PENDAHULUAN
Perkosaan adalah kejahatan yang sangat serius. Ini adalah kejahatan yang
menginjak-injak martabat kemanusiaan. Akibat dari perkosaan tidak hanya terjadi
pada korban saja. Secara sosial, perkosaan membuat masyara-kat semakin cemas.
Bahkan dapt menghilangkan peran sosial korbannya da-lam masyarakat.
Penderitaan korban tidak hanya dialami saat terjadi kasus. Secara psikologis,
korban menderita sepanjang hidupnya. Ia bisa menjadi depresi, kecemasan yang
berkepanjangan bahkan dapat mendorongnya un-tuk melakukan tindakan bunuh
diri.
Bahkan bagi korban yang dapat bertahan secara mental masih juga
mendapat stigma negatif dari masyarakat. Bagi yang kasusnya terekspos, mereka
mengalami perkosaan kedua oleh media, polisi dan penegak hukum (saat pro ses
penyidikan hingga pengadilan).
Kejahatan lain yang tak kalah kejinya adalah pencabulan pada anak-anak.
Kita sering mendengar kasus seorang guru ngaji yang mencabuli san-tri-santrinya.
Guru menghukum muridnya dengan mencabuli mereka. Ayah yang mencabuli anak
tiri -bahkan- anak kandungnya. Rohaniawan terkenal dilaporkan banyak
pengikutnya karena melakukan pencabulan. Dan di Ame-rika Serikat, Italia dan
Australia di kejutkan dengan kasus para pendeta yang mencabuli anak-anak murid
sekolah minggu dengan korban mencapai ratu-san.
c. Domination Rape atau Power Rape. Yaitu suatu perkosaan yang ter jadi
ketika pelaku mencoba untuk gigih atas kekuasaan dan superio-ritas
terhadap korban. Tujuannya adalah penaklukan seksual, pelaku menyakiti
korban, namun tetap memiliki keinginan berhubungan sek sual.
b. War Rape. Perkosaan yang terjadi dalam konteks perang atau wila-yah
konflik. Kasus yang terjadi di Rwanda, Bosnia, Palestina adalah contoh-
contoh kontemporer. Perkosaan dilakukan untuk melemah-kan mental
musuh. Memberikan penghinaan pada mereka. Dan seba-gai sebuat taktik
perang. Di Rwanda dan Bosnia bahkan termasuk da-lam kejahatan perang
pemusnahan etnik. Di Indonesia terjadi saat kasus DOM di Aceh, Timor-
Timur, dan pada saat penjajahan Jepang dengan jugun ianfu-nya. Dalam
kasus konflik antar etnis terjadi saat peristiwa Mei 1998 (walau lebih
bermotif anger rape), Poso, Maluku, dan di dunia internasional kita
mendengar berita dari Myanmar.
d. Gang Rape. Perkosaan yang dilakukan oleh sekelompok anggota gang atau
gerombolan. Biasanya dijadikan sebagai ajang ujian kejantanan bagi
anggota gang yang baru yang kemudian digilir oleh anggota gang tersebut.
Kasus yang sempat terjadi pada putri salah satu pejabat di Tuban merupakan
salah satu contohnya. Contoh lain adalah kasus perkosaan dalam angkot
yang sempat menghebohkan kota Depok dan kediri. Dan kasus semacam ini
semakin marak. Bahkan beberapa pela-kunya masih berstatus pelajar.
e. Date Rape. Perkosaan yang terjadi antara kekasih (saat pacaran). Pa-da
kasus ini bermotif seductif rape. Dan saat si perempuan menolak maka
terjadilah perkosaan. Kasus ini pun makin marak akhir-akhir ini. Biasanya
pelaku memaksa si laki-laki untuk menenggak minuman ke-ras terlebih
dahulu untuk mengurangi.menghilangkan penolakan dari si perempuan.
Pengertian
Child Moestation berasal dari dua kata bahasa Inggris Child yang be-rarti
anak-anak, dan Molestation yang berarti menganiaya, menyiksa. Secara bahasa
Child Moestationi berarti penganiayaan anak.
(1) Barang siapa dengan hadiah atau perjanjian akan member uang atau barang,
dengan salah memakai kekuasaan yang timbul dari pergaulan atau dengan
memperdayakan, dengan sengaja mengajak orang di bawah umur yang tidak
bercacat kelakuanya, yang diketahuinya atau patut dapat disang kanya dibawah
umur, mengerjakan perbuatan cabul dengan dia atau mem biarkan perbuatan
cabul itu dengan dia, di hukum dengan hukuman pen-jara selama-lamanya lima
tahun.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Kejaksaan Agung pada 2006 dan telah
diteruskan ke Komite Anak Dunia, 82% dari total 600 kasus yang tertangani atau
482 kasus berkaitan dengan tindak pencabulan dan perkosa-an terhadap anak
(mediaindonesia.com seperti dikutip gugustugastraffick-ing.org).
Hukumonline.com mengutip Kepala Subdit III Direktorat Tindak Pi-dana Umum
Bareskrim Mabes Polri, Kombes Pol. Napoleon Bonaparte, bah-wa data yang
terekap di Maber Polri menyebutkan pada 2011 terjadi 128 ka-sus pencabulan yang
dilakukan anak (belum termasuk yang dilakukan oleh orang dewasa). Anakbangsa-
ku.blogspot.com melaporkan berdasar rilisan KPAID Langkat pada tahun 2011
terjadi kasus pencabulan sebanyak 16 kasus, 9 di antaranya kasus pencabulan yang
dilakukan orangtua terhadap anak-anak. Kompas.com melaporkan bahwa di Bone,
Sulawesi Selatan, kasus ke-kerasan terhadap anak yang di tangani Lembaga
Pemerhati Perempuan dan Anak (LPPA) meningkat dari 85 kasus pada tahun 2011
men-jadi 127 kasus pada 2012 dan 27 diantaranya adalah kasus pencabulan anak.
Begitu juga di Sumatra Utara, sebagaimana dilaporkan KPAID Sumut bahwa 30%
atau 46 kasus perkosaan dan pencabulan pada anak terjadi selama tahun 2011
(waspada.co.id)
3.1. Kesimpulan
Perkosaan adalah suatu tindakan kriminal di mana si korban dipaksa
untuk melakukan aktivitas seksual, khususnya penetrasi dengan alat kelamin,
di luar kemauannya sendiri. Perkosaan sekarang dikenal sebagai sebuah
tindak kriminal perilaku penyerangan terhadap suatu anggota dari suatu
kelompok seksual oleh suatu anggota kelompok seksual lainnya. Dalam
pengertian lain, perkosaan adalah segala bentuk pemaksaan hubungan
seksual. Dalam perundang-undangan yang ada di Indonesia, Suatu kasus yang
dapat menunjukkan bahwa pihak penyidik membutuhkan keterangan ahli
dalam tindakan penyidikan yang dilakukannya yaitu pada pengungkapan
kasus perkosaan. Kasus kejahatan kesusilaan membutuhkan bantuan
keterangan ahli dalam penyidikannya. Keterangan ahli yang dimaksud ini
yaitu keterangan dari dokter yang dapat membantu penyidik dalam
memberikan bukti berupa keterangan medis yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai keadaan korban. Kekerasan seksual masih
merupakan hal yang tabu dan memalukan di lingkungan masyarakat. Karena
tindak perkosaan dapat memberi dampak psikologis yang besar bagi
korbannya, kasus perkosaan seringkali gagal terungkap dan terdapat banyak
kesulitan dalam pembuktiannya, terutama di Indonesia. Pembuktian secara
kedokteran pada setiap kasus kejahatan kesusilaan, seperti perkosaan,
sebenarnya terbatas di dalam upaya pembuktian ada tidaknya tanda-tanda
persetubuhan, tanda-tanda kekerasan, perkiraan umur, serta pembuktian
apakah seseorang itu memang sudah pantas atau sudah mampu untuk
dikawini atau tidak. Proses pemeriksaan tersebut harus dilakukan dengan
teliti dan sewaspada mungkin, pemeriksa juga harus yakin akan semua bukti
yang ditemukannya.