HPLC
HPLC
1. Prinsip
Pemisahan komponen-komponen dalam campuran berdasarkan perbedaan interaksi
antara analit (solut-solut) atau fasa gerak dengan fasa diam dalam kolom. Dimana fasa
gerak dialirkan melalui kolom dengan bantuan pompa tekanan tinggi yaitu sebesar
400 atm hingga setiap komponen terpisah dalam kolom dan melewati detektor.
Sampel yang diinjeksikan kedalam aliran fasa gerak kemudian larut dalam solvent.
Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan lebih cepat keluar
dari kolom, dan sebaliknya. Setiap komponen yang keluar akan dideteksi oleh
detektor dan direkam dalam bentuk kromatogram.
Kromatogram HPLC terdapat puncak-puncak atau peak, dimana jumlah peak
menyatakan jumlah komponen; luas area peak menyatakan konsentrasi komponen
dalam Ukuran kolom sama dengan fase normal namun silika yang digunakan
dimodifikasi menjadi bersifat non-polar karena terikat dengan hidrokarbon rantai
panjang, yaitu 8-18 atom karbon. Pelarut yang digunakan adalah pelarut polar.
Komponen non-polar akan berinteraksi dengan gugus hidrokarbon akibat dari gaya
dispersi van der waals. Oleh karena itu, komponen polar akan lebih cepat keluar
melewati kolom.
Jenis fasa gerak yang digunakan, bila dikelompokkan berdasarkan kepolaran fasa
diam dan fasa geraknya maka dibedakan menjadi dua, yaitu :
6. Detektor
Jenis-jenis detektor yang digunakan dalam HPLC ada 3, yaitu :
a. Detektor fluorescence
Detektor fluorescence memberikan sensitifitas yang lebih tinggi
dibandingkan detekor UV serta selektif sehingga dapat mengkuantisasi dan
mengidentifikasi komponen dan impurities dalam kompleks matriks yang
konsentrasinya sangat kecil (trace level analysis). Namun, detektor ini hanya
digunakan untuk material yang fluorescence.
b. Detektor (UV) absorpsi
Sinar ultraviolet diarahkan melewati sel dan sensor mengukur banyaknya
sinar yang terlewatkan melalui sel. Apabila komponen terelusi dari kolom
dimana komponen tersebut menyerap sinar, hal itu akan mengubah banyaknya
sinar yang sampai ke sensor. Hasil perubahan sinar elektrik ini diperjelas oleh
amplifier dan diteruskan ke rekorder atau sistem data.
1. Pendahuluan
Turki merupakan mayor produsen buah aprikot baik dalam bentuk kering maupun
buah segar dimana jumlahnya mencapai 800000 sampai 100000 ton per tahun. Dalam
pengolahannya, terutama pada aprikot kering diaplikasikan surlfur dioksida untuk
melindungi karakter warna kuning keemasan dari aprikot kering yang dimana
merupakan komponen bioaktif yaitu asam-asam organik dan karoenoid. Asam-asam
organik dalam aprikot diantaranya asam malat, asam oksalat, asam sitrat, dan asam
suksinat. Asam-asam organik ini diproduksi di dalam mitokondria dan disimpan di
vakuola. Waktu penyimpanan aprikot dapat mempengaruhi jumlah asam-asam
organik dalam buah aprikot. Pemberian sulfur dioksida mempengaruhi laju respirasi
pada buah aprikot pada masa penyimpanan sehingga mempengaruhi metabolisme dari
asam-asam organik tersebut. Sulfur dioksida diketahui meiliki aktifitas antioksidan
yang tinggi dan dapat melindungi karotenoid dari oksidasi.
2. Metode
a. Pensulfuran
Aprikot segar dimasukan kedalam chamber kemudian dialiri gas sulfur
dioksida dalam waktu yang bervariasi sehingga didapatkan konsentrasi sulfur
dioksida pada buah yang beragam. Kemudian buah dikeringkan dibawah sinar
matahari selama 7 hari dan disimpan selama 379 hari.
b. Analisis
1) Preparasi sampel untuk analisis
Setiap sampel aprikot diambil dari inkubator kemudian dihaluskan dan
dihomogenkan. Untuk analisa asam-asam organik dan b-karoten,
dilakukan ekstraksi terlebih dahulu.
2) Instrumentasi dan kromatografi
Pemisahan dan kuantifikasi asam-asam organik dilakukan dengan
bantuan instrumen HPLC dengan pompa biner, detektor photo diode
array (PDA), sampler automatis.
Pada analisa beta karoten dilakukan dengan kurva kalibrasi dimana
range kurva kalibrasi antara 0-40 mg/L yang terdiri dari 8 poin data
yaitu pada 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, dan 40 mg/L.
3. Hasil dan pembahasan
a. Efek konsentrasi sulfur dioksida pada asam-asam organik selama masa
penyimpan
Dari data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pada buah dengan kandungan
sulfur dioksida yang rendah konsentrasinya asam organik yang dominan
adalah asam suksinat kemudian diikuti dengan asam malat, asam sitrat dan
asam oksalat. Asam suksinat dominan pada konsentrasi SO2 rendah karena
terjadinya oksidasi asam levulinat menjadi asam suksinat, dengan menurunnya
konsentrasi sulfur dioksida maka reaksi ini meningkat. Pada buah dengan
kandungan sulfur dioksida yang lebih besar lagi konsentrasinya asam organik
yang dominan adalah asam malat, kemudian diikuti dengan asam suksinat,
asam sitrat, dan asam oksalat. Kemudian buah dengan kandungan sulfur
dioksida yang paling tinggi konsentrasinya asam organik yang dominan adalah
asam malat.