Anda di halaman 1dari 48

1

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini meliputi teori belajar dan

pembelajaran, konsep kurikulum 2013, pendekatan saintifik, model-model

pembelajaran, dan menulis laporan hasil observasi. Paparan tinjauan pustaka

dijelaskan, sebagai berikut.

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Seorang guru harus mengetahui lebih dulu teori belajar dan pembelajaran sebelum

melaksanakan pembelajaran di kelas. Dalam bab ini, dibahas tentang teori belajar dan

pembelajaran, paparannya sebagai berikut.

2.1.1 Teori Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto, 2010: 2).

Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung

secara progresif (Skinner, 1958: 14). Perilaku belajar manusia ditentukan oleh

stimulus yang ada di lingkungan sehingga menimbulkan respon secara refleks

(Skinner dan Throndik, 1985: 18).


2

Belajar akan menghasilkan perbuatan perilaku yang dapat diamati. Teori ini sebagai

operant conditioning karena memiliki komponen rangsanan atau stimulus, respon,

dan konsekuensi. Stimulus bertindak sebagai pemancing respon, sedangkan

konsekuensi dapat bersifat positif atau negatif namun keduanya saling memperkuat.

Unsur penting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement), maksudnya

pengetahuan yang terbentuk melalui stimulus respon akan semakin kuat jika

diberikan penguatan (Skinner, 1985: 25 ). Selain itu, Skinner merumuskan beberapa

prinsip belajar, sebagai berikut.

a. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada sisiwa, jika salah dibetulkan

dan jika benar diberikan penguatan.


b. Proses belajar harus mengikuti irama dari peserta didik.
c. Materi pelajaran yang digunakan sistem modul.
d. Pembelajaran lebih mementingkan aktivitas mandiri.

Belajar tidak hanya mengumpulkan pengetahuan, melainkan proses mental yang

terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.

Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang

disadari. Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat

dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak

dapat kita saksikan. Kita hanya dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala

perubahan perilaku yang tampak.

Selanjutnya, belajar merupakan akibat interaksi antara stimulus dan respon. Oleh

karena itu, seperti diungkapkan Slavin (2000: 143) dalam teori asosiasi stimulus-
3

respon dikatakan bahwa seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat

menunjukkan perubahan prilakunya.

Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan

output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada

peserta didik, sedangkan respon adalah berupa reaksi atau anggapan peserta didik

terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara

stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan

tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh karena itu,

apa yang diberi oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh peserta didik

(respon) harus dapat diamati dan diukur. Dalam teori ini, mengutamakan pengukuran

sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya

perubahan tingkah laku tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang ditunjukkan oleh adanya

perubahan tingkah laku kemampuan seseorang. Perubahan tersebut sebagai hasil dari

proses belajar yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti pengetahuan,

pengalaman, sikap dan perilaku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan

aspek-aspek lain yang ada pada individu belajar.

2.1.2 Teori Pembelajaran

Kegiatan guru secara terprogram desain intruksional untuk membuat peserta didik

belajar secara aktif dan menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan
4

Mudjiono, 2006: 14). Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2003).

Selanjutnya, pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar

dilakukan pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta

didik atau murid (Sagala, 2004: 61). Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu

pada pendapat Dimyati dan Mudjino bahwa pembelajaran berarti kegiatan guru

secara terprogram untuk membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan menekankan

pada penyediaan sumber belajar.

2.2 Konsep Kurikulum 2013

Pengertian Kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah

seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta

cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pembelajaran kurikulum 2013 adalah

pembelajaran dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk

mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penguatan proses

pembelajaran dilakukan melalui pendekatan ilmiah (scientific approach).

2.2.1 Pengertian Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Pendekatan ilmiah (scientific approach) merupakan pembelajaran yang mendorong

peserta didik lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkan

data, mengasosiasi/ menalar, dan mengomunikasikan. Pembelajaran berbasis


5

pendekatan ilmiah (scientific approach) mengadopsi langkah-langkah saintis dalam

membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang

diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecapakan berpikir sains,

berkembangnya sense of inquiry dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang mampu

menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan hanya sejumlah pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang diperoleh peserta didik (Alfred De Vito, 1996: 27).

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah (scientific approach) tidak hanya

memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran sangat

penting. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah menekankan pada

keterampilan proses sains. Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan

daripada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang

perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru hanyalah seorang

fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan pembelajaran (Bayer,

1998: 25).

Model ini juga mencakup penemuan makna (meaning), organisasi, dan struktur dari

ide atau gagasan sehingga secara bertahap peserta didik belajar bagaimana

mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan

proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri

(discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum,

prinsip-prinsip, dan generalisasi sehingga lebih memberi kesempatan berkembangnya


6

keterampilan berpikir tingakt tinggi. Dengan demikian, peserta didik lebih

diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu

informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator

dan fasilitator pembelajaran (Houston, 1988: 43).

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah merupakan salah satu cara atau mekanisme

pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik agar mendapatkan pengetahuan atau

keterampilan dengan prosedur yang didasarkan pada suatu metode ilmiah

(Kemdikbud, 2013). Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilakukan dengan

menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah,

yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis

pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar

agar peserta didik tahu tentang mengapa. Ranah keterampilan menggamit

transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang bagaimana.

Sementara itu, ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar

agar peserta didik tahu tentang apa. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan

keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan

manusia yang memiliki kecapakan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard

skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan.

Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,

yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach)


7

dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melalui

pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,

menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar,

menyimpulkan, dan mencipta.

2.2.2 Kriteria Pembelajaran Ilmiah

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu dengan

kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini menonjolkan dimensi pengamatan,

penalaran, penemuan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan demikian,

proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip,

atau kriteria ilmiah. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau

fenomena yang dapat disajikan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas

kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Proses pembelajaran disebut

ilmiah jika memenuhi kriteria, sebagai berikut.

a. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif antara guru dan

peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau

penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.


b. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir kritis, analitis, dan tepat

dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan

substansi atau materi pembelajaran.


c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir logis dalam

melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau

materi pembelajaran.
8

d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,

dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

substansi atau materi pembelajaran.


e. Berbasis pada teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
f. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem

penyajiannya.

2.2.3 Langkah-langkah Pendekatan Ilmiah (scientific approach)

Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan ilmiah (scientific

approach) terdapat tiga ranah, yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan

keterampilan (psikomotorik). Dengan proses pembelajaran yang demikian maka

diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif,

dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dipaparkan

pada tabel, sebagai berikut.

Tabel 2. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Menggunakan Pendekatan


Saitifik

Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Balajar
Pembelajaran
Mengamati Mengamati dengan indra Perhatian pada waktu
(observing) (membaca, mendengar, mengamati suatu objek/
menyimak, melihat, membaca suatu tulisan/
menonton, dan sebagainya) mendengar suatu
dengan atau tanpa alat. penjelasan, catatan yang
dibuat tentang yang
diamati, kesabaran, waktu
9

(on task) yang digunakan


untuk mengamati.
Menanya Membuat dan mengajukan Jenis, kualitas, dan jumlah
(questioning) pertanyaan, tanya jawab, pertanyaan yang diajukan
berdiskusi tentang informasi peserta didik (pertanyaan
yang belum dipahami, faktual, konseptual,
informasi tambahan yang prosedural, dan hipotetik.
ingin diketahui atau sebagai
klasifikasi.
Mengumpul-kan Mengeksplorasi, mencoba, Jumlah dan kualitas sumber
informasi/ berdiskusi, yang dikaji/ digunakan,
mencoba
mendemonstrasikan, meniru kelengkapan informasi,
(experimenting)
bentuk/ gerak, melakukan validitas informasi yang
eksperimen, membaca dikumpulkan, dan
sumber lain selain buku teks, instrumen/ alat yang
mengumpulan data dari nara digunakan untuk
sumber melalui angket, mengumpulkan data.
wawancara, dan
memodifikasi/ menambah/
mengembangkan.
Menalar/ Mengolah informasi yang Mengembangkan
mengasosiasi sudah dikumpulkan, interprestasi argumentasi
(associating)
menganalisis data dalam dan kesimpulan mengenai
bentuk membuat kategori, keterkaitan informasi dari
mengasosiasi atau dua fakta, konsep,
menghubungkan fenomena/ interprestasi argumen dan
informasi yang terkait dalam kesimpulan mengetai
rangka, menemukan sesuatu keterikatan lebih dari dua
pola dan menyimpulkan. fakta/ konsep/ teori,
menyintesis dan
argumentasi serta
10

kesimpulan keterikatan
antar berbagai jenis fakta/
konsep/ teori/ pendapat,
mengembangkan
interprestasi struktur baru,
argumentasi, dan
kesimpulan yang
menunjukkan hubungan
fakta/ konsep/ teori dari dua
sumber atau lebih yang
tidak bertentangan,
mengembangkan
interprestasi struktur baru,
argumentasi, dan
kesimpulan dari fakta/
konsep/ teori yang berbeda
dari berbagai jenis sumber.
Mengomuni- Menyajikan laporan dalam Menyajikan hasil kajian
kasikan bentuk bagan, diagram, atau (dari mengamati sampai
(communicating)
grafik, menyusun laporan menalar) dalam bentuk
tertulis, dan menyajikan tulisan, grafis, media,
laporan meliputi proses, elektronik, multimedia, dan
hasil, dan kesimpulan secara lain-lain.
lisan.

2.2.3.1 Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermanfaatan proses pembelajaran (meaning

full learning). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu

peserta didik sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.


11

Dengan metode observasi, peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan

antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-

langkah, sebagai berikut.

a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi.


b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan

diobservasi.
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu dilakukan untuk

diobservasi, baik data primer maupun sekunder.


d. Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi.
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk

mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.


f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti

menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat

tulis lainnya.

Secara lebih luas, alat atau instrumen yang digunakan dalam melakukan observasi,

dapat berupa daftar cek (ceklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdot

(anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal. Daftar cek dapat berupa suatu

daftar yang berisi nama-nama subjek, objek, atau faktor-faktor yang akan diobservasi.

Skala rentang, berupa alat untuk mencatat gejala atau fenomena menurut

tingkatannya.

2.2.3.2 Menanya

Kegiatan menanya diharapkan muncul dari peserta didik. Kegiatan belajar menanya

dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami
12

dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan

tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang

bersifat hipotetik). Menanya dapat juga diungkapkan, tetapi dapat saja ada di dalam

pikiran peserta didik. Untuk memancing peserta didik mengungkapkannya, guru

harus memberikan kesempatan untuk mengungkapkan pertanyaan. Kegiatan bertanya

oleh guru dalam pembelajaran juga sangat penting sehingga tetap harus dilaksanakan.

Adapun fungsi bertanya dalam pembelajaran, sebagai berikut.

a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang

suatu tema atau topik pembelajaran.


b. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta

mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.


c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan

ancangan untuk mencari solusinya.


d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi

pembelajaran yang diberikan.


e. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan

pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan

bahasa yang baik dan benar.


f. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,

mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik kesimpulan.


g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat

atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam

hidup berkelompok.
h. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam

merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.


13

i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan

berempati satu sama lain.

Kriteria pertanyaan yang baik adalah singkat, jelas, menginspirasi jawaban, memiliki

fokus, bersifat divergen, bersifat penguatan, memberi kesempatan peserta didik untuk

berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntunan kemampuan kognitif, merangsang

proses interaksi. Pertanyaan guru yang baik adalah menginspirasi peserta didik untuk

memberikan jawaban yang baik. Guru harus memahami kualitas pertanyaan sehingga

menggambarkan tingkatan kognitif, seperti dimulai dari yang lebih rendah hingga

yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih

rendah hingga yang lebih tinggi disajikan dalam tabel, sebagai berikut.

Tabel 3. Kata Kunci Pertanyaan Tingkatan Kognitif

Tingkatan Subtingkatan Kata-kata kunci pertanyaan


Kognitif Pengetahuan Apa Pasangkan
Siapa Persamaan kata
yang lebih (knowledge)
Kapan Golongkan
rendah Dimana Berikan nama
Sebutkan
Jodohkan
Pemahaman Terangkanlah Bandingkan
Bedakan Ubahlah
(comprehension)
Terjemahkanlah Berikanlah
Simpulkan
interprestasi
Penerapan Gunakanlah Carilah
Tunjukkanlah
(application) hubungan
Tuliskan
Buatlah
contoh
Demonstrasika
Siapkanlah
nlah
Kognitif Analisis Analisilah Tunjukkanlah
14

yang lebih (analysis) Kemukakan bukti- sebabnya


Berilah alasan-
tinggi bukti
Mengapa alasan
Identifikasikan
Sintesis Ramalkanlah Bagaimana
(synthesis) kita dapat
Bentuk...
memecahkan
Ciptakanlah
Apa yang
Susunlah
Rancanglah terjadi
Tulislah
seandainya
Kembangkanl
ah
Evaluasi Berikan Berilah alasan
(evaluation) pendapat
Alternatif Nilailah
Bandingkan
mana yang lebih
Bedakanlah
baik
Setujukah
anda
Kritiklah

2.2.3.3 Mengumpulkan Informasi/ Eksperimen (Mencoba)

Peserta didik harus mencoba dan melakukan percobaan agar memperoleh hasil

belajar yang nyata atau autentik. Peserta didikpun harus memiliki keterampilan proses

untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan

metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah. Adapun langkah-

langkah dalam mengumpulkan informasi/ percobaan, sebagai berikut.

Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta

didik.
a. Guru bersama peserta didik mempersiapkan perlengkapan yang digunakan.
b. Guru harus memperhitungkan tempat dan waktu.
15

c. Guru menyediakan kertas kerja untuk mengarahkan kegiatan peserta didik.


d. Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen.
e. Guru membagi kertas kerja kepada peserta didik.
f. Peserta didik melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru.
g. Guru mengumpulkan hasil kerja peserta didik dan mengevaluasi, bila

dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

2.2.2.4 Mengasosiasi/ Mengolah Informasi

Kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi terdapat kegiatan menalar. Istilah

menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut

dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik

merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematik

atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa

pengetahuan. Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan

daya menalar peserta didik dapat dilakukan, sebagai berikut.

a. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai

dengan tuntutan kurikulum.


b. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas

utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-

contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.


c. Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari

yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang kompleks (persyaratan

tinggi).
d. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
e. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
f. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat

menjadi kebiasaan atau pelaziman.


g. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
16

h. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan

memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.

2.2.3.5 Mengomunikasikan

Mengomunikasikan merupakan ilmu dan praktik menyampaikan atau

mentransmisikan informasi atau aneka jenis pesan. Selama proses pembelajaran, guru

secara konsisten mengomunikasikan atau mentransmisikan pengetahuan, informasi,

atau aneka pesan baru kepada peserta didiknya. Kegiatan mengomunikasikan

merupakan proses yang kompleks. Proses transmisi atau penyampaian pesan yang

salah menyebabkan komunikasi tidak akan berjalan efektif. Pada konteks

pembelajaran dengan pendekatan saintifik, mengomunikasikan mengandung

beberapa makna, antara lain: (a) mengomunikasikan informasi, ide, pemikiran, atau

pendapat; (b) berbagi (sharing) informasi; (c) memperagakan sesuatu; (d)

menampilkan hasil karya; dan e) membangun jejaring.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti melakukan modifikasi scientific approach

dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk menilai aktivitas belajar siswa,

pada tabel di bawah ini, sebagai berikut.

Tabel 4. Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa

No. Aspek yang Dinilai Saintifik Approch


1. Siswa terlibat aktif awal pembelajaran
(memperhatikan media yang sajikan guru) Mengamati
2. Siswa memperhatikan penjelasan guru
3. Siswa mengajukan dan menjawab pertanyaan Menanya
17

4. Siswa aktif mengumpulan data


5. Siswa aktif mencermati data
6. Siswa berdiskusi memecahkan masalah
Mencoba
7. Siswa berinteraksi dengan teman saat
mengumpulkan data
8. Siswa mengorelasi temuan di sekolah
9. Siswa menuliskan ide/ gagasan ke dalam
Menalar
bentuk teks/ karangan
10. Siswa melakukan penilaian autentik
11. Siswa menghargai perbedaan pendapat ketika
berdiskusi Mengomunikasikan
12. Siswa mengumpulkan tugas tepat waktu

2.2.4 Model-model Pembelajaran

Model pembelajaran yang mendukung penerapan pendekatan sintifik diantaranya

adalah model pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning), model

pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan model pembelajaran

berbasis proyek (project based learning). Paparan model-model pembelajaran

tersebut, sebagai berikut.

2.2.4.1 Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning)

Pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) model pembelajaran yang

menekankan pada keaktifan peserta didik untuk menemukan sendiri. Penggunaan

discovery learning ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif.

Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Model discovery

learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final, tetapi

peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan
18

dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk

(konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

Penggunaan discovery learning ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi

aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented.

Merubah modus ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara

keseluruhan dari guru ke modus discovery peserta didik menemukan informasi

sendiri.

Model pembelajaran discovery learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk

akhir, peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun

informasi, membandingkan, mengategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,

mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan. Bruner mengatakan

bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau

pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,

2005: 41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam discovery learning menurut

Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk

menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika.

Dan melalui kegiatan tersebut, peserta didik akan menguasainya, menerapkan, serta

menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

Model pembelajaran discovery, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes

maupun non tes. Penilaian dapat berupa penilaian pengetahuan, keterampilan, sikap
19

atau penilaian hasil kerja peserta didik. Jika bentuk penilainnya berupa penilaian

pengetahuan maka dalam model pembelajaran discovery dapat menggunakan tes

tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap atau

penilaian hasil kerja peserta didik maka pelaksanaan penilaian dapat menggunakan

contoh-contoh format penilaian sikap, seperti yang ada pada uraian penilaian proses

dan hasil belajar pada materi berikutnya.

2.2.4.2 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar

peserta didik mendapat pengetahuan penting yang membuat mereka mahir dalam

memecahkan masalah dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan

berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang

sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based


Learning)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang

menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.

Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja

dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran

berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik

untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi

dari permasalahan dunia nyata.


20

Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin

tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik,

sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan

masalah yang harus dipecahkan. Ada lima strategi dalam menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah (PBL), yaitu:

a) permasalahan sebagai kajian,


b) permasalahan sebagai penjajakan pemahaman,
c) permasalahan sebagai contoh,
d) permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses, dan
e) permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

Peran guru, peserta didik, dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat

digambarkan, sebagai berikut.

Tabel 4. Peran Guru, Peserta Didik, dan Masalah dalam Pembelajaran


Berbasis Masalah

Peserta Didik Masalah sebagai Awal


Guru sebagai Pelatih sebagai Problem Tantangan dan
Solver Motivasi
Asking about thinking Peserta yang aktif. Menarik untuk
Terlibat langsung
(bertanya tentang dipecahkan.
dalam Menyediakan
pemikiran).
Memonitor pembelajaran. kebutuhan yang ada
Membangun
pembelajaran. hubungannya
Probbing ( menantang pembelajaran.
dengan pelajaran
peserta didik untuk
yang dipelajari.
berpikir ).
Menjaga agar peserta
didik terlibat.
Mengatur dinamika
21

kelompok.
Menjaga berlangsungnya
proses.

b. Prinsip Proses Pembelajaran PBL

Prinsip-prinsip PBL yang harus diperhatikan meliputi konsep dasar, pendefinisian

masalah, pembelajaran mandiri, pertukaran pengetahuan, dan penilaiannya.

a) Konsep Dasar (Basic Concept)

Pada pembelajaran ini fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi,

atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan

agar peserta didik lebih cepat mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan

pembelajaran. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk

garis besar saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara mandiri

secara mendalam.

b) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Langkah pendefinisian masalah dengan cara fasilitator menyampaikan skenario atau

permasalahan dan dalam kelompoknya peserta didik melakukan berbagai kegiatan.

Pertama, brainstorming dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan

pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas sehingga dimungkinkan

muncul berbagai macam alternatif pendapat. Kedua, melakukan seleksi untuk

memilih pendapat yang lebih fokus. ketiga, menentukan permasalahan dan

melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian

dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator memeriksa pilihan-pilihan yang


22

diambil peserta didik yang akhirnya diharapkan memiliki gambaran yang jelas

tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan

pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya.

c) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber

yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi misalnya dari artikel tertulis di

perpustakaan, halaman web, atau bahkan para ahli dalam bidang yang relevan.

Tujuan utama tahap investigasi, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan

mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah

didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan untuk dipresentasikan di kelas,

relevan dan dapat dipahami.

d) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi secara mandiri,

pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya dapat

dibantu guru untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari

permasalahan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam kelas dengan

mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi

akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan

dengan mengikuti petunjuk.

b. Langkah-langkah Pelaksanaan (Sintaks) Pembelajaran Berbasis Masalah


23

Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning memiliki langkah-

langkah. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah, sebagai

berikut.

Fase 1: Mengorientasikan Peserta didik pada Masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-

aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting

dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta

didik serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Ada

empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, sebagai berikut.

Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru,

tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan

bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.


a) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban

mutlak benar, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak

penyelesaian dan seringkali bertentangan.


b) Selama tahap penyelidikan, peserta didik didorong untuk mengajukan

pertanyaan dan mencari informasi.


c) Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk

menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan.

Fase 2: Mengorganisasikan Peserta didik untuk Belajar

Pembelajaran PBL mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu

masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antaranggota. Oleh sebab itu,

guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok


24

peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan

masalah yang berbeda.

Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan

teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter

yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan,

dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan

aspek yang sangat penting.

Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan

melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul

memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik

mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka

sendiri.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan


Memamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran.

Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape

(menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan

secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian

multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta

didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan

sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan
25

peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi penilai

atau memberikan umpan balik.

Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi

proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka

gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran

dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.

c. Penilaian Pembelajaran Berbasis Masalah

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian

dapat dilakukan dengan portofolio yang merupakan kumpulan yang sistematis

pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar

dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran.

Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara evaluasi diri, sebagai

berikut.

a) Self-assessment

Penilaian yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan

hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh

peserta didik itu sendiri dalam belajar.

b) Peer-assessment
26

Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya

dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh

teman dalam kelompoknya.

Penilaian yang relevan dalam PBL antara lain, sebagai berikut.

a) Penilaian kinerja peserta didik

Pada penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau

mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menulis

karangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu

masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.

b) Penilaian portofolio peserta didik

Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan

informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu

periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik dapat berupa hasil karya

terbaik peserta didik selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam penghargaan,

atau bentuk informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam suatu mata

pelajaran.

c) Penilaian potensi belajar

Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik yaitu

mengukur kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-

temannya yang lebih maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan masalah
27

memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan dan mengenali potensi kesiapan

belajarnya.

d) Penilaian usaha kelompok

Menilai usaha kelompok seperti yang dlakukan pada pembelajaran kooperatif

dapat dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi

merugikan yang sering terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan

temannya. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis

masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik sebagai hasil

pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara bersama-sama.

2.2.4.3 Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning (PBL) adalah model

pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam suatu kegiatan (proyek) yang

menghasilkan suatu produk. Keterlibatan peserta didik mulai dari merencanakan,

membuat rancangan, melaksanakan, dan melaporkan hasil kegiatan berupa produk

dan laporan pelaksanaanya.

Model pembelajaran ini menekankan pada proses pembelajaran jangka panjang,

peserta didik terlibat secara langsung dengan berbagai isu dan persoalan kehidupan

sehari-hari, belajar bagaimana memahami dan menyelesaikan persoalan nyata,

bersifat interdisipliner, dan melibatkan peserta didik sebagai pelaku mulai dari

merancang, melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan (student centered).


28

PBL bertitik tolak dari masalah sebagai langkah awal sebelum mengumpulkan data

dan informasi dengan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan

pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek

dirancang untuk digunakan sebagai wahana pembelajaran dalam memahami

permasalahan yang komplek dan melatih serta mengembangkan kemampuan peserta

didik dalam melakukan insvestigasi dan melakukan kajian untuk menemukan solusi

permasalahan.

Pembelajaran berbasis proyek dirancang dalam rangka: (1) Mendorong dan

membiasakan peserta didik untuk menemukan sendiri (inquiry), melakukan

penelitian/ pengkajian, menerapkan keterampilan dalam merencanakan (planning

skills), berfikir kritis (critical thinking), dan penyelesaian masalah (problem-solving

skills) dalam menuntaskan suatu kegiatan/ proyek. (2) Mendorong peserta didik untuk

menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu ke dalam berbagai

konteks (a variety of contexts) dalam menuntaskan kegiatan/ proyek yang dikerjakan.

(3) Memberikan peluang kepada peserta didik untuk belajar menerapkan

interpersonal skills dan berkolaborasi dalam suatu tim sebagaimana orang

bekerjasama dalam sebuah tim dalam lingkungan kerja atau kehidupan nyata.

Peran guru dalam pembelajaran berbasis proyek sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih,

penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya

imajinasi, kreasi dan inovasi dari peserta didik. Beberapa hambatan dalam

implementasi metode pembelajaran berbasis proyek antara lain banyak guru merasa
29

nyaman dengan kelas tradisional, dimana guru memegang peran utama di kelas. Ini

merupakan suatu transisi yang sulit, terutama bagi guru yang kurang atau tidak

menguasai teknologi. Untuk itu, disarankan menggunakan team teaching dalam

proses pembelajaran, dan akan lebih menarik lagi jika suasana ruang belajar tidak

monoton, beberapa contoh perubahan lay-out ruang kelas, seperti: traditional class

(teori), discussion group (pembuatan konsep dan pembagian tugas kelompok), lab

tables (saat mengerjakan tugas mandiri), circle (presentasi). Atau buatlah suasana

belajar bebas dan menyenangkan. Langkah-langkah operasional dan penilaian,

sebagai berikut.

Gambar 1. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek

Penilaian pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek harus diakukan

secara menyeluruh terhadap sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh

peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Penilaian

pembelajaran berbasis proyek dapat menggunakan teknik penilaian yang

dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, yaitu penilaian proyek atau penilaian produk.


30

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus

diselesaikan dalam periode/ waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi

sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan

penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,

kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan

menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil

akhir proyek.Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu

dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan

laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk

poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa

daftar cek ataupun skala penilaian.

2.3 Hakikat Menulis

Hakikat menulis diuraikan menjadi beberapa bagian, yaitu pengertian menulis, tujuan

menulis, dan manfaat menulis, paparannya sebagai berikut.

2.3.1 Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipakai untuk berkomunikasi

secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis adalah

menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu

bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-

lambang grafik tersebut (Tarigan, 1993: 3). Menulis adalah menempatkan simbol-
31

simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang,

kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta

simbol-simbol grafisnya (Lado, 1964: 14).

Keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang

grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang

memunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut

(Suriamiharja, 1997: 12). Menulis merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari

menemukan gagasan sampai menghasilkan tulisan (Akhadiah, 1998: 3).

Menulis pada hakikatnya adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat, dialami,

dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan (Hakim, 2005: 15). Menulis adalah

kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Tulisan adalah

sesuatu yang dihasilkan oleh seseorang akibat kegiatan proses kreatif penulisannya

(Nurudin, 2007: 4).

2.3.2 Tujuan Menulis

Setiap jenis tulisan memiliki berbagai tujuan yang berbeda. Dengan keberbedaan

tersebut maka penulis yang belum berpengalaman ada baiknya memperhatikan

kategori, sebagai berikut: memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau

mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan/mengekspresikan perasaan

dan emosi yang berapi-api (Tarigan, 1993: 23).


32

Sehubungan dengan tujuan penulisan, Hugo Hartig dalam Tarigan (1993: 24)

merangkum tujuan penulisan sebagai berikut; (a) assignment purpose (tujuan

penugasan), yaitu tujuan menulis karena ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri,

(a) altrustic purpose (tujuan altrustik), yaitu tujuan menulis untuk menyenangkan

pembaca, menghadirkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca

memahami, menghargai perasaan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca

lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu, (3) persuasive purpose

(tujuan persuasif) adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan

kebenaran gagasan yang diutarakan, (d) informational purpose (tujuan informasional,

tujuan penerangan) adalah tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/

penerangan kepada para pembaca, (e) self-expressive purpose (tujuan pernyataan

diri), yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang

pengarang kepada para pembaca, (f) creative purpose (tujuan kreatif). Tujuan ini erat

hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-

nilai artistik, nilai-nilai kesenian, dan (g) problem solving purpose (tujuan pemecahan

masalah). Dalam tulisan seperti ini, sang penulis ingin memecahkan masalah yang

dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta

meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat

dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

Tujuan menulis menurut Suriamiharja (1997: 2) adalah agar tulisan yang ditulis dapat

dibaca dan dipahami oleh orang lain yang memunyai kesamaan pengertian terhadap

bahasa yang dipergunakan. Dengan demikian, keterampilan menulis menjadi salah


33

satu cara berkomunikasi, karena dalam pengertian tersebut muncul satu kesan adanya

pengiriman dan penerimaan pesan. Sementara itu, tujuan pembelajaran menulis

laporan menurut Suyatno (2004: 91) adalah agar peserta didik dapat menulis laporan

yang mereka lakukan melalui pengamatan, pengalaman, maupun hasil bacaan. Dari

berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan menulis bertujuan untuk menungkan

ide, gagasan, dan pengetahuan ke dalam bentuk tulisan agar dapat dibaca oleh orang

lain serta dapat memecahkan masalah yang tengah dihadapi oleh penulis.

2.3.3 Manfaat Menulis

Bahasa tulis berbeda dengan bahasa lisan. Bahasa lisan merupakan bahasa primer,

sedangkan bahasa tulis adalah sekunder. Bahasa tulis dapat menembus waktu dan

ruang, tetapi bahasa lisan begitu diucapkan segera hilang tidak berbekas. Bahasa tulis

dapat disimpan lama dalam sampai waktu yang tidak terbatas karena itulah kita dapat

memperoleh informasi dari masa lalu atau dari tempat yang jauh melalui bahasa tulis,

tetapi tidak melalui bahasa lisan (Chaer, 1994: 82).

Banyak keuntungan yang didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut

Akhadiah, dkk. (2003:1-2) ada lima kegunaan menulis, sebagai berikut.

a. Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis,

penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik.

Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir menggali pengetahuan

dan pengalamannya.
34

b. Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan

menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-

bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya.


c. Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi

sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas

wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.


d. Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis

serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat

menjelaskan permasalahan yang semula masih samar.


e. Penulis akan dapat meninjau serta manilai gagasannya sendiri secara lebih

objektif.

2.4 Teks Hasil Obsevasi

Teks Hasil Observasi merupakan salah satu materi yang harus dikuasai peserta didik

kelas VII dalam kurikulum 2013. Di bawah ini, dipaparkan pengertian, ciri-ciri,

fungsi, struktur, dan cara ataupun langkah-langkah menulis teks hasil observasi,

sebagai berikut.

2.4.1 Pengertian Teks Hasil Observasi

Teks hasil observasi adalah teks yang menjelaskan secara umum atau melaporkan

suatu hasil dari kegiatan observasi yang dilakukan. Teks laporan hasil observasi

memilik terdiri dari: definisi umum, deskripsi bagian, dan deskripsi manfaat.

Informasi yang disajikan dalam teks hasil observasi sifatnya faktual atau berdasarkan

kenyataan (fakta).
35

Teks hasil observasi merupakan teks yang berisi tentang pembahasan atau penjabaran

sesuatu yang merupakan hasil dari observasi atau pengamatan. Teks ini juga sering

disebut dengan teks klasifikasi karena di dalamnya terdapat klasifikasi tentang

sesuatu yang berdasarkan kriteria khususnya. Jenis teks ini selalu berisi tentang

deskripsi bentuk, ciri-ciri, dan sifat umum dari objek yang diamati baik itu benda,

manusia, hewan, tumbuhan dan lain sebagainya.

2.4.2 Ciri-ciri Teks Hasil Observasi

Suatu teks dapat dikatakan sebagai teks hasil observasi apabila di dalamnya terdapat

beberapa ciri-ciri, sebagai berikut.

a. Bersifat objektif.

b. Penulisnnya harus berdasarkan fakta yang ada saat

observasi.

c. Tidak memihak.

d. Tidak mengandung dugaan atau pendapat yang

menyimpang dari topik.

e. Bersifat universal dan global.

f. Penulisannya secara lengkap agar tak terjadi ketimpangan

pada hasil yang disampaikan.

g. Penyajian teks ini disajikan secara menarik dengan

menggunakan bahasa yang baku dan berbobot.

2.4.3 Fungsi Teks Hasil Observasi


36

Teks hasil observasi memiliki fungsi, sebagai berikut.

a. Memberitahukan atau menjelaskan tanggung jawab tugas dan kegiatan

pengamatan

b. Memberitahukan atau menjelaskan dasar penyusunan kebijaksanaan,

keputusan atau pemecahan masalah dalam pengamatan.

c. Merupakan sumber informasi dan

d. Merupakan bahan untuk pendokumentasian.

2.4.5 Struktur Teks Hasil Observasi

Teks hasil observasi memiliki struktur yang harus diperhatikan apabila seseorang

ingin menulis teks hasil obsrvasi. Struktur teks observasi terdiri dari tiga bagian,

sebagai berikut.

a. Definisi Umum

Berisi tentang pengertian atau konsep dasar dari apa yang diobservasi atau topik yang

diangkat, misalnya teks observasi kebersihan lingkungan, kita harus menjabarkan

terlebih dahulu tentang definisi atau konsep kebersihan lingkungan secara umum.

Kita bisa memberikan pernyataan atau apa yang kita percayai sebagai prinsip kita

dalam kebersihan lingkungan.

b. Deskripsi Bagian

Berisi tentang bagian bagian yang lebih detil/ lengkap tentang konsep atau atau isi

dari topik yang dijadikan teks/ tulisan.


37

c. Deskripsi Manfaat

Berisikan tentang manfaat dari objek observasi atau manfaat apa yang bisa diambil

dari proses observasi yang telah dilakukan.

2.4.6 Cara dan Langkah Penyusunan Teks Hasil Observasi

Pembuatan dan penyusunan teks hasil observasi haruslah mengikuti kaidah yang

ditetapkan agar hasilnya dapat memuaskan dan baik untuk dipahami pembaca.

Adapun langkah penyusunan teks hasil observasi, sebagai berikut.

a. Membuat judul laporan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan. Judul

harus sesuai dengan tema dan alur yang akan dipaparkan nantinya.

b. Membuat dan memaparkan kalimat pembukaan yang berisi tentang gambaran

umum dari hasil observasi.

c. Menyusun dan membuat isi tulisan yang berisi gagasan atau ide pokok dari

hasil pengamatan.

d. Memberikan dan menjelaskan manfaat dari hasil observasi tersebut.

e. Menuliskan kalimat penutup.

2.5 Sintaks Pembelajaran Melalui Model Problem Based Learning pada Materi
Menulis Teks Hasil Observasi

Tabel 6. Sintaks Pembelajaran Melalui Model Problem Based Learning Siklus I

Kegiatan Guru Sintaks PBL Kegiatan Siswa


Siklus I Pertemuan I
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru memberi salam 1. Siswa menjawab
dengan semangat salam guru dengan
38

sebagai awal membuka semangat


pelajaran.
2. Guru Mengorientasikan 2. Siswa termotivasi
menginformasikan siswa pada masalah untuk melaksanakan
kompetensi dan tujuan pembelajaran hari ini.
pembelajaran.
Kegiatan Inti

3. Guru menyajikan sebuah Mengorganisasikan 3. Siswa dengan sikap


gambar gajah untuk siswa untuk belajar peduli mengamati
membangun konteks gambar yang
pembelajaran. disajikan guru di
depan kelas.
4. Guru menyajikan 4. Siswa dengan santun
teks hasil observasi dan menggunakan
sesuai dengan gambar bahasa Indonesia
gajah yang ditampilkan yang baik dan benar
guru di awal. bertanya hal-hal yang
berhubungan dengan
konteks pembelajaran
(terkait dengan
gambar gajah dan
teks yang disajikan
oleh guru).
5. Guru dan siswa Membimbing 5. Siswa menunjukkan
melakukan tanya jawab penyelidikan tiap-tiap bagian teks
terkait dengan struktur individual maupun pada gambar gajah
teks hasil observasi. kelompok yang termasuk dalam
struktur teks hasil
observasi.
6. Guru menyajikan 6. Siswa dengan sikap
gambar pasar terapung peduli mengamati
39

dan teks disusun gambar pasar


berdasarkan gambar terapung dan teks
pasar terapung. disusun berdasarkan
gambar pasar
terapung yang
disajikan guru di
depan kelas.
7. Guru menugaskan Mengembangkan 7. Siswa secara mandiri
siswa untuk menulis dan menyajikan menulis di buku
secara mandiri menulis hasil karya latihan tiap-tiap
di buku latihan tiap-tiap bagian teks pada
bagian teks pada gambar pasar
gambar pasar terapung terapung yang
yang termasuk dalam termasuk dalam
struktur teks hasil struktur teks hasil
observasi. observasi.
8. Guru mengajak 8. Siswa menukar hasil
siswa untuk menukar tugas yang telah
tugasnya dengan teman dibuat dengan teman
sebangku. sebangku.
9. Guru menugaskan Menganalisis dan 9. Siswa
siswa untuk mengevaluasi proses memberikan
memberikan penilaian pemecahan masalah penilaian terhadap
terhadap struktur yang struktur yang telah
telah disusun oleh disusun oleh teman
teman sebangku. sebangku.
Kegiatan Akhir
10. Guru dan siswa 10. Siswa melakukan
merefleksi refleksi bersama
guru.
pembelajaran yang
sudah dilaksanakan.
40

11. Guru mengucapkan 11. Siswa menjawab


salam untuk menutup salam

pembelajaran.
Siklus I Pertemuan II
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru memberi salam 1. Siswa menjawab
dengan semangat salam guru dengan
sebagai awal membuka semangat
pelajaran.
2. Guru Mengorientasikan 2. Siswa termotivasi
menginformasikan siswa pada masalah untuk melaksanakan
kompetensi dan tujuan pembelajaran hari
pembelajaran. ini.
Kegiatan Inti

3. Guru membentuk Mengorganisasikan 3. Siswa membuat


kelompok belajar. Tiap siswa untuk belajar kelompok belajar
kelompok diberikan yang terdiri dari 4
gambar yang berbeda- orang dalam satu
beda. kelompok.
4. Guru melakukan Membimbing 4. Siswa melakukan
tanya jawab dengan penyelidikan tanya jawab dari
siswa tentang kaidah individual maupun guru.
kebahasaan yang harus kelompok
dikuasai siswa
5. Secara mandiri Mengembangkan dan 5. Siswa membuat teks
siswa diberikan menyajikan hasil karya hasil observasi
kesempatan untuk sesuai dengan
membuat teks hasil gambar yang
observasi sesuai diperoleh dan
dengan gambar yang memperhatikan
diperoleh dan penggunaan ejaan
41

memperhatikan (huruf kapital, tanda


penggunaan ejaan titik, tanda koma)
(huruf kapital, tanda serta pilihan kata
titik, tanda koma) serta yang tepat.
pilihan kata yang
tepat.
6. Guru mengajak 6. Siswa saling
siswa menukarkan menukarkan hasil
hasil karya siswa ke karya teks hasil
kelompok lain observasi dengan
teman
kelompoknya.
7. Guru memberikan Menganalisis dan 7. Siswa menilai hasil
kesempatan kepada mengevaluasi proses karangan teman
siswa untuk menilai pemecahan masalah dalam satu
hasil karya temannya kelompok berkaitan
dengan kesesuaian
isi, organisasi
gagasan, kosakata,
dan ejaan.
8. Guru memberikan 8. Siswa
kesempatan kepada mempresentasikan
siswa untuk hasil karangan yang
mempresentasikan sudah dibuat.
hasil karangan yang Kelompok belajar
sudah dibuat. lainnya menanggapi
Kelompok belajar hasil karangan
lainnya menanggapi tersebut.
hasil karangan
tersebut.
Kegiatan Akhir
42

9. Guru dan siswa 9. Siswa melakukan


merefleksi refleksi bersama
pembelajaran yang guru.
sudah dilaksanakan.
10. Guru 10. Siswa menjawab
mengucapkan salam salam
untuk menutup
pembelajaran.

Tabel 7. Sintaks Pembelajaran Melalui Model Problem Based Learning Siklus II

Kegiatan Guru Sintaks PBL Kegiatan Siswa


Siklus II Pertemuan I
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru memberi salam 1. Siswa menjawab
dengan semangat salam guru dengan
sebagai awal membuka semangat
pelajaran.
2. Guru Mengorientasikan 2. Siswa termotivasi
menginformasikan siswa pada masalah untuk melaksanakan
kompetensi dan tujuan pembelajaran hari ini.
pembelajaran.
Kegiatan Inti (Pertemuan I)

1. Guru membentuk Mengorganisasikan 1. Siswa membentuk


kelompok belajar, setiap siswa untuk belajar kelompok belajar.
43

kelompok
beranggotakan 4 orang.
2. Guru menyajikan 2. Siswa dengan sikap
sebuah video yang peduli mengamati
berisi liputan guru video yang disajikan
tentang kemacetan lalu guru di depan kelas.
lintas.
3. Guru menyajikan Membimbing 3. Siswa dengan santun
beberapa kalimat inti penyelidikan dan menggunakan
berdasarkan video yang individual maupun bahasa Indonesia
telah ditayangkan. kelompok yang baik dan benar
Penyusunan kalimat bertanya jawab
tersebut belum sesuai tentang penyusunan
dengan struktur teks beberapa kalimat inti
hasil observasi. Guru yang tepat.
memberikan
kesempatan kepada
siswa berdiskusi dalam
kelompok untuk
menyusun beberapa
kalimat inti sesuai
dengan sturktur teks
hasil observasi.
4. Guru memberikan Mengembangkan 4. Siswa
pengarahan cara untuk dan menyajikan mengembangkan dari
hasil karya
mengembangkan dari kalimat inti yang telah
kalimat inti yang telah disusun (yang disebut
disusun (yang disebut dengan kerangka
dengan kerangka karangan) menjadi
karangan) menjadi karangan utuh dengan
karangan utuh dengan memperhatikan
44

memperhatikan penggunaan ejaan


penggunaan ejaan (huruf kapital, tanda
(huruf kapital, tanda titik, dan tanda koma)
titik, dan tanda koma) dan pemilihan kata
dan pemilihan kata yang tepat.
yang tepat.
5. Guru menyajikan 5. Siswa dengan sikap
sebuah video yang peduli mengamati
berisi liputan guru video yang disajikan
tentang museum guru di depan kelas
Lampung.
6. Guru memberikan 6. Secara
kesempatan kepada berkelompok, siswa
siswa, secara berdiskusi membuat
berkelompok, kerangka karangan
berdiskusi membuat yang berupa kalimat
kerangka karangan inti dari setiap
yang berupa kalimat struktur teks hasil
inti dari setiap struktur observasi sesuai
teks hasil observasi dengan video yang
sesuai dengan video disajikan guru di
yang disajikan guru di depan kelas.
depan kelas.

7. Guru membimbing Menganalisis dan 7. Siswa menentukan


siswa dalam mengevaluasi proses kalimat inti dalam
menentukan kalimat inti pemecahan masalah setiap struktur teks
dalam setiap struktur hasil observasi.
teks hasil observasi.
Kegiatan Akhir
8. Guru dan siswa 8. Siswa melakukan
45

merefleksi refleksi bersama guru.


pembelajaran yang
sudah dilaksanakan.
9. Guru mengucapkan 9. Siswa menjawab
salam untuk menutup salam
pembelajaran.
Siklus I Pertemuan II
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru memberi salam 1. Siswa menjawab
dengan semangat salam guru dengan
sebagai awal membuka semangat
pelajaran.
2. Guru Mengorientasikan 2. Siswa termotivasi
menginformasikan siswa pada masalah untuk melaksanakan
kompetensi dan tujuan pembelajaran hari ini.
pembelajaran.
Kegiatan Inti

3. Guru Mengorganisasikan 3. Siswa kembali


menginformasikan siswa untuk belajar duduk sesuai dengan
kepada siswa kembali kelompok belajar
duduk sesuai dengan yang telah dibentuk
kelompok belajar dalam pertemuan I.
yang telah dibentuk
dalam pertemuan I.
4. Guru menugaskan Membimbing 4. Siswa saling
siswa untuk saling penyelidikan menukar kerangka
menukar kerangka individual maupun karangan yang sudah
karangan yang sudah kelompok disusun pada
disusun pada pertemuan I dengan
pertemuan I dengan kelompok belajar
kelompok belajar lainnya, kemudian
46

lainnya, kemudian dalam kelompok


dalam kelompok belajar, siswa
belajar, siswa berdiskusi untuk
berdiskusi untuk memperbaiki
memperbaiki kerangka karangan
kerangka karangan yang sudah disusun
yang sudah disusun disesuaikan dengan
disesuaikan dengan struktur teks hasil
struktur teks hasil observasi dipandu
observasi dipandu oleh guru dari depan
oleh guru dari depan kelas.
kelas.
5. Guru menugaskan 5. Siswa
siswa untuk mengembalikan
mengembalikan kerangka karangan
kerangka karangan yang telah diperbaiki.
yang telah diperbaiki. Kemudian
Kemudian mencermati mencermati
perbaikan yang telah perbaikan yang telah
dituliskan oleh dituliskan oleh
kelompok lain. kelompok lain.
6. Guru menugaskan Mengembangkan dan 6. Siswa secara mandiri
siswa secara mandiri menyajikan hasil mengembangkan
mengembangkan karya kerangka karangan
kerangka karangan menjadi karangan
menjadi karangan (teks) utuh (45)
(teks) utuh (45) paragraf dengan
paragraf dengan memperhatikan
memperhatikan kesesuaian isi teks
kesesuaian isi teks dengan video,
47

dengan video, keruntutan struktur


keruntutan struktur teks hasil observasi,
teks hasil observasi, ejaan (huruf kapital,
ejaan (huruf kapital, tanda titik, dan tanda
tanda titik, dan tanda koma), dan pilihan
koma), dan pilihan kata yang tepat.
kata yang tepat.
7. Guru menugaskan Menganalisis dan 7. Siswa saling menilai
siswa saling menilai mengevaluasi proses hasil karangan teman
hasil karangan teman pemecahan masalah dalam satu kelompok
dalam satu kelompok berkaitan dengan
berkaitan dengan kesesuaian isi,
kesesuaian isi, organisasi gagasan,
organisasi gagasan, kosakata, dan ejaan
kosakata, dan ejaan (guru memberikan
(guru memberikan lembar penilaian/
lembar penilaian/ unsur-unsur yang
unsur-unsur yang dinilai).
dinilai).
8. Guru menugaskan 8. Siswa berdiskusi
siswa berdiskusi untuk untuk memilih hasil
memilih hasil karangan siswa yang
karangan siswa yang terbaik dalam
terbaik dalam kelompok untuk
kelompok untuk dipublikasikan di
dipublikasikan di mading sekolah.
mading sekolah.
Kegiatan Akhir

9. Guru dan siswa 9. Siswa melakukan


merefleksi refleksi bersama
pembelajaran yang guru.
48

sudah dilaksanakan.

10. Guru 10. Siswa menjawab


mengucapkan salam salam
untuk menutup
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai