Anda di halaman 1dari 22

TEKNIK MENGOLEKSI TUMBUHAN DI LINGKUNGAN FMIPA

(Laporan Praktikum Botani Ekonomi dan Etnobotani)

Oleh

Nadya Ulfha Sabila

1617021058

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Teknik Mengoleksi Tumbuhan di Lingkungan FMIPA


Tanggal Percobaan : 1 November 2017
Tempat Percobaan : Laboratorium Botani I
Nama : Nadya Ulfha Sabila
NPM : 1617021058
Jurusan : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kelompok : 2 (dua)

Bandar Lampung, 9 November 2017


Mengetahui
Asisten

Eka Putri Firgiandini


151617021034
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan tersebar di belahan bumi mana saja dengan spesies yang
berbeda-beda. Dimulai dari morfolgi, anatomi, kegunaan dan bahkan
kerugiannya juga berbeda-beda. Pada dasarnya tumbuhan dikelompokkan
menjadi beberapa golongan dari beberapa aspek, diantaranya
dikelompokkan kedalam tumbuhan tingkat tinggi dan tumbuhan tingkat
rendah. Dimana tumbuhan tingkat tinggi ini dibagi lagi menjadi tiga aspek,
yaitu Pteridophyta (tumbuhan paku/penghasil spora), Gymnospermae
(tumbuhan biji terbuka), danAngiospermae (tumbuhan biji tertutup).
Sedangkan contoh dari tumbuhan tingkat rendah adalah Alga dan Fungi.

Pengamatan tentang keanekaragaman hayati dari tumbuhan ini penting


untuk dilakukan agar bisa menambah wawasan keilmuan kita tentang
tumbuhan. Sehingga kita bisa menyatu dengan alam dan mengerti apa
yang alam inginkan tanpa merusak lestari disekitar kita. Karena akhir-
akhir ini sering sekali manusia merasakan kesengsaraan oleh adanya
bencana alam, itu karena manusia sendiri tidak pernah mau memahami apa
kebutuhan dari alam yang selama ini telah bersahabat dengan kita.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui Teknik mengoleksi tumbuhan di lingkungan FMIPA


2. Mengetahui ciri-ciri, habitus, dan morfologi dari tumbuhan yang diamati
II. TINJAUAN PUSTAKA

Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 Tahun 1999).
Hutan adalah suatu wilayah luas yang ditumbuhi pepohonan, termasuk juga
tanaman kecil lainnya seperti, lumut, semak belukar, herba dan paku-pakuan.
Pohon merupakan bagian yang dominan diantara tumbuh-tumbuhan yang hidup di
hutan. Berbeda letak dan kondisi suatu hutan, berbeda pula jenis dan komposisi
pohon yang terdapat pada hutan tersebut. Sebagai contoh adalah hutan di daerah
tropis memiliki jenis dan komposisi pohon yang berbeda dibandingkan dengan
hutan pada daerah temprate (Rahman, 1992).

Hutan hujan tropis merupakan ekosistem yang klimaks. Tumbuh-tumbuhan yang


terdapat di dalam hutan ini tidak pernah menggugurkan daunnya secara serentak,
kondisinya sangat bervariasi seperti ada yang sedang berbunga, ada yang sedang
berbuah, ada yang dalam perkecambahan atau berada dalam tingkatan kehidupan
sesuai dengan sifat atau kelakuan masing-masing jenis tumbuh-tumbuhan
tersebut. Hutan hujan tropis memiliki vegetasi yang khas daerah tropis basah dan
menutupi semua permukaan daratan yang memiliki iklim panas, curah hujan
cukup banyak serta tersebar secara merata (Irwan, 1992).

Daniel et al, (1992) menyatakan bahwa hutan memiliki beberapa fungsi bagi
kehidupan manusia antara lain: (1) pengembangan dan penyediaan atmosfir yang
baik dengan komponen oksigen yang stabil, (2) produksi bahan bakar fosil (batu
bara), (3) pengembangan dan proteksi lapisan tanah, (4) produksi air bersih dan
proteksi daerah aliran sungai terhadap erosi, (5) penyediaan habitat dan makanan
untuk binatang, serangga, ikan, dan burung, (6) penyediaan material bangunan,
bahan bakar dan hasil hutan, (7) manfaat penting lainnya seperti nilai estetis,
rekreasi, kondisi alam asli, dan taman. Semua manfaat tersebut kecuali produksi
bahan bakar fosil, berhubungan dengan pengolahan hutan.

Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978) yang dimaksud analisis vegetasi atau
studi komunitas adalah suatu cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Cain dan Castro
(1959) dalam Soerianegara dan Indrawan (1978) menyatakan bahwa penelitian
yang mengarah pada analisis vegetasi, titik berat penganalisisan terletak pada
komposisi jenis atau jenis. Struktur masyarakat hutan dapat dipelajari dengan
mengetahui sejumlah karakteristik tertentu diantaranya, kepadatan, frekuensi,
dominansi dan nilai penting.

Dalam penggunan sumber daya genetika, eksplorasi dan pelestarian adalah


merupa-kan kegiatan pokok yang dwitunggal di dalam penyelamatan plasma
nutfah. Eksplorasi menyelamatkan sumber daya yang ada di lapangan, pelestarian
menyelamatkan koleksi yang baru dan yang sudah ada. Apabila dalam eksplorasi
diperlukan mekanisme kegiatan yang terarah di lapangan yang seluas mungkin,
sedangkan yang diperlukan dalam pelestarian adalah keefektifan organisasinya.
Dalam kegiatan mengadakan eksplorasi, pengumpulan, evaluasi dan pelestarian
plasma nutfah tersebut dimaksudkan untuk mencadangkan setiap nama koleksi
yang juga dapat digunakan dalam mencari dan menciptakan bibit unggul baru
melalui seleksi atau persilangan-pesilangan.

Strategi pelestaria plasma nutfah nabati dapat berciri :

1. Genotin tunggal atau populasi.

2. Tumbuhan hidup, biji, tepung sari, biakan jaringan atau meristem.

3. Satu, beberapa atau banyak jenis ekonomi.

4. Bersifat nasional, regional atau internasional.

5. Dalam bentuk koleksi dasar (base collection) atau koleksi aktif.


Dalam pelaksanaan strategi pelestarian biasanya timbul permasalahan-
permasalahan sebagai akibat adanya faktor-faktor pembatas antara lain meliputi :

1. Masalah biasa yang menyangkut keuangan.

2. Hama dan penyakit.

3. Kemungkinan akan kehilangan kesempurnaan genetik.

4. Daur peremajaan.

5. Keterbatasan tenaga dan tehnik.

Sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam pelestarian, dalam pelaksanaannya


harus selalu diikuti dengan pemecahan masalah-masalah yang timbul.

Metode pelestarian plasma nutfah nabati ada 2 bentuk yaitu yang disebut
pelestarian IN SITU dan EX SITU.

1. Pelestarian in situ

Cara pelestarian ini adalah melestarikan plasma nutfah di dalam komunitasnya, di


dalam biotanya. Cara pelestarian ini pada umumnya cocok untuk jenis-jenis liar,
sebab untuk pelestarian jenis liar sering timbul adanya kesukaran-kesukaran yang
disebabkan :

- Faktor adaptasi terhadap daerah dan iklim yang baru.

- Faktor hama dan penyakit.

- Ukuran perawakan dan daur hidupnya.

Pelestarian secara in situ yang umum dilakukan adalah dengan cagar alam atau
daerah lindung.

Pengawasan plasma nutfah di daerah lindung harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan.

Pelestarian secara in situ dilaksanakan dalam hutan, semak, savana, stepa atau
biota yang lain, jadi cara pelestarian ini dalam bentuk koleksi tumbuhan hidup.
Sehubungan dengan tujuan pelestarian plasma nutfah yang ada, maka pengelolaan
hutan seharusnya : keseimbangan ekosistem dijaga sestabil mungkin guna
melindungi plasma nutfah yang belum diusahakan.

2. Pelestaria ex situ

Pelaksanaan cara pelestarian ini adalah dengan mengeluarkan plasma nutfah dari
wadahnya, ekosistemnya atau biotanya, dan cara ini akan dapat dianggap berhasil
baik dan murah apabila yang dilestarikan dapat ditekan sampai tingkat yang
minimal.

Ada beberapa bentuk dalam pelestarian secara ex situ :

- Koleksi tumbuhan hidup

Cara ini dapat dilakukan pada kebun raya, Arboreta, kebun buah-buahan, kebun
tanaman luar (introduksi), stasiun/kebun pemuliaan dan kebun-kebun yang lain.

- Bentuk penyimpanan biji

Pelestarian dalam bentuk penyimpanan biji harus diperhatikan jenis biji yang akan
disimpan, sebab atas dasar sifatnya ada 2 kelompok jenis biji yaitu :

a. Jenis yang orthodog yaitu jenis biji yang bereaksi positif terhadap pengeringan
dan pendinginan atau juga disebut mempunyai kepekaan positif terhadap suhu
rendah, pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

- penurunan kadar air sampai 5%

- suhu penyimpanan 10C, atau lebih baik 0sampai 20C

- disimpan di tempat yang gelap, tidak terjadi pertukaran uap air, gas dan
kelembaban udara kurang dari 70%, tempat penyimpanan dapat berupa kaleng,
gelas atau kantong aluminium.

- tekanan O2 dijaga serendah mungkin dan CO2 setinggi mungkin

b. Jenis yang rekalasitranya itu jenis biji yang bereaksi negatif terhadap
pengeringan dan mungkin juga dengan pendinginan. Jenis ini banyak terdapat
pada pertumbuhan tropis yang tumbuh di hutan atau daerah basah. Contoh : Cola,
Artocarpus, Coffea, Theobroma, Havea dan macam-macam palmae, cara
penyimpanan setiap jenis mempunyai persyaratan yang berbeda dengan jenis yang
lain. Sehingga perlu penelitian yang lebih intensif.

- Bentuk penyimpanan tepung sari

Seperti penyimpanan kebanyakan biji, dalam penyimpanan tepung sari, daya


hidupnya akan lebih panjang apabila diperlukan penurunan suhu penyimpanan,
kadar air dan tekanan O. Yang masih sulit dijumpai adalah untuk penyimpanan
dari jenis Gramineae, Alismataceae dan Cyperaceae.

- Bentuk penyimpanan persediaan meristem dan jaringan

Dalam bentuk penyimpanan ini daya berkembangnya ditekan sekecil mungkin


atau dihilangkan sama sekali tetapi daya hidupnya dipertahankan sebaik mungkin.

Keuntungan dari cara ini adalah :

- Ruang yang diperlukan relatif sempit.

- Pemeliharaan murah dan sederhana.

- Tidak ada erodi genetika.

- Potensi perbanyakan tinggi.

- Yang bebas dari pathogen dapat dipelihara dan diperbanyak.

Kesulitannya adalah :

- Tidak semua jenis dapat dilakukan dengan cara ini.

- Regenerasi tumbuhan dari jaringan tidak selalu berhasil.

- Potensi perkembangan bentuk dapat hilang pada jangka penyimpanan tertentu.

Penyimpanan pada suhu rendah dimungkinkan lebih berhasil (suhu nitrogen cair -
196C). Pelestarian plasma nutfah yang tidak dalam bentuk tanaman hidup, akan
selalu disertai satu contoh herbarium yang sering disebut voecher atau herbarium
acuan. Herbarium tersebut diperlukan sebagai jalan untuk mendeterminasi contoh
yang dikumpulkan untuk keperluan penelitian.
III. METODELOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang dipergunakan yaitu kertas dan pena. Sedangkan bahan-
bahannya yaitu tanaman yang berada di habitusnya (bunga kertas dan pepaya).

3.2 Waktu dan Tempat


Waktu : 1 November 2017
Tempat : Laboratorium Botani I

3.3 Prosedur Kerja


1. Mencari tanaman di sekitar FMIPA yang masih berada di habitusnya
2. Ditemukan tanaman bunga kertas dan pohon papaya
3. Memfoto bagian-bagian tumbuhan tersebut
4. Mengamati dan mencatat ciri-ciri morfologi, habitus, serta data yang
dibutuhkan untuk data koleksi tanaman
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


Adapun hasil pengamatan dari teknik mengoleksi tumbuhan disekitar FMIPA
adalah sebagai berikut :

No Diambil dari segi Bunga kertas Pepaya


1 Habitat Tanah pekarangan Tanah gembur
2 Batang Perdu, berkayu Bulat
3 Daun tampak depan Oval, hijau tua Tunggal menjari
4 Daun tampak belakang Oval, hijau muda Tunggal menjari
5 Bunga Bunga tidak lengkap Poligam

4.2 Pembahasan
Bunga kertas adalah jenis tanaman hias yang populer, tanaman ini memiliki
bentuk kecil yang sukar tumbuh dengan tegak dan memiliki warna yang
sangat beragam. Tanaman bunga kertas ini berasal dari Amerika Selatan,
yang banyak ditemukan di perakarangan rumahan.

Tanaman bunga kertas ini juga dalam kerabat Nytaginaceae dengan ordo
Caryophylales yang memiliki bentuk seludang bunganya yang tidak tebal dan
hampir menyerupai kertas. Tanaman bunga kertas ini, dapat diklasifikasi dan
morfologi adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Viridiplantae

Divisi : Tracheobionta

Sub Divisi : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Caryophyllanae

Famili : Nytaginaceae

Genus : Bougainvillea.

Spesies : Bougainvillea glabra, Bougainvillea spinosa, Bougainvillea


spectabilis, Bougainvillea peruviana, Bougainvillea buttiana.

Morfologi bunga kertas, dapat dilihat berdasarkan ciri cirinya diantaranya


adalah :

1. Akar

Akar bunga kertas tunggang, tumbuh vertikal, berserabut, dan melebar.


Perakaran bunga kertas ini akan menembus media tanah mencapai kedalaman
50-80 cm bahkan lebih tergantung varietesnya.

2. Batang

Batang bunga kertas perdu, tegak lurus mencapai ketinggian 2-3 m bahkan
lebih, dengan permukaan halus hingga kasar dan berwarna kecoklatan. Selain
itu, batang juga berkayu, berbentuk bulat memanjang dan berduri kecil serta
memiliki percabangan banyak.

3. Daun
Daun bunga kertas bulat oval memanjang dengan panjang 1-4 cm, bagian tepi
permukaan daun rata, pertulangan menyirip antara 3-5 bahkan lebih, dan juga
daun berwarna kehijauan muda hingga tua. Daun tanaman ini juga memiliki
pertangkaian pendek dengan panjang 0,5-1 cm berwarna kecoklatan muda.

4. Bunga

Bunga kertas tidak lengkap, yang terdiri dari beberapa macam diantaranya
tangkai, tenda bunga, kepala putik, tangkai putik, benang sari dan tangkai sari.
Bunga ini biasanya muncul pada ketiakdaun, dengan berbentuk majemuk atau
payung yang tersusun.Bunga kertas ini juga tersusun dalam anakan payung
yang bertangkai dengan jumlah 1-7 anakan, masing masing anakan memiliki
3 bunga. Pada umumnya, bunga kertas ini memiliki warna yang sangat
beragam mulai dari putih, merah mudah dan tua, jingga, unggu dan lain lain.

Tanaman pepaya merupakan tanaman termasuk dalam family Caricaceae. Tanaman


ini memiliki 4 genus yaitu Carica, Jarila, Jacaranta dan Cylicomorpha. Tetapi
tanaman yang sering di budidayakan olah para petani adalah carica, karena dapat
tumbuh dan berkembang dengan cepat di bandingkan dengan genus yang lainnya.

Klasifikasi tanaman pepaya

Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )

Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )

Super Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )

Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )

Kelas : Magnoliosida ( berkeping dua / dikotil )

Sub Kelas : Dilleniidae

Famili : Caricaceae
Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L

Morfologi tanaman pepaya

a. Akar

Akar tanaman pepaya berupa akar tunggang ( Radik primaria ), karena akar tembaga
tumbuh terus menjadi akar popok bercabang menjadi akar yang lebih kecil berbentuk
bulat dan berwarna putih kekuningan.

b. Batang

Batang tanaman pepaya berbentuk bulat , dengan permukaan batang berkas-berkas


daun yang menyerupai spiral. Batang pada pepaya tumbuh tegak dan lurus serta
memiliki rongga rongga yang di akibatkan oleh pemutusan pada tangkai batang
daun.

c. Daun

Daun pada tanaman pepaya merupakan daun tunggal, berukuran besar. Daun pada
tanaman ini adalah daun berjari , bergigi dan juga mempunyai tangkai dauan yang
panjang dan berwarna putih kekuningan. Daun ini juga dikatakan berbentuk bulat,
bundar, ujung runcing, dan memiliki rongga pada daun.

d. Bunga

Bunga pada tanama pepaya memiliki 3 jenis ( poligam ) berupa bunga jantan, bunga
betina dan bunga sempurna. Dengan memiliki ketiga ini akan menghasilkan bunga
yang bagus atau sempurna. Bunga pepaya berwarna putih kekuningan, dan memiliki
tangkai kecil, bagian atas runcing serta memiliki bagian tengah berkelopak.

e. Buah

Buah pada tanaman pepaya adalah buah tunggal atau sejati, buah pada tanaman ini
bersisi biji yang banyak. Buah ini muncul pada ketiak tangkai daun berwarna hijau
mudah, kekuningan dan kuning ketika matang. Buah ini memiliki daging kemerahan
dan dagingnya sangat tebal.

f. Biji

Biji tanaman pepaya terdapat di dalam buah, biji dalam buah ini sangat banyak dan
memiliki bentuk bulat atau bundar serta lonjong tergantung variatesnya. Biji tanaman
pepaya memiliki warna kecoklatan dan kehitaman, selain itu biji ini bisa langsung di
tanam ke dalam media tanam.

Pengelolaan koleksi herbarium

- Cara herbarium kering :

1. Dibungkus tumbuhan dengan menggunakan kertas koran dan atur posisi akar,
batang, dan daunnya atur sebagian daun mengadah dan sebagian lainnya
tengkurap

2. Pada tangakai atau tumbuhan yang diherbarium diberi label spesies

3. Ditali koran dengan ravia agar tidak lepas

4. Dimasukkan koran yang sudah ada tanamannya ke dalam kantong plastik


5. Dicelupkan tumbuhan atau semprotkan larutan pengawet(alkohol atau spirtus)
hingga koran basah- basah

6. Dirapikan kantong plastik dan di rapatkan dengan selotip

7. Dibuka Setelah 1 2 hari dan dikeluarkan dari kantong plastik

8. Dipanaskan dengan oven atau menggunakan pasir

9. Setelah kering , Diatur posisi tumbuhan pada kertas gambar

10. letakkan dengan menggunakan selotip

11. Berikan label catatan

- Cara Herbarium basah :

1. Dibersihkan bahan yang akan di herbarium

2. Dimasukkan tanaman kedalam botol atau toples yang sudah terisi alkohol

3. Ditutup dengan malam

4. Ditutup bahan plastik

5. Diberi label catatan warna asli


V. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan tersebut dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tumbuhan bunga kertas dan papaya sama-sama memiliki bunga


2. Terdapat banyak perbedaan antara morfologi tumbuhan bunga kertas dan
pepaya
3. Bunga kertas termasuk ke dalam kerabat Nyctaginae, sementara papaya
termasuk kerabat Caricaceae
4. Terdapat sedikit perbedaan habitus antara bunga kertas dan pepaya
5. Herbarium dapat dikoleksi dengan dua cara, yaitu herbarium basah dan kering
DAFTAR PUSTAKA

Daniel, T.W., J.A. Helms, F.S. Baker. 1992. Prinsip-Prinsip Silvinatural.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Irwan, Z.D. 1992. Prinsip-Prinsip Ekologi dan OrganismeEkosistem Komunitas

dan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.

Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. 70/Kpts-II/2001. Jakarta.

Rahman, M. 1992. Jenis dan Kerapatan Pohon Dipterocarpacea di Bukit

Gajabuih Padang. Jurnal Matematika dan Pengetahuan Alam.

Soerianegara, I, & A. Indrawan, 1978. Ekologi Hutan Indonesia.

Departemen Managemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Bogor.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai