Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini terdapat ribuan senyawa kimia dan campuran yang kebanyakan berbahaya yang
secara teknik dapat dikendalikan. Meskipun demikian, seiring dengan naiknya penggunaan
bahan kimia di industri non-kimia, insiden yang dapat dikatakan sebagai chemical accident naik
setiap tahunnya. Kebanyakan kecelakaan adalah akibat mengabaikan sifat-sifat bahan kimia yang
terkait dengan proses.
Identifikasi bahan kimia sangat penting, tetapi manajemen bahan kimia jauh lebih penting
karena selain berisi tentang identifikasi bahan kimia juga berisi program-program penting dalam
keamanan dan pengendalian bahan kimia agar bahan kimia yang digunakan, disimpan atau
didistribusikan tertangani dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.

Dari banyak jenis substansi kimiawi yang digunakan dalam industry, perdagangan dan
lingkup ketenagakerjaan lainnya, banyak yang tergolong tidak berbahaya. Akan tetapi, ada juga
sejumlah besar substansi lainnya yang digunakan yang berpotensi menimbulkan bahaya dan
gangguan kesehatan, substansi yang berbahaya bagi kesehatan ini lazim disebut substansi
berbahaya .

Banyak sekali undang-undang yang dibuat untuk mengatur kimia ini. Sasarannya adalah
untuk melindungi orang-orang yang menanganinya dengan memsatikan bahwa orang yang
membuat atau menggunakan substansi berbahaya ini telah menyediakan tindakan pencegahan
dan system kerja yang meminimalkan peluang substansi tersebut membahayakan siapapun.

Substansi-substansi lain seperti gas yang dapat menyala (flammable) dan gas eksplosif
yang mampu menimbulkan kerusakan fisik, seperti ledakan diatur dalam undang-undang yang
terpisah.Undang-undang utama yang membahas keamanan penggunaan substansi kimiawi adalah
the control of substances hazardous to health regulation 2002 (COSHH) yang bertujuan
mengurangi kemungkinan gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat kekurang hati-hatian
penanganan dan penggunaan substansi-substansi kimia yang lebih berbahaya. Pemahaman

1
tentang bahan-bahan kimia yang digunakan di perusahaan sangat penting, untuk memudahkan
dalam penanganan bahan-bahan tersebut dalam setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan.

Insiden demi insiden terjadi pada bermacam industri yang menggunakan bahan kimia
yang sangat berbahaya yang mungkin berupa bahan beracun, reaktif, mudah terbakar, atau
mudah meledak, atau gabungan dari sifat-sifat tersebut. Kelengahan industri yang menggunakan
bahan kimia sangat berbahaya ini merupakan potensi terjadinya kecelakaan setiap saat bila tidak
dikendalikan dengan tepat.

Contoh bahan kimia yaitu bahan kimia yang bersifat korosif. Bahan kimia korosif
merupakan bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan
tubuh. Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, saluran pernapasan.
Kerusakan yang ditimbulkan oleh zat korosif misalnya luka, peradangan, iritasi , dan sinsitasi (
jaringan amat peka terhadap bahan kimia). Beberapa bahan kimia korosif dapat menguap dan
beberapa lainnya bereaksi hebat dengan uap air.

Secara umum bahaya yang dikandung bahan kimia bergantung pada sifat-sifat fisik,
kimia dan racun dari tiap bahan kimia yang bersangkutan. Oleh sebab itu pengenalan dan
penanganan bahan-bahan kimia yang berkaitan dengan sifat-sifat bahaya yang dikandung dalam
rangka mencegah terjadinya kecelakaan bahan kimia mutlak diperlukan.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas mengenai penanganan bahan kimia
yang bersifat korosif.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana penanganan bahan kimia yang bersifat korosif.

1.3 Tujuan Makalah


Untuk memenuhi tugas tengah semester V mata kuliah kesehatan dan
keselamatan kerja ( K3)
Untuk mengetahui penanganan bahan kimia yang bersifat korosif.

2
1.4 Manfaat Penelitian

Dengan melakukan pembuatan makalah ini, penulis dapat menerapkan ilmu dan melatih
kemampuan khususnya mengenai penanganan bahan kimia yang bersifat korosif.

3
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Bahan Berbahaya


Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada suatu kondisi
tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan
(penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pembuatan dan pembuangan). Salah satu bahan
kimia berbahaya tersebut adalah bahan kimia yang bersifat korosif.

2.2 Contoh Bahan Kimia Berbahaya

Pengenalan terhadap bahan kimia merupakan hal yang sangat penting dan suatu
keharusan bagi siapa saja yang berada dalam lingkungan bahan kimia (laboratorium atau gudang
kimia) atau yang akan mengemas, menggunakan, atau memperlakukan bahan kimia itu dalam
pekerjaan tertentu.

Wujud bahan kimia dapat berupa padatan, cairan maupun gas. Bahan kimia berwujud
padatan dapat bersifat higroskopis seperti NaOH, KSCN, atau bersifat mudah
menguap/menyublim seperti I2, (NH4)2CO3, C10H8 (naphthalene), atau bersifat peka terhadap
cahaya seperti KMnO4, AgNO3, atau bersifat peka terhadap air seperti logam Na, K, atau bersifat
peka terhadap udara/oksigen seperti fosfor.

Bahan kimia berwujud cairan dapat bersifat mudah menguap seperti CHCl3, CH3COCH3
(acetone), HCl, atau mudah terbakar seperti CH3OH, C6H14 (hexane). Sedangkan bahan kimia
berwujud gas seperti gas H, He, N2.

Sifat bahan kimia terbagi sifat fisis dan sifat kimia. Sifat-sifat ini meliputi wujud, warna,
bau, berat jenis, titik didih, titik lebur, titik nyala, titik bakar, viskositas, higroskopis, kelarutan
dalam air, rumus molekul, dsb.

Sebagian bahan kimia merupakan pencemar bagi lingkungan, sebagian ada yang bersifat
mudah terbakar, mudah meledak, korosif, racun, merusak organ tubuh, atau meracuni organisme.

4
Bahan kimia yang diperdagangkan sering disertai dengan simbol tertentu pada label
kemasan, dimaksudkan untuk mengetahui potensi bahaya atau akibat yang dapat ditimbulkan
dari bahan kimia tersebut. Beberapa simbol yang sering dijumpai pada bahan kimia yang
diperdagangkan sebagai berikut:
HARMFUL

Bahan kimia dapat menyebabkan iritasi, luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu sistem
pernafasan bila kontak dengan kulit, dihirup atau ditelan. Misal NaOH, C6H5OH, Cl2

TOXIC

Bahan kimia bersifat racun, dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila masuk ke
dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui kulit.
Misal CCl4, H2S, C6H6.

CORROSIVE

Bahan kimia bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit,
gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit mengelupas. Misal H2SO4, HNO3, HCl

5
FLAMMABLE

Bahan kimia memiliki titik nyala rendah dan mudah menyala/terbakar dengan api bunsen,
permukaan metal panas atau loncatan bunga api. Misal C2H5OC2H5, CS2, C2H2

EXPLOSIVE

Bahan kimia bersifat dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau
gesekan. Misal KClO3, NH4NO3, C6H2(NO2)3CH3

OXIDISING

Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan panas
saat kontak dengan bahan organik, bahan pereduksi, dll. Misal KMnO4, H2O2, K2Cr2O7.

NATURE POLLUTING

Bahan kimia bersifat berbahaya bagi satu atau beberapa komponen dalam lingkungan kehidupan.
Misal AgNO3, Hg2Cl2, HgCl2

6
Kemasan bahan kimia dapat mengandung satu bahkan lebih simbol bahaya. Namun demikian,
kemasan tanpa simbol bahaya bukanlah berarti bahwa bahan kimia tersebut aman dan bebas
bahaya, untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam penanganan bahan kimia.

2.3 Pengertian Bahan Kimia Korosif


Bahan kimia korosif adalah bahan kimia yang meliputi senyawa asam-asam alkali dan
bahan-bahan kuat lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejana atau
penyimpanan.

2.4 Bahan-Bahan Korosif


Bahan-bahan korosif terdiri dari asam-asam dan basa serta garam-garamnya yang
bersifat asam atau basa, baik organik maupun anorganik. Bahan-bahan asam atau bersifat asam
antara lain asam asetat, asam klorida, dll. Bahan-bahan alkali yang bersifat korosif antara lain
cement, amoniak, dll. Senyawa alkali dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata,
merangsang kulit dan sistem pernafasan.
Bahan-bahan korosif ini khas menyebabkan kerusakan-kerusakan pada bagian tubuh
yang dikenainya, baik terpecik, maupun tertumpah ke kulit atau mata, terminum, ditelan, serta
terhirup ke paru-paru. Kerusakan-kerusakan pada tubuh yang ringan dapat ditolong di
perusahaan dengan adanya PPPK, tetapi kerusakan-kerusakan yang berat harus dirawat di rumah
sakit.

Beberapa contoh sifat dan kegunaan dari bahan yang bersifat korosif :

1. Amoniak
Amoniak pada suhu dan tekanan normal merupakan gas, maka dari itu perhatian
terhadapnya harus khusus. Zat ini digunakan untuk sintesa bahan organik, untuk antibeku
didalam pendingin dan sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk. Ammonium hidroksida
adalah larutan, tetapi amoniak mudah menguap, zat ini digunakan untuk sintesa bahan-
bahan lain dan sebagai larutan untuk membersihkan logam-logam. Amoniak dan ammonium
hidroksida langsung mempengaruhi sel-sel dengan efek kaustik dan menyebabkan
rangsangan yang terasa sakit bagi selaput-selaput lender. Penghirupan ke paru-paru

7
mengakibatkan oedem paru-paru dan pneumonia. Pekerja-pekerja yang menggunakan zat
tersebut harus dibiasakan untuk terampil menggunakan alat-alat penolong jika terjadi
kecelakaan. Bejana penyimpanan amoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah
kecelakaan. Semua klep-klep harus diberi tanda agar tidak bocor dan mengakibatkan
kecelakaan.

2. Fluor, hydrogen fluoride dan derivate nya


Fluor, hydrogen fluoride dan derivate lainnya juga khas sifatnya sebagai salah satu bahan
korosif. Fluor dipakai sebagai bahan untuk sintesa bahan-bahan organic. Hydrogen fluoride
dipergunakan dalam pembuatan minyak alam dan untuk mengetes gelas. Klorit banyak
digunakan dalam proses-proses industri. Sedangkan garam fluoride dipakai untuk mencegah
kerusakan gigi dan sebagai racun tikus.
Fluor dan senyawanya adalah racun bagi sel-sel secara langsung dengan mengganggu
metabolisme kalsium dan enzim. Fluoride membentuk endapan tak larut dalam air dengan
kalsium dan kalsium plasma yang molekulnya kecil. HF sangat korosif bagi jaringan. Kulit
atau selaput lender yang kontak dengan HF berubah menjadi borok nekrotis yang sangat
dalam. Fluoride netral dengan kadar 1-2% menyebabkan kelainan-kelainan selaput lender
dengan tanda-tanda peradangan dan nekrose. Pengaruh F dan HF kepada paru-paru berupa
oedem dan pneumonia.
Keracunan-keracunan akut oleh zat tersebut berupa kerusakan-kerusakan jaringan.
Keracunan kronis baik dari makanan atau udara yang dihirup ke paru-paru oleh fluor
sebanyak 6 mg sehari menyebabkan fluorosis dengan tanda-tanda turunnya berat badan,
tulang mudah patah, anemia, kelesuan, warna putih pada gigi menghilang.

3. Asam formiat
Asam formiat mudah terbakar, tidak berwarna, berbau tajam/menusuk dan mempunyai sifat
korosif yang cukup tinggi. Asam formiat ini mudah larut dalam air dan beberapa pelarut
organik, tetapi sedikit larut dalam benzene, karbon tetraklorida dan toluene, serta tidak larut
dalam karbon alifatik. Asam formiat digunakan sebagai bahan kimia pembantu dalam proses
pencelupan atau pewarnaan anti kusut dan anti ciut. Selain itu juga digunakan dalam proses
pembersihan, penghilangan zat kapur dan pewarnaan kulit.

8
2.5 Data Bahan Kimia

Data bahan kimia yang dimuat dalam suatu jenis bahan kimia, secara umum meliputi :
nama bahan, penggunaan, uraian penanganan, sifat bahan, rumus kimia, sifat fisik, korosifitas,
reaksi-reaksi bahaya, informasi bahan mudah terbakar, reaktifitas, sifat racun, sifat biologis,
pengaruh pajanan dan informasi radiasi.
Kriteria utama dalam pengenalan sifat bahan kimia adalah Nilai Ambang Batas (NAB),
daerah konsentrasi mudah terbakar (LEL dan UEL), titik nyala, titik bakar, titik didih dan tingkat
bahaya dengan mengacu pada standar NFPA. Biasanya 9able9ia tersebut harus dicantumkan
dalam 9able-tabel informasi yang disediakan oleh produsen atau pemasok suatu bahan kimia,
meskipun informasi yang diberikan akan berbeda dengan berbagai sumber lain.

Nilai Ambang Batas (NAB) untuk bahan-bahan korosif di udara ruang kerja adalah sebagai
berikut :

1. Amoniak : 50 bds atau 35 mg per meter kubik


2. Cement : 50 dppkk
3. Fluor : 0,1 bds atau 0,2 mg per meter kubik
4. Hydrogen fluoride : 3 bds atau 2 mg per meter kubik
5. Fluoride : 2,5 mg per meter kubik
6. Asam formiat : belum ditentukan
7. Hydrogen klorida : 5 bds atau 7 mg per meter kubik
8. Brom : 0,1 bds atau 0,7 mg per meter kubik
9. Hydrogen bromide : 36 bds atau 10 mg per meter kubik

2.6 Tanda dan Label Bahan Kimia Berbahaya


Tanda dan label bahan kimia berbahaya diperlukan apabila bahan-bahan kimia berbahaya
dikemas dalam kemasan atau diangkut menggunakan alat transportasi. Pemasangan label atau
tanda dengan memakai lambang atau peringatan tertulis pada kemasan untuk bahan kimia
berbahaya juga merupakan tindakan pencegahan.
Ketika bahan kimia sedang diproduksi, tenaga kerja biasanya menerapkan usaha
keselamatan dengan baik. Tetapi apabila bahan kimia tersebut telah ditempatkan dalam botol,

9
kaleng, atau kemasan lainnya, tenaga kerja belum mengetahui sepenuhnya sifat bahaya dari
bahan kimia tersebut. Demikian pula dengan pengangkutan lebih lanjut, petugas yang berkaitan
dengan alat pengangkutan tidak mengenal dengan baik bahaya yang mungkin timbul dari bahan
kimia yang diangkutnya. Sehingga upaya pemberian label adalah sangat penting dalam
penanganan bahaya yang mungkin timbul.
Berbagai macam label telah dibuat oleh beberapa organisasi antara lain klasifikasi
menurut NFPA, tabel informasi bahan kimia berbahaya berupa DOT (Department Of
Transportasion) hazardous materials warning labels dan unnumber.

2.7 Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya


Bahan kimia berbahaya harus disimpan dengan cara yang tepat, untuk mencegah
kemungkinan terjadi bahaya. Perlu pula dijamin agar bahan kimia berbahaya tidak bereaksi
dengan bahan lain yang disimpan di tempat yang sama.
Untuk pengamanan suatu bahan kimia dengan bahaya lebih dari satu macam, segenap
jenis bahayanya harus diperhatikan dan diamankan. Fasilitas yang diperlukan dan prosedur
penyimpanan harus menjamin keselamatan dari seluruh kemungkinan bahaya.

2.8 Pengangkutan Bahan Kimia Berbahaya

Keamanan pengangkutan bahan kimia berbahaya sangat penting, agar terhidar dari
malapetaka bagi tenaga kerja, kerusakan harta maupun kerugian jiwa termasuk alat angkutan.
Dalam kegiatan tranportasi bahan kimia berbahaya, bahaya utama adalah bahaya kebakaran dan
ledakan. Dalam pengangkutannya perlu dipertimbangkan faktor-faktor antara lain : pengaturan
muatan secara keseluruhan, pengaruh gerakan alat pengangkutan dalam cuaca yang tidak baik,
pengaruh perubahan suhu dan kelembapan terhadap keselamatan bahan kimia yang diangkut dan
lain-lain.
Dalam pengangkutan bahan kimia berbahaya, pengemudi atau setiap orang yang terlibat
dalam proses pengangkutan harus dibekali pengetahuan tentang bahaya bahan kimia yang
diangkut dan upaya pencegahannya, tindakan bila terjadi kebocoran, kebakaran atau kecelakaan
dan alamat untuk meminta pertolongan.
Penyimpanan dan pembuangan sisa bahan kimia berbahaya tidak sama dengan
pembuangan bahan buangan lainnya. Bahan kimia berbahaya yang akan dibuang hendaknya

10
diolah terlebih dahulu dikemas dalam drum, botol, kaleng, truk, tangki atau lainnya dengan tanda
dan label yang jelas.

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penanganan dan Pencegahan Bahan Kimia yang Bersifat Korosif


Beberapa cara dapat dilakukan dalam upaya pengenalan bahan-bahan kimia berbahaya.
Cara yang sering dilakukan adalah melalui pemahaman sifat-sifat fisik, kimia dan racun dari
suatu bahan. Pemahaman ini dimaksudkan untuk memberi kemudahan dalam memperlakukan
bahan-bahan secara aman. Mengingat banyaknya bahan-bahan kimia yang digunakan, maka
tidak mungkin kita dapat mengenali seluruh sifat bahan kimia, khususnya yang berkaitan dengan
jenis bahaya yang dikandungnya. Data bahan kimia secara khusus harus dibuat oleh pembuat
atau pemasok guna memudahkan pengenalan dan penanggulangan risiko bahaya yang mungkin
terjadi.
Berbagai pencegahan terhadap akibat-akibat buruk yang ditimbulkan oleh bahan-bahan korosif
adalah sebagai berikut :

1. Simpanlah bahan korosif sebaik-baiknya sehingga aman bagi pekerja yang


menggunakannya.
2. Cukup air untuk mencuci mata, tangan, kulit yang mungkin dikenai bahan tersebut serta
untuk keperluan mandi sewaktu-waktu.
3. Kacamata yang pas, skort karet dan sarung tangan yang harus dipakai apabila pekerja
mengolah bahan-bahan dengan kadar tinggi.
4. Pemeliharaan rumah tangga perusahaan yang baik, termasuk kebersihan dan ketertiban
dalam perusahaan.
5. Pembuangan air-air bekas dan bahan sisa pakai dengan saluran-saluran tertutup sehingga
tak mengotori tempat kerja.
6. Pendidikan dan pengawasan yang baik dan cukup kepada para pekerja, agar mereka
selalu mengikuti instruksi-instruksi yang digariskan.

Pencegahan bahaya fluor dan senyawanya dengan cara sebagai berikut :

1. Pekerja yang bersangkutan harus diberi petunjuk dan harus mengerti betul mengenai
bahaya zat tersebut sekalipun kadarnya sangat encer.
2. Air untuk mandi, cuci kulit dan mata harus tersedia dengan cukup.

12
3. Proses mengolah hydrogen flouride harus tertutup.
4. Pakaian pelindung harus lengkap.
5. Masker dengan tekanan udara tinggi harus dipakai apabila kadar hydrogen flouride
merangsang hidung.

Alat-alat yang dipakai harus dicuci pada waktu-waktu tertentu dan harus menggunakan larutan
amoniak bila hydrogen flouride tertumpah.

Keselamatan yang berkaitan dengan penyimpanan bahan kimia yang bersifat korosif antara lain :

Bahan kimia yang bersifat korosif yaitu asam fluoride, asam klorida, asam nitrat, asam
semut dan asam perkolat. Bahan kimia ini dapat merusak kemasannya dan bocor keluar atau
menguap ke uadara. Bahan yang menguap ke udara dapat bereaksi dengan bahan organik atau
bahan kimia lainnya, yang berekasi keras dengan uap air dan menimbulkan kabut asam yang
mengganggu kesehatan tenaga kerja. Dalam penanganannya bahan kimia tersebut harus
didinginkan diatas titik bekunya.
Tempat penyimpanan bahan kimia yang bersifat korosif harus terpisah dari bangunan
lainnya, terbuat dari dinding dan lantai yang tahan korosi dan tidak tembus serta dilengkapi
fasilitas penyalur tumpahan.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bahan kimia Korosif yaitu bahan kimia yang dapat merusak kulit jika zat lain
bersentuhan dengannya. Korosif dapat merusak logam dan marmer sehingga bahan kimia korosif
harus di kemas dalam kemasan yang benar-benar aman seperti botol plastik dan botol kaca.

Saat bekerja di laboratorium dengan menggunakan bahan yang bersifat korosif,


lakukanlah antisipasi dengan cara mengenakan jas lab, dan usahakan untuk tidak langsung
terkena jas lab. Karena bisa menghancurkan atau mengikis jas lab yang digunakan. Selain itu,
hindarkan dari anak anak, simpan dalam lemari terkunci, jangan sampai tercecer saat
menggunakannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Sumamur, 1967, Higene perusahaan dan kesehatan kerja, PT. toko gunung agung :
Jakarta
2. Budiono dkk, 2008, bunga rampai hiperkes & KK,Universitas Diponegoro Semarang :
Semarang
3. Ridley, 2008, kesehatan dan keselamatan kerja, erlangga : Jakarta
4. Cahyono, achadi budi. 2010. Keselamatn kerja bahan kimia di industry. GADJAH
MADA UNIVERSITY PRESS : Jogjakarta
5. Mulyono, 2008, Membuat Reagen Kimia di Laboratorium, Bumi Aksara, Jakarta
6. Keith Furr, 2000, CRC Handbook of Laboratory Safety, 5th ed, CRC Press, Washington

15

Anda mungkin juga menyukai