CA NASOFARING
DI RUANG POLI THT
RUMAH SAKIT ABDUL WAHAB SYAHRANIE
OLEH :
Laila Latifah
Nim : P07220215022
2017/2018
1. Analisa Situasional
Penyuluh : Mahasiswa Sarjana Terapan Keperawatan Tingkat 3
Peserta : Pasien dan keluarga pasien yang terkena KNF
2. Analisa Tujuan dan Karakteristik
A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan, keluarga pasien mampu
mendeskripsikan dan mengenali tanda dan gejala penyakit Ca Nasofaring.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan keluarga pasien mampu :
1) Menyebutkan pengertian penyakit Ca Nasofaring
2) Menyebutkan penyebab penyakit Ca Nasofaring
3) Menyebutkan tanda dan gejala penyakit Ca Nasofaring
4) Penatalaksanaan penyakit Ca Nasofaring
Leaflet
Penyaji
Peserta
7. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Pelaksana
1. 2 menit Pendahuluan
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam Penyaji
dan menyatakan
pembuka dan
keadaannya
menanyakan kabar
peserta 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri
beserta tim 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan kontrak
waktu dan tujuan
4. Memperhatikan
penyuluhan
4. Menjelaskan 5. Memperhatikan
mekanisme diskusi
5. Menjelaskan topik
yang akan diberikan
2. 10 menit Pelaksanaan
1. Menggali 1. Menjawab Penyaji
pengetahuan awal dan
pengalaman peserta 2. Memperhatikan
2. Menjelaskan materi :
Pengertian, penyebab,
tanda gejala dan
penatalaksanaan Ca 3. Bertanya
Nasofaring
3. Mempersilahkan
peserta untuk
mengajukan
4. Memperhatikan
pertanyaan dan
fasilitator memotivasi
peserta untuk bertanya
4. Fasilitator menjawab
pertanyaan
3. 3 menit Evaluasi dan Penutup Penyaji
1. Menegaskan 1. Menjawab
kesimpulan dari topik
yang sudah dibahas
2. Mengucapkan
sebelumnya
2. Mengucapkan terima kembali
kasih atas waktu dan terimakasih kepada
perhatian peserta mahasiswa yang
telah memberi
penyuluhan
3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam
penutup
4. Menerima
4. Membagikan leaflet
8. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa bekerja
sama dengan perawat.
b. Kontrak waktu penyuluhan dilakukan 1 hari sebelum
pelaksanaan penyuluhan kesehatan dan ditindak lanjuti 15
menit sebelum acara dimulai
c. Media yang digunakan sudah siap sebelum acara penyuluhan
dimulai
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan penyaji
b. Peserta tidak meninggalkan acara selama penyuluhan
berlangsung atau meninggalkan acara dengan ijin kepada
panitia
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan
d. Penyuluhan berjalan sesuai rencana
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta memahami materi yang telah disampaikan
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan penyaji
MATERI PENYULUHAN
ANATOMI NASOFARING
(Letak
anatomis
nasofaring(7))
Pada daerah dinding batas belakang atap terletak jaringan lomfoid yaitu
disebut dengn tonsil faring atau adenoid.pada dinding anterior bagian atas
terdapat 2 buah lubang sebagai muara cavum nasi ke nasofaring.yang disebut
koana atau nares posterior.dibawh koana terdapat pallatum molle.
Pada dinding lateral kiri dan kanan ditentukan cekungan yaitu muara tuba
eusatchius ke nasofaring dan di belakang torus tobarius ditemukan pada suatu
lekukan atau celah yang disebut fosssa rosenumuller.(1,2,3)
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui secara pasti.
Secara umum, karsinoma nasofaring terjadi sebagai akibat pengaruh genetic dan
lingkungan, seperti zat karsinogen dan infeksi virus Epstein-Barr (EBV).(3,4,8,10)
Hal ini didukung oleh adanya factor genetic yang berhubungan dengan
karsinoma nasofaring, yaitu HLA-A2 dan HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan
pada orang daerah cina selatan tetapi jarang didapatkan pada ras
kaukasoid ).selain itu telah berhasil diidentifikasi abnormalitas pada berbagai
kromosom, termasuk didalamnya kromosom 1,2,3,4,5,6,8,9,11,13,14,15,16,17,22
dan X.(4)
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam, tidak ada
gejala pasti yang khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri
dalam nasofaring kadang tidak menimbulkan gejala. Tumor nasofaring dapat
menimbulkan gejala-gejala hingga penderita datang berobat keberbagai ahli.(4)
Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat, kalau perlu dengan
nasofaringoskop. Karena sering gejala belum ada sedangkan tumor sudah
bertumbuh atau tumor tidak nampak karena masih terdapat dibawah
mukosa ( creeping tumor ).(1,2,3,4)
Diplopia
Juling
Neuralgia terminal.(1,2,4)
HISTOPATOLOGI
STADIUM(2,3,4)
T = Tumor Primer
TO = Tidak tampak tumor
T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi (lateral/posterosuperior/atap
dan lain-lain)
T2 =Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih
terbatas didalam rongga nasofaring.
T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (kerongga hidung
atau orofaring dan sebagainya)
T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang
tengkorak atau mengenai syaraf-syaraf otak.
TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak jelas
N = Pembesaran kelenjar getah bening.
NO = Tidak ada pembesaran
N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih dapat
digerakkan.
N2 = Terdapat pembesaran kontra/bilateral dan masih dapat
digerakkan.
N3 = Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontra lateral, maupun
bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitarnya.
M = Metastasis jauh
M1 = Tidak ada metastasis jauh
M2 = Terdapat metastasis jauh
Stadium T Nasofaring M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T1/T2/T3 N1 M0
T3 N0 M0
IV T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3 M0
T1/T2/T3/T4 N0/N1/N2/N3 M1
DIAGNOSIS
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. CT scan
4. Biopsi
5. Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA(1,2,3,4,7)
Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan pemeriksaan Ct Scan
daerah kepala dan leher, sehingga tumor primer yang tersenbunyi pun tidak akan
terlalu sulit ditemukan.(1,4)
Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis tumornya (blind
biopsi), cunnam biopsi dimasukkna melalui rongga hidung menelusuri
konka media nasofaring kemudian cunnam dimasukkan kelateral dan
dilakukan biopsi.(1,2,3,4,8)
Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral nelaton yang
dimasukkan melalui hidung dan ujung kateter yang berada dalam mulut
ditarik keluar dan di klem bersama-sama ujung kateter ysng di hidung.
Demikian juga kateter dari hidung disebelahnya, sehingga pallatum mole
tertarik keatas. Kemudian dengan kaca laring dilihat daerah nasofaring.
Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca t6ersebut atau memakai
nasofaringoskop yang dimasukkan melalui mulut, massa tumor akan
terlihat lebih jelas.(1,2,3,4,5)
TERAPI
Sebelum tahun 1980-an, terapi awal pada penderita stadium lanjut yang
belum bermetastasis ( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut.
Karena hasil yang diperoleh tidak memuaskan, khususnya pada karsinoma
nasofaring stadium IV atau pada karsinoma yang tidak dapat dilakukan reseksi
maka pada mulai diperkenalkan penggunaan kemoterapi sebagai bagian dari
pengobatan karsinoma nasofaring. Perkembangan selanjutnya, kemoterapi
digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat dilakukan reseksi.
Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan pada terapi paliatif untuk penderita
stadium IV lanjut, kanker MI atau penyakit yang mengalami rekurensi.(4,5,9)
KEMOTERAPI
PENCEGAHAN