KONTEMPORER BERDASARKAN
KLASIFIKASI MENURUT K.C. WHEARE
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konstitusi dan Kelembagaan Negara
Dosen : Dr. Nandang Alamsah D. S.H. M.Hum
Disusun Oleh :
Guntur Sugira
(170410140060)
2. Permasalahan
1. Bagaimana eksistensi Konstitusi NKRI kontemporer berdasarkan klasifikasi yang
disebutkan oleh K.C. Wheare?
1
BAB II. ISI
Menurut salah seorang ahli konstitusi dari Inggris, yaitu K.C Wheare mengklasifikasikan
konsitusi sebanyak 5 macam, yaitu :
1. Konstitusi tertulis dan konstitusi tidak tertulis (written constitution and no written
constitution)
2. Kosntitusi fleksibel dan kosntitusi rijid (flexible constitution and rigid constitution)
3. Kosntitusi derajat-tinggi dan konstitusi tidak derajat-tinggi (supreme cosntitution dan
not supreme constitution)
4. Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan (federal constitution and unitary
constitution)
5. Konstitusi sistem pemerintahan presidensial dan konstitusi sistem pemerintahan
parlementer (presidental executive and parliamentary exacutive constitution).
Pertama, yang dimaksud konstitusi tertulis ialah suatu konstitusi/ Undang-Undang (UUD)
yang dituangkan dalam sebuah dokumen atau beberapa dokumen formal. Sedangkan
konstitusi yang bukan dalam bentuk tertulis ialah suatu konstitusi yang tidak dituangkan
dalam suatu dokumen formal. Contohnya konstitusi yang berlaku di Inggris, Israel dan New
Zaeland.
Kedua, James Bryce dalam bukunya Studies in History and Jurispridence memilah konstitusi
fleksibel dan konstitusi rijid secara luas. Pembagian ini didasarkan atas kriteria atau berkaitan
dengan cara dan prosedur perubahannya. Jika suatu konstitusi itu mudah dalam
mengubahnya, maka ia digolongkan pada konstitusi yang fleksibel. Apabila cara dan
prosedur perubahannya sulit, maka ia termasuk jenis konstitusi yang rijid. Menurut Bryce,
ciri khusus dari konstitusi fleksibel adalah elastis, diumumkan dan diubah dengan cara yang
sama seperti undang-undang. Sedangkan untuk ciri konstitusi yang rijid yaitu mempunyai
kedudukan dan derajat lebih tinggi dari peraturan perundang-undangan yang lain dan hanya
dapat diubah dengan cara yang khusus atau istimewa atau dengan persyaratan berat.
Ketiga, yang dimaksud dengan konstitusi derajat tinggi adalah suatu konstitusi yang
mempunyai kedudukan tertinggi dalam negara. Di samping itu, jika dilihat dari segi
2
bentuknya, konstitusi ini berada di atas peraturan perundang-undangan yang lain. Demikian
juga syarat untuk mengubahnya lebih berat dibandingkan dengan yang lain. Sementara
konstitusi tidak derajat tinggi ialah suatu konstitusi yang tidak mempunyai kedudukan serta
derajat seperti konstitusi derajat tinggi. Persyaratan untuk mengubah konstitusi jenis ini sama
dengan persyaratan yang dipakai unttuk mengubah peraturan-peraturan yang lain,
umpamanya undang-undang.
Keempat, klasifikasi yang berkaitan erat dengan bentuk suatu negara. Artinya, jika bentuk
suatu negara serikat, maka akan didapatkan sistem pembagian kekuasaan antara pemerintah
negara serikat dengan pemerintah negara bagian. Pembagian kekuasaan tersebut diatur dalam
konstitusi atau undang-undang dasarnya. Dalam negara kesatuan pembagian kekuasaan
tersebut tidak dijumpai, karena seluruh kekuasaanya tersentralkan di pemerintah pusat,
walaupun dikenal juga sistem desentralisasi. Hal ini juga diatur dalam konstitusi kesatuannya.
Kelima atau terakhir klasifikasi sistem pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan
parlementer. Untuk sistem pemerintahan presidensial mempunyai ciri-ciri pokok yaitu
Sedangkan untuk sistem pemerintahan parlementer yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
:
1. Kabinet yang dipilih oleh perdana menteri dibentuk atau berdasarkan kekuatan-
kekuatan yang menguasai parlemen.
2. Para anggota kabinet mungkin seluruhnya, mungkin sebgaian adalah anggota
parlemen.
3. Perdana menteri bersama kabinet bertanggung jawab kepada parlemen.
3
4. Kepala Negara dengan saran atau nasihat perdana menteri dapat membubarkan
parlemen dan memerintahkan diadakannya pemilihan umum.
1. Undang-Undang Dasar 1945 termasuk konstitusi tertulis dalam arti dituangkan dalam
dokumen.
Hal ini dapat dilihat dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi :
.., maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-
undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara republic
Indonesia
Undang Undang Dasar 1945 hanya dapat diubah dengan cara tertentu secara
khusus dan istimewa tidak seperti mengubah peraturan perundang-undangan biasa.
Hal ini dijelaskan dalam BAB XVI PERUBAHAN UNDANG UNDANG DASAR
pasal 37 ayat 1 yang berbunyi Untuk mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 dari
pada jumlah anggota MPR harus hadir dan pasal 2 putusan diambil dengan
persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota yang hadir.
Setelah melalui amandemen, UUD 1945 tergolong konstitusi yang semakin
rijid, karena selain tata cara perubahannya yang tergolong sulit, juga dibutuhkan
prosedur khusus.
4
Bahwa sesuai dengan prinsip umum, sebuah undang-undang memiliki kedudukan lebih
rendah daripada Undang-Undang Dasar atau Konstitusi.
Dalam UUD 1945 jelas dinyatakan dalam bab 1 pasal 1 ayat (1) tentang
bentuk dan kedaulatan berbunyi:
Dapat dinyatakan bahwa kesatuan adalah bentuk Negara dan republik adalah
bentuk pemerintahan. Jelaslah dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa Indonesia
hanya memiliki satu undang-undang dasar.
Dari berbagai ciri dari identifikasi dalam sistem pemerintahan presidensial dan
parlementer maka dengan membandingkannya dengan konstitusi yang berlaku di
Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945 maka jelas bahwa Negara Indonesia
menganut sistem presidensial. Tetapi dalam implementasinya, Undang-Undang Dasar
juga mengatur hal-hal yang berkaitan tentang sistem pemerintahn parlementer.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 termasuk konstitusi
sistem pemerintahan Campuran.
5
BAB III. KESIMPULAN
Dapat ditarik kesimpulan bahwa UUD 1945 termasuk dalam klasifikasi konstitusi
tertulis dalam arti dituangkan dalam dokumen, konstitusi rijid, konstitusi berderajat tinggi,
konstitusi kesatuan, dan yang terakhir termasuk konstitusi yang menganut sistem
pemerintahan presidensial. Karena dalam UUD 1945 di samping mengatur ciri-ciri
pemerintahan presidensial, juga mengatur beberapa ciri sistem pemerintahan parlementer.
Sehingga dapat dikatakan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 termasuk unik, memiliki ciri
khasnya sendiri.
6
DAFTAR PUSTAKA
Thaib, Dahlan Dkk, Prof. 2013. Teori dan Hukum Konstitusi.Jakarta: Raja Grafindo.
http://hukum.kompasiana.com/2012/05/03/klasifikasi-konstitusi-uud-1945-negara-republik-
indonesia-459485.html (diakses pada 21 maret 2015)