AKUT
Pembimbing:
dr. Aldy S Rambe, Sp.S
disusun oleh:
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas
berkat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terima
kasih saya ucapkan kepada dokter pembimbing kami, dr. Aldy S Rambe,
Sp.S,yang telah bersedia menjadi pembimbing makalah ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas kepaniteraan
klinik senior Departemen Ilmu Penyakit Saraf, Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan. Besar harapan, melalui makalah ini,akan menambah
pengetahuan dan pemahaman kita tentang penatalaksanaan hipertensi pada stroke
iskemik fase akut
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mohon maaf. Penulis juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Prevalensi terjadinya hipertensi pada stroke akut cukup tinggi . Dalam salah
satu studi terbesar di Amerika Serikat , National Hospital Ambulatory Medical
Care Survey, didapati dari 563.704 pasien stroke 63% pasien dengan tekanan
darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg . Dalam
International Stroke Trial, sebanyak 17. 398 pasien yang diambil secara acak dari
467 rumah sakit di 36 negara , dalam waktu 48 jam setelah timbul stroke (waktu
rata-rata 20 jam) memiliki tekanan darah sistolik rata rata 160,1 mmHg, dan 82%
pasien mempunyai tekanan darah tinggi berdasarkan WHO yaitu tekanan darah
sistolik > 140 mm Hg.3
kasus peningkatan tekanan darah dapat ekstrem khususnya pada ischemia batang
otak. Tekanan darah dapat menurun pada beberapa hari pertama dan minggu
setelah timbul stroke tanpa intervensi farmakologis.4 Pada peneletian di RSUP H
Adam Malik tahun 2010 didapati 74, 2 % dari 217 pasien stroke iskemik akut
memiliki riwayat hipertensi.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Etiologi
Penyebab utama kejadian stroke iskemik adalah aterosklerosis arteri besar
(makroangiopati), kardioembolism, dan penyakit pembuluh darah kecil otak
(mikroangiopati). Penyebab lain yang lebih jarang adalah diseksi arteri serebral,
serebral vaskulitis, koagulopati, kelainan hematologi, dan lain-lain.7
dapat dimodifikasi. Sementara modifiable risk factors merupakan akibat dari gaya
hidup seseorang yang dapat dimodifikasi
Nonmodifiable risk factors
- Usia
- jenis kelamin
- riwayat stroke dalam keluarga atau genetik
Modifiable risk factors
a. Behaviour
- Merokok
- Diet tinggi lemak, tinggi garam, tinggi kolesterol, dan rendah serat
- Alkoholik
b. Physiological risk factors
- Hipertensi
- Penyakit Jantung
- Diabetes Mellitus
- Obesitas
- Hiperkolesterolemia
- Kelainan anomali pembuluh darah
Pada penelitian Grau dkk (2001) didapati factor resiko hipertensi 67% ,
hiperkolesterolemi 35%, diabetes mellitus 29%, merokok 28%, dan penyakit
jantung koroner 24%. 8
5
2.2. Hipertensi
2.2.1 Defenisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan dimana tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.9
2.2.2 Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.
Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini
disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan
oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat
tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling
umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.
Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang
tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.
Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi.9
2.2.3. Klasifikasi
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila tekanan darah 140/90 mmHg.
Tingkatran hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan
diastolik.
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hiprtensi tingkat 2 160 100
Hipertensi sistolik terisolasi 140 < 90
(JNC Vll, 2003)
6
Pada penderita stroke iskemik akut tekanan darah diturunkan sekitar 15%
(sistolik maupun diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan jika tekanan
darah sistolik >220 mmHg atau tekanan darah diastolik > 120 mmHg. Pada
penderita stroke iskemik akut yang akan diberi terapi trombolisis (rtPA) tekanan
darah diturunkan hingga tekanan darah sistolik <185 mmHg dan tekanan darah
diastolik <110 mmHg. Selanjutnya tekanan darah dipantau hingga tekanan darah
sistolik < 180 mmHg dan tekanan darah diastolic < 105 mmHg selama 24 jam
setelah pemberian rtPA. Obat antihipertensi yang digunakan adalah labetalol,
nitropusid, nikardipin, atau diltiazem intravena. 12
Apabila tekanan darah sistolik > 180mmHg atau MAP > 130 mmHg disertai
dengan gejala dan tanda peningkatan tekanan intracranial, dilakukan pemantauan
8
Jika tekanan darah sistolik < 220 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik <
120 mmHg, penurunan tekanan darah pada fase akut ditunda kecuali ada bukti
gagal ventrikel jantung kiri, infark miokard akut, gagal ginjal akut, edema paru,
diseksi aorta, ensefalopati hipertensi. Target penurunan tersebut adalah 15 25 %
pada jam pertama dan tekanan darah 160/90 mmHg dalam enam jam pertama. 12
c.Diltiazem
Merupakan calcium chanel blocker (CCBs). Efek inotropik negatif sehingga
dapat berbahaya jika diberikan pada pasien gagal jantung. Dan dapat
menyebabkan bradiaritmia dan gangguan konduksi sehingga tidak boleh diberikan
pada blok sino-arterial, blok AV derajat 2 atau 3 dan pasien dengan bradikardi.
10
d.Nitroprusid (NTP)
Pemantauan tekanan darah secara ketat dan pengaturan pompa infus harus
dilakukan untuk mencegah efek smping akut karena hipotensi. Efek toksik akibat
konversi nitropusid menjadi sianida dan tiosianat dapat terjadi pada dosis tinggi
(>2 g/kg/min). Resiko keracunan Tiosianat meningkat bila lama infus lebih dari
24-48 jam atau pada pasien gangguan fungsi ginjal. Kadar plasma tiosianat harus
dimonitor dan tidak boleh melebihi 0.1 mg/ml. 13
11
BAB III
METODE PENULISAN
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak
yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu
kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak
2. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan dimana tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.
3. Hipertensi diduga memicu terjadinya aterosklerosis, namun aterogenesisnya
tidak diketahui dengan pasti. Diduga tekanan darah yang tinggi merusak
endotel dan menaikkan permeabilitas dinding pembuluh darah terhadap
lipoprotein. Tidak hanya itu, beberapa jenis zat yang dikeluarkan oleh tubuh
seperti renin, angiotensin dan lain-lain dapat menginduksi perubahan seluler
yang menyebabkan aterogenesis
4. International Society of Hypertension (ISH) mendefinisikan hipertensi pada
stroke akut adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90
mmHg dengan pengukuran 2 kali selang 5 menit dalam 24 jam timbul
gejala.
5. Hipertensi pada stroke akut adalah kenaikan tekanan darah diatas normal
dan menjadi premorbid yang muncul dalam 24 jam pada pasien stroke.
Dalam beberapa studi menunjukkan bahwa tekanan darah akan meningkat
secara spontan pada kasus stroke akut. Tekanan darah akan menurun pada
beberapa hari pertama dan minggu setelah stroke tanpa intervensi
farmakologis. Peningkatan tekanan darah pada saat presentasi stroke
dikaitkan dengan prognosis yang jelek.
6. Pada penderita stroke iskemik akut tekanan darah diturunkan sekitar 15%
(sistolik maupun diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan jika
tekanan darah sistolik >220 mmHg atau tekanan darah diastolik > 120
mmHg. Obat antihipertensi yang digunakan adalah labetalol, nitropusid,
nikardipin, atau diltiazem intravena.
13
4.2. Saran
1. Diagnosa dan tatalaksana stroke iskemik harus dilakukan dengan cepat dan
tepat untuk menghindari defisit neurologis yang menetap.
2. Penderita hipertensi sebaiknya mengontrol secara rutin tekanan darah nya
untuk menghindari komplikasi hipertensi
14
DAFTAR PUSTAKA
11.Becker, J.U., Wira, C.R., and Arnold, J.L., 2010. Stroke, Ischemic.
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/793904-print.html.
12.Kelompok Studi Serebrovaskuler Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia, 2011. Guidelines Stroke 2011. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI)