TAHUN 2016
A. PENDAHULUAN
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi sangat penting untuk
dilaksanakan baik di rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya. Hal ini tidak hanya penting sebagai tolak ukur mutu pelayanan
kesehatan, juga untuk melindungi pasien, petugas rumah sakit, pengunjung,
dan keluarga pasien dari risiko tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas,
atau berkunjung ke rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Di samping Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang saat ini
semakin berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, di lain pihak Rumah Sakit dihadapkan tantangan yang makin
besar. Rumah Sakit dituntut agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu, akuntabel, dan transparan kepada masyarakat, khususnya bagi
jaminan keselamatan pasien ( patient safety ).
B. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data dari Australian Commission on Safety & Quality in
Healthcare, 2009, kejadian HAIs pertahun adalah 200.000 kejadian dengan
7000 angka kematian yang memakan biaya lebih dari 2 juta $ Australia,
dimana 50% dari kejadian tersebut dapat dicegah. Sedangkan data dari
Umscheid et al. Infect Control Hospital Epidemiology 2011;32:101-14, USA
terdapat 1,7 juta kejadian HAIs, dengan 99.000 angka kematian yang
menghabiskan biaya sekitar 10-25 juta US$, dimana sekitar 55%-70% dari
kejadian tersebut dapat dicegah.
Program pengendalian infeksi ini dilaksanakan secara multidisiplin yang
tergabung dalam komite pengendalian Infeksi rumah sakit yaitu terdiri dari
dokter spesialis penyakit dalam, dokter umum, perawat pengendali infeksi
(ICN), seluruh supervisor dari hampir semua unit yang berperan sebagai
infection prevention control link nurse (IPCLN) seperti laboratorium, UGD,
perawatan, farmasi, clening service & semua bangsal perawatan. Komite
pengendalian infeksi ini mengadakan rapat koordinasi setiap 3 bulan guna
meningkatkan pelayanan baik kepada pelanggan, keluarga dan petugas
khususnya dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengurangi terjadinya infeksi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
RSIA Karunia Kasih meliputi kualitas pelayanan manajemen risiko dan
keselamatan kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Surveilans
0 Pelaksanaan surveilans 100%
0 Insiden phlebitis 20 ; ISK 10 ; IDO 1.5%
b. Angka kepatuhan APD > 80%
c. Angka kepatuhan cuci tangan 100%
d. Pelaksanaan ICRA 100% minimal satu kali dalam satu tahun
e. Sterilisasi dan Single Use Reuse
0 Indikator tape eksternal 100% berubah menjadi hitam
0 Uji visual 100% layak pakai
0 Uji swab peralatan 100% bebas kuman
0 Peralatan single use reuse 100% bersih dan bebas kuman
f. Pembuangan limbah benar 100%
g. Penanganan Linen
0 Linen bersih 100%
0 Kehilangan linen 0%
h. Pelaksaan Kesehatan Karyawan
0 Vaksinasi Hepatitis B pada petugas di area high risk yang berjumlah
25 orang (UGD, VK, OK) tercapai 100% pada bulan Agustus
0 Kejadian tertusuk jarum maksimal 6 kali dalam setahun
0 Medical check up 100% tercakupi pada seluruh karyawan setiap
satu tahun sekali
i. Pemeriksaan Sanitasi Lingkungan
0 Pemeriksaan baku mutu air bersih dari ruangan-ruangan yang dipilih
dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan target 100% bebas colliform
0 Pemeriksaan udara lingkungan, dilakukan setiap ada renovasi dan
6 bulan sekali dengan cakupan 100%
0 Pemeriksaan alat makan dan makanan jadi setiap 6 bulan sekali
dengan hasil swab 0 CFU
j. Pendidikan dan Latihan PPI
0 Seluruh karyawan baru 100% tersosialisasi mengenai PPI
0 Pelatihan PPI dasar bagi karyawan cakupan 100%
0 Pelatihan materi PPI pada staf dilakukan minimal satu kali dalam 2
bulan
D. RENCANA KEGIATAN
Program utama yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan surveilans
2. Pemantauan ketepatan penggunaan APD
3. Pelaksanaan kebersihan tangan bagi seluruh petugas
4. Membuat ICRA
5. Sanitasi lingkungan (pengelolaan limbah, linen, makanan, kamar mayat)
6. Monitoring sterilisasi dan peralatan single use reuse
4. Membuat ICRA
a. Latar Belakang
- ICRA merupakan bagian dari proses perencanaan PPI yang
merupakan langkah awal untuk mengembangkan rencana dengan
baik
- Komite PPIRS melakukan ICRA yang dilaksanakan setiap tahunnya
atau kurang dari itu bila dibutuhkan
- ICRA yang dilakukan adalah ICRA klinis dan konstruksi
b. Tujuan
- Meningkatkan keselamatan pasien RSIA Karunia Kasih
- Meningkatkan keselamatan staf
- Meningkatkan efisiensi
- Mengidentifikasi issue kebutuhan training staf
- Mengembangkan hipotesa untuk mengantisipasi potensial resiko
- Justifikasi kebutuhan untuk mengimplementasi kegiatan PPI baru
atau meneruskan kegiatan yang sedang berjalan
- Menghindari potensial KTD
c. Rencana Kegiatan
Cara pelaksanaan kegiatan :
0 Melakukan identifikasi risiko berdasarkan data laporan insiden,
complain, dan surveilans
0 Melakukan analisis risiko dengan matriks grading resiko, mencari
root cause analysis
0 Mengevaluasi risiko
0 Melakukan pengelolaan risiko
d. Target Pencapaian
Pelaksanaan ICRA 100% minimal sekali dalam satu tahun
6. Pengelolaan limbah
a. Latar belakang
- Limbah merupakan hasil samping dari pelayanan rumah sakit yang
dapat menjadi sumber infeksi utama baik bagi pasien, penunggu,
maupun petugas kesehatan.
- Limbah di RSIA Karunia Kasih terbagi menjadi limbah cair
(infeksius dan non infeksius), limbah padat (infeksius, non
infeksius, dan benda tajam), serta limbah B3. Limbah infeksius
dibuang ke tempat sampah dengan plastik kuning sementara
limbah non-infeksius ke tempat sampah dengan plastik hitam
- Limbah cair infeksius akan dialirkan ke IPAL, limbah padat non
infeksius akan diangkut oleh Dinas Kebersihan, sementara limbah
padat infeksius dan benda tajam dikelola oleh pihak ketiga.
b. Tujuan
0 Mengadakan pengawasan terhadap pengelolaan limbah di RSIA
Karunia Kasih baik di unit pelayanan pasien seperti ruang rawat
inap, rawat jalan, IGD, OK, dan VK; penunjang medic seperti
laboratorium dan gizi; sampai ke pengelolaan limbah oleh pihak
ketiga
0 Menjamin semua petugas kesehatan di RSIA Karunia Kasih
memahami tentang macam-macam limbah, pemilahan limbah,
serta akibat dari pengelolaan limbah yang tidak baik
0 Mencegah penularan infeksi yang diakibatkan limbah yang tidak
dikelola sebagaimana harusnya
c. Rencana kegiatan
Cara pelaksanaan kegiatan :
Menyediakan 3 jenis tempat penampungan sampah, yaitu plastic
hitam untuk limbah non infeksius, plastic kuning untuk limbah
infeksius, dan safety box untuk limbah benda tajam
Monitoring harian pembuangan limbah oleh unit kesehatan
lingkungan
Melakukan audit pengelolaan limbah 1x setiap bulan
Melakukan edukasi mengenai pemilahan limbah kepada petugas
kesehatan RSIA Karunia Kasih
Melakukan audit ke pihak ketiga yang melakukan pengelolaan
limbah infeksius dan benda tajam minimal 1x setiap tahun
d. Target pencapaian
Pembuangan limbah dengan benar tercapai 100%
7. Pengelolaan linen
a. Latar Belakang
0 Linen merupakan salah satu bagian penting dalam alur pelayanan
pasien. Ketersediaan linen yang terstandar, baik dari jumlah,
kebersihan, kesterilan, dan kecantikan merupakan hal yang harus
dipenuhi oleh Rumah Sakit sebagai salah satu peningkatan mutu
pelayanan.
0 Pelayanan linen di RSIA Karunia Kasih melibatkan pihak ketiga
untuk pencuciannya. Sementara itu di Rumah Sakit sendiri
dilakukan penyimpanan dan distribusi yang sudah terpusat di Unit
Linen.
b. Tujuan
0 Mencegah penularan infeksi dari pasien ke petugas linen, tenaga
kesehatan, maupun pihak ketiga, dan sebaliknya
0 Meningkatkan mutu pelayanan unit linen
c. Rencana kegiatan
Cara pelaksanaan kegiatan :
Monitoring harian pemisahan linen infeksius dan non-infeksius
beserta beratnya
Ketepatan penggunaan APD petugas linen dan pihak ketiga
Monitoring ke pihak ketiga sebanyak minimal 1x setahun
d. Target pencapaian
Linen bersih 100%
Kehilangan linen 0%
IPCO IPCN
Mengetahui,