Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS

A. Definisi Diabetes Mellitus


Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan
multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi
insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudart 2001).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogn yang ditandai oleh
kenaikan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa dibentuk dihati dari
makanan yang dikonsumsi. Insulin, yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas,
mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi penyimpanan
(Smeltzer, 2008).
Diabetes Mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar
gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga
mengganggu sistem kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI, 2001)
Menurut pelkeni (2011) dan ADA (2012) diabetes mellitus adalah suatu
kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
Kesimpulannya, diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak yang ditandai oleh hiperglikemia, aterosklerotik, mikroangiopati dan
neuropati.Hiperglikemia terjadi karena akibat dari kekurangan insulin atau menurunya
kerja insulin.

B. Anatomi Fisologis Sistem Endokrin


Tubuh manusia memiliki berbagai macam sistem dan melakukan fungsinya.Salah
satu sistem yang mengatur suatu sistem dalam tubuh manusia di antaranya sistem
endokrin. Sistem endokrin yaitu terdiri dari sejumlah kelenjar penghasil zat yang
dinamakan hormon. Dimana hormon yang dihasilkan ini akan berpengaruh pada
mekanisme kerja masing-masing organ tubuh. Hormon ini nantinya difungsikan sebagai
pembawa pesan ke berbagai sel dalam tubuh melalui aliran darah, dan selanjutnya

1 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


dihasilkan suatu tindakan. Sistem endokrin ini bekerja sama dngan sistem saraf untuk
mempertahankan homeostatis tubuh.
Pada sistem endokrin kelenjar yang berperan adalah kelenjar endokrin, dikatakan
demikian karena tidak mempunyai saluran keluar untuk zat yang dihasilkan. Kelenjar
endokrin trdiri dari beberapa bagian diantaranya.
1. Kelenjar hipofise atau puitari (hypophysisor puitary gland)
2. Kelenjar tiroid (thyroid gland) atau kelenjar gondok
3. Kelenjar paratiroid ( parathyroid gland)
4. Kelenjar suprarenal (suprarenal gland)
5. Pulau langerhans (island or langerhans)
6. Kelenjar kelamin ( gonad)
7. Plasenta juga dapat dikategorikan kelenjar karena menghasilkan hormon.

1. Kelenjar hipofise atau puitari (hypophysisor puitary gland)


Terletak di rongga dalam kepala dekat dasar otak. Kelenjar ini terdiri dari 2
bagian, bagian depan dan bagian belakang. Bagian belakang merupakan kelanjutan dari
hipotalamus (bagian dasar otak). Di kelenjar ini akan dihasilkan hormon pertumbuhan,
hormon perangsang thyroid (TSH), perangsang gonad (FSH), dan lain-lain. Kelenjar ini
menghasilkan hormon pertumbuhan (growth hormon), hormon perangsang thyroid
(TSH), perangsang gonad. Kelenjar ini juga merangsang produksi hormon seks dan
prolaktin yang mengatur produksi ASI setelah melahirkan. Horrmon thyroid yang
dihasilkan berpengaruh pada pertumbuhan individu, yang jika kekurangan hormon dapat
mengakibatkan kekerdilan.

2. Kelenjar thyroid (thyroid glandl) atau kelenjar gondok


Kelenjar ini menempel pada bagian depan batang tenggorok. Kelenjar thyroid
menghasilkan hormon T2, T3 dan T4 dan sedikit kolistonin.Bahan dasar dari
pembentukan ketiga hormon ini adalah yodium yang dihasilkan dari makanan dan
minuman yang dikonsumsi. Yodium ini nantinya akan berubah menjadi sumber energi
setelah berubah menjadi ion yodium. Hormon T3 dan T4 berfungsi untuk meningkatkan
metabolisme karena peningkatan konsumsi oksigen dan produksi panas (kecuali untuk

2 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


otak, lien, paru-paru). Hormon-hormon thyroid ini berfungsi untuk pertumbuhan fetus
khusunya untuk pertumbuhan saraf dan tulang, mempertahankan sekresi GH dan
gonadotropin.

3. Kelenjar paratiroid (parathyroid glandl)


Kelenjar ini terletak di dekat kelenjar thyroid. Kelenjar parathyroid
menghasilkan parathormon yang ikut serta mengatur kadar kalsium darah. Jika seseorang
mengalami gangguan terhadap kadar kalsium darahnya, makan akan dapat menimbulkan
kejang otot.

4. Kelenjar suprarenal (suprarenal glandl)


Terletak di bagian pinggir (korteks) dan tengah (medulla). Pada bagian korteks
akan menghasilkan hormon yang mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
(ACTH), sedangkan bagian medulla menghasilkan hormon adrenalin yang berperan
dalam sistem saraf simpatis.

5. Pulau langerhans (island of langerhans)


Terletak dijaringan pankreas, di dalamnya terdapat kelenjar-kelenjar langerhans
yang menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang berfungsi mengatur kadar gula
dalam darah. Penyakit DM salah satu contoh akibat gangguan pada produksi hormon
tersebut.

6. Kelenjar kelamin (gonad)


Terletak di testis pada laki-laki dan indung telur pada wanita, menghasilkan
hormon seks.

3 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


C. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka penyebab pada
setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan beberapa penyebab dari
penyakit diabetes mellitus:
1. Diabetes mellitus tipe 1 ( IDDM )
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
Mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM
tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
2) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu
autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta. (Price, 2005)

2. Diabetes mellitus tipe 2 ( NIDDM )


Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan
dalam proses terjadinya resistensi insulin. Faktor resiko diabetes mellitus tipe 2 antara
lain:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada
awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai
menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang
menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan cadangan glukosa

4 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


dalam tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam darah serta
kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah keseluruh tubuh menjadi
pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan
dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko
berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandung mendekati 40% dan 33% untuk
anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan
nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes tipe
2 (Martinus, 2005).

3. Diabetes Mellitus Gestasional (GDM )


Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu :
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. Ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
a. Kelas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu
hamil dan menghilang setelah melahirkan.
b. Kelas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum
hamil dan berlanjut setelah hamil.
c. Kelas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi
penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh
darah panggul dan pembuluh darah perifer.

Pada saat seorang wanita hamil,ada beberapa hormon yang mengalami peningkatan
jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human placental lactogen (HPL).
Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah hormon-hormon tersebut mempunyai pengaruh
terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini
menyebabkan kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut sebagai insulin resistance.

5 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


Saat fungsi insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu, jumlah
gula dalam darah pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian menyebabkan seorang
wanita hamil menderita diabetes gestasional.

4. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya


a. Kelainan genetik dalam sel beta: pada tipe ini memiliki prevalensi familial yang
tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan
resisten terhadap insulin.
b. Kelainan genetik pada kerja insulin: sindrom resistensi insulin berat dan akantosis
negrikans
c. Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
d. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
e. Infeksi.

D. Manifestasi Klinis
Gejala sering kali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa gejala
yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Gejala tipikal yang sering
dirasakan penderita diabetes antara lain poliuria (sering BAK), polidipsi (sering haus),
dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu juga sering muncul keluhan
penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh terganggu, kesemutan pada tangan
atau kaki, timbul gatal-gatal yang sering menganggu (pruritis). Dan berat badan menurun
tanpa sebab yang jelas.
1. Pada DM Tipe 1 gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah poliuria, polidpsi,
polifagia, penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), intabilitas, dan
pruritus (gatal-gatal pada kulit).
2. Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada. DM tipe 2
seringkali muncul tanpa diketahui. Penderita DM tipe 2 umumnya lebih mudah
terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin buruk, dan
umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas dan juga komplikasi pada
pembuluh darah dan syaraf.

6 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


Manifestasi klinis diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik
defisiensi insulin (Price & Wilson)
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotik
yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva.

Kriteria diagnosis diabetes mellitus: (Sudoyo Aru, dkk, 2009)

1. Gejala klinik diabetes mellitus+glukosa plasma sewaktu 200mg/dL (11,1


mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada
suatu hari tanpa memerhatikan waktu.
2. Gejala klasik diabetes mellitus+glukosa plasam 126 mg/dL (7,0 mmol/L).
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L). TTGO
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara
dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan ke dalam air.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994): (Sudoyo Aru, dkk 2009)
1) 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan
karbohidrat yang cukup)
2) Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3) Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa
4) Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-
anak) dilarutkan dalam air 250mL dan diminum dalam waktu 5 menit
5) Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
2 jam setelah minum larutan glukosa selesai
6) Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa

7 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


7) Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan
tidak merokok.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menentukan seseorang
mengalami diabetes mellitus, antara lain:
1. Kadar glukosa darah
Tabel : kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatis sebagai
patokan penyaring.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dL)
Kadar Glukosa Darah Sewaktu DM Belum Pasti DM
Plasma vena >200 100 200
Darah kapiler >200 80 100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL)
Kadar Glukosa Darah Puasa DM Belum Pasti DM
Plasma vena >120 110 120
Darah kapiler >110 90 110

2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2jam post prandial (pp) > 200 mg/dl)

3. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

4. Tes saring
Tes-tes saring pada DM adalah :
a. GDP, GD
b. Tes Glukosa Urin:

8 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


a) Tes konvesional (metode reduksi/Benedict)
b) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)

5. Tes diagnostik
Tes-tes diagnostik pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP (Glukosa darah 2 jam
post pradinal), glukosa jam ke-2 TTGO

6. Tes monitoring terapi


Tes-tes monitoring terapi DM adalah :
a. GDP : plasma vena,darah kapiler
b. GD2 PP : plasma vena
c. A1c : darah vena, darah kapiler

7. Tes untuk mendeteksi komplikasi


Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
a. Mikroalbuminuria : urin
b. Ureum, Kreatinin, Asam Urat
c. Kolesterol total : plasma vena (puasa)
d. Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
e. Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
f. Trigliserida : plasma vena (puasa)

F. Penatalaksaan Medis
Penatalaksanaan diabetes mellitus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pasien
diabetes mellitus. Target yang dilakukan dalam penatalaksanan diabetes mellitus meliputi
pengendalian gula darah, pengendalian penyakit penyerta, dan pengelolaan komplikasi.
Penatalaksanan diabetes mellitus edukasi, nutrisi, latihan, pengobatan, dan monitoring.
Penatalaksanaan terpadu pada diabetes mellitus meliputi 4 pilar yaitu edukasi, nutrisi,
latihan fisik dan pengobatan.
1. Edukasi diabetes mellitus
Edukasi dilakukan untuk mendukung perubahan perilaku pasien. Edukasi
pada pasien diabetes meliputi pemahaman tentang perjalanan penyakit diabetes

9 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


mellitus, perlunya pengendalian dan pemantauan diabetes mellitus secara
berkelanjutan, komplikasi diabetes mellitus dan resikonya , dan cara penggunaan
obat diabetes.
2. Nutrisi
Pola makan sehat dan seimbang sesuai dengan jumlah, jenis, jadwal (3J)
dalam pemberian nutrisi pada pasien. Makanan sehari-hari hendaknya cukup
karbohidrat, serat, protein, rendah lemak jenuh, kolestrol, sedangkan natrium dan
gula secukupnya. Komposisi yang dianjurkan dalam karbohidrat 45-65%, lemak
20-25%, protein 10-20%. Jumlah kalori dihitung berdasarkan kenutuhan basal
individu ditambah atau dikurangi bergantung dengan faktor lain seperti jenis
kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan kondisi stress.
3. Latihan
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit .Latihan dilakukan untuk menjaga stamina,
menurunkan berat badan, dan meningkatkan kepekaan insulin. Latihan jasmani
yang dianjurkan. Latihan jasmani yang bersifat aerobik, seperti jalan kaki,
bersepeda santai, jogging. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak.
4. Pengobatan
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar
gula darah dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-benar
normal sulit untuk dipertahankan. Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran
yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka
panjang menjadi semakin berkurang. Untuk itu diperlukan pemantauan kadar gula
darah secara teratur baik dilakukan secara mandiri dengan alat tes kadar gula darah
sendiri di rumah atau dilakukan di laboratorium terdekat. Pengobatan diabetes
meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet.
Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan
memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga
secara teratur. Namun, sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat
badan dan melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi
sulih insulin atau obat hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral.

10 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati
dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil
maka dokter kemudian memberikan obat yang dapat diminum (oral = mulut) atau
menggunakan insulin. Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes,
yaitu:
1) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah
secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes
tipe I. Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat
ini menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin
oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.
Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin
tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja
dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes
tipe II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah dengan
cukup. Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun
beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian.Jika obat hipoglikemik per-
oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin perlu
diberikan suntikan insulin.
2) Terapi Sulih Insulin
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga
harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan
melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat
diberikan per-oral (ditelan).
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di
lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak
terasa terlalu nyeri.

11 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki
kecepatan dan lama kerja yang berbeda:
a) Insulin Kerja Cepat
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan
paling sebentar. Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam
waktu 20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja
selama 6-8 jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang
menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20
menit sebelum makan.
b) Insulin Kerja Sedang
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin
isofan. Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun
dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam.
Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi
kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk
memenuhi kebutuhan sepanjang malam.
c) Insulin Kerja Lambat
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.

G. Komplikasi Diabetes Mellitus


Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes diklasifikasikan sebagai komplikasi
akut dan kronik.
1. Komplikasi akut:
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan keadaan menurunya kadar glukosa darah
<60mg/dl. Hipoglikemi dapat disebabkan karena penggunaan insulin atau
obat oral yang berlebihan, konsumsi makan yang sedikit, dan aktivitas
yang berat. Gejala-gejala hiperglikemia terdiri dari gejala adrenergic dan
sistem saraf pusat. Gejala adrenergik seperti berkeringat, gemetar, dan rasa

12 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


lapar. Gejala sistem saraf pusat seperti pusing, gelisah, penurunan
kesadaran sampai koma.
2) Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD terjadi ketika kadar glukosa tinggi (300-600mg/dl), asidosis
metabolic, osmolalitas plasma meningkat (300-320 mOsm/ml),
peningkatan anion gap dan ketonemia atau ketonuria.
3) Hiperglikemia, Hiperosmolar, Koma Nonketotik (HHNK)
HHNK merupakan kondisi peningkatan glukosa darah (600-
1200mg/dl), osmolalitas plasma meningkat (300-380 mOsm/ml), plasma
keton (+/-), dan anion gap normal atau sedikit meningkat.

2. Komplikasi kronik:
a. Makroangiopati
a) Penyakit arteri coroner
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah arteri koroner
yang dapat menyebabkan peningkatan insiden infark miokard.
b) Vaskuler perifer
Tanda dan gejala mencakup berkurangnya denyut nadi perifer dan
klaudikasio intermiten (nyeri pantat atau betis ketika berjalan).
Gangguan vaskuler perifer lama kelamaan dapat menyebabkan
gangren.
c) Serebrovaskuler
Penderita diabetes berisiko dua kali lipat terkena penyakit
serebrovaskuler seperti TIA (transient ischemic attack) dan stroke.

b. Mikroangiopati
1) Retinopati diabetik
Retinopati terjadi karena prubahan dalam pembuluh darah pada
retinaretinopati diabetik yang dapat menyebabkan penglihatan kabur
yang diakibatkan oleh perubahan mendadak glukosaa darah. Penyebab

13 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


terjadinya retinopati pada penderita diabetes ialah hipoksia kronik
pada retina.
2) Nefropati diabetik
Nefropati diabetik disebabkan oleh hipertensi dan kadar glukosa
plasma yang tinggi sehingga terjadi kerusakan kapiler glomelurus dan
penebalan membran, serta pembesaran glomelurus.
3) Neuropati diabetik
Neuropati terjadi karena hilangnya sensasi pada bagian terjauh.
Risiko tinggi terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Neuropati terjadi
karena ada penebalan membran basalis kapiler dan dimielinisasi saraf
karena hiperglikemia sehingga hantaran saraf terganggu.

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama
klien, umur, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku,
alamat. Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat kita prediksikan adalah
Umur, karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes
mellitus tipe II pada umur diatas 40 tahun.

2) Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus datang kerumah sakit dengan keluhan
utama yang berbeda-beda. Pada umumnya seseorang dating kerumah
sakit dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas, dan
berat badan turun.

14 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan
informasi apakah terdapat faktor-faktor resiko terjadinya diabetes
mellitus misalnya riwayat obesitas, hipertensi, atau juga
atherosclerosis
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada riwayat penyakit berupa proses terjadinya
gejala khas dari diabetes mellitus, penyebab terjadinya diabetes
mellitus serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus,
hal ini berhubungan dengan proses genetik dimana orang tua
dengan diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit
tersebut kepada anaknya.

4) Pola Aktivitas Sehari-hari


a) Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak
minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme
yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
b) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan
pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria). Pada eliminasi alvi
relatif tidak ada gangguan.

15 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


c) Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan
mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola
tidur dan waktu tidur penderita.
d) Pola Aktivitas
Adanya kelemahan otot-otot pada ekstermitas menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.

5) Pola Persepsi dan Konsep Diri


Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).

6) Pola Sensori dan Kognitif


Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami
neuropati/mati rasa pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya
trauma.

7) Pola Seksual dan Reproduksi


Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan
kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi
serta orgasme.

8) Pola Mekanisme Stres dan Koping


Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung

16 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.

b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda-tanda vital.

2) Kepala dan Leher


Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran,
lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah,
gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.

3) Sistem Integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami
dehidrasi, kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren,
kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

4) Sistem Pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita
diabetes mellitus mudah terjadi infeksi.

5) Sistem Kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler.

17 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


6) Sistem Urinaria
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.

7) Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran
masa otot,berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.

8) Sistem Neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada sistem
neurologis pasien sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia,
anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan keseimbangan insulin, makanan, dan aktivitas jasmanai.
b. Resiko syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit ke dalam sel
tubuh, hipovolemia.
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan
(nekrosis luka gangrene).
d. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit
(diabetes mellitus).
e. Retensi urine berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih,
sfingter kuat dan poliuri.
f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah ke perifer, proses penyakit diabetes mellitus.
g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gejala poliuria dan
dehidrasi.
h. Keletihan

18 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


3. Perencanaan
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Ketidakseimb Setelah 1. Kaji status nutrisi Untuk mengetahui
angan nutrisi dilakukan dan kebiasaan tentang keadaan dan
kurang dari tindakan makan. kebutuhan nutrisi
kebutuhan keperawatan pasien sehingga dapat
tubuh selama ... diberikan tindakan dan
berhubungan diharapkan pengaturan diet yang
dengan kebutuhan adekuat.
gangguan nutrisi klien 2. Anjurkan klien Kepatuhan terhadap
keseimbanga dapat terpenuhi. untuk mematuhi diet diet dapat mencegah
n insulin, Kriteria hasil: yang telah komplikasi terjadinya
makanan, dan 1. Adanya diprogramkan. hipoglikemia/hiperglike
aktivitas peningkatan mia.
jasmani. berat badan 3. Timbang berat Mengetahui
sesuai badan setiap perkembangan berat
dengan seminggu sekali. badan pasien (berat
tujuan badan merupakan salah
2. Berat badan satu indikator untuk
ideal sesuai menentukan diet).
dengan 4. Identifikasi Mengetahui apakah
tinggi badan perubahan pola klien telah
3. Tidak ada makan. melaksanakan program
tanda-tanda diet yang telah
malnutrisi ditetapkan.
5. Kerjasama dengan Pemberian insulin akan
tim kesehatan lain meningkatkan
untuk pemberian pemasukan glukosa ke
insulin dan diet dalam jaringan
diabetik. sehingga gula darah

19 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


menurun.
Pemberian diet yang
sesuai dapat
mempercepat
penurunan gula darah
dan mencegah
komplikasi.
2 Resiko syok Setelah 1. Monitor status Pengkajian yang tepat
berhubungan dilakukan sirkulasi, tekanan dapat menentuka
dengan tindakan darah, warna, kulit, intervensi yang sesuai
ketidakmamp keperawatan sushu, denyut dengan kebutuhan
uan elektrolit selama ... jantung, HR, dan klien.
ke dalam sel diharapkan klien ritme nadi perifer,
tubuh, tidak mengalami dan kapiler refill
hipovolemia. syok. 2. Monitor tanda Inadekut oksigenasi
Kriteria hasil: inadekuat oksigenasi merupakan salah satu
1. nadi dalam jaringan tanda terjadinya syok.
batas normal 3. Monitor suhu dan Perubahan suhu dan
2. irama pernafasan pernapasan menjadi
jantung abnormal perlu
dalam batas diwaspadai akan
normal terjadinya syok.
3. frekuensi 4. Monitor input dan Menentukan tanda dari
nafas dalam output balance cairan.
batas normal 5. Monitor tanda awal Mengetahui tanda awal
4. irama syok syok dapat memberikan
pernafasan penanganan awal syok
dalam batas dengan tepat.
normal 6. Ajarkan keluarga Keluarga merupakan
5. natrium dan pasien tentang orang yang selalu
serum dalam tanda dan gejala berada dekat dengan

20 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


batas normal datangnya syok klien, sehingga dapat
6. kalium membantu perawat
serum dalam dalam memonitor
batas normal keadaan klien.
7. klorida 7. Ajarkan keluarga Memberikan
dalam batas dan pasien tentang penanganan darurat
normal langkah untuk yang tepat saat klien
8. kalsium mengatasi gejala berada di rumah.
dalam batas syok
normal 8. Kolaborasi: Berikan Meningkatkan hidrasi
9. magnesium cairan IV atau oral yang tepat sesuai
dalam batas yang tepat dengan kebutuhan
normal klien.
10. pH darah
serum dalam
batas normal
3 Kerusakan Setelah 1. Kaji luas dan Pengkajian yang tepat
integritas dilakukan keadaan luka serta terhadap luka dan
jaringan tindakan proses proses penyembuhan
berhubungan keperawatan penyembuhan. akan membantu dalam
dengan selama .... menentukan tindakan
nekrosis diharapkan selanjutnya.
kerusakan tercapainya 2. Rawat luka dengan Merawat luka dengan
jaringan proses baik dan benar: teknik aseptik dapat
(nekrosis penyembuhan membersihkan luka menjaga kontaminasi
luka luka. secara aseptik luka dan larutan yang
gangrene). Kriteria hasil: menggunakan iritatif akan merusak
1. Perfusi larutan yang tidak jaringan granulasi yang
jaringan iritatif, angkat sisa timbul, sisa balutan
normal balutan yang jaringan nekrosis dapat
2. Tidak ada menempel pada luka menghambat proses

21 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


tanda-tanda dan nekrotomi granulasi.
infeksi jaringan yang mati.
3. Menunjukan 3. Kolaborasi dengan Insulin akan
pemahaman dokter untuk menurunkan kadar gula
dalam proses pemberian insulin, darah.
perbaikan pemeriksaan kultur Pemeriksaan kultur ous
kulit dan pus, pemeriksaan untuk mengetahui jenis
mencegah gula darah dan kuman dan antibiotik
terjadinya pemberian yang tepat untuk
cedera antibiotik. pengobatan.
berulang Pemeriksaan kadar gula
4. Menunjukan darah untuk mengetahui
terjadinya perkembangan
proses penyakit.
penyembuha
n luka

4 Resiko Setelah 1. Kaji adanya tanda- Pengkajian yang tepat


infeksi dilakukan tanda infeksi pada tentang tanda-tanda
berhubungan tindakan luka. infeksi dapat membantu
dengan keperawatan menentukan tindakan
trauma pada selama .... selanjutnya.
jaringan, diharapkan tidak 2. Anjurkan kepada Kebersihan diri yang
proses terjadi infeksi. klien dan keluarga baik merupakan salah
penyakit Kriteria hasil: untuk selalu satu cara untuk
(diabetes 1. Klien bebas menjaga kebersihan mencegah infeksi
mellitus). dari tanda diri selama kuman.
dan gejala perawatan.
infeksi 3. Lakukan perawatan Untuk mencegah
2. Menunjukka luka secara aseptik. kontaminasi luka dan
n penyebaran infeksi.

22 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


kemampuan 4. Anjurkan pada klien Diet yang tepat, latihan
untuk agar menaati diet, fisik yang cukup dapat
mencegah latihan fisik yang meningkatkan daya
timbulnya cukup, pengobatan tahan tubuh,
infeksi yang ditetapkan. pengobatan yang tepat
3. Jumlah mempercepat
leukosit penyembuhan sehingga
dalam batas memperkecil
normal kemungkinan terjadinya
infeksi.
5 Retensi urine Setelah 1. Monitor intake dan Mengetahui balance
berhubungan dilakukan output cairan klien.
dengan tindakan
inkomplit keperawatan 2. Monitor derajat Mengetahui seberapa
pengosongan selama ... distensi bladder banyak urine yang
kandung diharapkan teretensi dalam
kemih, retensi urine kandung kemih.
sfingter kuat dapat teratasi. 3. Instruksikan pada Untuk mengobservasi
dan poliuri. Kriteria hasil: pasien dan keluarga output urine klien
1. Kandung untuk mencatat sehingga dapat
kemih urine output. menentukan seberapa
kosong banyak urine yang
secara penuh teretensi.
2. Tidak ada 4. Sediakan privacy Privacy klien untuk
residu urin untuk eliminasi eliminasi memberikan
>100-200cc kenyaman pada klien
3. Bebas dari untuk melakukan
ISK eliminasi sehingga tidak
4. Tidak ada ada urine yang teretensi
spasme di dalam kandung
bladder kemih.

23 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


5. Balance 5. Monitor tanda dan Dengan mengetahui
cairan gejala ISK (panas, tanda dan gejala dapat
seimbang hematuria, menetukan intervensi
perubahan bau dan dan penanganan awal
konsistensi urin) yang tepat untuk klien.
6. Kateterisasi jika Kateteritrasi dapat
perlu membantu
mengeluarkan urine
yang mengalami
retesnsi di dalam
kandung kemih tanpa
harus mengandalkan
otot sfingter.
6 Ketidakefekti Setelah 1. Anjurkan klien Dengan mobilisasi
fan perfusi dilakukan untuk melakukan meningkatkan sirkulasi
jaringan tindakan mobilisasi. darah.
perifer keperawatan 2. Ajarkan tentang Meningkatkan dan
berhubungan selama ... faktor-faktor yang melancarkan alirah
dengan diharapkan dapat meningkatkan darah balik sehingga
penurunan dapat aliran darah. tidak terjadi edema.
sirkulasi mempertahanka Tinggikan kaki
darah ke n sirkulasi sedikit lebih rendah
perifer, perifer tetap dari jantung (posisi
proses normal. elevasi pada waktu
penyakit Kriteria hasil: istirahat), hindari
diabetes 1. Tekanan penyilangan kaki,
mellitus. systole dan hindari balutan
diastole ketat, hindari
dalam penggunaan bantal
rentang yang di belakang lutut.
diharapkan 3. Ajarkan tentang Kolesterol tinggi dapat

24 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


2. Tidak ada modifikasi faktor- mempercepat terjadinya
ortostatik faktor risiko berupa: arterosklerosis,
hipertensi hindari diet tinggi merokok dapat
kolesterol, kebiasaan menyebabkan
merokok, dan vasokonstriksi
penggunaan obat pembuluh darah,
vasokonstriksi. relaksasi dapat
mengurangi efek dari
stres.
4. Kerjasama dengan Pemberian vasodilator
tim kesehatan lain akan meningkatkan
dalam pemberian dilatasi pembuluh darah
vasodilator, sehingga perfusi
pemeriksaan gula jaringan dapat
darah secara rutin diperbaiki, sedangkan
dan terapi oksigen. pemeriksaan gula darah
secara rutin dapat
mengetahui
perkembangan dan
keadaan pasien, terapi
oksigen untuk
memperbaiki
oksigenasi.
7 Resiko Setelah 1. Pertahankan catatan Mengetahui balance
ketidakseimb dilakukan intake dan output cairan.
angan tindakan yang akurat
elektrolit keperawatan 2. Monitor status Mencegah terjadinya
berhubungan selama ... hidrasi dehidrasi pada klien.
dengan gejala diharapakan (kelembababan
poliuria dan klien tidak membran mukosa,
dehidrasi. mengalami nadi adekuat,

25 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


ketidakseimban tekanan darah
gan elektrolit. ortostatik) jika
Kriteria hasil: diperlukan.
1. Tidak ada 3. Monitor vital sign Perubahan yang
tanda-tanda abnormal pada vital
dehidrasi, sign dapat
elastisitas, mengindikasikan klien
turgor kulit mengalami
baik, ketidakseimbangan
membran elektrolit.
mukosa 4. Kolaborasikan Pemberian cairan IV
lembap, tidak pemberian cairan IV dapat mempermudah
ada rasa haus hidrasi pada klien
yang dengan tepat.
berlebihan
8 Keletihan. Setelah 1. Diskusikan dnegan Dapat memberi
dilakukan klien kebutuhan motivasi dalam
tindakan aktivitas. aktivitas.
keperawatan 2. Beri aktivitas Mencegah kelelahan
selama ... alternatif pada berlebih.
diharapkan klien periode istirahat.
dapat 3. Diskusikan cara Klien dapat melakukan
menunjukkan menghemat kalori banyak aktivitas dengan
perbaikan selama aktivitas. menghemat energi.
kemampuan 4. Tingkatkan Meningkatkan harga
untuk partisipasi klien diri yang positif sesuai
berpartisipasi dalam melakukan tingkat aktivitas klien.
dalam aktivitas aktivitas sehari0hari.
yang diinginkan. 5. Kolaborasi dengan Menetukan diet nutrisi
ahli gizi. klien.

26 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus


4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan perencanaan
keperawatan yang telah disusun sebelumnya.

5. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
a. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-
tanda malnutrisi.
b. Syok tidak terjadi.
c. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature,
hidrasi, pigmentasi).
d. Klien bebas dari tanda infeksi.
e. Kandung kemih kosong secara penuh, tidak ada residu urine > 100-200 cc.
f. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
g. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal.
h. Keletihan dapat teratasi, klien mampu melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat
kemampuannya.

27 Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus

Anda mungkin juga menyukai