Prisip-prinsip Kesehatan dalam Bidang Keperawatan. Jakarta: Info Medika.
8. Erlien. 2008. Penyakit Saluran Pernapasan. Jakarta: Sunda Kelapa Pustaka.
9. Ferry, A. G. At. All. 2007. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC.
10. Indah. 2005. Tanda Pengobatan ISPA. http://www.smallcrab.com. Di akses pada tanggal 15
Oktober 2012.
11. Kishore. 2007. Balita, Penyakit dan Pengobatannya. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai