Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelanggaran lalu lintas dewasa ini semakin memperihatinkan, tercatat di

wilayah hukum Satlantas Polresta Medan Tahun 2011, anggota POLRI menindak

langsung 139.291 1 kasus pelanggar lalu lintas ( tilang ). Kasus pelanggaran lalu

lintas yang terjadi ini berbanding lurus dengan kecelakaan lalu lintas, terbukti

selama tahun 2011 telah terjadi 1.702 kecelakaan lalu lintas 2. Data juga mencatat

sebanyak 77.988 tindakan langsung terhadap pelanggaran lalu lintas dilakukan

oleh anak sekolah.

Banyak sekali dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan pelanggaran

hukum, mulai dari yang ringan hingga yang berat 3. Pelanggaran ringan yang

kerap terjadi dalam permasalahan lalu lintas adalah seperti tidak memakai helm,

menerobos lampu merah, tidak memiliki SIM atau STNK , tidak menghidupkan

lampu pada siang hari, dan bonceng tiga dianggap sudah membudaya di kalangan

masyarakat dan anak-anak sekolah. Pelanggaran lalu lintas seperti itu dianggap

sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat pengguna jalan, sehingga tiap kali

dilakukan operasi tertib lalu lintas di jalan raya oleh pihak yang berwenang, maka

tidak sedikit yang terjaring kasus pelanggaran lalu lintas dan tidak jarang juga

karena pelanggaran tersebut kerap menimbulkan kecelakaan lalu lintas.

1
Data dari SATLANTAS Polresta Medan
2
Berita Sumut.com (http://beritasumut.com/index.php/younews/36-hukum-a-
kriminal/5898-2011-satlantas-polresta-medan-tangani-1702-lakalantas)
3
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung : Refika
Aditama, 2003, hlm 20
Aparat penegak hukum (polisi lalu lintas) berperan sebagai pencegah

(politie toezicht) dan sebagai penindak (politie dwang) dalam fungsi politik. Di

samping itu polisi lalu lintas juga melakukan fungsi regeling (misalnya,

pengaturan tentang kewajiban bagi kendaraan bermotor tertentu untuk melengkapi

dengan segitiga pengaman) dan fungsi bestuur khususnya dalam hal perizinan

atau begunstiging (misalnya, mengeluarkan Surat Izin Mengemudi) 4.

Mengendarai kendaraan secara kurang hati hati dan melebihi kecepatan

maksimal, tampaknya merupakan suatu perilaku yang bersifat kurang matang.

Walau demikian, kebanyakan pengemudi menyadari akan bahaya yang dihadapi

apabila mengendarai kendaraan dengan melebihi kecepatan maksimal tersebut.

Akan tetapi di dalam kenyataannya tidak sedikit pengemudi yang melakukan hal

itu, khususnya anak sekolah sehingga dalam pelanggaran lalu lintas tersebut tidak

sedikit yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

Peraturan perundang undangan yang mengatur masalah lalu lintas dan

angkutan jalan raya tidaklah sepenuhnya sinkron dan ada ketentuan ketentuan

yang sudah tertinggal oleh perkembangan masyarakat. Namun demikian tidaklah

berlebih lebihan untuk mengemukakan beberapa cara penegakan peraturan lalu

lintas yang menurut pengalaman akan lebih efisien.

Cara yang lazim disebutkan periodic reinforcement atau partial

reinforcement. Cara ini diterapkan apabila terhadap perilaku tertentu, tidak selalu

diberi imbalan atau dijatuhi hukuman. Kalau seorang pengemudi sudah

4
Soerjono Soekanto 2, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah Masalah
Sosial, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1989, hlm 58
terbiasakan menjalani rute jalan raya tertentu, maka ada kecenderungan untuk

melebihi kecepatan maksimal. Hal itu disebabkan oleh karena pengemudi

menganggap dirinya telah mengenal bagian dari jalan raya tersebut dengan baik.

Kalau pada tempat tempat tertentu dari jalan tersebut ditempatkan petugas

patroli jalan raya, maka dia tidak mempunyai kesempatan untuk melanggar batas

maksimal kecepatan. Akan tetapi apabila penempatan petugas dilakukan secara

tetap, maka pengemudi mengetahui kapan dia harus mematuhi peraturan lalu

lintas. Cara ini bertujuan untuk menghasilkan pengemudi yang berperilaku baik.

Cara kedua biasanya disebut conspicuous enforcement, yang biasanya bertujuan

untuk mencegah pengemudi mengendarai kendaraan secara membahayakan.

Dengan cara ini dimaksudkan sebagai cara untuk menempatkan mobil polisi atau

sarana lainnya secara menyolok, sehingga pengemudi melihatnya dengan sejelas

mungkin. Hal ini biasanya akan dapat mencegah seseorang untuk melanggar

peraturan. Cara ini bertujuan untuk menjaga keselamatan jiwa manusia dan sudah

tentu, bahwa kedua cara tersebut memerlukan fasilitas yang cukup dan tenaga

manusia yang mampu serta terampil. 5

Berdasarkan uraian diatas, maka dibuatlah sebuah penelitian dengan

menyusunnya menjadi sebuah skripsi yang berjudul : Kajian Hukum Mengenai

Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Anak Sekolah .

5
Ibid, hlm 79
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan oleh penulis

maka permasalahan yang akan dikemukakan penulis adalah :

1. Bagaimanakah pengaturan hukum mengenai pelanggaran lalu lintas yang

dilakukan oleh anak sekolah?

2. Apa saja yang merupakan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

penerapan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak

sekolah?

C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum mengenai pelanggaran lalu lintas yang

dilakukan oleh anak sekolah .

2. Untuk mengetahui apa sajakah faktor pendukung dan faktor penghambat

dalam penerapan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh

anak sekolah.

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

a. Manfaat Teoritis :

1. Menambah wawasan, memberikan informasi dan ilmu pengetahuan dalam

bidang hukum pidana, khususnya yang berkaitan dengan pelanggaran lalu

lintas yang dilakukan oleh anak sekolah

2. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat, lembaga hukum, badan

hukum, pemerintah dan aparat penegak hukum tentang eksistensi pasal-


pasal yang berkaitan dengan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh

anak sekolah.

b. Manfaat Praktis :

Memberikan masukan bagi pemerintah, aparat penegak hukum, dan

masyarakat tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam upaya menanggulangi

pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak sekolah tersebut.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini berjudul : Kajian Hukum Mengenai Pelanggaran

Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Anak Sekolah, merupakan hasil pemikiran

penulis sendiri, isi dari skripsi ini penulis ambil dari beberapa buku, undang-

undang, media cetak maupun media elektronik. Setelah itu peneliti memeriksa

judul-judul skripsi yang ada di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Medan, maka judul skripsi ini belum ada yang membuatnya, walaupun ada sudut

pandang dan pembahasannya berbeda. Dengan demikian keaslian penulisan

skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis, terutama secara ilmiah atau

secara akademik.

E. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Umum tentang Pelanggaran Lalu Lintas

Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan dijalan. Dalam

melakukan kegiatan dalam berlalu lintas diperlukan suatu peraturan yang dapat

digunakan untuk menjadi pedoman masyarakat dalam berlalulintas, sehingga

pelanggaran lalu lintas tidak terjadi. Namun, meskipun berbagai peraturan telah

dibuat, tetap saja pelanggaran lalu lintas kerap terjadi, bahkan tidak sedikit yang
menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Seperti yang kita ketahui, pengertian

pelanggaran adalah perbuatan (perkara) melanggar tindak pidana yang lebih

ringan dari pada kejahatan 6. Oleh karena itu, apabila seseorang telah melanggar

suatu peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah, contohnya dalam hal

pelanggaran lalu lintas, maka kepadanya akan dikenai hukuman yang sesuai

dengan apa yang diperbuatnya.

Tipe-tipe Pelanggaran di dalam Undang-Undang nomor 4 Tahun 1946

tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sebagai berikut : 7

1. Tentang pelanggaran keamanan umum bagi orang atau barang dan kesehatan

umum

2. Tentang pelanggaran ketertiban umum

3. Tentang pelanggaran penguasa umum

4. Tentang pelanggaran mengenai asal-usul dan perkawinan

5. Tentang pelanggaran terhadap orang yang memerlukan pertolongan

6. Tentang pelanggaran kesusilaan

7. Tentang pelanggaran mengenai tanah, tanaman dan pekarangan

8. Tentang pelanggaran jabatan

9. Tentang pelanggaran pelayaran

Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan yang bertentangan dengan lalu

lintas dan atau peraturan pelaksanaannya, baik yang dapat ataupun tidak dapat

6
W. J. Poerwagarnminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989,
hlm 98
7
Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, hlm 208
menimbulkan kerugian jiwa atau benda dan juga kamtibcarlantas 8 . Pelanggaran

lalu lintas ini tidak di atur dalam KUHP akan tetapi ada yang menyangkut delik

delik yang disebut dalam KUHP, misalnya karena kealpaannya menyebabkan

matinya orang (Pasal 359), karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka

berat, dan sebagainya (Pasal 360), karena kealpaannya menyebabkan bangunan-

bangunan, trem kereta api, telegram, telepon dan listrik dan sebagainya hancur

atau rusak (Pasal 409). 9

Definisi dan Pengertian Tindak Pidana Pelanggaran Lalu Lintas Menurut

Naning Ramdlon, adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang bertentangan

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan. 10 Pelanggaran

yang dimaksud tersebut adalah sebagaimana yang telah disebutkan di dalam

Undang-Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 326, apabila ketentuan

tersebut dilanggar, maka dikualifikasikan sebagai pelanggaran.

Jenis-jenis Pelanggaran Lalu Lintas Dalam Surat Keputusan Mahkamah

Agung, Menteri Kehakiman, JaksaAgung dan Kepala Kepolisian Republik

Indonesia tanggal 23 Desember 1992 dinyatakan ada 27 jenis pelanggaran yang

diklasifikasikan menjadi tiga bagian,yaitu :

1. Klasifikasi jenis pelanggaran ringan

8
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, Fungsi
Teknis Lalu Lintas, Semarang : Kompetensi Utama, 2009, hlm 6
9
Moeljatno, op.cit, hlm 178
10
Mohammad Yakup, Pelaksanaan Diskresi Kepolisian Pada Satuan Lalu Lintas di
Lingkungan Polresta Malang, Skripsi tidak diterbitkan, Malang Fakultas Hukum, 2002, Hlm .9.
2. Klasifikasi jenis pelanggaran sedang

3. Klasifikasi jenis pelanggaran berat

Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan, bahwa dari ketentuan Pasal 316 ayat (1) Undang-Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dapat

diketahui jelas mengenai pasal-pasal yang telah mengatur tentang pelanggaran

Lalu Lintas, antara lain : Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 281,

Pasal 282,Pasal 283, Pasal 284, Pasal 285, Pasal 286 , Pasal 287, Pasal 288,

Pasal289, Pasal 290, Pasal 291, Pasal 292, Pasal 293, Pasal 294, Pasal 295,Pasal

296, Pasal 297, Pasal 298, Pasal 299, Pasal 300, Pasal 301, Pasal302, Pasal 303,

Pasal 304, Pasal 305, Pasal 306, Pasal 307, Pasal 308,Pasal 309, dan Pasal 313 .

2. Tinjauan umum tentang tugas dan kewenangan POLRI

2.1 Pengertian Polisi

Kata Polisi berasal dari kata Yunani yaitu Politea. Kata ini pada mulanya

dipergunakan untuk menyebut orang yang menjadi warga negara dari kota

Athena, kemudian pengertian itu berkembang menjadi kota dan dipakai untuk

menyebut semua usaha kota. Oleh karena pada jaman itu kota-kota merupakan

negara yang berdiri sendiri, yang disebut juga Polis, maka Politea atau Polis

diartikan sebagai semua usaha dan kegiatan negara, juga termasuk kegiatan

keagamaan. 11

11
Andi Munwarman, Sejarah Singkat POLRI .http:/ /www.Hukum Online.com
/ hg/narasi/ 2004/04/21/nrs,20040421-01, id. html. (diakses25 April 2012)
Di dalam perkembangannya, sesudah pertengahan Masehi, agama Kristus

mendapat kemajuan dan berkembang sangat luas. Maka semakin lama urusan dan

kegiatan agama menjadi semakin banyak, sehingga mempunyai urusan khusus

dan perlu diselenggarakan secara khusus pula, akhirnya urusan agama dikeluarkan

dari usaha Politea (Polis Negara/kota). 12

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata Polisi adalah suatu

badan yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap

orang yang melanggar hukum), merupakan suatu anggota badan pemerintahan

(pegawai negara yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban). 13

Para cendekiawan di bidang Kepolisian menyimpulkan bahwa dalam kata

Polisi terdapat 3 pengertian, yaitu : 14

1. Polisi sebagai fungsi

2. Polisi sebagai oran kenegaraan

3. Polisi sebagai pejabat / tugas

12
ibid
13
Poerwagarnminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,Jakarta: Balai Pustaka, 1989, hlm
320
14
Andi Munwarman, op.cit, hlm 3
Menurut Pasal 2 Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentangKepolisian

Negara Republik Indonesia fungsi POLRI adalah: 15

Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negaradi bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanankepada masyarakat.

Dalam menjalankan fungsi sebagai aparat penegakan hukum, polisi wajib

memahami azas-azas hukum yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

pelaksanaan tugas, yaitu sebagai berikut :

1. Asas legalitas, dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak hukum wajib

tunduk pada hukum.

2. Asas kewajiban, merupakan kewajiban polisi dalam menangani permasalahan

masyarakat yang bersifat diskresi, karena belum diatur dalam hukum

3. Asas partisipasi, dalam rangka mengamankan lingkungan masyarakat polisi

mengkoordinasikan pengamanan Swakarsa untuk mewujudkan ketaatan

hukum di kalangan masyarakat.

4. Asas preventif, selalu mengedepankan tindakan pencegahan daripada

penindakan (represif) kepada masyarakat.

5. Asas subsidiaritas, melakukan tugas instansi lain agar tidak menimbulkan

permasalahan yang lebih besar sebelum ditangani oleh instansi yang

membidangi. 16

15
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia
16
Bisri Ilham, Sistem Hukum Indonesia, Jakarta : Grafindo Persada, 1998, hlm 32
Dalam pasal 4 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia diatur juga tentang tujuan dari POLRI yaitu :

Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan

dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat,

tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Kedudukan POLRI sekarang berada di bawah Presiden menurut pasal 8

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 yang menyatakan :

1. Kepolisian Negara Republik Indonesia berada di bawah Presiden.

2. Kepolisian Negara Republik Indonesia dipimpin oleh KaPOLRI yangdalam

pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden sesuai dengan

peraturan perundang undangan.

Dalam hal ini mengenai tugas dan wewenang POLRI di atur dalam Bab III

mulai pasal 13 sampai 14, yang berbunyi :

Pasal 13 : Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah

a) memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;


b) menegakkan hukum; dan
c) memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

Pasal 14 :

1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,


Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :
a) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
b) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban,dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap
hukum dan peraturan perundang-undanga n;
d) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
f) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-
bentuk pengamanan swakarsa;
g) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya;
h) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian;
i) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana
termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia;
j) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara
sebelumditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
k) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannyadalam lingkup tugas kepolisian; serta
l) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf

f diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Menurut semboyan

Tribrata, tugas dan wewenang POLRI adalah :

Kami Polisi Indonesia :

a) Berbhakti kepada Nusa dan Bangsa dengan penuh Ketaqwaan


TerhadapTuhan Yang Maha Esa.
b) Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kemanusiaan dalam
menegakkan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
c) Senantiasa Melindungi, mengayomi dan Melayani masyarakat dengan
Keikhlasan utuk mewujudkan keamanan dan ketertiban. 17

Tugas dan wewenang Polisi ini harus dapat dijalankan dengan baik agar

tujuan Polisi yang tertuang dalam pasal-pasal dari Undang-Undang Kepolisian

yaitu untuk menjamin tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya ketenteraman

masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan negara, terselenggaranya

fungsi pertahanan dan keamanan negara, tercapainya tujuan nasional dengan

menjunjung fungsi hak asasi manusia dapat terlaksana.

2.2 Tugas dan Fungsi di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Polisi lalu lintas adalah bagian dari kepolisian yang diberi tangan khusus

di bidang lalu lintas dan karenanya merupakan pengkhususan (spesifikasi) dari

tangan polisi pada umumnya. Karena kepada polisi lalu lintas diberikan tugas

yang khusus ini, maka diperlukan kecakapan teknis yang khusus pula. Akan

tetapi, walaupun demikian hal ini tidaklah menghilangkan atau mengurangi tugas

pokok yang dibebankan kepada setiap anggota POLRI, karena itu berhadapan

dengan keadaan yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban pada

umumnya, maka polisi lalu lintas pun harus bertindak .

17
Susprianto,TugasPolisi(onlinea),http://peperonity.com/go/sites/mview/susprianto/ 1532
4663.(di akses 27 April 2012 )
2.3 Tugas Polisi Lalu Lintas

Polisi Lalu Lintas adalah bagian dari polisi kota dan mewujudkan susunan

pegawai-pegawai lalu lintas di jalan-jalan. Tugas polisi lalu lintas dapat dibagi

dalam dua golongan besar, yaitu :

1) Operatif :

a) memeriksa kecelakaan lalu lintas

b) mengatur lalu lintas

c) menegakkan Hukum lalu lintas

2) Administrative

a) mengeluarkan Surat Izin Mengemudi

b) mengeluarkan Surat Tanda Kendaraan Bermotor

embuat statistic/grafik dan pengumpulan semua data yang berhubungan

dengan lalu lintas 18

2.4 Fungsi Polisi dibidang Lalu Lintas

Fungsi Kepolisian Bidang Lalu Lintas (fungsi LANTASPOL)dilaksanakan

dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi:

1) Penegakan hukum lalu lintas (Police Traffic Law Enforcement ),yang dapat

bersifat preventif yaitu pengaturan, penjagaan, dan patroli lalu lintas dan

represif yaitu penindakan hukum terhadap para pelanggar lalu lintas dan

penyidikan kecelakaan lalu lintas

2) Pendidikan masyarakat tentang lalu lintas (Police Traffic Education)

18
http://ml.scribd.com/doc/58869746/8/Tugas-polisi-Lalu-lintas diakses pada tanggal 28
April 2012
3) Enjinering lalu lintas (Police Traffic Enginering)

4) Registrasi dan identifikasi pengemudi serta kendaraan bermotor. 19

Dalam rangka penyelenggaraan fungsi LANTASPOL, tersebut polisi lalu

lintas berperan sebagai :

1) Aparat penegak hukum perundang-undangan lalu lintas dan

peraturan pelaksananya;

2) Aparat yang mempunyai wewenang Kepolisisan Umum;

3) Aparat penyidik kecelakaan lalu lintas;

4) Aparat pendidikan lalu lintas terhadap masyarakat;

5) Penyelenggaran registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan

bermotor;

6) Pengumpul dan pengelola data tentang lalu lintas; Unsur bantuan

pengelola data bantuan teknis melalui unit-unit patroli jalan raya (PJR) . 20

3. Penegakan Hukum Pidana di Indonesia

Menurut Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang

dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan

kehendak bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum tentang

kemerdekaan 21. Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia.

Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan

hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi juga dapat terjadi juga

19
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, op. cit, hlm
14
20
Naning Ramadahan, Menggairahkan kesadaran Hukum Masyarakat Dan Disiplin
Penegak Hukum Dalam Lalu Lintas ,Surabaya : Bina ilmu, 1983, hlm 26
21
C.S.T.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonessia, Jakarta : Balai
Pustaka, hlm 34
karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini, hukum yang dilanggar itu harus

ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah menjadikan kenyataan. Dalam

menegakkan hukum, ada 3 unsur yang harus diperhatikan, yakni : kepastian

hukum (rechtssicherheit), kemanfaatan (zweckmassigkeit) dan keadilan

(gerechtigkeit). 22

Soerjono menyatakan bahwa Penegakan Hukum adalah adalah mencakup

proses tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang

pengadilan negeri, upaya hukum dan eksekusi 23. Selain itu penegakan hukum juga

mengandung arti keseluruhan kegiatan dari para pelaksana penegak hukum kearah

tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat

manusia, ketertiban dan ketenteraman dan kepastian hukum sesuai dengan

Undang-Undang Dasar 1945. Penegakan hukum yang dikaitkan dengan

perlindungan masyarakat terhadap kejahatan tentunya berkaitan dengan masalah

penegakan hukum pidana. Tujuan ditetapkannya hukum pidana adalah sebagai

salah satu sarana politik criminal yaitu untuk perlindungan masyarakat yang

sering pula dikenal dengan istilah sosial defence 24

Menurut Arief Barda Nawawi, fungsionalisasi hukum pidana diartikan

sebagai upaya untuk membuat hukum pidana dapat berfungsi, beroperasi atau

bekerja dan terwujud secara konkret. Istilah fungsionalisasi atau konkretisasi

22
Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Yogyakarta : PT Citra
Aditya Bhakti, hlm 1
23
Ibid, hlm 36
24
Arief Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan
Hukum Pidana, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 1998, hlm.11
25
hukum pidana yang pada hakekatnya sama dengan pengertian hukum pidana.

Dalam proses penegakan hukum, bukan merupakan tanggung jawab aparatur

penegak hukum semata, tetapi merupakan tanggung jawab masyarakat dalam

upaya menghadapi, menanggulangi berbagai bentuk kejahatan yang merugikan

dan meresahkan masyarakat itu sendiri.

Penegakan hukum juga merupakan kegiatan menyerasikan hubungan nilai-

nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah, pandangan-pandangan yang mantap

dan mengejewantahkannya dalam sikap dan tindakan sebagai serangkaian

penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan kedamaian pergaulan hidup.

Tegaknya hukum ditandai oleh beberapa faktor yang saling terkait sangat erat

yaitu hukum dan aturannya sendiri. 26

Penegakan hukum tidak hanya mencakup law enforcement tetapi juga

peach maintenance. Menurut Friedman dalam penegakan hukum pidana


27
dipengaruhi oleh 3 aspek penting, yakni :

1. Legal Structure (struktur hukum), dapat diartikan sebagai institusi yang

menjalankan penegakan hukum dengan segala proses yang berlangsung

didalamnya. Institusi ini dalam sistem yang terdiri atas kepolisian, kejaksaan,

pengadilan dan lembaga pemasyarakatan yang menjamin berjalannya proses

peradilan pidana.

25
Ibid , hlm 13
26
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada, 1983, Hlm 3.
27
Mahmud Mulyadi, Politik Hukum Pidana, Bahan Kuliah di Fakultas Hukum USU, hlm
5
2. Legal Substance ( substansi hukum), adalah aturan, norma, dan pola perilaku

nyata manusia yang berada di dalam sistem tersebut. Substansi hukum tidak

hanya terpusat pada hukum yang tertulis saja (law in the book), tetapi juga

mencakup hukum yang hidup di masyarakat (the living law).

3. Legal Culture (budaya hukum), sebagai sikap masyarakat terhadap hukum dan

sistem hukum itu sendiri. Sikap masyarakat ini mencakup kepercayaan , nilai-

nilai dan ide-ide, serta harapan mereka tentang hukum dan sistem hukum. Hal

ini karena pada hakikatnya penegakan hukum merupakan proses penyesuaian

antara nilai-nilai, kaidah-kaidah dan pola prilaku nyata,yang bertujuan untuk

mencapai kedamaian. Oleh karena itu tugas utama penegakan hukum adalah

mencapai keadilan.

Penegakan hukum dalam Negara dilakukan secara preventif dan represif.

Penegakan hukum secara preventif diadakan untuk mencegah agar tidak dilakukan

pelanggaran hukum oleh warga masyarakat dan tugas ini pada umumnya

diberikan pada badan-badan eksekutif dan kepolisian. Penegakan hukum represif

dilakukan apabila usaha preventif telah dilakukan ternyata masih juga terdapat

pelanggaran hukum. Berdasarkan hal tersebut, maka hukum haruslah ditegakkan

secara represif oleh alat-alat penegak hukum yang diberi tugas yustisional.

Penegakan hukum represif pada tingkatnya operasionalnya (pelaksanaannya)

didukung dan melalui berbagai lembaga yang secara organitoris terpisah satu

dengan yang lainnya, namun tetap berada dalam kerangka penegakan hukum,

mulai dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan, sampai kepada lembaga

pemasyarakatan.
Dalam penegakan hukum harus memperhatikan kemanfaatan atau

kegunaannya bagi masyarakat, sebab hukum justru dibuat untuk kepentingan

masyarakat, jangan sampai terjadi pelaksanaan dan penegakan hukum nerugikan

masyarakat yang pada akhirnya akan menimbulkan keresahan. Penegakan hukum

juga merupakan proses sosial yang melibatkan lingkungannya, oleh karena itu

penegakan hukum akan bertukar aksi dengan lingkungannya yang bisa disebut

pertukaran aksi dengan unsur manusia, sosial budaya, politik dan lain sebagainya,

jadi penegakan hukum dipengaruhi oleh berbagai macam kenyataan dan keadaan

yang terjadi dalam masyarakat.

Soerjono Soekanto membuat perincian faktor-faktor yang mempengaruhi

penegakan hukum sebagai berikut :

1. Faktor hukumnya sendiri,misalnya undang-undang

2. Faktor penegakan hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun

menerapkan hukum

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau

diterapkan

5. Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasanya yang didasarkan pada

karsa manusia didalam pergaulan hidup. 28

Kelima faktor tersebut diatas saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena

merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada

efektifitas penegakan hukum. Unsur-unsur yang terkait dalam menegakkan hukum

28
Soerjono Soekanto, op.cit. hal.8
hanya diperhatikan kepastian hukum saja, maka unsur-unsur lainnya dikorbankan.

Demikian pula kalau yang diperhatikan hanyalah kemanfaatan, maka kepastian

hukum dan keadilan dikorbankan dan begitu selanjutnya. Asas

penegakan hukum yang cepat, tepat, sederhana dan biaya ringan, hingga saat ini

belum sepenuhnya mencapai sasaran seperti yang diharapkan masyarakat. Sejalan

dengan itu pula masih banyak ditemui sikap dan perilaku aparat penegak hukum

yang merugikan masyarakat maupun keluarga korban. Harus diakui pula bahwa

banyak anggota masyarakat yang masih sering melakukan hal-hal yang

bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, contohnya yaitu mempengaruhi

aparatur hukum secara negative dan bertentangan dengan ketentuan yang berlaku

pada proses penegakan hukum yang bersangkutan, yang ditujukan kepada diri

pribadi,keluarga atau anak/kelompoknya. 29

F. Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan masalah.

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan metode yuridis

normatif, yaitu : pendekatan yang bertitik tolak dari ketentuan peraturan

perundang undangan dan diteliti dilapangan untuk memperoleh faktor

pendukung dan hambatannya. 30 Pendekatan yuridis normatif ini merupakan

29
Soejono Soekonto, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta : Rineka
Cipta, 1996, hlm 1
30
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta : Rajawali, 1985, hlm 17.
pendekatan dengan berdasarkan norma norma atau peraturan perundang

undangan yang mengikat serta mempunyai konsekuensi hukum yang jelas.

Melalui pendekatan yuridis normatif ini diharapkan dapat mengetahui

tentang suatu peraturan perundang undangan yang berlaku, khususnya Kitab

Undang Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, Undang Undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan Undang

Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

dapat diterapkan dalam mengkaji dan membahas permasalahan permasalahan

dalam penelitian ini.

2. Sumber data.

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data

sekunder. Sumber data primer adalah asal data yang diperoleh langsung dari

sumbernya, sedangkan sumber data sekunder adalah asal data yang diperoleh

tidak langsung dari sumbernya. Dalam hal ini sumber data primernya adalah

Bapak M. Sitorus,S.H, selaku Anggota Kesatuan Lalu Lintas Kepolisian Resort

Kotamadya Medan, sedangkan sumber data sekundernya adalah berupa berupa

buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan khususnya Kitab Undang

Undang Hukum Pidana, Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan dan Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, catatan catatan yang relevan, koran,

majalah dan dokumen serta hasil penelitian yang ada hubungannya dengan

permasalahan yang dikemukakan.


3. Prosedur pengumpulan dan pengolahan data.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dua

cara yaitu studi lapangan, dengan memperoleh data-data jumlah pelanggaran lalu

lintas dari Satlantas Polresta Medan dan kemudian studi kepustakaan. Studi

lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer atau data yang langsung dari

sumbernya dengan mengadakan wawancara dan observasi. Wawancara adalah

suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan

memperoleh informasi. Dalam wawancara ini pertanyaan dan jawaban diberikan

secara verbal. Wawancara saya lakukan dengan Bapak M. Sitorus, S.H, selaku

Anggota Kesatuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kotamadya Medan, Kemudian

studi kepustakaan saya berusaha untuk mendapatkan data sekunder atau data yang

tidak langsung dari sumbernya dengan metode dokumenter, yaitu dengan cara

membaca dan menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan

terutama Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang Undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Undang Undang Hukum Acara Pidana, Undang

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan

Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia, catatan kuliah, dokumen serta hasil penelitian yang ada hubungannya

dengan judul skripsi ini.

Selanjutnya dari data yang terkumpul tersebut masih merupakan bahan mentah

maka hal itu perlu diolah. Pengolahan data adalah kegiatan merapikan hasil
pengumpulan data di lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisis. 31 Prosedur

pengolahan data dimulai dengan memeriksa data secara korelatif yaitu yang

hubungannya antara gejala yang satu dengan yang lain, sehingga tersusunlah

karya yang sistematis.

4. Analisis data.

Analisis data adalah proses menafsirkan atau memaknai suatu data.

Analisis data sebagai tindak lanjut proses pengolahan data merupakan pekerjaan

seorang peneliti yang memerlukan ketelitian, dan pencurahan daya pikir secara

optimal, dan secara nyata kemampuan metodologis peneliti diuji. 32 Hasil analisis

ini diharapkan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan

dalam skripsi ini dan akhirnya dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan

serta memberikan saran seperlunya. Adapun analisis data yang saya lakukan

adalah menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan

secara lengkap kualitas dan karateristik dari data-data yang sudah terkumpul dan

sudah dilakukan pengolahan, kemudian dibuat kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini terdiri dari 4 bab, dan setiap bab terbagi atas beberapa sub-sub bab,

untu mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat

digambarkan sebagai berikut :

31
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta : Sinar Grafika, 1996,
hlm. 72.
32
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002,
hlm 7.
BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian

penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika

penulisan skripsi.

BAB II : PENGATURAN HUKUM MENGENAI PELANGGARAN

LALULINTAS YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

SEKOLAH

Dalam bab ini diuraikan mengenai pengaturan hukum mengenai

pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak sekolah,

pengaturan sanksi pidana, faktor-faktor penyebab terjadinya

pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak sekolah, dan

upaya penanggulangan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh

anak sekolah.

BAB III : FAKTOR PENDUKUNG DAN FAKTOR PENGHAMBAT

DALAM PENERAPAN HUKIUM TERHADAP

PELANGGARAN LALU LINTAS YANG DILAKUKAN

OLEH ANAK SEKOLAH

Dalam bab ini diuraikan mengenai penerapan hukum pelanggaran

lalu lintas yang dilakukan oleh anak sekolah menurut undang

undang nomor 22 tahun 2009, Faktor pendukung penerapan hukum

pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak sekolah,

hambatan penerapan hukum pelanggaran lalu lintas yang dilakukan


oleh anak sekolah, upaya penanggulangan untuk mengatasi

hambatan penerapan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas yang

dilakukan oleh anak sekolah

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran penulis

berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai