Bu Chairun
CAUTION!!!
Rangkuman ini merupakan rangkuman Ilmu Resep I yang u know lah. Jadi tanpa mengurangi
rasa hormat, perangkum TIDAK MENERIMA PERTANYAAN DALAM BENTUK
APAPUN. Selain itu, beberapa tabel juga tidak dimasukkan ke dalam rangkuman ini
sehingga teman teman bisa mengecek di handout untuk lebih jelasnya. Terima kasih atas
pengertiannya. Semangat!
Bentuk Sediaan
Berkaitan dengan kecepatan ketersediaan hayati. Apabila bentuk sediaan sirup maka
ketersediaan hayatinya akan lebih cepat dibandingkan dengan tablet atau sediaan padat
lainnya.
Fisiologis
Kenapa aturan dosis anak anak berbeda dengan dewasa? Kebanyakan ada beberapa
enzim pada anak anak yang belum sempurna. Perhatikan! Obat yang diminum apa dan jalur
metabolismenya gimana. Bagaimana fase I-nya? Apabila enzim yang digunakan untuk
memetabolisme obat sudah sempurna tidak usah disesuaikan. Bagaimana fase II? Misal suatu
obat mengalami konjugasi sulfatasi dulu baru mengalami konjugasi glukoronidasi. Apabila
pada anak anak belum sempurna di sulfatasi bisa langsung ke glukoronidasi. Bisa juga
melihat jalur metabolisme lain sehingga belum tentu harus disesuaikan aturan dosisnya.
Selain itu pada anak anak, produksi asam lambung (HCl) masih sedikit sehingga
berpengaruh pada absorpsi beberapa obat.
Patofisologis
Perubahan pada organ ginjal, hati, dan jantung akan mepengaruhi aturan dosis. Pada
jantung yang berfungsi sebagai organ pemompaan akan mempengaruhi aturan dosis bila
terjadi perubahan pemompaan yang berkaitan dengan blood flow. Misal pemompaan ke organ
eliminasi lemah, maka blood flownya akan lemah. Sehingga bila terjadi perubahan kecepatan
aliran darah ke organ pengeliminasi bisa jadi konsentrasi obat di dalam darah akan bisa naik.
Contoh lain, misalnya pasien baru saja menjalani rawat inap yang mengharuskan pasien
tersebut tiduran terus menerus, kemudian pasien sudah bisa rawat jalan, nah itu bisa
mempengaruhi blood flownya, misalnya ke gastrointestinal yang mempengaruhi absorpsi.
Setelah obat dipilih dan pasien menerima aturan dosis awal, maka perlu menilai secara klinis
respons pasien. Jika tidak memberikan reaksi sesuai terapi yang diharapka, maka aturan dosis
ditinjau kembali. Dalam beberapa kasus, patofisiologis penderita mungkin tidak stabil,
apakah membaik atau memburuk. Sebagai contoh, terapi yang tepat untuk kegagalan jantung
kongestive akan memperbaiki curah jantung dan perfusi, sehingga menaikan klirens obat.
Apakah Aturan Dosis untuk Anak sama dengan Dosis untuk orang Dewasa?
Anak bukanlah orang dewasa yang dikecilkan. Pada anak terdapat organ yang belum
sempurna. Contohnya organ eliminasi seperti ginjal, hati, kulit, paru paru. Bisa jadi
pada anak anak organ tersebut belum sempurna sehingga perlu diperhtaikan aturan
dosis untuk anak anak.
Namun sebenarnya bisa dilakukan penelitian klinis, namun apakah ada obat yang diuji
pada anak anak? TIDAK. Sehingga ada usaha untuk menentukan aturan dosis pada
anak.
Untuk mudahnya, penyesuaian dosis sering dilakukan berdasarkan usia atau berat
badan yang tepat dilakukan untuk obat yang diekskresikan dari tubuh dalam bentuk
tidak berubah.
Untuk beberapa obat tertentu, seperti obat obat golongan antikanker dan yang
dimetabolisme secara luas, maka perlu memperhatikan luas permukaan tubuh.
Terdapat buku Handbook for Pediactric Dose yang berisi berbagai macam dosis obat
untuk anak anak. Kan setiap obat itu beda beda, jalur metabolisme ataupun jalur
eliminasinya beda sehingga tidak bisa disamakan. Apabila melakukan pendekatan
usia atau berat badan dengan persamaan kan kesannya semua dipukul rata.
Jadi urutan aturan penghitungan aturan dosis untuk anak anak adalah informasi dari
buku. Jika tidak terdapat informasi baru ke luas permukaan tubuh, dan pilihan
terakhirnya adalah pendekatan usia atau berat badan.
Cowling
=
24
Dillingis
()
=
20
Augsberger
(4 ()+ 20
=
100
Augsberger
(1,5 ())+ 10
=
100
Salisbury
()2
< 30 = atau berat x 2 = % dari dosis dewasa
100
+30
> 30 = atau berat + 30 = % dari dosis dewasa
100
Pendekatan Aturan Dosis untuk Anak Berdasarkan Body Surface Area (BSA)
() () (2 )
(2 ) = =
3600 1,73 2
Selain menggunaakn persamaan diatas, bisa juga dengan menggunakan nomogram. Apabila
kita tahu tinggi dan berat badannya dengan suatu nomogram bisa tahu BSA-nya.
Klirens (Cl)
Merupakan kemampuan organ untuk membersihkan obat. =
()
Klirens ini untuk mengevaluasi eliminasi suatu obat. Sangat berguna dalam aturan dosis
karena klirens mempengaruhi konsentrasi tunak obat (Css). Konsentrasi tunak merupakan
konsentrasi yang tetap atau konstan. Konsentrasi tunak adalah pada saat jumlah obat yang
masuk sama dengan jumlah obat yang keluar. Dicapai setelah 4 5 x t eliminasi. Hal ini
dicapai karena ketika kita minum obat, obat belum hilang sempurna dari tubuh kemudian
minum obat lagi. Konsentrasi tunak berada di range terapetik sehingga diharapkan obat selalu
berada di dalam konsentrasi tunak.
() = ; Ro merupakan laju infusi yang harus diperhatikan (berapa mL/menit)
/
() = ; F = bioavailabilitas; D = dosis
Misal obat A (300 mg) diminum dengan aturan dosis 3 x 1 sehari. : 24 jam/3 = 8 jam.
Kenapa klirens penting dalam aturan dosis? Untuk menentukan dosis maintenance yang
dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi plasma yang diinginkan. Jadi apabila terjadi
perubahan klirens bisa jadi harus merubah aturan dosisnya untuk tetap berada di dalam
konsentrasi tunak. Sebagai contoh, apabila klirensnya mengalami penurunan maka untuk
penggunaan oral bisa diganti aturan pakainya (berapa kali sehari/) atau dosisnya untuk tetap
berada di dalam konsentrasi tunak.
Klirens yang selama ini dipakai adalah klirens total yang merupakan penggabungan klirens
hepatik, klirens renal, dan klirens organ eliminasi yang lain. Namun sering sekali klirens
organ eliminasi yang lain diabaikan karena harganya sangat kecil dibandingkan dengan
klirens pada organ eliminasi yang utama. Sehingga biasanya pada pendekatan aturan kinetik,
klirens total merupakan gabungan klirens hepatik dan klirens renal.
Volume Distribusi (Vd)
Merupakan parameter farmakokinetik primer yang berhubungan dengan komposisi tubuh,
meliputi ikatan obat dalam darah atau jaringan. Vd bisa berubah apabila terjadi perubahan
komposisi tubuh. Vd berhubungan dengan jumlah obat di dalam tubuh yang berkaitan dengan
konsentrasi obat dalam plasma. Vd mempunyai peran penting dalam perhitungan atau
penentuan loading dose atau dosis awal. ( ) = .
Misalnya, pasien mengalami epilepsi dan harus segera diberikan obat dan obat tersebut harus
segera memberikan efek, maka harus diprediksi berapa jumlah obat yang harus diberikan
agar mencapai range terapetik.
Vd setiap obat bisa berbeda beda, semakin besar nilai Vd obat maka obat tersebut
sangat mampu untuk masuk ke dalam jaringan jaringan.
Faktor yang mempengaruhi distribusi
Kecepatan distribusi : dipengaruhi oleh permeabilitas membran dan perfusi darah
Tingkat distribusi : Kelarutan dalam lemak (semakin lipofil maka Vd nya besar), pH
dan pKa, ikatan dengan protein plasma (ikatannya rendah, Vd akan besar), ikatan obat
dengan jaringan (ikatannya tinggi, Vd akan besar).
Obat asam umumnya berikatan dengan albumin (berkompetisi dengan bilirubin) dan
obat basa sebagian kecil dengan albumin sebagian besar dengan 1 asam glikoprotein;
globulin lipoprotein.
Bioavailabilitas
Merupakan presentase atau fraksi dosis obat yang diberi pada pasien yang mencapai sirkulasi
sistemik. Faktor yang mempengaruhi adalah karakteristik disolusi dan absorpsi obat, bentuk
sediaan (iv F = 1; kecuali diberikan sebagai prodrug), rute pemberian, stabilitas.
Waktu paro (t )
0,693
= , merupakan parameter farmakokinetik sekunder karena tergantung
perubahan Vd dan Cl. Bila Vd dan Cl berubah t bisa berubah, bisa tidak. Tidak berubah
kalau perubahan Vd dan Cl sepadan. Pentingnya t dalam aturan dosis adalah
- Mengatur waktu untuk mencapai kondisi tunak
- Mengatur penentuan interval waktu pemberian (biasanya t )
Farmakokinetik Non-Linear
Paramater farmakokinetik dikatakan linear apabila dosis dinaikkan, maka konsentrasi obat di
dalam plasma akan ikut naik. Hal ini tidak valid untuk obat yang non linear. Hal ini
dimungkinkan karena ada proses (ADME) yang bukan melewakti kinetika orde satu.
Misalnya absorpsinya bukan melalui difusi pasif.
Prinsip Farmakodinamik
Obat akan menghasilkan efek ketika berinteraksi secara spesifik berdasarkan strukturnya
dengan reseptor. Full agonist adalah ketika menghasilkan respon maksimum; obat yang
berikatan dan menghasilkan respon kurang dari maksimal disebut partial agonist. Obat yang
berikatan tetapi tidak mengaktivasi sistem second messenger disebut antagonis.
Respon dosis : Gradual (kenaikan dosis akan menyebabkan kenaikan respon individu secara
teratur) dan Quantal (All or none) (Terdapat dua kemungkinan, ada atau tidak adanya efek)
Data farmakodinamik seperti Emaks dan konsentrasi yang menimbulkan Emaks (EC50)
dapat digunakan untuk mendesain aturan dosis obat untuk mencapai efek dari konsentrasi
=
50 +
Ritme Biologis
Berkaitan dengan siang dan malam dan dapat mempengaruhi respon biologis.
Contoh : obat antikolesterol diminum pada malam hari.
GFR (laju filtrasi glomerulus) juga berbeda pada pagi dan malam hari. GFR akan besar pada
pagi hari dan akan menurun pada malam hari. Hal ini perlu diperhatikan ketika obat
dieliminasi di ginjal.
Drip rate (jumlah tetasan per menit yang diinfuskan) (tetes/min). Drip factor of the
tubing ada di kemasan dari industri dinyatakan gtt/mL. Bila microdrops (microgtts)
maka drip factor tubing 60 gtt/mL
()
= /
()
Dokter order D5NS 4 L selama 24 jam dan drip factor of the tubing 15 gtt/mL
4000 mL
drip rate = 15 gtt/mL = 41,66 gtt/menit
1440 menit
Oral berulang
() ()
= = =
ln( ) ln( )
1
= = ( ) = ln( )
Contoh Kasus
Diketahui : Jendela terapetik fenobarbital adalah 10 30 mg/L; F = 100%; Vd = 0,54 L/kg;
Cl 0,062 mL/menit.kg; BB = 70 kg
Ditanyakan : Dosis pemeliharaan dan Loading dose
Jawab :
Css = (30 + 10)/2 = 20 mg/L
Vd = 0,54 L/kg x 70 kg = 38 L
F=1
Cl = 0,062 mL/menit.kg x 70 kg = 0,256 L/jam
20 0,256 24
= = = 120 /
1
= = 38 20 = 760
Diketahui : BB = 60 kg; mendapat obat aminofilin 100 mg (85% teofilin); jendela terapetik
teofilin = 10 20 mg/L; F = 1; Vd = 0,5 L/kg; Cl = 40 mL/jam.kg
Vd = 0,5 L/kg x 60 kg = 30 L
Cl = 40 mL/jam.kg x 60 kg = 2,4 L/jam
2,4 /
= = = 0,08
30
1 1 20
= ln ( ) = ln (10) = 12,5 0,693 = 8,6625
0,08
= = 30 15 = 450
15 2,4 8,6625
= = = 311,85
1
100
Karena aminofilin bukan teofilin, maka =
85
100
= 450 = 529,412
85
100
= 311,85 = 366,882
85
Normal
ABW 90 120 % IBW Normal
Overnutrition
ABW > 120% IBW Overweight
ABW 150% IBW Obese
ABW 200% IBW Morbidly obese
Wanita
2 ()
() = [1,07 ()] 148([100 ()]2 )
Klirens Kreatinin
Sebagian besar oabt dieliminasi oleh ginjal, estimasi fungsi ginjal merupakan hal yang
penting dalam penerapan aturan dosis. Cl kreatinin merupakan parameter yang akurat untuk
mengetahui fungsi ginjal.
Kreatinin sendiri merupakan produk metabolit dari otot kemudian dilepas ke plasma dan
dikeluarkan hampir seluruhnya melalui filtrasi glomerulus.
Serum kreatinin normal (dewasa) : 0,7 1,5 mg/dL.
(min) = 0,85 ClCR pria
Serum kreatinin tidak cukup akurat untuk estimasi fungsi ginjal pada usia lebih dari 65 tahun.
Kretinin merupakan produk metabolisme otot yang dipengaruhi massa otot. Saat
bertambanya umur, kecepatan pembentukan kreatinin berkurang karena menurunnya massa
otot yang berakibat pada berkurangnya kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kreatinin.
Pada usia 20 80 tahun, serum kreatinin cenderung konstan sementara klirens kreatini
menurun. Serum kreatinin pun bisa bervariasi setiap orang.
Pada intinya yang harus dijaga adalah konsentrasi bebasnya agar tetap berada di range
terapetik. Apabila terdapat gangguan fungsi ginjal, maka dapat disiasati dengan mengurangi
dosis atau memperlebar jarak waktu.
Dilakukan perbandingan pada orang yang mengalami gangguan fungsi ginjal dengan normal
dan didapatkan faktor pengali untuk melakukan perubahan aturan dosis terhadap dosis
normal.
Misal : 6x dosis normal; 500 mg/12 jam. Pengaturan dosis yang dapat dilakukan adalah
Variabel interval 500 mg/72 jam
Variabel dosis 83 mg/12 jam
Metode kombinasi 167 mg/24 jam
Child-Pugh Score
Test/Symptom Score 1 point Score 2 point Score 3
point
Total bilirubin (mg/dL) < 2.0 2.0 3.0 > 3.0
Serum albumin (g/dL) > 3,5 2,8 3,5 < 2.8
Phrothrombin time <4 46 >6
Ascites Absent Slight Moderate
Hepatic encephalophaty None Moderate Severe
Masing masing simptom dengan score 1 (normal) s/d 3 (abnormal) dan scorenya semua
dijumlah. Skor fungsi liver normal adalah 5 sedangkan untuk yang tidak normal adalah 15.
Child-Pugh Score 8 9 : Perlu penurunan dosis sekitar 25% untuk obat yang terutama
(60%) dimetabolisme oleh hati
Child-Pugh Score 10 : Perlu penurunan dosis sekitar 50% untuk obat yang terutama
(60%) dimetabolisme oleh hati
Contoh : Bapak C melakukan test Child-Pugh Score dan didapatkan hasil sebagai berikut
Total bilirubin : 4 mg/dL skor 3
Serum albumin : 5 g/dL skor 1
Phrothrombin time : 5 skor 2
Ascites : Slight skor 2
Hepatic encephalopaty : None skor 1
Total Child-Pugh Score untuk bapak C adalah 9. Sehingga perlu penurunan dosis sekitar 25%
untuk obat yang terutama (60%) dimetabolisme oleh hati