Daging sapi merupakan sumber vitamin B dan mineral seperti zinc, fosfor,
dan zat besi yang baik dan penting untuk tubuh. Selain itu, dalam 100 gram
daging sapi terkandung sekitar 15 gram lemak (jenuh, tak jenuh tunggal, dan
tak jenuh rantai ganda) dan 26 gram protein. Protein dari daging sapi
(http://www.alodokter.com/mengolah-daging-sapi-dengan-benar)
yang lebih besar khususnya bagi bisnis komoditi yang bersifat elastis
1984 2015 secara umum cenderung meningkat rata-rata sebesar 2,68% per
tahun. Produksi daging sapi tahun 2012 hingga 2014 mengalami penurunan
dari Rp.508,91 ribu ton turun menjadi Rp.497,67 ribu ton, hal ini karena daya
beli masyarakat menurut yang di sebabkan tingginya harga daging sapi per
daging sapi naik sebesar 523,93 ribu ton dan populasi naik 5,21% dari tahun
2014 atau sebesar 15,49 juta ton, namun harga daging sapi tetap saja
yang terjadi saat ini sebagai dampak dari ketidak seimbangan antara kuota
sapi awalnya hanya untuk memenuhi segmen pasar tertentu, namun kini telah
daging sapi hingga tahun 2018 dengan pertumbuhan lebih besar dari
daging sapi hingga tahun 2018. Defisit daging sapi yang paling tinggi di
prediksi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 89,18 ribu ton. Prediksi
produksi pada tahun 2019 sebesar 666,69 ribu ton di harapkan akan terjadi
3. Tujuan
daging sapi dalam jumlah cukup besar. Sejauh ini peternakan domestik belum
pada suplai yang selalu mengalami kekurangan setiap tahunnya. Sementara laju
diimbangi oleh laju peningkatan populasi sapi potong. Pada gilirannya, pada
kondisi seperti ini memaksa indonesia untuk selalu melakukan impor, baik dalam
baik di Jawa maupun luar Jawa selama periode tahun 1984 2015
meningkat 1,89% (Lampiran 3.1. dan Gambar 3.1.). Pada periode lima tahun
terakhir (2011-2015)perkembangan populasi sapi potong meningkat hampir dua
11,94juta ekor pada tahun 1997. Namun populasi tersebut dari tahun ke
tahun terus menurun sampai dengan tahun 2001. Pada tahun 2002 dan
tahun 2003 terjadi peningkatan populasi sapi dan penurunan yang cukup
signifikan yaitu naik 10,60% dan turun 7,02%. Sejak tahun 2004 hingga tahun
bertahap dari 10,53 juta ekor menjadi 15,49 juta ekor, walaupun sempat
konsumsi daging sapi secara nasional, disisi lain kebutuhan konsumsi daging
sapi ditentukan oleh jumlah penduduk dan konsumsi daging sapi per kapita.
negara maju. Masyarakat Indonesia umumnya hanya makan daging sapi bila
Selama periode tersebut, harga daging sapi di tingkat konsumen naik sebesar
13,21% per tahun. Harga daging sapi periode lima tahun terakhir (2011-2015)
selama 5 tahun sebesar 9,58%. Kenaikan harga daging sapi tertinggi di tahun
karenakan konsumsi daging yang tinggi di hari-hari besar keagamaan dan hari
Trend harga daging sapi hampir selalu naik dan tidak pernah kembali ke
perubahan harga yang terjadi karena siklus produksi yang lama, teknologi
budidaya yang rendah dan usaha yang sambilan. Perlu ada pengendalian agar
kenaikan harga daging sapi tidak melonjak tajam seperti tahun 2014, sehingga
Ayudha, sudah ada sejak dulu dan dilakukan secara terang-terangan. Mereka
menamakan diri dengan berbagai macam nama dan saat itu menjadi lazim. Namun
setelah Sherman Antitrust Act muncul, perilaku kartel ini sudah tidak lagi dianggap
besar dalam suatu industri yang struktur pasarnya oligopoli cenderung tergoda
untuk berperilaku demikian. Kartel, jelas Ayudha, dibentuk dengan motif yaitu di
diraup oleh para kartelis juga tidak sedikit. Para kartelis bisa meraih keuntungan
yang berjumlah triliunan dalam satu komoditas. Salah satu contoh adalah nilai
kerugian yang diderita konsumen akibat kartel dalam SMS yang pernah diputus
triliun dalam rentang tiga tahun. Besarnya kerugian konsumen akibat ulah para
KPPU menyebut ancaman kartel lebih bahaya dari korupsi. Sebab selain nilai yang
dikeruk dari masyarakat sangat besar, masyarakat juga tidak sadar. Menurut
kejahatan pencarian keuntungan eksesif dengan cara yang tidak sehat. kartel
content/uploads/2014/01/Kompetisi_39.pdf)