Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses geomorfologi pada daerah fluvial dipengaruhi oleh proses


fluviatil. Proses fluviatil adalah proses yang terjadi secara alami baik secara
mekanik mauun kimiawi yang mengakibatkan terbentuknya jenis jenis
lahan akibat aksi permukaan baik air yang mengalir secara terpadu (sungai)
ataupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet water). Akibat dari proses ini
maka menghasilkan berbagai bentuk lahan dengan resistensi dan elevasi
yang berbeda. Proses fluviatil juga membentuk bentang alam yang khas
sebagai akibat aliran air di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat
terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang
dilakukan oleh air permukaan.

Bentang alam sungai (fluvial) merupakan bentuk bentuk bentang


alam yang terjadi akibat dari proses fluvial. Pada hakikatnya aliran sungai
terbentuk oleh adanya sumber air, baik air hujan, mencairnya es, ataupun
munculnya mata air, dan adanya relief permukaan bumi. Aliran air yang
mengikuti salurannya ini yang disebut dengan sungai. Sungai dibagi menjadi
tiga tergantung tingkat erosi dan deposional yaitu sungai muda, sungai
dewasa dan sungai tua.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui jenis bentukan lahan asal fluvial serta proses
prosesnya
2. Mengetahui klasifikasi bentukan lahan asal fluvial daerah Parangkep
dan sekitarnya
3. Mengetahui proses pembentukannya daerah Parangkep dan
sekitarnya.

BAB II

III - 1
PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Bentuk Lahan


Menurut Van Zuidam (1986), bentukan lahan pada daerah fluvial
dibagi menjadi berbagai macam diantaranya:

1. Dataran aluvial
Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses
geomorfologi yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain
iklim, curah hujan, angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya
akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan
oleh air ke tempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai.
Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan
dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh bahan hasil
rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah yang
lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis
dan tekstur batuan. Daratan alluvial dalam klasifikasi Van Zuidam (1986)
berupa F1.

2. Dataran banjir
Dataran banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan
sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai
tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur. Dalam klasifikasi
Van Zuidam (1986) berupa F7

3. Tanggul alam sungai (natural levee)

Tanggul yang terbentuk akibat banjir sungai di wilayah dataran rendah


yang berperan menahan air hasil limpasan banjir sehingga terbentuk
genangan yang dapat kembali lagi ke sungai. Seiring dengan proses
yang berlangsung secara terus menerus akan terbentuk akumulasi
sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam. Dalam
klasifikasi Van Zuidam (1986), tanggul sungai berupa F8. (Gambar 2.1).

III - 2
Gambar 2.1 Tanggul Alam

4. Rawa belakang (backswamps)

Backswamp atau Rawa belakang adalah bagian dari dataran banjir


dimana simpanan tanah liat menetap setelah banjir. Backswamps
biasanya terletak di belakang sungai alam sebuah tanggul. Kemudian
kembali rawa-rawa yang terletak agak jauh dari saluran sungai di
dataran banjir tersebut. Ketika air tumpah ke dataran banjir, material
terberat tetes keluar pertama dan materi terbaik dilakukan jarak yang
lebih besar. Bedasarkan klasifikasi Van Zuidam (1986), rawa belakang
berupa F5.

5. Kipas aluvial

Bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari
bukit atau pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan
terjadi perubahan gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi
pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas aluvial,
berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas,
biasanya terdapat pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya
pada daerah kipas aluvial terdapat air tanah yang melimpah. Hal ini
dikarenakan umumnya kipas aluvial terdiri dari perselingan pasir dan

III - 3
lempung sehingga merupakan lapisan pembawa air yang baik. Dalam
klasifikasi Van Zuidam (1986) dibagi menjadi dua yaitu F15 untuk kipas
alluvial aktif dan F16 untuk kipas alluvial tidak aktif. (gambar 2.2).

Gambar 2.2 Kipas Alluvial

6. Teras sungai

Teras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahui


proses-proses yang telah terjadi di masa lalu. teras sungai
merupakan satu morfologi yang sering dijumpai pada sungai. Proses
deposisi, proses migrasi saluran, proses erosi sungai meander dan
aliran overbank sangat berperan dalam pembentukan dan
perkembangan dataran banjir. Faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan dan perkembangan teras sungai adalah
perubahan base level of erosion dan perubahan iklim. Dalam klasifikasi
Van Zuidam (1986) ditandai berupa F14. (Gambar 2.3)

Gambar 2.3 Teras Sungai

III - 4
7. Delta

Delta adalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir
setelah masuk pada daerah base level. Pada saat aliran air mendekati
muara, seperti danau atau laut maka kecepatan aliranya menjadi lambat.
Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan
diendapkan sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh
aliran air. Setelah sekian lama , akan terbentuk lapisan - lapisan
sedimen. Akhirnya lapian lapisan sedimen membentuk dataran yang luas
pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembetukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang
dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau.
Kedua, arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga ,
pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai
Musi, Kapuas, dan Kali Brantas. Dalam klasifikasi Van Zuidam (1986),
delta ditandai dengan F17. (gambar 2.4)

Gambar 2.4 Delta

8. Danau

Danau adalah cekungan yang merupakan genangan air yang sangat


luas di daratan. Danau dapat dipandang sebagai tempat penampungan
(reservoir) air tawar di darat pada ketinggian tertentu di atas permukaan
laut yang bersumber dari mata air, air hujan, sungai, dan gletser. Dalam
klasifikasi Van Zuidam (1986), danau ditandai dengan F3.

III - 5
2.2 Interpretasi Bentuk Lahan Fluvial
Bedasarkan peta 1-3 (daerah Papringan dan sekitarnya), terdapat
berbagai macam bentukan lahan asal fluvial, diantaranya :

2.2.1. Daratan Alluvial (F1)


Bedasarkan peta daerah Papringan dan sekitarnya, daratan
alluvial ditunjukkan dengan titik ketinggian dibawah 50 meter (26 dan
24 meter) serta ketidakdapatan indeks kontur lagi. Daerah tersebut
merupakan daratan rendah dengan ketidakresistenitas yang rendah.
Bentuk lahan jenis ini mendominasi dari bentukan alam lainnya.

2.2.2. Dasar Sungai (F2)


Pada daerah Papringan dan sekitarnya, dasar sungai terletak di
sekitar sungai besar berkelok (meander). Lahan ini berada di
pinggiran sungan dengan elevasi antara 24 26 meter. Dasar sungai
ini terbentuk akibat erosi dan deposisi secara bersamaan.

2.2.3. Daratan Banjir (F7)


Daratan banjir merupakan daratan yang terbentuk oleh sedimen
akibat limpasan banjir sungai tersebut. Dari peta tersebut diketahui
daratan banjir berada di sekitar sungai besar.

BAB III

KESIMPULAN

1. Proses fluviatil adalah proses yang terjadi secara alami baik secara
mekanik mauun kimiawi yang mengakibatkan terbentuknya jenis jenis

III - 6
lahan akibat aksi permukaan baik air yang mengalir secara terpadu
(sungai) ataupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet water).

2. Bentang alam sungai (fluvial) merupakan bentuk bentuk bentang


alam yang terjadi akibat dari proses fluvial.

3. Bedasarkan klasifikasi Van Zuidam (1986), dibagi menjadi beberapa


macam bentuk lahan seperti daratan alluvial, rawa belakang, danau,
daratan banjir dan lain lain.

4. Bedasarkan peta Papringan dan sekitarnya, bentuk lahan asal fluvial


dibagi menjadi daratan alluvial, daratan banjir dan dasar sungai.

DAFTAR PUSTAKA

Maru, Habib. 2011. Bentukan Fluvial. (Online). Tersedia di :


http://pencariilmu-goresantinta.blogspot.co.id/2011/11/bentuklahan-
bentukan-asal-fluvial.html Diakses 18 Februari 2016

III - 7
Mulawardani, Aditya. 2009. Bentukan Lahan Fluvial. (Online). Tersedia di :
http://adityamulawardhani.blogspot.co.id/2009/02/bentang-alam-
fluvial.html Diakses 18 Februari 2016

Nugroho, Eko Wahyu. 2015. Bentukan Lahan Fluvial. (Online). Tersedia di :


http://ekowahyunugrohoo.blogspot.co.id/2015/11/kenampakan-
bentanglahan-fluvial-di-alam.html?view=timeslide Diakses 18 Februari
2016

III - 8

Anda mungkin juga menyukai