Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan menguraikan permasalahan yang

ditinjau secara teoritis dan fakta yang ada pada Tn. RD dengan Malaria

tropika di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Umum A.M Parikesit

Tenggarong.

Asuhan Keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan

pada praktek keperawatan yang langsung diberikan pada klien, dengan

berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dengan menggunakan metodologi

proses keperawatan dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab

terhadap kegiatan yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, dan pemulihan.

Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan ini, penulis

menggunakan lima tahap proses keperawatan menurut Gebbie dan Levin

yaitu : Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi,

dan evaluasi (Gaffar, 199 ; 54).

A. Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan tahap awal dari proses

keperawatan yang dapat menjadi dasar dalam menentukan diagnosa

keperawatan, dengan mengumpulkan data yang akurat dan sistematis,

maka dapat diketahui masalah keperawatan.


Pengkajian keperawatan pada kasus Malaria Tropika yang

disesuaikan dengan pengkajian menurut Marilynn E. Doenges (1999;87)

sebagi berikut;

1. Aktifitas /Istirahat.

danya kelemhan keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya.

2. Eliminasi.

Diare(pada Malaria falsifarum tahap lanjut)

3. Makanan dan cairan .

Anoreksia,mual/muntah,penerunan berat badan,penurunan lemak

subkutan/massa otot(malnutrisi ),penurunan haluaran, mermbran

mukosa kering, pucat.

4. Neurosensori.

Sakit kepala, gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi,

delirium/koma.

5. Nyeri/Ketidaknyaman.

Kejang abdominal,(nyeri abdomen),lokalisasi rasa

sakit/Ketidaknyamanan.

6. Pernapasan.

Suhu: umumnya meningkat (39 0C)dan menggangu klien,kadang

subnormal (dibawah 360C )atau dibawah normal,menggigil.

7. Pembelajaran dan penyuluhan.


Masalah kesehatan kronis / melemahkan,misalnya hati,

ginjal,paru.dan penggunaan antibiotik.

Sedangkan dalam pengkajian pada studi kasus yang penulis

lakukan pada Tn.RD adalah sebagai berikut ;

1. Pola aktifitas

Klien mengalami kesulitan dalam memenuhi aktifitas sehari-

hari dalam pemenuhan personal hygiene terutama mandi, gosok gigi

klien dibantu pergi kekamar mandi.

2. Eliminasi

Klien tidak mengalami kesulitan dalam hal eliminasi dan tidak

mengalami ganguan eliminasi seperti diare.

3. Makanan / Cairan.

Klien tidak mengalami anoreksia, tidak mual danmuntah,

selama dirumah sakit klien tidak mengalami kesulitan dalam

mengalami keulitan dalam makanan porsi yang diberikan selalu

dihabiskan.

4. Neurosensori

Klien mengeluh nyeri kepela, tapi klien tidak mengalami

perubahan orientasi orang, tempat, atau kacau mental.kesadaran

klien penuh.
5. Nyeri/kenyaman.

Klien tidak mengalami kejang abdomen, hanya mengeluh

perut terasa mual, dan muntah.

6. Pernapasan

Selama dirawat, waktu pengkajian suhu klien diatas batas

normal (37,8 C) dan klien mengigil.

Data senjang yang ada dalam pengakjian ditemukan adalah :

a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan

perubahan sirkulasi (Anemia)

b. Peningkatan suhu berhubungan dengan infeksi

plasmodium falsifarum

c. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

d. Resiko Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

e. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan

kebutuhan pengobatan

f. Infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

Berikut adalah penjelasan dari seluruh masalah diatas :

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan perubahan

sirkulasi

Diagnosa keperawatan ini ditemukan pada tanggal 24

februari 2005 berdasarkan data yang ditemukan yaitu


klien merasa lemah, konjungtiva anemis, leukosit 2.300

mm3, Hb 9,8 gr %. Tujuan dilakukan implemantasi

adalah klien merasa segar, konjuntiva tida anemia,

leukosit normal (6.000 -10.000 mm3). Tindakan yang

dilakukan mengkaji faktor faktor yang menyebabkan

perubahan sirkulasi, mengobservasi tanda tanda vital.

Menganjurkan klien untuk istirahat yang cukup diantara

aktifitas keperawatan dan menganjurkan klien untuk

makan makanan yang mengandung zat besi.

2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses

infeksi plasmodium falcifarum.

Diagnosa keperawatan ini dirumuskan pada tanggal 24

Februari 2005 berdasarkan data yang ditemukan yaitu

klien merasa demam, tubuh lemah, temp 37 0 C, hasil

DDR (+), bibir kering. Tujuan dilakukan implementasi

adalah agar suhu tubuh dalam keadaan normal.

Tindakan yang dilakukan adalah memantau suhu,

memberikan kompres air biasa pada daerah aksila dan

dahi, menganjurkan untuk banyak minum,

menganjurkan untuk memakai pakaian tipis dan

menyerap keringat, mengobservasi vital sign dan

memberikan obat antipiretik sesuai dengan advis dokter.


Setelah dilakukan perawatan selama 2 jam suhu klien

normal 36,0 0 C.

3. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

fisik

Diagnosa keperawatan ini dirumuskan pada tanggal 24

Februari 2005 berdasarkan data yang ditemukan badan

lemah, klien berbaring ditempat tidur dan tidak dapat

beraktifitas penuh. Tujuan dilakukan implementasi

adalah badan terasa segar, dapat melakukan aktifitas

dengan penuh. Tindakan yang dapat dilakukan adalah

meningkatkan tirah baring/duduk, memberikan

lingkungan yang tenang, membatasi pengunjung sesuai

keperluan, mengubah posisi dengan sering, melakukan

tugas, sesuai toleransi dan meningkatkan aktifitas sesuai

toleransi dan membantu melakukan latihan tentang

gerak aktif dan pasif.

Pada hari terakhir klien merasakan badannya segar

kembali, klien mulai beraktifitas ringan/berjalan jalan

disekitar tempat tidur.

4. Perubahan Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat


Diagnosa keperawatan ini di rumuskan pada tanggal 24

Februari 2005 berdasarkan data yang ditemukan adalah

klien tidak ada nafsu makan, habis makan terasa terasa

mual. Tujuan dilakukan implementasi adalah nafsu

makan meningkat, mual tidak ada dan porsi makan

dihabiskan. Tindakan yang dapat dilakukan adalah

mengawasi pemasukan diet berikan makan dalam

frekuensi sering, memberikan perawatan mulut sebelum

makan, menganjurkan pada posisi duduk tegak saat

makan dan memberikan makanan hangat dan dalam

porsi kecil. Setelah hari kedua perawatan nafsu makan

meningkat dan porsi makan dihabiskan

5. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan

kebutuhan pengobatan

Diagnosa ini dirumuskan pada tanggal 24 Februari 2005

dengan data yang ditemukan klien selalu menanyakan

tentang penyakitnya, ekspresi wajah tampak tegang dan

tidak kooperatif dalam tindakan keperawatan. Tujuan

implementasi dilakukan adalah klien dapat memahami

kondisi, prognosis dan pengobatan serta menghindarkan

misinterprestasi terhadap masalah yang dihadapi.

Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji


pemahaman klien kemungkinan pilihan pengobatan,

memberikan informasi tentang pencegahan dan

penularan penyakit, mendiskusikan efek samping obat

dan bahaya minum obat yang dijual bebas. Selama

proses penyuluhan kesehatan penulis menyampaikan

informasi dalam bahasa indonesia yang sederhana dan

memberikan kesempatan bagi klien untuk bertanya.

Pada session terakhir penulis melakukan evaluasi dan

hasilnya klien dapat memahami penyampaian informasi

yang diberikan. Masalah teratasi tanggal 25 Februari

2005

6. Infeksi berhubungan dengan tindakan invasif

Diagnosa ini dirumuskan pada tanggal 25 februari 2005

dengan data yang ditemukan nyeri ditangan sebelah kiri

daerah pemasangan infus dan infus sudah terpasang

selama 5 hari. Tujuan dilakukannya implementasi tidak

terjadinya infeksi didaerah pemasangan infus.

Implementasi yang dilakukan adalah mengobservasi

daerah pemasangan infus menghentikan infus bila

bengkak, melakukan pemasangan infus secara steril

mengobservasi vital sign, mengamati kelancaran infus

dan merawat daerah tusukan infus setiap hari dengan


mengganti balutan dan oleskan bethadine serta

memberikan penjelasan tentang tanda infeksi

Pada hari kedua 25 februari 2005 nyeri hilang pada

daerah plebitis/pemasangan infus, tidak tampak

kemerahan didaerah plebitis.

B. Diagnosa keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian penulis menetapkan diagnosa

keperawatan yang mungkin terjadi pada klien dengan Malaria tropika yang

sesuai dengan landasan teori (Marlyn E doenges,1999) adalah sebagai

berikut:

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan efek langsung

endotoksin dihipotalamus.

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemolisis.

3. Gangguan rasa nayaman (nyeri) berhubungn dengan proses

penyakit.

4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang darikebutuhan

tubuh b/d mual,muntah,anoreksia.

5. Resti terhadap kekeuranagan volume cairan tubuh dan elektrolit b/d

mual, muntah, diaforesis.

6. kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan b/d kurang informasi tentang konisi penyakit dan

keterbatasan kognitif.
7. Penyuluhan / pembelajaran

Klien selama dirawat selalu bertanya tentang penyakitnya, klien

mengerti tentang pemyakitnya setelah diberikan penkes tentang

penyakitnya, klien mengerti dan berjanji akan meneruskan

perawatan dirumah, dan melakukan tindakan pencegahan di

lingkungan sekitar.

Sedangkan untuk diagnosa yang muncul pada Tn.RD dengan malaria

falsifarum adalah:

1. Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan sirkulasi (Anemia)

2. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)b/d Proses infeksi

3. Keterbatasan aktifitas b/d kelemahan fisik

Perubahan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh b/d intake yang tidak ade kuat

Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan

pengobatan b/d kurangnya informasi tentang kondisi penyakit dan

keterbatasan kognitif.

Infeksi b/d tindakan invasif

C. Perencanaan

Tahap ini merupakan tahap yang paling penting dalam proses

keperawatan karena sangat menentukankeberhasilan dari suatu Asuhan

Keperawatan yang diberikan dan menyesuaikan dengan kondisi yang ada

dilapangan.
Rencana keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses

keperawatan langkah-langkah dalam perencanaan terdiri dari beberapa

kegiatan yaitu menentukan tujuan, kriteria hasil dan rencana tindakan

Adapun tujuan perencanaan dalah mengurangi, menghilangkan,

mencegah dan masalah keperawatan klien

Perencanaan yang dilakukan pada masing-masing diagnosa

mengacu pada rencana Asuhan Keperawatan (Marlillyn E. Doenges,2000).

D. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis tidak

menemui hambatan yang berarti, dimana seluruh rencana tindakan yang

telah disusun hampir semua terlaksana selain karena sarana yang

menunjang juga adanya kerjasama yang baik oleh klien dan kelurganya

dalam hal, informasi rencana pengobatan ataupun dalam upaya

pemenuhan kebutuhan klien.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah fase akhir dari proses keperawatan untuk

menilai asuhan keperwatan yang telah diberikan kepada klien .

Evaluasi yang dilakuakan pada asuahan keperawatan dalam

kasus ini dalah evaluasi kriteria hasil dengan catatan perkembangan

(SOAP) setiap hari dan evaluasi yang akan tercapai atau tidak
Dari enam diagnosa yang diangkat oleh penulis

keseluruhannya dapat teratasi semua baik dari dihari kedua maupun hari

ketiga saat klien pulang untuk meneruskan perawatan di rumah.

Anda mungkin juga menyukai