Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan ialah hasil dari konsepsi atau pembuahan setelah melakukan senggama
yang ditandai dengan perubahan fisiologis yang pada hakekatnya terjadi pada seluruh
sistem organ, masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu/9 bulan 7 hari) dihitung dari HPHT (hari
pertama haid terakhir). Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu trimester pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan ke-4 sampai 6 bulan.
Trimester ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan. Kehamilan melibatkan perubahan fisik
maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga. Di dalam
kehamilan juga banyak terjadi proses patofisiologi yang terjadi, di dalam asuhan
keperawatan ini akan dibahas tentang perdarahan pada kehamilan muda.
Diantaranya adalah mola hidatidosa atau orang awam menyebutnya dengan hamil
anggur. Mola hidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi kanalis mengalami perubahan hidropik.
Dalam hal sedemikian disebut mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila
disertai janin atau bagian dari janin disebut mola parsialis atau partial mole.

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan Insruksional Umum :
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Mola Hidatidosa
Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengertian Mola Hidatidosa
2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Etiologi Mola Hidatidosa
3. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Klasifikasi Mola Hidatidosa
4. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Patofisiologi Mola Hidatidosa
5. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Manifestasi Klinik Mola Hidatidosa
6. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Penatalaksanaan Mola Hidatidosa
7. Mahasiswa Mampu Menyebutkan Komplikasi Mola Hidatidosa
8. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pengkajian Fokus
9. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Pathway Mola Hidatidosa
10. Mahasiswa Mampu Merumuskan Diagnosa Mola Hidatidosa
11. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Fokus Intervensi Dan Rasional Mola
Hidatidosa

C. METODE PENELITIAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode diskriptif yaitu
dengan penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari
literatur yang ada, baik dari perpustakaan, text book, atau dari internet.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Dari makalah yang kami buat, kami menggunakan sistematika yang terdiri dari
tiga bab yaitu pendahuluan, konsep dasar dan penutup. Bab I pendahuluan yang terdiri
dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.
Bab II konsep dasar yang terdiri dari pengertian Mola Hidatidosa, klasifikasi Mola
Hidatidosa, etiologi Mola Hidatidosa, patofisiologi Mola Hidatidosa, manifestasi klinik
Mola Hidatidosa, penatalaksanaan Mola Hidatidosa, pengkajian fokus Mola Hidatidosa,
pathways Mola Hidatidosa, diagnosa keperawatan Mola Hidatidosa, fokus intervensi dan
rasional Mola Hidatidosa. Bab III penutup yang terdiri dari simpulan, saran dan daftar
pustaka.
BAB II

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma vilus korialis
langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi vilus-vilus
yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus; gambaran yang diberikan ialah
sebagai sebuah gugus anggur. Jaringan tropoblast pada vilus kadang-kadang
berprofilerasi ringan dan kadang-kadang keras, dan mengeluarkan hormon, yakni human
chorionic gonadotropin (hCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa
(Wiknjosastro, 2005).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh villi
korialisnya mengalami perubahan hidrofik (Mansjoer, 2005).
Hamil Mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak
berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili koriales disertai dengan
degenerasi hidropik (Prawirohardjo, 2009)
Kesimpulan

B. ETIOLOGI
Penyebab secara pasti belum diketahui atau idiopatik. Tetapi ada faktor-faktor yang
mungkin menjadi penyebab adalah:
1. Faktor Ovum
Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum
memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam
pembuahan.
2. Keadaan Sosial Ekonomi yang Rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan
keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan
dan perkembangan janinnya.
3. Paritas Tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena
trauma kelahiran atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat
diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau
menotropiris (pergonal).
4. Kekurangan Protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan
dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu, keperluan
akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein
dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal.
5. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau
adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit
(desease). Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang
masuk virulensinya serta daya tahan tubuh (Mochtar, 2011).

C. KLASIFIKASI

Mola hidatidosa menurut (Bobak, 2005) dibagi menjadi:

1. Mola hidatidosa komplet atau klasik


Mola komplet atau klasik terjadi akibat fertilsasi sebuah telur yang intinya telah
hilang atau tidak aktif. Mola menyerupai setangkai buah anggur putih. Vesikel-vesikel
hidrofik (berisi cairan) tumbuh dengan cepat, menyebabkan rahim menjadi lebih
besar dari uisa kehamilan seharusnya. Biasanya Mola tidak mengandung janin,
plasenta, membran amniotik atau air ketuban. Darah maternal tidak memiliki plasenta
oleh karena itu, terjadi perdarahan ke dalam rongga rahim dan timbul perdarahan
melalui vagina. Pada sekitar 3 % kehamilan, Mola ini berkembang menjadi
koriokarsinoma (suatu neoplasma ganas yang tumbuh dengan cepat). Potensi untuk
menjadi ganas pada kehamilan Mola sebagian jauh lebih kecil dibanding kehamilan
Mola komplek (Bobak dkk, 2005).
2. Mola hidatidosa inkomplet atau parsial
Mola inkomplet atau parsia terjadi jika disertai janin atau bagian janin. Degenerasi
hidropik dari vili bersifat setempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya sinsitio
trofoblas saja. Gambaran yang khas adalah crinkling atau scalloping dari vili dan
stromal trophoblastic inclusions.
D. PATOFISIOLOGI
Jonjot-jonjot korion tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-
kista kecil seperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi embrio. Secara histo
patologic kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal.
Bisa juga terjadi kehamilan ganda, yang dimaksud dengan mola kehamilan ganda adalah
: satu janin tumbuh dan yang satu menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya
bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm. mola parsialis
adalah bila dijumpai janin dan gelembung - gelembung mola.
Secara mikroskopik terlihat trias :
1. Proliferasi dari trofoblas.
2. Degenerasi hidropik dari stroma villi.
3. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma.
Sel - sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan adanya sel
sinsisial giantik (Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium
dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan
berangsur - angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh.

E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Straight, 2005) manifestasi mola hidatidosa dibedakan menjadi:
1. Manifestasi berdasarkan pengkajian dihasilkan:
a. Perdarahan pervagina (bisa mengandung beberapa vili yang mengalami edema).
b. Uterus lebih besar daripada yang seharusnya untuk usia kehamilan.
c. Kram abdomen karena distensi usus.
d. Tanda dan gejala preeklamsi sebelum kehamilan 20 minggu.
e. Mual dan muntah beral
f. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
2. Hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostic
a. Kadar hCG serum secara abnormal tinggi.
b. Ultrasonografi menunjukkan tampilan khas pertumbuhan mola.

F. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaan terhadap kelainan ini:
1. Kuretase

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan gangguan mola hidatidosa adalah :
1. Perforasi uterus saat melakukan tindakan kuretase (suction curettage) terkadang
terjadi karena uterus luas dan lembek (boggy). Jika terjadi perforasi, harus segera
diambil tindakan dengan bantuan laparoskop.
2. Perdarahan (hemorrhage) merupakan komplikasi yang sering terjadi saat
pengangkatan (evacuation) mola. Oleh karena itu, oksitosin intravena harus
diberikan sebelum evakuasi mola. Methergine dan atau Hemabate juga harus
tersedia. Selain itu, darah yang sesuai dan cocok dengan pasien juga harus
tersedia.
3. Penyakit trofoblas ganas (malignant trophoblastic disease) berkembang pada 20%
kehamilan mola. Oleh karena itu, quantitative HCG sebaiknya dimonitor terus-
menerus selama satu tahun setelah evakuasi (postevacuation) mola sampai
hasilnya negatif.
4. Pembebasan faktor-faktor pembekuan darah oleh jaringan mola memiliki aktivitas
fibrinolisis. Oleh karena itu, semua pasien harus diskrining untuk disseminated
intravascular coagulopathy (DIC).
5. Emboli trofoblas dipercaya menyebabkan acute respiratory insufficiency. Faktor
risiko terbesar adalah ukuran uterus yang lebih besar dibandingkan usia
kehamilan (gestational age) 16 minggu. Kondisi ini dapat menyebabkan
kematian.

H. PENGKAJIAN FOKUS
1. Biodata

Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya
perkawinan dan alamat
2. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
a. Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus
lebih besar dari usia kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu :
1) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
2) Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan
penyakit-penyakit lainnya.
3) Riwayat kesehatan keluarga.
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
4) Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
6) Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
7) Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
c. Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit

d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu. Hal
yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan
warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman
dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam :
menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan
dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau
konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.
4) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin. (Johnson & Taylor, 2004)

e. Pemeriksaan Laboraturium
Pemeriksaan laboratorium :
1) Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear.
2) Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
3) Data lain-lain
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama
dirawat di RS.
f. Data psikososial
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam
keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang
digunakan.
g. Status sosio-ekonom
Kaji masalah finansial klien
h. Data spiritual
Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan
keagamaan yang biasa dilakukan.
I. PATHWAYS

Factor ovum

Mengalami keterlambatan
dalam penegeluran

Kematian ovum dalam tubuh

Mengalami degenerasi

Jonjot-jonjot korion yang tumbuh


berganda dan mengandung cairan

Kista-kista kecil seperti


anggur
Mola hidatidosa

Tindakan invasif

Jaringan terdapat
ulkus Kurang informasi
kuretase
tentang prosedur
Bakteri mudah
perdarahan masuk
Kurang
Resiko infeksi pengetahuan
hipovolemik

Ansietas
Menstimulasi reseptor
Resiko tinggi nyeri
kekurangan volume
cairan
Gangguan rasa
nyaman Nyeri
J. DIAGNOSA
1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
intrauteri.(00214)
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.(00027)
3. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder. (00004)
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.(00146)

K. INTERVENSI DAN RASIONAL.

1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.

Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang.


KH :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang.
b. Ekspresi wajah tenang .
c. TTV dalam batas waktu normal.
Intervensi Rasional
1. 1.Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala 1. Mengetahui tingkat nyeri yang
nyeri yang dirasakan klien. dirasakan sehingga dapat membantu
2. Observasi tanda-tanda vital. menentukan intervensi yang tepat.
3. Anjurkan klien untuk melakukan teknik 2. Perubahan tanda-tanda vital terutama
relaksasi & teknik distraksi. suhu dan nadi merupakan salah satu
4. Beri posisi yang nyaman. indikasi peningkatan nyeri yang dialami
5. Kolaborasi pemberian analgetik. oleh klien.
3. Teknik relaksasi dapat membuat klien
merasa sedikit nyaman dan distraksi
dapat mengalihkan perhatian klien
terhadap nyeri sehingga dapat
membantu mengurangi nyeri yang
dirasakan.
4. Posisi yang nyaman dapat
menghindarkan penekanan pada area
luka/nyeri.
5. Obat-obat analgetik akan memblok
reseptor nyeri sehingga nyeri tidak dapat
dipersepsikan.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.


Tujuan : Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik
jumlah maupun kualitas.
KH :
a. TTV stabil
b. Membran mukosa lembab
c. Turgor kulit baik
Intervensi Rasional
1. Kaji kondisi status hemodinamika. 1. Pengeluaran cairan pervaginal sebagai
2. Observasi Nadi dan Tensi. akibat abortus memiliki karekteristik
3. Berikan sejumlah cairan IV sesuai bervariasi.
indikasi. 2. Mengetahui tanda hipovolume
4. Ukur pengeluaran harian. (perdarahan).
5. Nilai hasil lab. Hb/Ht. 3. Mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit dan transfusi.
4. Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian ditambah dengan
jumlah cairan yang hilang pervaginal.
5. Menghindari perdarahan spontan
karena proliferasi sel darah merah.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder.


Tujuan : Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
KH : tidak ada tanda-tanda infeksi.
Intervensi Rasional
1. Kaji kondisi keluaran/dischart yang 1. Perubahan yang terjadi pada dishart
keluar ; jumlah, warna, dan bau. dikaji setiap saat dischart keluar.
2. Terangkan pada klien pentingnya Adanya warna yang lebih gelap
perawatan vulva selama masa disertai bau tidak enak mungkin
perdarahan. merupakan tanda infeksi.
3. Lakukan pemeriksaan biakan pada 2. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya
dischart. kebersihan genital yang lebih luar.
4. Lakukan perawatan vulva. 3. Berbagai kuman dapat teridentifikasi
5. Jelaskan pada klien cara melalui dischart.
mengidentifikasi tanda infeksi. 4. Inkubasi kuman pada area genital yang
relatif cepat dapat menyebabkan
infeksi.
5. Berbagai manifestasi klinik dapat
menjadi tanda nonspesifik infeksi;
demam dan peningkatan rasa nyeri
mungkin merupakan gejala infeksi.

4. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan.


Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap
penyakit meningkat.
KH :
a. Klien tenang.
b. Klien dapat informasi tentang penyakitnya.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi 1. Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
klien dan keluarga terhadap penyakit. peningkatan rasa cemas.
2. Kaji derajat kecemasan yang dialami 2. Kecemasan yang tinggi dapat
klien. menyebabkan penurunan penilaian
3. Bantu klien mengidentifikasi objektif klien tentang penyakit.
penyebab kecemasan. 3. Pelibatan klien secara aktif dalam
4. Terangkan hal-hal seputar Mola tindakan keperawatan merupakan
Hidatidosa yang perlu diketahui oleh support yang mungkin berguna bagi
klien dan keluarga. klien dan meningkatkan kesadaran diri
klien
4. Konseling bagi klien sangat diperlukan
bagi klien untuk meningkatkan
pengetahuan dan membangnn support
system keluarga
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada wanita yang mengalami Mola hidatidosa sering mengalami mual muntah
akibat produksi Hcg yang tinggi. Produksi ini meningkat disebabkan pembesaran uterus
yang abnormal lebih besar daripada pembesaran uterus biasanya. Sehingga menyebabkan
distensi rahim yang bisa menyebabkan mual muntah pada penderita Mola hidatidosa.
Selain itu perdarahan yang abnormal saat usia kehamilan masih muda, dapat
menyebabkan resiko tinggi infeksi. Resiko infeksi harus segera diatasi untuk menghindari
gejala infeksi yaang dapat membahayakan bagi keselamatan wanita tersebut. Perlu
pengetahuan ibu tentang beberapa gejala penyakit yang dapat menyerang ibu hamil saat
berada pada usia kehamilannya yang masih baru tau berada pada Trimester 1.

B. SARAN
Penulis memberikan saran untuk ibu yang sedang hamil agar intensif dalam
melakukan pemeriksaan kandungannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidak adanya gejala patologis yang sering terjadi saat sedang mengandung. Apabila
terjadi gejala patologis, ibu harus cepat melaporkan kepada pelaku medis agar tidak
terjadi komplikasi lain pada kandungannya. Pelaku medis khususnya perawat harus
memiliki sikap profesionalisme dalam bekerja dan mampu melakukan asuhan
keperawatan secara tepat kepada ibu yang terdeteksi adanya kelainan seperti penderita
Mola hidatidosa.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L. J. (2005). Buku Ajar Keerawatan maternitas edisi 4. Jakarta: EGC.

Johnson, R., & Taylor, W. (2004). Buku Ajar Praktik: Kebidanan. Jakarta: EBC.

Mansjoer, A. (2005). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketija Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI.

Mochtar, R. (2011). Rustam Mochtar sinopsis obstetri. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. (2009). Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Matrnal dan Neonatal. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Straight, B. R. (2005). Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Anak Baru Lahir edisi 3. Jakarta:
EGC.

Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirlohardjo.

Anda mungkin juga menyukai