Anda di halaman 1dari 13

Penanganan Terkini Tuberkulosis atau

TB (TBC) Pada Anak


Widodo Judarwanto, Children Grow Up Clinic Jakarta Indonesia

Tuberkulosis atau TB (TBC) adalah


penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini
paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ
tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang
diketahui menyerang manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan
oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat
disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun
pertama pada lebih dari setengah kasus. Namun dibalik bahaya TB tersebut, seringkali
banyak kasus pada anak dan dewasa sering terjadi underdiagnosis dan paling sering
adalah overdiagnosis karena dalam menegakkan diagnosis tidak mudah. Overdiagnosis
artinya tidak mengalami infeksi TB tetapi didiagniosis dan diobati sebagai TB. Bila
diagnosis meragukan sebaiknya lakukan second opinion ke dokter anak lainnya atau ke
dokter ahli paru anak.
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mikobakterium tuberkulosis yang
bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dengan lokasi
terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Pada tahun 1992
WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun
2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002,
sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional
WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di

dunia.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB.
Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.
Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh
tuberkulosis.
Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di
Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam
menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan
menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin
bertambah.
Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan
dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena
pengobatan yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau
menjalankan pengobatan secara tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu
pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi kebal disebut MDR ( multi drugs
resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam pengobatannya
sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi pengentasan
tuberkulosis di Indonesia
Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai Hari TBC oleh sebab pada 24 Maret 1882
di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab
tuberkulosis yang ditemukannya.
Klasifikasi
Tuberkulosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
Tuberkulosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis
Tuberkulosis pada sistem saraf
Tuberkulosis pada organ-organ lainnya
Tuberkulosis millier
Patofisiologi
Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria
termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.
kompleks Mycobacterium tuberculosismeliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M.
microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan
jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai.
M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5 dan lebar 3, tidak membentuk
spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti
bakteri lainnya, misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi
warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan
asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA.
Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu
spesies Nocardia, Rhodococcus, Legionella micdadei, dan
protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak
berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini
menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan
dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosisdapat bertahan
hidup di dalam makrofaga.
Penularan TBC terjadi karena menghirup udara yang mengandung Mikobakterium
tuberkulosis (M.Tb), di alveolus M.Tb akan difagositosis oleh makrofag alveolus dan
dibunuh. Tetapi bila M.Tb yang dihirup virulen dan makrofag alveolus lemah maka M.Tb
akan berkembang biak dan menghancurkan makrofag. Monosit dan makrofag dari
darah akan ditarik secara kemotaksis ke arah M.Tb berada, kemudian memfagositosis
M.Tb tetapi tidak dapat membunuhnya. Makrofag dan M.Tb membentuk tuberkel yang
mengandung sel-sel epiteloid, makrofag yang menyatu (sel raksasa Langhans) dan
limfosit. Tuberkel akan menjadi tuberkuloma dengan nekrosis dan fibrosis di dalamnya
dan mungkin juga terjadi kalsifikasi. Lesi pertama di alveolus (fokus primer) menjalar ke
kelenjar limfe hilus dan terjadi infeksi kelenjar limfe, yang bersama-sama dengan
limfangitis akan membentuk kompleks primer. Dari kelenjar limfe M.Tb dapat langsung
menyebabkan penyakit di organ-organ tersebut atau hidup dorman dalam makrofag
jaringan dan dapat aktif kembali bertahun-tahun kemudian. Tuberkel dapat hilang
dengan resolusi atau terjadi kalsifikasi atau terjadi nekrosis dengan masa keju yang
dibentuk oleh makrofag. Masa keju dapat mencair dan M.Tb dapat berkembang biak
ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi
endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga dapat menyebar secara bertahap
menyebabkan lesi di organ-organ lainnya .

Penularan
Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau menghirup titik-titik air dari
bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman tuberkulosis, anak anak sering
mendapatkan penularan dari orang dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di
fasilitas umum seperti kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar
rumah. Oleh sebab ini masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis
tuberkulosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak batuk
sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan sangat dianjurkan untuk
bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan atau tissue.
Dalam memerangi penyebaran Tuberkulosis terutama pada anak anak yang masih
rentan daya tahan tubuhnya maka pemerintah Indonesia telah memasukkan Imunisasi
Tuberkulosis pada anak anak yang disebut sebagai Imunisasi BCG sebagai salah satu
program prioritas imunisasi wajib nasonal beserta dengan 4 jenis imunisasi wajib
lainnya yaitu hepatitis B, Polio, DPT dan campak, jadwalnya ada di Jadwal imunisasi
Diagnosis
Manifestasi klinis
Diagnosa tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan jasmani,
pemeriksaan bakteriologi , radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala
sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori atau
gejala gejala yang erat hubungannya dengan organ pernapasan ( sedang gejala lokal lain
sesuai akan sesuai dengan organ yang terlibat )
Gejala respiratori ialah batuk lebih dari 2 minggu, batuk bercampur darah. Bisa juga nyeri
dada dan sesak napas. Selanjutnya ada gejala yang disebut sebagai Gejala sistemis antara
lain Demam , badan lemah yang disebut sebagai malaise, keringat malam, anoreksia dan
berat badan menurun menjadi semakin kurus. Gejala respiratori sangat bervariasi, dari
mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi, sehingga
pada kondisi yang gejalanya tidak jelas sehingga terkadang pasien baru mengetahui dirinya
terdiagnosis Tuberkulosis saat medical check up
DIAGNOSIS
Diagnosis paling tepat adalah ditemukannya basil Tb dari bahan yang diambil dari
pasien misalnya sputum, bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan
jarang didapat, sehingga sebagian besar diagnosis Tb anak didasarkan gambaran klinis,
gambaran radiologis, dan uji tuberkulin.
Untuk itu penting memikirkan adanya Tb pada anak kalau terdapat keadaan atau
tanda-tanda yang mencurigakan seperti dibawah ini :
Pada anak harus dicurigai menderita Tb kalau :
Kontak erat (serumah) dengan penderita Tb dengan sputum BTA (+)
Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG dalam 3-7 hari.
Terdapat gejala umum
Gejala-gejala yang harus dicurigai Tb
Gejala umum/tidak spesifik
Berat badan turun atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
dengan penanganan gizi.
Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik (failure
to thrive) dengan adekuat.
Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran
nafas akut), dapat disertai keringat malam.
Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, biasanya multiple, paling sering di
daerah leher, axilla dan inguinal.
Gejala-gejala respiratorik :
batuk lama lebih dari 3 minggu
tanda cairan di dada, nyeri dada
Gejala gastrointestinal
diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare
benjolan/massa di abdomen
tanda-tanda cairan dalam abdomen
Gejala Spesifik
1. Tb kulit/skrofuloderma
2. Tb tulang dan sendi
Tulang punggung (spondilitis) : gibbus
Tulang panggul (koksitis) : pincang
Tulang lutut : pincang dan/atau bengkak
Tulang kaki dan tangan
3. Tb Otak dan Saraf
Meningitis dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun

4. Gejala mata : Conjungtivitis phlyctenularis, Tuberkel koroid (hanya terlihat dengan


funduskopi)
Uji tuberculin (Mantoux) Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan
intrakutan). Tuberkulin yang dipakai adalah tuberkulin PPD RT 23 kekuatan 2 TU atau
PPD-S kekuatan 5 TU. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan. Diukur
diameter tranversal dari indurasi yang terjadi. Ukuran dinyatakan dalam mm, dikatakan
positif bila indurasi : > 10 mm.
Reaksi cepat BCG Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat berupa kemerahan dan
indurasi > 5 mm (dalam 3-7 hari) maka dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis.
Foto Rontgen Paru : seringkali tidak khas Pembacaan sulit, hati-hati
kemungkinan overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin kalau ditemukan infiltrat
dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal.
Gambaran rontgen paru pada Tb dapat berupa : Milier, Atelektasis, Infiltrat ,
pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi pleura dan/atau efusi
pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Diskongkruensi antara gambaran
klinis dan gambaran radiologis, harus dicurigai Tb. Foto Rontgen paru sebaiknya dilakukan
PA dan lateral serta dibaca oleh ahlinya.
Pemeriksaan mikrobiologi : pemeriksaan langsung BTA (mikroskopis) dan kultur dari
sputum (pada anak bilasan lambung karena sputum sulit didapat ).
Pemeriksaan serologi (ELISA, PAP, Mycodot, dll) masih memerlukan penelitian lebih
lanjut.
Pemeriksaan patologi anatomi.
Respon terhadap pengobatan OAT. Kalau dalam 2 bulan terdapat perbaikan klinis nyata,
akan menunjang atau memperkuat diagnosis TBC.

OVERDIAGNOSIS TBC
Penyakit TBC sering dianggap biang keladi penyebab utama batuk berkepanjangan,
kesulitan makan dan gangguan kenaikkan Berat Badan pada anak. Padahal justru
penyebab utama batuk berkepanjangan, kesulitan makan dan gangguan kenaikkan
Berat Badan pada anak yang utama bukan karena infeksi Tuberkulosis. .Diagnosis pasti
TBC anak sulit oleh karena penemuan kuman Micobacterium TBC (M.TBC) pada anak
tidak mudah. Cara-cara lain untuk pemeriksaan laboratorium darah secara bakteriologis
atau serologis masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat dipakai secara
praktis klinis.
Karena kesulitan diagnosis tersebut sering terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis.
Overdiagnosis artinya diagnosis TBC yang diberikan pada anak oleh dokter terlalu
berlebihan atau terlalu cepat mendiagnosis dengan data yang minimal walaupun anak
belum tentu menderita TBC. Apabila terjadi overdiagnosis TBC pada anak terdapat
konsekuensi yang tidak ringan dihadapi oleh si anak, karena anak harus mengkonsumsi
2 atau 3 obat sekaligus minimal 6 bulan. Bahkan kadangkala diberikan lebih lama
apabila dokter menemukan tidak ada perbaikan klinis. Padahal obat TBC dalam jangka
waktu lama beresiko mengganggu fungsi hati,persyarafan telinga dan organ tubuh
lainnya.
Sering terjadi anak dengan keluhan alergi pernapasan atau gangguan pencernaan
kronis (seperti coeliac dsbnya) yang disertai berat badan yang kurang dan sulit makan
diobati sebagai penyakit Tuberkulosis (TBC) paru yang harus minum obat selama 6
bulan hingga 1 tahun. Padahal belum tentu anak tersebut mengidap penyakit
tuberculosis. Bahkan orang tua heran saat anaknya divonis dokter mengidap penyakit
TBC padahal tidak ada seorangpun di rumah yang mengalami penyakit TBC.
Overdiagnosis dan overtreatment pada anak dengan gejala alergi tersebut sering terjadi
karena keluhan alergi dan TBC hampir sama, sementara mendiagnosis penyakit TBC
tidaklah mudah.
Diagnosis Tuberkulosis anak menurut Pertemuan Dokter Anak pulmunologi tahun 2000
harus dengan pengamatan seksama tentang adanya : Gejala klinis, kontak erat
serumah penderita TBC (dipastikan dengan dengan pemeriksaan dahak positif),
pemeriksaan yang harus dilakukan adalah Foto polos dada (roentgen), tes mantouxt
(positif : > 15mm bila sudah BCG, Positif > 10 mm bila belum BCG). Sering terjadi
hanya dengan melakukan pemeriksaan satu jenis pemeriksaan saja, anak sudah divonis
dengan penyakit TBC. Seharusnya pemeriksaan harus dilakukan secara lengkap dan
teliti seperti di atas. Karena sulitnya mendiagnosis TBC pada anak dan kosekuensi
lamanya pengobatan maka bila meragukan lebih baik dikonsultasikan atau
dikonfirmasikan ke Dokter Spesialis Paru Anak (Pulmonologi Anak). Ciri lain yang
menunjukkan kemungkinan anak sudah mengalami gangguan saluran cerna secara
genetik atau sejak lahir dan bhuka penyakit TBC adalah anak sejak lahir beratnya tidak
pernah optimal dan biasanya salah satu orangtuanya mempunyai berat badan yang
kurus saat usia anak.
Dengan penanganan kesulitan makan dan gagal tumbuh pada anak yang optimal
diharapkan dapat mencegah komplikasi yang ditimbulkan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas anak Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi
mendatang khususnya. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas
seseorang bila sudah dewasa nantinya.
Diagnosis pasti TB anak sulit oleh karena penemuan Micobacterium TBC (M.TBC)
sebagai penyebab TB pada anak tidak mudah. Sehingga sering terjadi kesalahan
diagnosis baik berupa underdiagnosis dan overdiagnosis dalam penegakkan diagnosis
TB pada anak. Overdiagnosis atau diagnosis TB yang diberikan terlalu berlebihan
padahal anak belum tentu mengalami infeksi TB. Konsekuensi yang harus dihadapi
adalah pemberian multidrug (2 atau 3 jenis antibiotika) dalam jangka waktu 6 bulan.
Pemberian obat anti TB pada anak yang tidak menderita TB selain mengakibatkan
pengeluaran biaya yang tidak diperlukan, juga resiko efek samping pemberian obat
tersebut seperti gangguan hati, persarafan telinga, gangguan darah dan sebagainya. Di
lingkungan Puskesmas khususnya daerah pedesaan juga membuat berkurangnya
persediaan obat untuk penderita TB yang benar-benar memerlukannya. Di kalangan
masyarakat bahkan sebagian klinisi terdapat kecenderungan tanda dan gejala TB yang
tidak spesifik pada anak sering dipakai dasar untuk memberikan pengobatan TB pada
anak. Padahal banyak penyakit lainnya yang mempunyai gejala tersebut. Gagal tumbuh
atau berat badan tidak naik, kesulitan makan, demam berulang, sering batuk atau
pembesaran kelenjar di sekitar leher dan belakang kepala merupakan gejala yang tidak
spesifik pada anak. Tetapi tampaknya dalam praktek sehari-hari gangguan ini sering
langsung dicurigai sebagai gejala TB. Seharusnya gejala tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa penyakit lainnya. Gangguan-gangguan tersebut juga sering dialami oleh
penderita alergi, asma, gangguan saluran cerna dan gangguan lainnya pada anak.

OVERDIAGNOSIS PADA
GANGGUAN LAIN
Tanda dan gejala TB yang tidak spesifik sangat mirip dengan penyakit lainnya.
Gangguan gagal tumbuh dan gangguan saluran napas non spesifik sering mengalami
overdiagnosis tuberkulosis. Penyakit alergi atau asma dan penderita gagal tumbuh yang
disertai kesulitan makan paling sering dianggap penyakit TB karena gejalanya sama.
Penelitian yang dilakukan penulis didapatkan fakta yang patut disimak. Sebanyak
34(12%) anak mengalami overdiagnosis di anatara 226 anak dengan gangguan napas
nonspesifik seperti alergi atau asma yang berobat jalan di Klinik Alergi Anak Rumah
Sakit Bunda Jakarta. Penelitian lain didapatkan hasil yang mengejutkan, overdiagnosis
ditemukan lebih besar lagi, yaitu 42 (22%) anak pada 210 anak dengan gangguan
kesulitan makan disertai gagal tumbuh yang berobat jalan di Picky Eaters Clinic Jakarta.
Overdiagnosis tersebut sering terjadi karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis
yang ada atau kesalahan dalam menginterpretasikan gejala klinis, kontak dan
pemeriksaan penunjang khususnya tes mantoux dan foto polos paru.

PERMASALAHAN DIAGNOSIS TB
Gejala khas TB biasanya muncul tergantung dari bagian tubuh mana yang terserang,
misalnya: TB kulit atau skrofuloderma, TB tulang dan sendi: tulang punggung (spondilitis):
gibbus tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul, tulang lutut pincang
atau bengkak, tulang kaki dan tangan, TB otak dan saraf : meningitis: dengan gejala iritabel,
kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran menurun. Gejala mata berupa konjungtifitis
phlyctenularis, tuberkel koroid , kelainan ini hanya terlihat dengan alat funduskopi.
Pada pertemuan para ahli pulmonologi anak di Jakarta 26 Agustus 2000 telah dibuat suatu
kesepakatan bersama yang berupa Konsensus Nasional TB anak. Diagnosis paling tepat
adalah ditemukannya basil TB dari bahan yang diambil dari pasien misalnya sputum,
bilasan lambung, biopsi dll. Tetapi pada anak hal ini sulit dan jarang didapat, sehingga
sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan gambaran klinis, kontak, gambaran radiologis,
dan uji tuberculin.
Pemeriksaan BTA secara mikroskopis langsung pada anak biasanya dilakukan dari bilasan
lambung karena dahak sulit didapat. Pemeriksaan BTA secara biakan (kultur) memerlukan
waktu yang lama. Cara baru untuk mendeteksi kuman TB dengan PCR (Polymery Chain
Reaction) atau Bactec masih belum banyak dipakai dalam klinis praktis. Demikian juga
pemeriksaan darah serologis seperti ELISA, PAP, Mycodot dan lain-lain, masih
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk pemakaian dalam klinis praktis. Beberapa
pemeriksaan tersebut spesifitas dan sensitifitasnya tidak lebih baik dari uji tuberkulin atau
tes mantoux.

KESALAHAN DIAGNOSIS
Overdiagnosis sering terjadi karena karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang ada
atau kesalahan dalam menginterpretasikan gejala klinis, kontak dan pemeriksaan penunjang
khususnya tes mantoux dan foto polos paru. Pada kasus di atas sebagian besar overdiagnosis
TB ditegakkan hanya karena hasil foto rontgen. Tanpa pengamatan adanya kontak dan uji
tuberkulin (test mantouxt) sudah terlalu cepat diberikan pengobatan TB. Sering terjadi hasil
rontgen adalah infiltrat (flek) di paru sudah dianggap sebagai TB. Padahal gambaran ini
bukan gambaran TB dan ternyata bisa didapatkan pada penyakit alergi, asma dan penyakit
coeliac (gangguan saluran cerna dan berat badan kurus).
Sedangkan gambaran rntgen TB paru pada anak tidak khas. Gambaran TB yang ditemukan
adalah pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal, milier,atelektasis, kolaps,
konsolidasi, infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus),
cairan paru. kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas dan destroyed lung (paru rusak). Sering kali
terjadi interpretasi dokter radiologi hanya karena ditemukan infiltrat (flek) tanpa
pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal sudah dicurigai atau dianggap TB.
Sedangkan dokter yang merawat penderita langsung memberikan pengobatan TB tanpa
konfirmasi data lainnya.
Menentukan sumber penularan atau kontak TB adalah adanya kontak erat dan lama dengan
penderita TB yang dipastikan dengan pemeriksaan dahak yang positif. Kesalahan yang
sering terjadi bahwa kontak TB itu adalah saudara yang hanya pernah bertemu sesekali.
Kesalahan lainnya kontak TB sering dianggap bahwa orang yang sering batuk atau kurus
padahal belum tentu bila belum terbukti pemeriksaan dahak atau sputum positif. Anak yang
mengalami gagal tumbuh dengan kesulitan makan ternyata sekitar 75% salah satu orang
tuanya juga mengalami gangguan kenaikkan berat badan. Penderita alergi atau asma juga
sebagian besar salah satu orang tuanya juga mengalami batuk lama yang terlalu cepat
dianggap sebagai kontak TB.
Di dalam masyarakat batuk lama atau Batuk Kronis Berulang (BKB) tampaknya lebih
sering dikawatirkan sebagai TB. Padahal batuk adalah bukan merupakan keluhan utama
penyakit TB pada anak. BKB adalah batuk yang berlangsung lebih dari 2 minggu atau
berulang 3 kali atau lebih dalam 3 bulan. Diagnosis banding pertama pada BKB adalah
asma atau alergi. Menurut pedoman Nasional Tuberkulosis Anak bila ditemui keluhan BKB
harus disingkirkan dulu diagnosis banding lain seperti alergi atau asma sebelum diagnosis
TBC dicari. Kesalahan membaca tes mantouxt sering terjadi dalam overdiagnosis TB. Hasil
tes Mantoux yang besar langsung dicurigai sebagai TB. Padahal tes Mantoux dikatakan
positif bila indurasi harus lebih 10 mm bila bekas luka imunisasi BCG negatif (imunisasi
tidak jadi). Bila bekas luka imunisasi BCG ada (imunisasi BCG jadi) harus lebih 15 mm.
Kesalahan lain yang sering terjadi adalah penilaian tes mantoux adalah lebar peninggian
kemerahan kulit bukan kemerahan pada kulit.
TB adalah penyakit yang harus diwaspadai tetapi jangan terlalu kawatir berlebihan. Dalam
menegakkan diagnosis harus dilakukan secara cermat dan lengkap melalui anamnesa kontak
TB, tanda dan gejala TB, pemeriksaan foto polos paru dan uji tuberkulin. Sebaiknya tidak
terlalu cepat memvonis diagnosis TB bila data yang didapat belum optimal. Bila meragukan
sebaiknya dilakukan penanganan multidisiplin ilmu kesehatan anak seperti dokter
pulmonologi anak, gastroenterologi anak, endokrinologi anak atau alergi anak. Karena bila
sudah didiagnosis TB maka konsekuensi penggunaan obat-obatan dalam jangka waktu lama
dan resiko efek samping yang ditimbulkan.
TATALAKSANA
Obat harus diminum teratur, setiap hari, dan dalam waktu yang cukup lama. Dosis obat
harus disesuaikan dengan berat badan.
Secara garis besar dapat dibagi menjadi tata laksana untuk :
1. TBC paru tidak berat Pada TBC paru yang tidak berat cukup diberikan 3 jenis obat anti
tuberkulosis (OAT) dengan jangka waktu terapi 6 bulan. Tahap intensif terdiri dari isoniazid
(H), Rifampisin (R) dan Pyraninamid (Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ).
Tahap lanjutan terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan diberikan
setiap hari (4HR).
2. TBC paru berat atau TBC ekstrapulmonal Pada TBC berat (TBC milier, meningitis,
dan TBC tulang) maka juga diberikan Streptomisin atau Etambutol pada permulaan
pengobatan. Jadi pada TBC berat biasanya pengobatan dimulai dengan kombinasi 4-5 obat
selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan Isoniazid dan Rifampisin selama 10 bulan
lagi atau lebih, sesuai dengan perkembangan klinisnya. Kalau ada kegagalan karena
resistensi obat, maka obat diganti sesuai dengan hasil uji resistensi, atau tambah dan ubah
kombinasi OAT.
Obat anti tuberkulosis yang digunakan adalah :
Isoniazid (INH) : selama 6-12 bulan
1. Dosis terapi : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
2. Dosis profilaksis : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
3. Dosis maksimum : 300 mg/hari
Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan
1. Dosis : 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari
2. Dosis maksimum : 600 mg/hari
Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama
1. Dosis : 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari
2. Dosis maksimum : 2 gram/hari
Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama
1. Dosis : 15-20 mg/kgBB/hari diberikan sekali atau 2 kali sehari
2. Dosis maksimum : 1250 mg/hari
Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama
1. Dosis : 15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra muskular
2. Dosis maksimum : 1 gram/hari
Kortikosteroid diberikan pada keadaan khusus seperti : Tb milier, meningitis Tb,
endobronkial Tb, pleuritis Tb, perikarditis Tb, peritonitis Tb.
Boleh diberikan prednison 1-2 mg/kg BB/hari selama 1-2 bulan
PENGHENTIAN PENGOBATAN
Bila setelah 6 bulan evaluasi membaik : batuk menghilang, klinis membaik, anak menjadi
lebih aktif, berat badan meningkat, foto thorax membaik, penurunan LED
Bila setelah 6 bulan tidak ada perbaikan, kemungkinan :
1. Kepatuhan minum obat yang kurang
2. MDR (Multi Drug Resisten)
3. Diagnosis bukan TBC
OBAT PENCEGAHAN DENGAN INH : 5-10 mg/kg BB/hari diberikan pada :
Profilaksis primer : anak yang kontak erat dengan penderita TB menular (BTA positip,
tetapi belum terinfeksi).
Profilaksis sekunder : anak dengan infeksi TB yaitu tuberkulin positip dan klinis baik,
dengan faktor resiko yang memungkinkan menjadi TB aktif.
1. umur dibawah 5 tahun
2. menderita penyakit infeksi (morbili, varicella)
3. mendapat obat imunosupresif (sitostatik, steroid, dll)
4. umur akil balik
5. kalau ada infeksi HIV
KOMPLIKASI
Pada anak komplikasi biasanya terjadi pada 5 tahun pertama setelah infeksi terutama 1
tahun pertama. Penyebaran limfohematogen menjadi Tb milier atau meningitis Tb atau
efusi pleura biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tb tulang dan sendi
terbanyak terjadi dalam 3 tahun pertama, dan Tb ginjal dan kulit terbanyak setelah 5
tahun dari infeksi primer.
SISTEM SKORING DIAGNOSIS TUBERKULOSIS ANAK
Parameter 0 1 2 3
Kavitas (+),
Laporan keluarga, BTA (-) BTA tidak
Kontak Tb Tidak jelas atau tidak tahu jelas BTA (+)
Positif ( 10 m
atau 5 mm pa
keadaan
Uji Tuberkulin Negatif imunosupresi)
Klinis gizi
buruk atau
BB/TB<
Berat BB/TB < 90% atau BB/U < 70%atau
badan/keadaan gizi 80% BB/U < 60%
Demam tanpa
sebab
jelas 2 minggu
Batuk 3 minggu
Pembesaran 1cm, jumlah >1, tidak nyeri
kelenjar limfe
kolli, aksila,
inguinal
Pembengkakan
tulang/sendi
panggul, lutut,
falang Ada pembengkakan
Infiltrat
Pembesaran kelenjar
Konsolidasi segmental/
lobar
atelektasis
kalsifikasi +
infiltrat
Foto Rontgen Normal/tidak pembesaran
toraks jelas kelenjar + infiltrat
Catatan :
Diagnosis dengan sistem skoring ditegakkan oleh dokter
Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis
Berat badan dinilai saat datang (moment opname)
Demam dan batuk tidak ada respons terhadap terapi sesuai baku
Foto rontgen toraks bukan alat diagnostik utama pada Tb anak
Semua anak dengan reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring Tb anak
Didiagnosis Tb jika skor 6 (skor maksimal 14). Cut off point ini masih bersifat
tentatif/sementara, nilai definitif menunggu hasil penelitian yang sedang dilaksanakan.
Referensi
Core Curriculum on Tuberculosis: What the Clinician Should Know, 4th edition (2000).
Division of Tuberculosis Elimination, Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic Society. Control and prevention of
tuberculosis in the United Kingdom: Code of Practice 2000. Thorax 2000;55:887-901
Thomas Dormandy (1999). The White Death: A History of Tuberculosis.
Mountains Beyond Mountains: The Quest of Dr. Paul Farmer, a Man Who Would Cure the
World. Tracy Kidder, Random House 2000.
Ha SJ, Jeon BY, Youn JI, Kim SC, Cho SN, Sung YC. Protective effect of DNA vaccine
during chemotherapy on reactivation and reinfection of Mycobacterium tuberculosis. Gene
Ther. 2005 Feb 03;
Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia 2006.
Munoz FM, Starke JR. Tuberculosis. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB,
penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders, 2003
: 958-71.
Crofton SJ, Horne N, Miller F. Clinical Tuberculosis. Edisi ke-1. London: The Mac Millan
Press, 1992.
Rahajoe N, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB. Pedoman Nasional Tuberkulosis
Anak. UKK Pulmonologi : PP IDAI, 2005.

Anda mungkin juga menyukai