Oleh :
1. Pendahuluan
Deteksi dini kanker ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang
masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil,
masih lokal, masih belum menimbulkan kerusakan yang berarti, pada golongan
masyarakat tertentu dan pada waktu tertentu. Deteksi dini umumnya dikerjakan
pada orang-orang yang kelihatannya sehat yang asimptomatik atau pada orang-
orang yang mempunyai risiko tinggi mendapat kanker (Andrijono, 2010).
Kanker servik atau kanker leher rahim merupakan penyakit keganasan pada
leher rahim (servik) paling banyak disebabkan oleh virus Human Papiloma Virus
(HPV). Diseluruh dunia, kanker servik merupakan jenis kanker ke dua terbanyak
yang diderita wanita setelah kanker payudara namun menjadi penyebab pertama
kematian wanita akibat kanker (WHO, 2010). Angka kejadian kanker servik di
dunia mencapai 490.502 pada tahun 2012 dan meningkat menjadi 528.316 pada
tahun 2015, dari keseluruhan wanita yang mengalami kanker servik 80 % berada
di negara berkembang seperti Asia selatan, Asia tenggara, Amerika bagian tengah
dan selatan serta Afrika timur (WHO, 2016)
Di Indonesia, angka kejadian kanker servik pada tahun 2013 mencapai
98.692, dengan peningkatan sekitar 15.000 kasus setiap tahunnya. Penyakit
kanker servik merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia
dan Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang terbesar kasus kanker servik di
Indonesia pada tahun 2013 yaitu 21.313 WUS (21,5%) (Depkes RI 2015). Angka
kejadian kanker servik diperkirakan akan terus meningkat 25% dalam kurun
waktu 10 tahun mendatang jika tidak dilakukan tindakan pencegahan (Rasjidi,
2012). Dari kasus kanker servik yang ditemukan 70% diantaranya berakhir
dengan kematian karena hampir semua kasus baru ditemukan sudah dalam
keadaan stadium lanjut (Samadi, 2010). Salah atu cara deteksi dini kanker servik
adalah dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA), yaitu pemeriksaan
oleh dokter/bidan/paramedik terhadap leher rahim yang telah diberi asam
asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo. Pada jaringan ektoservik rahim yang
normal apabila diolesi larutan asam asetoasetat (asam cuka) akan tetap berwarna
merah muda, sedangkan pada lesi prakanker jaringan ektoservik rahim akan
berubah warna menjadi putih (acetowhite) (Khinkova, 2010). Program IVA
dikatakan berhasil jika pelaksanaannya dapat mencapai 10% dari total wanita usia
subur (WUS). Masih tingginya insiden kanker servik di Indonesia disebabkan
karena kesadaran wanita yang sudah menikah/melakukan hubungan seksual dalam
melakukan deteksi dini masih rendah (kurang dari 5%) (Depkes RI, 2015).
Selain IVA, deteksi dini kanker serviks juga dapat dilakukan dengan metode
Pap smear, yaitu metode dengan pengambilan contoh dari sel-sel di leher rahim.
Tes ini dilakukan untuk menentukan kesehatan leher rahim (serviks) atau
menemukan adanya perubahan abnormal pada sel-sel. Selama tindakan, contoh sel
tersebut dikumpulkan dari permukaan leher rahim dan diletakkan pada kaca
mikroskop lalu dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan mikroskopis.
Berdasarkan besarnya angka kejadian kanker servik, dapat dijadikan
pertimbangan bahwa program deteksi sini kanker servik memerlukan keseriusan
dalam pelaksanaannya.
4. Media
Slide Presentasi
Leaflet
5. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah metode ceramah, tanya
jawab, dan diskusi. Metode ceramah dipadukan dengan metode diskusi dan
tanya jawab yang dimaksudkan untuk memotivasi minat dan keterlibatan
peserta penyuluhan.
6. Materi
Terlampir (Lampiran 1)
7. Kegiatan penyuluhan
No WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 3 Menit Pembukaan:
- Memberi salam dan - Menyambut salam dan
memperkenalkan diri mendengarkan
- Menjelaskan tujuan dari - Mendengarkan
penyuluhan
- Melakukan kontrak waktu. - Mendengarkan
- Menyebutkan materi - Mendengarkan
penyuluhan yang akan diberikan
2 15 Menit Pelaksanaan :
- Menggalipengetahuan - Mendengarkan dan memperha
peserta tentang deteksi dini tikan
kanker serviks. - Mendengarkan dan
serviks memperhatikan
- Mendengarkan dan
- Menjelaskan pengertian
memperhatikan
Pap smear
- Menjelaskan syarat
pemeriksaan Pap smear
- Menjelaskan sasaran
pelaksanaan Pap smear
- Menjelaskan teknik
pemeriksaan Pap smear
- Menjelaskan kategori hasil
pemeriksaan Pap smear
3 13 menit Memberi kesempatan pada Mengajukan pertanyaan
peserta untuk bertanyadan
menjawab pertanyaan
4 3 Menit Evaluasi :
- Menanyakan kepada peserta - Menjawab & menjelaskan
tentang materi yang diberikan pertanyaan
dan (peserta dapat menjawab &
menjelaskan kembali
pertanyaan/materi)
5 1 Menit Terminasi :
- Mengucapkan terimakasih - Mendengarkan dan
kepada peserta membalas salam
- Mengucapkan salam
8. Pengorganisasian :
a. Pembimbing Klinik :
Pembimbing Pendidikan : Setya Woroningtyas S.Keb., Bd.
Membimbing mahasiswa dalam melakukan penyuluhan di ruang tunggu
poli obgyn RS Universitas Airlangga Surabaya
Moderator / Pembawa acara : Sita Aulia S.
Uraian tugas :
- Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada
peserta.
- Mengatur proses
- Menutup acara penyuluhan.
- Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
- Melakukan kontrak waktu.
- Menyebutkan materi penyuluhan yang akan diberikan
b. Penyuluh / Pemberi Materi : Merita Saloma
Saffitz
Uraian tugas :
- Menjelaskan dan memperagakan materi penyuluhan dengan jelas dan
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
- Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
- Memotivasi peserta untuk bertanya.
c. Fasilitator : Yulin Dwiya R.
Uraian tugas :
- Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
- Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
- Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
- Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang
jelas bagi peserta.
d. Observer : Qonita Hanifah
Uraian tugas :
- Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan.
- Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
- Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
- Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana penyuluhan.
- Mencatat pertanyaan dan jawaban yang diajukan peserta
- Membuat dan menyampaikan simpulan hasil penyuluhan
9. Kriteria Evaluasi
a. Kriteria struktur :
Peserta penyuluhan adalah semua orang di ruang tunggu poli
obgyn RS Universitas Airlangga Surabaya
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di ruang tunggu poli
obgyn RS Universitas Airlangga Surabaya
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan.
b. Kriteria Proses :
Ibu antusias terhadap materi penyuluhan.
Ibu konsentrasi mendengarkan penyuluhan.
Ibu mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
lengkap dan benar.
c. Kriteria Hasil :
Ibu dapat menjelaskan pengertian deteksi dini kanker serviks
Ibu dapat menjelaskan pentingnya melakukan deteksi dini kanker
serviks
Ibu dapat menjelaskan pengertian pap smear
Ibu dapat menjelaskan syarat pemeriksaan pap smear
Ibu dapat menjelaskan sasaran pelaksanaan pap smear
Ibu dapat menjelaskan teknik pemeriksaan pap smear
Ibu dapat menjelaskan kategori hasil peeriksaan pap smear
DAFTAR PUSTAKA
Andrijono, Dkk. 2010. Cegah Dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2016. Profil Kesehatan Jawa Timur.
Surabaya: Departemen Kesehatan RI
Dinas Kesehatan Kota Surabaya. 2016. Profil Kesehatan Kota Surabaya.
Surabaya: Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Hanafi, Ocviyanti dkk. 2009. Efektivitas Pemeriksaan Inspeksi Visual Dengan
Asam Asetat Oleh Bidan Sebagainya Upaya Mendeteksi Lesi Pra-Kanker
Serviks. Indonesia: Obstet Gynecol 27(1): 59-66.
Khinkova. 2010. Khinkova, Tanchev et all. The role of cytological examination in
diagnosis of precancer and cancer of the uterine cervix.
Maryanti, 2008. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Rasjidi, Iman dan Henri Sulistiyanto. 2007. Vaksin Human Papilloma Virus dan
Eradikasi Kanker Mulut Rahim. Malang: Sagung Seto.
____________. 2010. Manual Prakanker Servik. Jakarta. Sagung Seto
____________. 2012. 100 Questions And Answer Kanker Pada Wanita. Jakarta :
Agung Seto
Rock, John A. and Jones III Howard W. 2003. Te Lindes Operative Gynecology.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Samadi Priyanto .H. 2010. Deteksi dan Skrining Pencegahan Kanker Pada
Wanita. Jakarta : Sagung Seto
Sasieni, P., & Castanon, A. 2012. Dramatic increase in cervical cancer
registrations in young women in 2009 in England unlikely to be due to the
new policy not to screen women aged 20-24.England. J Med ScreenYatim,
Setiati. 2009. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta : Gramedia
Wijaya, D. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Servik. Yogyakarta :
Sinar Kejora
Wijayakusuma, Hembing. 2005. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta:
Puspa Swara
World Health Organization. 2007. Comprehensive Cervical Cancer Control. A
Guide to Essential Practice. WHO Library. Diunduh dari;
http://www.who.int/cervixcontrol/guidebank/world_ncp3.pdf Diakses 31
Setember 2017
World Health Organization. 2010. Schistosomiasis and soil transmitted helminths
countryprofile:.Diunduh dari;
http://www.who.int/wormcontrol/databank/Indonesia_ncp.pdf Diakses
tanggal 31 Setember 2017
World Health Organization. 2016. Prevention of Cervical Cancer Through
Screening Using Visual Inspection with Acetic Acid (VIA) and Treatment
with Cryotherapy. WHO library.
http://www.who.int/cervicalcancerprevention/databank/world _ncp5.pdf
Diakses tanggal 5 oktober 2017
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN
A. Kanker serviks
Kanker ini menyerang bagian peralihan rahim ke liang senggama
(vagina) dan jenis kanker yang menempati urutan pertama yang menyerang
wanita Indonesia. Pada umunya, penderita kanker leher rahim di Indonesia
baru berobat setelah stadium lanjut sehingga sukar diatasi karena pada
stadium ini ginekologi hanya dapat meringankan penderitaan. Di Negara
maju kanker serviks sudah agak menurun. Hal ini karena dilakukan upaya
pencegahan sekunder dan deteksi dini melalui program pap smear yang
dilakukan secara periodik dan teratur (Wijayakusuma, 2005).
Secara umum kanker serviks diklasifikasikan menjadi dua yaitu
kanker serviks preinvasif (stadium dysplasia dan karsinoma in situ) dan
kanker serviks invasif. Kanker serviks preinvasif dimulai dari perubahan
abnormal, minimal dari serviks sampai perubahan sel-sel kanker yang
menutupi serviks secara abnormal. Kanker serviks preinvasif kemungkinan
besar (75-90%) dapat disembuhkan jika diketahui sedini mungkin dan
dilakukan pengobatan yang tepat. Jika tidak diobati akan berubah menjadi
kanker serviks yang bersifat invasif sehingga sulit disembuhkan. Kanker
serviks invasif yaitu sel-sel kanker yang telah menembus bagian terdalam
dari jaringan serviks dan telah menyebar ke jaringan lain melalui pembuluh
getah bening (Wijayakusuma, 2005).
Gejala kanker serviks tergantung pada tingkat pertumbuhan
(stadium). Pada tahap dini (tingkat prakanker) sering tidak menimbulkan
gejala sama sekali, kecuali keluhan akibat infeksi seperti keputihan.
Kadang ditemukan adanya perdarahan vagina di luar masa haid, keluhan
sakit perdarahan setelah bersenggama, dan infeksi pada saluran dan
kandung kemih. Pada stadium lanjut mengakibatkan rasa sakit pada
panggul, perdarahan yang mirip air cucian daging dan berbau amis, nafsu
makan hilang, berat badan menurun, anemia karena perdarahan, dan timbul
fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal (Wijayakusuma, 2005).