Anda di halaman 1dari 11

Fraktur Klavikula dan Fraktur Humerus

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tulang merupakan suatu jaringan ikat dengan spesifikasi yang khusus dan bereaksi
secara terbatas terhadap suatu keadaan abnormal. Fraktur atau patah tulang adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa
(Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C (1999) Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap oleh tulang.
Kompleksitas dan perpindahan dari fraktur tergantung secara besar pada tenaga yang
terbangun pada struktur mendahului fraktur. Bentuk bidang fraktur (fraktur transversal,
fraktur split, avulsi, impaksi, dsb) berhubungan dengan sifat beban, yang mana bisa bersifat
penekanan, pembengkokan, torsional, pemotongan, atau setiap kombinasi dari hal-hal
tersebut.
Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang
tubuh tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal
(memberikan sokongan pada tubuh) maupun aspek fisiologikal (melindungi organ-organ
dalam).
Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma. Selain itu
tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium. Namun karena
tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga
menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Fraktur?
2. Apa yang dimaksud dengan Klavikula?
3. Apa yang dimaksud dengan Fraktur Klavikula?
4. Apa yang dimaksud dengan Humerus?
5. Apa yang dimaksud dengan Fraktur Humerus?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Tujuan umum
Untuk menambah pengetahuan mahasiswi bidan tentang Fraktur Klavikula dan Fraktur
Humerus.

Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
khususnya kepada mahasiswi kebidanan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai Fraktur Klavikula dan Humerus.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fraktur
A. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang
yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap.
(Price and Wilson, 1995 : 1183)
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang
rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.
Fraktur adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di jaringan sekitarnya.
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.

B. Jenis Fraktur atau retak tulang


1. Complete fracture (retak tulang komplet), patah pada seluruh garis tengah tulang,luas dan
melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
2. Closed fracture (simple fracture), tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih
utuh.
3. Open fracture (compound fracture / komplikata/ kompleks), merupakan retak tulang dengan
luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit)
atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. retak tulang terbuka digradasi menjadi:
Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.
Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
4. Greenstick, retak tulang di mana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
5. Transversal, retak tulang sepanjang garis tengah tulang.
6. Oblik, retak tulang membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
7. Spiral, retak tulang memuntir seputar batang tulang.
8. Komunitif, retak tulang dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
9. Depresi, retak tulang dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang
tengkorak dan wajah).
10. Kompresi, retak tulang dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
11. Patologik, retak tulang yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget,
metastasis tulang, tumor).
12. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.
13. Epifisial, retak tulang melalui epifisis.
14. Impaksi, retak tulang dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya

C. Etiologi
Penyebab fraktur diantaranya :
a. Trauma
1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
b. Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan lain-
lain.
c. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut
d. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

D. Manifestasi Klinis
a. Nyeri lokal
b. Pembengkakan
c. Eritema
d. Peningkatan suhu
e. Pergerakan abnormal
E. Proses Penyembuhan Tulang
a. Stadium Pembentukan Hematoma
Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak, hematoma
dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 2 x 24 jam.
b. Stadium Proliferasi
Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel ini
menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga terjadi
dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua kecelakaan terjadi.
c. Stadium Pembentukan Kallus
Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur, massa kalus
terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6 10 hari
setelah kecelakaan terjadi.
d. Stadium Konsolidasi
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu, secara
bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 10 setelah kecelakaan.
e. Stadium Remodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur. Tulang yang
berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan.

F. Konsep Dasar penanganan Fraktur


Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu :
a. Rekognisi
Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah mengetahui
riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dan deskripsi
tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri.
b. Reduksi
Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya. Tindakan
ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau ruang bidai gips.
Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedative atau
blok saraf lokal.
c. Retensi
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi
dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan
fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai, traksi dan teknik
fiksator eksterna.
d. Rehabilitasi
Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara melakukan
ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihan isometric
dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran
darah.

2.2 Klavikula
A. Pengertian Klavikula
Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial melengkung
lebih besar dan menuju ke anterior. Lengkungan bagian lateral lebih kecil dan menghadap ke
posterior. Ujung medial clavicula disebut extremitas sternalis, membentuk persendian dengan
sternum, dan uJung lateral disebut extremitas acromialis, membentuk persendian dengan
acromion. Facies superior clavicula agak halus, dan pada facies inferior di bagian medial
terdapat tuberositas costalis. Disebelah lateral tuberositas tersebut terdapat sulcus subclavius,
tempat melekatnya m. Subclavius, dan disebelah lateralnya lagi terdapat tuberositas
coracoidea, tempat melekat lig. Coracoclaviculalis.
Klavikula adalah tulang panjang yang dimodifikasi memiliki dua kurva. Medial 2/3 dari
tulang memiliki kurva cembung dan lateral 1/3 memiliki kurva cekung seperti yang terlihat
dari depan. Ini adalah satu-satunya tulang panjang tubuh manusia yang terletak horizontal di
posisi alaminya. Seperti semua tulang panjang, memiliki dua ujung. Lateral akhir
berartikulasi dengan proses akromion skapula dan akhir medial berartikulasi dengan sternum
dan kartilago kosta pertama. Menuju sisi medial, poros tulang dibulatkan sementara menuju
sisi lateral, itu adalah datar dan membentuk permukaan superior dan inferior. Klavikula
adalah subkutan seluruh panjangnya dan dapat dengan mudah dilihat dalam semua mata
pelajaran. Klavikula memiliki dua batas dan dua permukaan. Perbatasan adalah anterior dan
posterior dan permukaan yang superior dan inferior.
Clavicula adalah tulang yang paling pertama mengalami pertumbuhan pada masa fetus,
terbentuk melalui 2 pusat ossifikasi atau pertulangan primer yaitu medial dan lateral
clavicula, dimana terjadi saat minggu ke-5 dan ke-6 masa intrauterin. Kernudian ossifikasi
sekunder pada epifise medial clavicula berlangsung pada usia 18 tahun sampai 20 tahun. Dan
epifise terakhir bersatu pada usia 25 tahun sampai 26 tahun.
Pada tulang ini bisa terjadi banyak proses patologik sama seperti pada tulang yang
lainnya yaitu bisa ada kelainan congenital, trauma (fraktur), inflamasi, neoplasia, kelainan
metabolik tulang dan yang lainnya.

B. Fungsi Klavikula
Klavikula bertindak sebagai strut untuk memegang ekstremitas atas lateral dari badan. Hal
ini juga dikenakan bagian dari berat ekstremitas atas (sisanya ditanggung oleh tulang belikat).
Dengan menjadi lateral jauh dari tubuh, efisiensi fungsional meningkat ekstremitas atas
sangat.

2.3 Fraktur Klavikula


A. Pengertian Fraktur Klavikula
Fraktur clavikula adalah rusaknya kontinuitas tulang clavikula, yang diakibatkan oleh
tekanan eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur clavikula
mengubah posisi tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon, saraf dan pembuluh
darah) juga mengalami kerusakan. Cidera traumatic paling banyak menyebabkan fraktur
clavikula. (Carpenito,1999).
Fraktur clavikula atau patah tulang clavikula adalah terputusnya kontinuitas jaringan
atau tulang rawan tulang clavikula yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Manjoer,
2000). Fraktur clavikula adalah Hilangnya kesinambungan substansi tulang clavikula dengan
atau tanpa pergeseran fragmen-fragmen fraktur
Fraktur clavicula bisa disebabkan oleh benturan ataupun kompressi yang berkekuatan
rendah sampai yang berkekuatan tinggi yang bisa menyebabkan terjadinya fraktur tertutup
ataupun multiple trauma.
Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada bayi baru lahir,yang mungkin terjadi
apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada
kelahiran presentasi puncak kepala dan pada lengan yang telentang pada kelahiran sungsang.
Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena,
krepitasi, ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit pada bagian
atas yang terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro pada sisi tersebut. Diagnosis
dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-
10 hari dengan imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat dan fleksi 90 derajat dari siku
yang terkena.
B. Etiologi
Menurut Sarwono Prawirohardjo, 2005
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat kecelakaan
apakah itu karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor, namun kadang dapat juga
disebabkan oleh faktor-faktor non traumatik. Berikut beberapa penyebab pada fraktur
clavicula yaitu :
1. Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama
proses melahirkan.
2. Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari
ketinggian dan yang lainnya.
3. Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama, misalnya pada pelajar
yang menggunakan tas yang terlalu berat.
4. Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post radioterapi, keganasan
clan lain-lain.

C. Gejala Fraktur pada Bayi


Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat trauma jalan
lahir dengan gejala:
1. Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena,
2. Krepitasi dan ketidakteraturan tulang,
3. Kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur,
4. Tidak adanya refleks moro pada sisi yang terkena,
5. Adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi
supraklavikular pada daerah fraktur.
6. Biasanya diikuti palsi lengan

D. Faktor predisposisi fraktur klavikula adalah:


1. Bayi yang berukuran besar
2. Distosia bahu
3. Partus dengan letak sungsang
4. Persalinan traumatic .

E. Klasifikasi Fraktur Klavikula


Pengklasifikasian fraktur clavicula didasari oleh lokasi fraktur pada clavicula tersebut. Ada
tiga lokasi pada clavicula yang paling sering mengalami fraktur yaitu pada bagian midshape
clavikula dimana pada anak-anak berupa greenstick, bagian distal clavicula dan bagian
proksimal clavicula. Menurut Neer secara umum fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi
tiga tipe yaitu :
1. Tipe I : Fraktur pada bagian tengah clavicula. Lokasi yang paling sering terjadi fraktur.
2. Tipe II : Fraktur pada bagian distal clavicula. Lokasi tersering kedua mengalami fraktur
setelah midclavicula.
3. Tipe III : Fraktur pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang paling jarang terjadi dari
semua jenis fraktur clavicula, insidensnya hanya sekitar 5%.

Ada beberapa subtype fraktur clavicula bagian distal, menurut Neer ada 3 yaitu :
1. Tipe I : merupakan fraktur dengan kerusakan minimal, dimana ligament tidak mengalami
kerusakan.
2. Tipe : merupakan fraktur pada daerah medial ligament coracoclavicular.
3. Tipe III : merupakan fraktur pada daerah distal ligament coracoclavicular dan melibatkan
permukaan tulang bagian distal clavicula pada AC joint.

F. Diagnosis
Hasil pemeriksaan
1. Adanya pembengkakan pada sektor daerah fractur.
2. Krepitasi.
3. Pergerakan lengan berkurang.
4. Iritable selama pergerakan lengan.
Diagnosis RO tidak selalu diindikasikan, 80% tidak mempunyai gejala dan hanya didapatkan
hasil pemeriksaan yang minimal.

G. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan terhadap bayi yang mengalami fraktur klavikula, yaitu:
1. Bayi jangan banyak digerakkan
2. Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang akit dan abduksi lengan dalam stanhoera
menopang bahu belakang dengan memasang ransel verband
3. Rawat bayi dengan hati-hati
4. Nutrisi yang adekuat (pemberian asi yang adekuat dengan cara mengajarkan pada ibu acar
pemberian asi dengan posisi tidur, dengan sendok atau pipet)
5. Rujuk bayi kerumah sakit
Umumnya 7-10 hari sakit berkurang, pembentukan kalus bertambah beberapa bulan (6-8
minggu) terbentuk tulang normal.

2.4 Humerus
Humerus adalah kedua tulang terbesar pada lengan dan satu-satunya tulang di lengan atas.
Banyak otot yang kuat yang memanipulasi lengan atas pada bahu dan lengan bawah pada
siku yang bertumpu pada humerus. Gerakan humerus sangat penting untuk semua kegiatan
bervariasi dari lengan, seperti melempar, mengangkat, dan menulis.
Pada ujung proksimal, humerus membentuk bagian halus, struktur seperti bola yang
dikenal sebagai kepala humerus. Kepala humerus membentuk sendi bola dan soket pada
bahu, dengan rongga glenoidalis dari skapula bertindak seperti soket. Bentuk bulat dari
kepala humerus memungkinkan humerus bergerak dalam lingkaran lengkap (sirkumduksi)
dan berputar di sekitar porosnya pada sendi bahu. Tepat di bawah kepala, humerus
menyempit ke bagian anatomi leher humerus.
Humerus diklasifikasikan secara struktural sebagai tulang panjang karena jauh lebih
panjang daripada lebar. Seperti semua tulang panjang, humerus memiliki lubang di tengah-
tengah poros dan diperkuat di ujungnya dengan kolom kecil tulang spons dikenal sebagai
trabekula. Sumsum tulang merah, jaringan yang menghasilkan sel-sel darah baru, ditemukan
di ujung humerus dan didukung oleh trabekula tersebut. Rongga medula di tengah poros
humerus diisi dengan sumsum tulang kuning lemak untuk penyimpanan energi.

Terlihat di bagian
kanan dari depan (A = anterior)
bagian dalam (M = medial)
bagian belakang (P = posterior)
Tulang kompak membentuk struktur terbesar dan terkuat pada humerus, sekitar trabekula
di ujung dan rongga medula pada poros. Mengelilingi seluruh tulang adalah lapisan
periosteum berserat yang menyediakan bahan penghubung kuat namun tipis, untuk tendon
dan ligamen yang mengikat humerus ke otot dan tulang lainnya. Akhirnya, ujung humerus
dibatasi oleh lapisan tipis hialin dikenal sebagai tulang rawan artikular yang bertindak
sebagai peredam kejut pada sendi.

2.5 Fraktur Humerus


A. Pengertian Fraktur Humerus
Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus
(Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2004) Fraktur humerus adalah
fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun
tidak langsung.
Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan
lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke
atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro
pada sisi tersebut menghilang.
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula
ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus
oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.

B. Klasifikasi fraktur humerus


Fraktur atau patah tulang humerus terbagi atas :
1. Fraktur Suprakondilar humerus
Jenis fraktur ini dapat dibedakan menjadi :
Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada
siku dan lengan bawah pada posisi supinasidan lengan siku dalam posisi ekstensi dengan
tangan terfikasi
Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan dan
lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi sedikit fleksi
2. Fraktur interkondiler humerus
Fraktur yang sering terjadi pada anak adalah fraktur kondiler lateralis dan fraktur kondiler
medialis humerus
3. Fraktur batang humerus
Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang
arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi)
4. Fraktur kolum humerus
Fraktur ini dapat terjadi pada kolum antomikum (terletak di bawah kaput humeri) dan kolum
sirurgikum (terletak di bawah tuberkulum)

C. Etimologi
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula
ditemukan fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus
oleh tulang pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total. Fraktur menurut
Strek,1999 terjadi paling sering sekunder akibat kesulitan pelahiran (misalnya makrosemia
dan disproporsi sefalopelvik, serta malpresentasi).

D. Gejala
1. Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
2. Refleks moro asimetris
3. Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
4. Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif
Letak fraktur umumnya di daerah diafisi. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
radiologik.

E. Gejala klinis
1. Diketahui beberapa hari kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki yang berkurang
dan asimetris.
2. Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya deformitas dan krepitasi pada tulang femur.
3. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.

F. Penanganan
1. Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90 derajat selama 10 sampai 14 hari serta
control nyeri
2. Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang tindih ringan
dengan deformitas, umumnya akan baik.
3. Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur
tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal

Anda mungkin juga menyukai